Anda di halaman 1dari 9

Nama : Arief Kurnia

NIM : 042886053
Mata Kuliah : Perpajakan
UPBJJ UT : Jakarta

TUGAS TUTORIAL KE-1


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Pajak


Kode Mata Kuliah : EKSI4206
Jumlah sks : 3 SKS
Nama Pengembang : -
Nama Penelaah : -
Status : Baru/Revisi*
Pengembangan
Tahun : 2019/ 2020
Pengembangan
Edisi Ke- : Edisi ke-1

Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial
1.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era 25 poin Perpu
Pandemi COVID-19 terkait dengan Penyesuaian Nomor 1
tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam Tahun
negeri dan bentuk usaha tetap; 2020

2. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era 25 poin Perpu


Pandemi COVID-19 terkait dengan perlakuan Nomor 1
perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Tahun
Sistem Elektronik (PMSE)! 2020

3.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era 25 poin Perpu


Pandemi COVID-19 terkait dengan perpanjangan Nomor 1
waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban Tahun
perpajakan! 2020

4.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era 25 poin Perpu


Pandemi COVID-19 terkait dengan pemberian Nomor 1
kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk Tahun
memberikan fasilitas kepabeanan berupa 2020
pembebasan atau keringanan bea masuk dalam
rangka penanganan kondisi darurat serta
pemulihan dan penguatan ekonomi nasional!
Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial

Jawaban:

1. Penyesuaian tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha
tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a berupa penurunan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf b Undang Undang mengenai Pajak Penghasilan menjadi:
a. Sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang berlaku pada Tahun Pajak 2O2O dan Tahun
Pajak 2O2l; dan
b. sebesar 2O % (dua puluh persen) yang mulai berlaku pada Tahun Pajak 2022.
 Wajib Pajak dalam negeri:
a. Berbentuk perseroan terbuka
b. Dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan pada bursa
efek di Indonesia paling sedikit 40% (empat puluh persen), dan
c. Memenuhi persyaratan tertentu,
Dapat memperoleh tarif sebesar 3% (tiga persen) lebih rendah dari tarif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
2. Perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b berupa:
a. pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE); dan
b. pengenaan Pajak Penghasilan atau pajak transaksi elektronik atas kegiatan
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang dilakukan oleh subjek
pajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi signifikan.
3. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan Hak Dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Untuk memberikan kemudahan dalam pelaksanaan hak danf atau pemenuhan
kewajiban perpajakan akibat adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19), diberikan perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. atas pengajuan keberatan Wajib Pajak yang jatuh tempo pengajuan keberatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang Nomor 6
TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN
2009 berakhir dalam periode keadaan kahar akibat pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19), jatuh tempo pengajuan keberatan tersebut
diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan;
b. atas pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009 yang jatuh tempo
pengembalian berakhir dalam periode keadaan kahar akibat pandemi Corona
Vints Disease 2019 (COVID-19), jatuh tempo pengembalian tersebut
diperpanjang paling lama 1 (satu) bulan;
c. atas pelaksanaan hak Wajib Pajak, yang meliputi:
 permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 TAHUN
2009;
 pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 TAHUN 2009;
 permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi,
pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak yang tidak benar, pembatalan
hasil pemeriksaan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 6 TAHUN 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 TAHUN 2009,
yang jatuh tempo penerbitan surat ketetapan atau surat keputusan berakhir dalam
periode keadaan kahar akibat pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-19),
jatuh tempo penerbitan surat ketetapan atau surat keputusan tersebut diperpanjang
paling lama 6 (enam) bulan. Penetapan periode waktu keadaan kahar akibat pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) mengacu kepada penetapan Pemerintah
melalui Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
4. Pemberian Kewenangan Kepada Menteri Keuangan Untuk Memberikan Fasilitas
Kepabeanan Berupa Pembebasan Atau Keringanan Bea Masuk
Menteri Keuangan memiliki kewenangan untuk memberikan fasilitas kepabeanan
berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam rangka:
a.  penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19); dan/atau
b. menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau
stabilitas sistem keuangan.
B.   INSENTIF PAJAK
 Insentif PPH Pasal 21
Penghasilan Penghasilan yang diterima Pegawai dengan kriteria sebagai
berikut:

a. menerima atau memperoleh penghasilan dari pemberi kerja yang:

1) memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum


dalam Lampiran huruf A PMK-23/PMK.03/2020; dan/ atau
2)  telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE;

b.  memiliki NPWP; dan


c. pada masa pajak yang bersangkutan menerima atau memperoleh
Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang disetahunkan tidak
lebih dari Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),

wajib dipotong PPh Pasal 21 setiap bulan oleh pemberi kerja dengan menerapkan
tarif Pasal 17 ayat (1) huruf Undang-Undang PPh. Pajak Penghasilan yang dipotong
PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud ditanggung Pemerintah.

Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana dimaksud adalah sesuai Klasifikasi


Lapangan Usaha yang tercantum dan telah dilaporkan pemberi kerja dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh Tahun Pajak 2018.

Insentif PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah berlaku sejak Masa Pajak


pemberitahuan disampaikan sampai dengan Masa Pajak September 2020.
 Insentif PPh Pasal 22 Impor

PPh Pasal 22 Impor dibebaskan dari pemungutan kepada Wajib Pajak yang:

a. memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum dalam


Lampiran huruf F PMK-03/PMK.03/2020; dan/ atau
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE.

Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana dimaksud adalah sesuai Klasifikasi


Lapangan Usaha yang tercantum dan telah dilaporkan Wajib Pajak dalam Surat
Pemberitahuan Tahunan PPh Tahun Pajak 2018.

Pembebasan dari pemungutan diberikan melalui Surat Keterangan Bebas


Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. Permohonan Surat Keterangan Bebas diajukan
oleh Wajib Pajak secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak Pusat
terdaftar.

Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 berlaku sejak Masa Pajak


pemberitahuan pengurangan disampaikan sampai dengan Masa Pajak September
2020.

 Insentif Angsuran PPh Pasal 25

Kepada Wajib Pajak yang:

a. memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum dalam


Lampiran huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan/ atau
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE.

diberikan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30% (tiga


puluh persen) dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang.

Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25 dilakukan dengan


menyampaikan pemberitahuan pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25
secara tertulis kepada Kepala KPP tempat Wajib Pajak terdaftar secara
langsung.

Pengurangan besarnya angsuran PPh Pasal 25, berlaku sejak Masa Pajak
pemberitahuan pengurangan disampaikan sampai dengan Masa Pajak
September 2020.
 Insentif PPN

Wajib Pajak yang:

a. memiliki Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum dalam


Lampiran huruf F PMK-23/PMK.0/2020; atau
b. telah ditetapkan sebagai Perusahaan KlTE,
c. dan menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai lebih bayar
restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak Rp5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah)

dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak


sebagai PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(4c) Undang-Undang PPN.

Surat Pemberitahuan Masa PPN yang diberikan pengembalian


pendahuluan tersebut meliputi SPT Masa PPN termasuk pembetulan Surat
Pemberitahuan Masa PPN, untuk Masa Pajak sejak berlakunya Peraturan
Menteri ini sampai dengan Masa Pajak September 2020 dan disampaikan
paling lama tanggal 31 Oktober 2020.

PKP berisiko rendah sebagaimana dimaksud di atas diberikan pengembalian


pendahuluan, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. PKP dimaksud tidak perlu menyampaikan permohonan penetapan sebagai PKP


berisiko rendah;
b. Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan keputusan penetapan secara jabatan
sebagai PKP berisiko rendah; dan
c. PKP memiliki Klasifikasi Lapangan Usaha sebagaimana tercantum dalam
Lampiran huruf F yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini atau fasilitas KITE yang diberikan kepada PKP masih berlaku pada
saat penyampaian Surat Pemberitahuan lebih bayar restitusi.

 RELAKSASI PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN


A. Penghapusan sanksi atas penyampaian/ pelunasan SPT Tahunan PPh Orang
Pribadi tahun Pajak 2019

Kepada Wajib Pajak orang pribadi yang memenuhi kewajiban perpajakannya


pada periode sejak tanggal 14 Maret 2020 sampai dengan tanggal 30 April
2020 diberikan penghapusan sanksi administrasi perpajakan.

Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA adalah


sanksi administrasi atas keterlambatan:

a.  penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT


Tahunan PPh) orang pribadi Tahun Pajak 2019; dan
b. pembayaran atas jumlah pajak yang kurang dibayar dalam SPT Tahunan
PPh orang pribadi Tahun Pajak 2019,

 yang dilaksanakan paling lambat tanggal 30 April 2020.

B. Relaksasi batas waktu penyampaian laporan realisasi pengalihan dan


investasi harta tambahan, atau realisasi penempatan harta tambahan

Kepada Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki kewajiban untuk


menyampaikan laporan terkait keikutsertaan dalam pengampunan pajak
berupa laporan realisasi pengalihan dan investasi harta tambahan dan/atau
laporan penempatan harta tambahan, dapat menyampaikan laporan tersebut
paling lambat tanggal 30 April 2020.

C. Penghapusan sanksi atas penyampaian SPT Masa PPh


pemotongan/pemungutan untuk Masa Pajak Februari 2020

Wajib Pajak yang menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak


Penghasilan (SPT Masa PPh) pemotongan/pemungutan untuk Masa Pajak
Februari 2020 pada tanggal 21 Maret 2020 sampai dengan tanggal 30 April
2020 diberikan penghapusan sanksi administrasi atas keterlambatan
penyampaian SPT Masa PPh. Kewajiban penyetoran PPh yang terutang
dalam SPT Masa PPh pemotongan/pemungutan tetap harus dipenuhi pada
saat jatuh tempo sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur
mengenai tata cara pembayaran dan penyetoran pajak.
D. Relaksasi batas waktu pengajuan permohonan upaya hukum

Kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan upaya hukum berupa:

a.  keberatan;
b. pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang kedua; atau
c. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak atau Surat Tagihan
Pajak yang kedua,

yang batas waktu pengajuan permohonan dimaksud berakhir pada tanggal 15 Maret
2020 sampai dengan tanggal 30 April 2020, diberikan perpanjangan batas waktu
untuk pengajuan permohonan sampai dengan tanggal 31 Mei 2020.

Referensi:

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 Tentang


Kebijakan Keuangan Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dan/Atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan Perekonomian Nasional Dan/Atau
Stabilitas Sistem Keuangan (Perpu nomor 1 tahun 2020)
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23/PMK.03/2020 Tentang Insentif Pajak Untuk
Wajib Pajak Terdampak Wabah Virus Corona (PMK-23/PMK.03/2020)
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-156/PJ/2020 tentang Kebijakan
Perpajakan Sehubungan dengan Penyebaran Wabah Virus Corona 2019

Anda mungkin juga menyukai