NIM : 043291499
NASKAH TUGAS LAB PPN dan PPnBM
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1
No Soal Skor
1. Buatlah sebuah rangkuman terkait relaksasi yang diberikan Pemerintah untuk PPN
dan PPnBM., pada masa wabah Covid-19 ini. Berikan pendapat anda terkait relaksasi
tersebut dari sisi Wajib Pajak dan Pemerintah.
Dengan ketentuan :
60
Mencantumkan sumber referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
Menggunakan bahasa anda sendiri (tidak copy paste) dari sumber yang anda
gunakan.
Dibuat 2-5 halaman
2. Pemerintah saat ini telah meluncurkan aplikasi e-faktur 3.0. Silahkan anda jelaskan,
apa yang anda ketahui terkait aplikasi tersebut termasuk perbedaan dari aplikasi
sebelumnya!
Dengan ketentuan :
40
Mencantumkan sumber referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
Menggunakan bahasa anda sendiri (tidak copy paste) dari sumber yang anda
gunakan.
Jawab :
1. Insentif PPN dan PPnBM
Pada tanggal 21 Maret 2020, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus
Covid-19 karena munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Pemberian insentif ini diberikan
khususnya kepada para pelaku usaha karena menurunnya produktivitas. Salah satu insentif yang
diberikan adalah insentif atas PPN. Insentif PPN yang diberikan adalah pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak oleh PKP yang beresiko rendah sesuai ketentuan dalam PMK tersebut.
Pada tanggal 13 April 2020, Pemerintah mengeluarkan PMK Nomor 31 Tahun 2020 tentang
Insentif Tambahan Untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan/atau Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor Untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Covid-19. Pemberian
insentif ini diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor atas alat kesehatan yang membantu
dalam covid-19 tidak dipungut PPN dan PPnBM. Selain itu insentif juga diberikan kepada Perusahaan
KITE yang melakukan ekspor barang atas impor barang tersebut. Hal ini diberikan kepada perusahaan
yang 100% hasil produksinya adalah di ekspor. PPN dan PPnBM atas transaksi eskpor impor tersebut
ditanggung oleh pemerintah.
Pada tanggal 27 April 2020, PMK Nomor 44 Tahun 2020 dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
pengembangan dari PMK sebelumnya. PMK ini dibuat untuk mengupdate data Wajib Pajak yang
diperbolehkan menerima insentif pajak atas pandemi covid-19 melihat kondisi dan situasi selama 1
bulan terakhir sejak PMK sebelumnya terbit. Isi dari PMK ini hampir sama dengan PMK sebelumnya,
namun ada beberapa ketentuan mengenai penerima insentif yang di selektifkan kembali dan proses
bisnis yang disempurnakan kembali. Insentif pada peraturan ini berlaku sampai dengan September
2020 kecuali peraturan baru menyebutkan lain.
Pada tanggal 16 Juli 2020, PMK Nomor 86 Tahun 2020 dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
pengembangan dari PMK sebelumnya. Dalam insentif PPN sendiri, insentif pengembalian
pendahuluan masih diberikan kepada perusahaan yang berisiko rendah yang nilai PPNnya masih
dibawah 5 miliar rupiah. Durasi insentif ini bertambah hingga 31 Desember 2021. Dan dalam insentif
ini kriteria PKP berisiko rendah dijabarkan dan dijelaskan agar dapat dipahami dengan mudah oleh
pengusaha.
Pada tanggal 14 Agustus 2020, Pemerintah meluncurkan PMK Nomor 110 Tahun 2020 tentang
perubahan atas PMK Nomor 86 Tahun 2020. Meskipun demikian, tidak ada perubahan atas insentif
PPN yang diberikan pemerintah. Hanya pasal mengenai insentif PPh saja yang diubah dari PMK 86.
