Anda di halaman 1dari 38

Pertemuan Ke 5- Akuntansi Perpajakan

Kompensasi dan insentif pajak

AGUSTINA INDRIANI

Page 1
• Pengertian Kompensasi Kerugian Menurut Pajak dan Akuntansi
• Metode Penerapan Kompensasi Kerugian

• Pengertian Insentif Pajak menurut Pajak dan Jenis-jenis insentif perpajakan


• Pengaruh insentif pajak terhadap penghasilan

• Pengaruh Insentif pajak terhadap penerimaan pajak

Page 2
BAGI wajib pajak badan maupun orang pribadi yang menyelenggarakan pembukuan
atas kegiatan usahannya dan kemudian mengalami kerugian dalam suatu tahun
pajak, maka kerugian tersebut dapat digunakan untuk menutupi keuntungan pada
tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian, pada tahun-tahun berikutnya pajak
penghasilan (PPh) yang terutang akan menjadi lebih kecil atau tidak terutang sama
sekali.
Ketentuan pajak ini disebut dengan kompensasi kerugian (carrying loss) yang diatur
dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang (UU) PPh yang berbunyi: “Apabila
penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun”.

3
Dasar Hukumnya

Dasar hukum kompensasi kerugian fiskal ada pada UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6
ayat 2 tentang Pajak Penghasilan (PPh). Dalam UU tersebut disebutkan bahwa:

“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5
tahun.”

4
Adapun arti dari pengurangan pada ayat (1) adalah sebagai berikut:
1.Pengurangan biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha.
2.Penyusutan atas pengeluaran agar memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk
mendapatkan hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun.
3.Iuran ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4.Kerugian yang terjadi akibat penjualan dan pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
terkait.
5.Kerugian yang disebabkan oleh selisih kurs mata uang asing.
6.Pengurangan atas biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia.
7.Biaya beasiswa, pelatihan, dan magang.
8.Piutang yang ternyata tidak dapat ditagih.
9.Bentuk sumbangan yang dialokasikan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang mana
ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).
10.Biaya sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang mana
ketentuannya juga diatur dengan PP.
11.Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya juga diatur dengan PP.
12.Sumbangan untuk fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam PP.
13.Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan PP.

5
Terdapat beberapa catatan penting mengenai penggunaan fasilitas kompensasi kerugian ini. Pertama, istilah
kerugian merujuk kepada kerugian fiskal, bukan kerugian komersial. Kerugian atau keuntungan fiskal adalah
selisih antara penghasilan bruto dan biaya-biaya yang telah memperhitungkan ketentuan PPh (biaya yang
boleh dibebankan secara fiskal).

Umumnya, suatu perusahaan memiliki dua jenis akuntansi keuangan, yakni akuntansi komersial dan akuntansi
fiskal. Akuntansi komersial merupakan aktivitas untuk menyediakan informasi keuangan yang diperoleh
melalui suatu proses akuntansi secara umum. Sedangkan akuntansi fiskal merupakan bagian dari akuntansi
keuangan yang menekankan pada penyusunan laporan perpajakan (surat pemberitahuan/SPT) dan
pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau kegiatan perusahaan.

Karenanya, penghitungan fiskal bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan yang ditujukan
secara khusus kepada otoritas pajak sebagai salah satu pemenuhan kepatuhan pajak (tax compliance). Dari
hasil penghitungan fiskal ini, nantinya akan diketahui apakah wajib pajak tersebut mengalami kerugian fiskal
atau tidak. Kedua, kompensasi kerugian hanya diperkenankan selama 5 tahun ke depan secara berturut-turut.
Apabila pada akhir tahun kelima ternyata masih ada kerugian yang tersisa maka sisa kerugian tersebut tidak
dapat lagi dikompensasikan.

6
Ketiga, kompensasi kerugian hanya untuk wajib pajak badan dan orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha (wajib pembukuan). Perlu dicatat bahwa kompensasi kerugian
tersebut tidak berlaku bagi wajib pajak yang keseluruhan penghasilannya bersifat final,
menggunakan norma penghitungan, dan/atau bukan merupakan objek pajak. Keempat,
kerugian usaha di luar negeri tidak bisa dikompensasikan dengan penghasilan dari dalam
negeri.

