Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Pajak


Kode Mata Kuliah : EKSI4206
Jumlah sks : 3 SKS
Nama Pengembang : -
Nama Penelaah : -
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Tahun Pengembangan : 2019/ 2020
Edisi Ke- : Edisi ke-1

Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial
1.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi 25 poin Perpu
COVID-19 terkait dengan Penyesuaian tarif Pajak Nomor 1
Penghasilan Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk Tahun
usaha tetap; 2020

2. Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi 25 poin Perpu


COVID-19 terkait dengan perlakuan perpajakan dalam Nomor 1
kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE)! Tahun
2020
3.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi 25 poin Perpu
COVID-19 terkait dengan perpanjangan waktu Nomor 1
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan! Tahun
2020
4.Jelaskan apa saja Kebijakan Perpajakan di Era Pandemi 25 poin Perpu
COVID-19 terkait dengan pemberian kewenangan kepada Nomor 1
Menteri Keuangan untuk memberikan fasilitas kepabeanan Tahun
berupa pembebasan atau keringanan bea masuk dalam 2020
rangka penanganan kondisi darurat serta pemulihan dan
penguatan ekonomi nasional!
Sumber
Skor
No Tugas Tutorial Tugas
Maksimal
Tutorial

JAWABAN:

1. Presiden Jokowi mengatakan penurunan tarif PPh badan menjadi bagian dari sejumlah
kebijakan pajak yang diatur dalam Perpu Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas
Sistem Keuangan. Beberapa kebijakan pajak lainnya terkait dengan insentif.

Untuk stimulus ekonomi bagi UMKM dan pelaku usaha, sambungnya, akan
diprioritaskan melalui PPh Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP) untuk para pekerja
sektor industri pengolahan dengan penghasilan maksimal Rp200 juta.

Ada pula untuk pembebasan PPh impor, pengurangan angsuran PPh Pasal 25, dan
percepatan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) bagi 19 sektor tertentu untuk menjaga
likuiditas pelaku usaha di tengah wabah virus Corona.

“Dan untuk penurunan tarif PPh badan sebesar 3% dari 25% menjadi 22%,” Imbuh
Jokowi.

Direktur Penyuluhan, Pelayanan dan Humas Direktur Jenderal Pajak (DJP) Kementerian
Keuangan Hestu Yoga Saksama mengatakan penurunan tarif PPh badan menjadi 22%
memang akan dipercepat mulai pada tahun ini.

2. Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia No. 1


Tahun 2020, pemerintah memberlakukan empat kebijakan pajak terkait pandemi covid-
19, salah satunya berlakunya pajak untuk kegiatan Perdagangan Melalui Sistem Digital.
Disebutkan dalam Pasal 6, perlakuan perpajakan dalam kegiatan Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik dapat berupa:

-Pengenaan PPN atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dan/atau jasa kena
pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
-Pengenaan Pajak Penghasilan atau pajak transaksi elektronik atas kegiatan PMSE yang
dilakukan oleh subjek pajak luar negeri yang memenuhi ketentuan kehadiran ekonomi
signifikan.

3. Pertama, penyesuaian tarif pajak penghasilan (PPh) wajib pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap (BUT). Kedua, perlakuan perpajakan dalam kegiatan perdagangan
melalui sistem elektronik (PMSE).

Ketiga, perpanjangan waktu pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban


perpajakan. Keempat, pemberian kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk
memberikan fasilitas kepabeanan berupa pembebasan atau keringanan bea masuk untuk
penanganan kondisi darurat serta pemulihan dan penguatan ekonomi nasional.

4. Pertama, pajak penghasilan (PPh) Pasal Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP) untuk


pekerja dengan penghasilan bruto tidak lebih dari Rp200 juta. Insentif ini memberi
tambahan penghasilan bagi para pekerja di sektor industri pengolahan untuk
mempertahankan daya beli.

Kedua, pembebasan PPh Pasal 22 Impor. Insentif ini menjadi stimulus bagi industri
untuk tetap mempertahankan laju impornya. Ketiga, pengurangan angsuran PPh Pasal 25
sebesar 30%. Insentif ini untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dan
meningkatkan ekspor.

Keempat, restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dipercepat dengan jumlah lebih bayar


paling banyak Rp5 miliar. Insentif ini diberikan agar wajib pajak lebih optimal dalam
manajemen arus kas karena restitusi berhubungan dengan likuiditas.

Anda mungkin juga menyukai