Kondisi pandemi Covid-19 yang masih berjalan hingga tahun 2021 mengharuskan pemerintah
untuk membuat peraturan atas insentif pajak di tahun 2021 ini. Pada tanggal 1 Februari 2021,
pemerintah meluncurkan PMK Nomor 9 Tahun 2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Covid-19. Ketentuan dan insentif yang diberikan kepada Wajib Pajak sama
dengan PMK 86 Tahun 2020. Ketentuan ini digunakan sebagai peraturan yang mengatur di tahun
2021 dan perpanjangan jangka waktu pemberian insentif menjadi Januari sampai dengan Juni 2021.
Pemerintah kemudian menerbitkan PMK Nomor 82 Tahun 2021 pada tanggal 1 Juli untuk
perpanjangan insentif pajak diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2021. Hal ini merupakan
pertimbangan pemerintah melihat dengan perkembangan dari pandemi Covid-19. Selanjutnya PMK
Nomor 149 tahun 2021 terbit pada tanggal 25 Oktober 2021, mengatur mengenai penyampaian SPT
Masa PPN yang dapat diajukan insentif, yaitu sampai dengan Masa Pajak Desember 2021. PMK ini
adalah PMK terakhir yang mengatur tentang Insentif Covid-19 secara langsung.
Selain itu, ada beberapa peraturan lain yang juga merupakan bentuk relaksasi pajak yang
diberikan oleh pemerintah. Salah satunya adalah PMK Nomor 103 tahun 2021 yang menggantikan
PMK Nomor 21 tahun 2021 tentang pemberian insentif PPN Ditanggung Pemerintah atas Penyerahan
Rumah Tapak dan Unit Hunian Rumah Susun Periode Maret 2021 hingga Desember 2021. Peraturan
lain yang diterbitkan pemerintah untuk relaksasi pajak adalah PMK Nomor 120 tahun 2021 yang
merupakan perubaha kedua dari PMK Nomor 31 Tahun 2021 tentang Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah berupa kendaraan bermotor
2. E-Faktur 3.0 adalah system aplikasi DJP versi terbaru untuk membuat faktur pajak elektronik yang
dilengkapi dengan fitur otomatisasi atau tidak perlu input data pajak masukan secara manual untuk
menyampaikan SPT Masa PPN. Versi ini adalah updgrade dari versi sebelumnya yaitu versi 2.2,
dimana pembaruan ini ditujukan untuk semakin mempermudah Wajib Pajak dalam transaksi yang
menggunakan faktur dan pelaporan SPT Masa PPNnya. Dalam versi 3.0, fitur yang sangat baru sekali
adalah adanya integrase dari Faktur Pajak Keluaran lawan transaksi dengan Faktur Pajak Masukan
yang ada di efaktur kita. Fitur ini mengurangi pekerjaan kita untuk tidak perlu menginput satu-satu
Faktur Pajak Masukan yang diterima dari lawan transaksi. Faktur Pajak Masukan tersebut akan
otomatis terekam di menu Faktur Pajak masukan. Wajib Pajak hanya perlu memilih faktur pajak
masukan mana yang akan dikreditkan pada masa pajak tersebut. Fitur lain yang sangat berpengaruh
dalam proses bisnis SPT Masa PPN adalah adanya web-efaktur.pajak.go.id. Situs website ini
merupakan tempat Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Masa PPNnya. Menggantikan efilling, web
efaktur memberikan layanan pelaporan SPT Masa PPN yang lebih mudah dikarenakan sudah
terintegrasi dengan aplikasi efaktur 3.0. Wajib Pajak tidak perlu mengisi semua data SPT Masa PPN
karena hal itu sudah terisi otomatis apabila data faktur pada masa tersebut sudah diisi dalam aplikasi
efaktur. Menu dalam web tersebut juga sangat mudah dimengerti oleh Wajib Pajak pemula dan tidak
memakan penyimpanan karena berbasis web. Namun syarat untuk menjalankan web ini adalah harus
menginput sertifikat elektronik PKPnya ke dalam browser yang digunakan. Karena saat web tersebut
dibuka, web tersebut akan otomatis menyinkronkan diri dengan sertifikat tersebut.
Sumber : https://klikpajak.id/blog/kelebihan-e-faktur-3-0-dibanding-e-faktur-2-2-update-e-faktur/