Dengan kata lain, kompensasi kerugian merupakan suatu skema ganti rugi yang bisa
diterapkan oleh wajib pajak badan ataupun orang pribadi yang telah melakukan pembukuan
apabila berdasarkan SPT tahunan PPh (self assessment) atau berdasarkan ketetapan pajak
atau putusan hukum dinyatakan mengalami kerugian fiskal.

7
Contoh Kasus

PT A dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal sebesar Rp1,2 miliar. Dalam lima tahun
berikutnya laba rugi fiskal PT A adalah sebagai berikut:

2016: laba fiskal Rp200 juta

2017: rugi fiskal (Rp300 juta)

2018: laba fiskal Rp Nihil

2019: laba fiskal Rp100 juta

2020: laba fiskal Rp800 juta

Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut (dalam juta rupiah)

8
9
Insentif pajak
Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Insentif pajak mengacu pada upaya yang dilakukan suatu negara untuk menarik investor dalam rangka mendorong
aktivitas ekonomi. Hal ini juga menjadikan kompetisi antar negara untuk meyakinkan investor masuk dan menanamkan
modal di negaranya serta tidak berpindah ke negara lain. Insentif pajak yang diberikan bisa berupa pengecualian,
pengurangan dasar pengenaan pajak, pengurangan tarif pajak, maupun penangguhan pajak.

Dalam pelaksanaannya, pemberian insentif pajak bisa memberikan dampak positif dan negatif tergantung bagaimana
perhitungan dan pelaksanaannya. Para pembuat kebijakan harus mempertimbangkan biaya dan manfaat serta
memperhitungkan apakah manfaat yang akan didapat lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan atau kesempatan
yang hilang untuk menarik pajak dari kegiatan ekonomi yang ditetapkan.[

Ada beberapa hal yang menjadi fokus atas biaya yang disebabkan dari insentif pajak:
•Pendapatan yang hilang atas kegiatan ekonomi yang dikenakan.
•Alokasi sumber daya
•Biaya atas penegakan dan kepatuhan.
•Kurangnya transparansi apabila syarat yang dibuat didasarkan pada subjektifitas dan diskresioner sehingga rawan
disalahgunakan.

10
LATAR BELAKANG


Dampak pandemik COVID-19 ini
telah memperlambat ekonomi
dunia secara masif dan
signifikan, termasuk terhadap
perekonomian Indonesia. Untuk
itu, pemerintah telah dan terus
melakukan langkah-langkah
cepat untuk mengantisipasi
beberapa dampak ini.
TUJUAN

Menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi, daya beli


masyarakat, dan produktivitas sektor tertentu sehubungan
dengan wabah virus corona

Mendukung penanggulangan dampak virus corona


EMPAT INSENTIF PAJAK ANTISIPASI DAMPAK EKONOMI COVID-19
Kebijakan Sektor Terkait Dampak
1. PPh Pasal 21 Ditanggung • Sektor manufaktur tertentu (440 KLU) Memberikan tambahan
Pemerintah selama 6 bulan untuk • WP KITE penghasilan bagi para pekerja di
pekerja dengan penghasilan bruto • WP KITE IKM sektor industri pengolahan untuk
tidak lebih dari 200 juta rupiah mempertahankan daya beli.
2. Pembebasan PPh Pasal 22 Impor • Sektor manufaktur tertentu (102 KLU) Stimulus bagi industri dimaksud
selama 6 bulan • WP KITE untuk tetap mempertahankan
• WP KITE IKM laju impornya.
3. Pengurangan PPh Pasal 25 • Sektor manufaktur tertentu (102 KLU) Stabilitas ekonomi dalam negeri
sebesar 30% selama 6 bulan • WP KITE dapat terjaga dan diharapkan
• WP KITE IKM ekspor dapat meningkat.
4. Restitusi PPN dipercepat selama • Sektor manufaktur tertentu (102 KLU) Dengan adanya percepatan
6 bulan untuk: • WP KITE restitusi, WP dapat lebih optimal
- Eksportir (tanpa batasan) • WP KITE IKM dalam manajemen kas.
- Non Eksportir (nilai restitusi
paling banyak 5 Miliar)
INSENTIF PAJAK

PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP)


selama 6 bulan untuk pekerja dengan
penghasilan bruto tidak lebih dari 200 juta rupiah
PPh PASAL
PENERIMA INSENTIF

Pegawai dengan kriteria sebagai berikut:


