Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hersa Widi Ramadan

NIM : 043291499
NASKAH TUGAS LAB PPN dan PPnBM
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.1

Fakultas : Hukum Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Program Studi : D-III Perpajakan
Kode/Nama MK : PAJA3355/Lab PPN dan PPnBM
Tugas : 8

No Soal Skor
1. Buatlah sebuah rangkuman terkait relaksasi yang diberikan Pemerintah untuk PPN
dan PPnBM., pada masa wabah Covid-19 ini. Berikan pendapat anda terkait relaksasi
tersebut dari sisi Wajib Pajak dan Pemerintah.
Dengan ketentuan :
60
 Mencantumkan sumber referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
 Menggunakan bahasa anda sendiri (tidak copy paste) dari sumber yang anda
gunakan.
 Dibuat 2-5 halaman
2. Pemerintah saat ini telah meluncurkan aplikasi e-faktur 3.0. Silahkan anda jelaskan,
apa yang anda ketahui terkait aplikasi tersebut termasuk perbedaan dari aplikasi
sebelumnya!
Dengan ketentuan :
40
 Mencantumkan sumber referensi yang digunakan untuk menjawab pertanyaan
 Menggunakan bahasa anda sendiri (tidak copy paste) dari sumber yang anda
gunakan.

Jawab :
1. Insentif PPN dan PPnBM
Pada tanggal 21 Maret 2020, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PMK-23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak Untuk untuk Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus
Covid-19 karena munculnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Pemberian insentif ini diberikan
khususnya kepada para pelaku usaha karena menurunnya produktivitas. Salah satu insentif yang
diberikan adalah insentif atas PPN. Insentif PPN yang diberikan adalah pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak oleh PKP yang beresiko rendah sesuai ketentuan dalam PMK tersebut.
Pada tanggal 13 April 2020, Pemerintah mengeluarkan PMK Nomor 31 Tahun 2020 tentang
Insentif Tambahan Untuk Perusahaan Penerima Fasilitas Kawasan Berikat dan/atau Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor Untuk Penanganan Dampak Bencana Penyakit Virus Covid-19. Pemberian
insentif ini diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor atas alat kesehatan yang membantu
dalam covid-19 tidak dipungut PPN dan PPnBM. Selain itu insentif juga diberikan kepada Perusahaan
KITE yang melakukan ekspor barang atas impor barang tersebut. Hal ini diberikan kepada perusahaan
yang 100% hasil produksinya adalah di ekspor. PPN dan PPnBM atas transaksi eskpor impor tersebut
ditanggung oleh pemerintah.
Pada tanggal 27 April 2020, PMK Nomor 44 Tahun 2020 dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
pengembangan dari PMK sebelumnya. PMK ini dibuat untuk mengupdate data Wajib Pajak yang
diperbolehkan menerima insentif pajak atas pandemi covid-19 melihat kondisi dan situasi selama 1
bulan terakhir sejak PMK sebelumnya terbit. Isi dari PMK ini hampir sama dengan PMK sebelumnya,
namun ada beberapa ketentuan mengenai penerima insentif yang di selektifkan kembali dan proses
bisnis yang disempurnakan kembali. Insentif pada peraturan ini berlaku sampai dengan September
2020 kecuali peraturan baru menyebutkan lain.
Pada tanggal 16 Juli 2020, PMK Nomor 86 Tahun 2020 dikeluarkan oleh pemerintah sebagai
pengembangan dari PMK sebelumnya. Dalam insentif PPN sendiri, insentif pengembalian
pendahuluan masih diberikan kepada perusahaan yang berisiko rendah yang nilai PPNnya masih
dibawah 5 miliar rupiah. Durasi insentif ini bertambah hingga 31 Desember 2021. Dan dalam insentif
ini kriteria PKP berisiko rendah dijabarkan dan dijelaskan agar dapat dipahami dengan mudah oleh
pengusaha.
Pada tanggal 14 Agustus 2020, Pemerintah meluncurkan PMK Nomor 110 Tahun 2020 tentang
perubahan atas PMK Nomor 86 Tahun 2020. Meskipun demikian, tidak ada perubahan atas insentif
PPN yang diberikan pemerintah. Hanya pasal mengenai insentif PPh saja yang diubah dari PMK 86.
Kondisi pandemi Covid-19 yang masih berjalan hingga tahun 2021 mengharuskan pemerintah
untuk membuat peraturan atas insentif pajak di tahun 2021 ini. Pada tanggal 1 Februari 2021,
pemerintah meluncurkan PMK Nomor 9 Tahun 2021 tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Covid-19. Ketentuan dan insentif yang diberikan kepada Wajib Pajak sama
dengan PMK 86 Tahun 2020. Ketentuan ini digunakan sebagai peraturan yang mengatur di tahun
2021 dan perpanjangan jangka waktu pemberian insentif menjadi Januari sampai dengan Juni 2021.
Pemerintah kemudian menerbitkan PMK Nomor 82 Tahun 2021 pada tanggal 1 Juli untuk
perpanjangan insentif pajak diperpanjang sampai dengan 31 Desember 2021. Hal ini merupakan
pertimbangan pemerintah melihat dengan perkembangan dari pandemi Covid-19. Selanjutnya PMK
Nomor 149 tahun 2021 terbit pada tanggal 25 Oktober 2021, mengatur mengenai penyampaian SPT
Masa PPN yang dapat diajukan insentif, yaitu sampai dengan Masa Pajak Desember 2021. PMK ini
adalah PMK terakhir yang mengatur tentang Insentif Covid-19 secara langsung.
Selain itu, ada beberapa peraturan lain yang juga merupakan bentuk relaksasi pajak yang
diberikan oleh pemerintah. Salah satunya adalah PMK Nomor 103 tahun 2021 yang menggantikan
PMK Nomor 21 tahun 2021 tentang pemberian insentif PPN Ditanggung Pemerintah atas Penyerahan
Rumah Tapak dan Unit Hunian Rumah Susun Periode Maret 2021 hingga Desember 2021. Peraturan
lain yang diterbitkan pemerintah untuk relaksasi pajak adalah PMK Nomor 120 tahun 2021 yang
merupakan perubaha kedua dari PMK Nomor 31 Tahun 2021 tentang Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah Atas Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah berupa kendaraan bermotor