21
a. menerima/memperoleh penghasilan dari pemberi kerja yang:
▪ memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)*
tertentu sebagaimana Lampiran A PMK; dan/atau
▪ telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE (Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor)
a. memiliki NPWP
b. pada masa pajak yang bersangkutan menerima/memperoleh
Penghasilan Bruto yang bersifat tetap dan teratur yang
disetahunkan tidak lebih dari 200 juta rupiah

*) sesuai KLU yang tercantum & dilaporkan pemberi kerja dalam SPT Tahunan PPh Tahun 2018
dan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) untuk WP yang terdaftar setelah 2018
PPh PASAL

21
PEMBERIAN INSENTIF

▪ PPh Pasal 21 DTP harus dibayarkan secara tunai


oleh pemberi kerja pada saat pembayaran
penghasilan kepada Pegawai

▪ PPh Pasal 21 DTP diberikan sejak Masa Pajak


pemberitahuan sampai dengan Masa Pajak
September 2020
PEMANFAATAN INSENTIF PPh PASAL

▪ Pemberi kerja menyampaikan


pemberitahuan secara tertulis
21
kepada Kepala KPP terdaftar

▪ Insentif berlaku sejak Masa Pajak


pemberitahuan sampai dengan
Masa Pajak September 2020

▪ Melampirkan Keputusan
Menkeu mengenai penetapan
Perusahaan yang mendapat
fasilitas KITE (khusus WP KITE)

Jika pemberi kerja tidak memenuhi kriteria,


Kepala KPP dalam 5 hari kerja menerbitkan
surat pemberitahuan tidak berhak
memanfaatkan insentif PPh Pasal 21 DTP
PPh PASAL
Kewajiban pemberi kerja

21
yang memanfaatkan insentif
PPh Pasal 21 DTP

▪ Pemberi kerja harus menyampaikan


Laporan Realisasi PPh Pasal 21
DTP kepada Kepala KPP terdaftar

▪ Atas PPh Pasal 21 DTP wajib


dibuatkan SSP/cetakan kode
billing yang dibubuhi cap/tulisan*
oleh pemberi kerja, dan dilampirkan
pada Laporan
▪ Laporan dan lampirannya
disampaikan paling lambat tanggal:
a. 20 Juli 2020
(Masa Pajak April-Juni 2020)
b. 20 Oktober 2020
(Masa Pajak Juli-September 2020)
*) “PPh PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH
EKS PMK NOMOR 23 /PMK.03/2020”
INSENTIF PAJAK

PEMBEBASAN PPh PASAL 22 IMPOR


selama 6 bulan
PPh PASAL

22
IMPOR
PENERIMA INSENTIF

Wajib Pajak yang:


a. memenuhi kriteria:
▪ memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)*
tertentu sebagaimana Lampiran F PMK; dan/atau
▪ telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE (Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor)
a. mengajukan Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB)

*) sesuai KLU yang tercantum & dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh Tahun 2018
PENGAJUAN SKB PPh PASAL

▪ Diajukan secara tertulis kepada


22
Kepala KPP tempat WP Pusat IMPOR
terdaftar

▪ melampirkan Keputusan
Menkeu mengenai penetapan
Perusahaan yang mendapat
fasilitas KITE (khusus WP KITE)

▪ Pembebasan berlaku sejak


tanggal SKB terbit sampai
dengan 30 September 2020

SKB Pemungutan PPh Pasal 22 Impor

3
apabila WP memenuhi kriteria
HARI Surat Penolakan
KERJA apabila WP tidak memenuhi kriteria
PPh PASAL
Kewajiban Wajib Pajak yang

22
mendapatkan pembebasan
PPh Pasal 22 Impor

IMPOR
▪ Wajib Pajak harus menyampaikan
Laporan Realisasi Pembebasan
PPh Pasal 22 Impor setiap 3 bulan
kepada Kepala KPP

▪ Laporan disampaikan paling lambat


tanggal:
a. 20 Juli 2020
(Masa Pajak April-Juni 2020)
b. 20 Oktober 2020
(Masa Pajak Juli-September 2020)
INSENTIF PAJAK

PENGURANGAN PPh PASAL 25


sebesar 30% selama 6 bulan
PPh PASAL

25
PENERIMA INSENTIF

Wajib Pajak yang:


a. memenuhi kriteria:
▪ memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)*
tertentu sebagaimana Lampiran F PMK; dan/atau
▪ telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE (Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor)
a. menyampaikan pemberitahuan pengurangan sebesar 30%
dari angsuran PPh Pasal 25 yang seharusnya terutang