 Pendapat saya dari sisi Wajib Pajak


Adanya covid-19 ini sangatlah mempengaruhi proses bisnis dan ekonomi dari Wajib Pajak itu
sendiri. Entah itu Wajib Pajak yang bekerja sebagai karyawan/pegawai ataupun yang melakukan
usaha ataupun perusahaan. Meningkatnya pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat,
serta pembatasan aktivitas membuat proses bisnis yang biasanya terjadi di masyarakat berubah
dan mempengaruhi kondisi ekonomi Wajib Pajak. Dengan adanya insentif ini, merupakan
kesempatan bagi Wajib Pajak untuk memulai kembali usahanya dan memulihkan kondisi
ekonominya. Pemberian insentif berupa pembebasan biaya dan pajak DTP sangat membantu
perusahaan atau pengusaha yang memulai kembali usahanya. Salah satu insentif yang sangat
berpengaruh atas proses bisnis Wajib Pajak adalah pembebasan pajak dari impor dan ekspor serta
pph final DTP untuk pengusaha kecil. Hal ini dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam
proses bisnis usahanya. Selain itu insentif PPN yang diberikan untuk percepatan pengembalian
pendahuluan juga sangat membantu karena uang pajak dari pengembalian pendahuluan tersebut
dapat digunakan secepat mungkin untuk proses bisnis lainnya. Relaksasi PPN property juga sangat
membantu para developer untuk tidak kehilangan konsumennya. Secara overall, insentif ini
terbukti sangat membantu Wajib Pajak. Walaupun tidak semua kebutuhan dapat diberikan
pemerintah dalam insentif ini, namun setidaknya ada beberapa proses bisnis yang dapat
dipulihkan terlebih dahulu untuk mencapai kondisi ekonomi yang baik.

 Pendapat saya dari sisi Pemerintah


Menurut saya, dengan adanya relaksasi dan insentif yang diberikan di tengah pandemi Covid-19
ini diharapkan proses ekonomi bisnis yang ada di Indonesia tetap berjalan dan menghindarkan
dari kolapsnya ekonomi. Hal ini dikarenakan banyaknya pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk menanggulangi penyebaran covid-19 ini. Utamanya adalah aktivitas dari para
pegawai dari perusahaan-perusahaan dan masyarakat lain yang merupakan konsumen dari
produk perusahaan tersebut. Adanya pemberhentian aktivitas ini tentu sangat berpengaruh
kepada kondisi ekonomi dari masyarakat, entah itu sebagai konsumen ataupun dari produsen.
Pengeluaran yang tetap dibandingkan dengan pemasukan yang kecil akan mendorong perusahaan
atau pengusaha untuk melakukan PHK atau pemberhentian pegawainya. Pemerintah melihat ini
dengan sangat serius. Pemberhentian pegawai akan menimbulkan angka penggangguran yang
bertambah. Selain itu dengan tidak adanya pemasukan, masyarakat pun tidak akan dapat
membeli barang atau property yang dijual oleh perusahaan. Perusahaan yang tidak dapat menjual
produknya akibat daya beli masyarakat yang turun, akan kesusahan dalam keuangan dan
mendekati kolaps. Proses bisnis ekonomi ini juga akan berpengaruh kepada kondisi ekonomi
Indonesia. Untuk itulah pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan yang mengatur tentang
insentif tersebut agar proses bisnis ekonomi dari masyarakat dapat berjalan kembali. Dengan
adanya insentif ini diharapkan daya beli masyarakat akan tinggi kembali dan kondisi ekonomi
Indonesia dapat membaik dan dapat pulih seutuhnya.
Sumber:
https://www.pajak.go.id/id/artikel/mengenal-insentif-pajak-di-tengah-wabah-covid-19
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210808/9/1427287/resmi-pemerintah-perpanjang-insentif-
ppn-pembelian-rumah-hingga-akhir-tahun

2. E-Faktur 3.0 adalah system aplikasi DJP versi terbaru untuk membuat faktur pajak elektronik yang
dilengkapi dengan fitur otomatisasi atau tidak perlu input data pajak masukan secara manual untuk
menyampaikan SPT Masa PPN. Versi ini adalah updgrade dari versi sebelumnya yaitu versi 2.2,
dimana pembaruan ini ditujukan untuk semakin mempermudah Wajib Pajak dalam transaksi yang
menggunakan faktur dan pelaporan SPT Masa PPNnya. Dalam versi 3.0, fitur yang sangat baru sekali
adalah adanya integrase dari Faktur Pajak Keluaran lawan transaksi dengan Faktur Pajak Masukan
yang ada di efaktur kita. Fitur ini mengurangi pekerjaan kita untuk tidak perlu menginput satu-satu
Faktur Pajak Masukan yang diterima dari lawan transaksi. Faktur Pajak Masukan tersebut akan
otomatis terekam di menu Faktur Pajak masukan. Wajib Pajak hanya perlu memilih faktur pajak
masukan mana yang akan dikreditkan pada masa pajak tersebut. Fitur lain yang sangat berpengaruh
dalam proses bisnis SPT Masa PPN adalah adanya web-efaktur.pajak.go.id. Situs website ini
merupakan tempat Wajib Pajak untuk melaporkan SPT Masa PPNnya. Menggantikan efilling, web
efaktur memberikan layanan pelaporan SPT Masa PPN yang lebih mudah dikarenakan sudah
terintegrasi dengan aplikasi efaktur 3.0. Wajib Pajak tidak perlu mengisi semua data SPT Masa PPN
karena hal itu sudah terisi otomatis apabila data faktur pada masa tersebut sudah diisi dalam aplikasi
efaktur. Menu dalam web tersebut juga sangat mudah dimengerti oleh Wajib Pajak pemula dan tidak
memakan penyimpanan karena berbasis web. Namun syarat untuk menjalankan web ini adalah harus
menginput sertifikat elektronik PKPnya ke dalam browser yang digunakan. Karena saat web tersebut
dibuka, web tersebut akan otomatis menyinkronkan diri dengan sertifikat tersebut.

Sumber : https://klikpajak.id/blog/kelebihan-e-faktur-3-0-dibanding-e-faktur-2-2-update-e-faktur/

Anda mungkin juga menyukai