*) sesuai KLU yang tercantum & dilaporkan Wajib Pajak dalam SPT Tahunan PPh Tahun 2018
PEMBERITAHUAN PENGURANGAN PPh PASAL

▪ Wajib Pajak menyampaikan


pemberitahuan secara tertulis
25
kepada Kepala KPP terdaftar

▪ Pengurangan berlaku sejak


Masa Pajak pemberitahuan
sampai dengan Masa Pajak
September 2020

Jika Wajib Pajak tidak memenuhi kriteria,


Kepala KPP dalam 5 hari kerja
menerbitkan surat pemberitahuan tidak
berhak mendapatkan pengurangan
besarnya angsuran PPh Pasal 25
PPh PASAL
Kewajiban Wajib Pajak yang

25
memanfaatkan pengurangan
besarnya angsuran PPh Pasal 25

▪ Wajib Pajak harus menyampaikan


Laporan Realisasi Pengurangan
Besarnya Angsuran PPh Pasal 25
setiap 3 bulan kepada Kepala KPP

▪ Laporan disampaikan paling lambat


tanggal:
a. 20 Juli 2020
(Masa Pajak April-Juni 2020)
b. 20 Oktober 2020
(Masa Pajak Juli-September 2020)
RESTITUSI PPN DIPERCEPAT
selama 6 bulan untuk Eksportir & Non Eksportir
PENERIMA INSENTIF

Wajib Pajak yang: PPN


a. memenuhi kriteria:
▪ memiliki kode Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
tertentu sebagaimana Lampiran F PMK; atau
▪ telah ditetapkan sebagai Perusahaan KITE (Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor)*
DAN
b. menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar (LB) restitusi
dengan jumlah LB paling banyak 5 Miliar rupiah

*) Keputusan Menkeu mengenai penetapan Perusahaan yang mendapat fasilitas KITE


dilampirkan pada SPT Masa PPN yang diajukan permohonan pengembalian pendahuluan
PPN
• PEMBERIAN INSENTIF

▪ Wajib Pajak yang memenuhi kriteria dan


menyampaikan SPT Masa PPN LB dapat
diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak sebagai PKP
berisiko rendah

▪ SPT Masa PPN yang diberikan pengembalian


pendahuluan meliputi Masa Pajak sejak berlakunya
PMK ini, sampai dengan Masa Pajak September 2020,
dan disampaikan paling lama 31 Oktober 2020
PKP BERISIKO RENDAH

Diberikan pengembalian pendahuluan, dengan


ketentuan: PPN
▪ PKP dimaksud tidak perlu menyampaikan
permohonan penetapan sebagai PKP berisiko rendah;
▪ Dirjen Pajak tidak menerbitkan keputusan penetapan
secara jabatan sebagai PKP berisiko rendah; dan
▪ PKP memiliki KLU tertentu sebagaimana Lampiran F
PMK ini atau fasilitas KITE yang masih berlaku saat
penyampaian SPT LB restitusi.

▪ Tanpa persyaratan melakukan kegiatan tertentu


seperti melakukan ekspor Barang Kena Pajak/Jasa
Kena Pajak, penyerahan kepada pemungut PPN, dan
penyerahan yang tidak dipungut PPN.

Tata cara dilakukan sesuai dengan PMK mengenai tata cara


pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
kecuali untuk penelitian pemenuhan kegiatan tertentu
per 16 Juli 2020, otoritas menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 86/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak untuk Wajib Pajak
Terdampak Pandemi Corona Virus Disease 2019 (PMK 86/2020).
Aturan ini terbit untuk menggantikan aturan sebelumnya, yaitu PMK
44/2020.. Terdapat beberapa perubahan yang perlu kita cermati
bersama terkait insentif pajak yang diatur dalam PMK 86/2020.

31
PPh Pasal 21

Perubahan yang paling terlihat dalam PMK 44/2020 terkait insentif PPh Pasal
21 adalah adanya penambahan jangka waktu insentif PPh Pasal 21 ditanggung
pemerintah (DTP). Sebelumnya, PMK 44/2020 mengatur insentif PPh Pasal 21
DTP diberikan sejak masa pajak April 2020 sampai dengan masa pajak
September 2020. Sementara sesuai dengan PMK 86/2020, insentif PPh Pasal
21 DTP diberikan sejak masa pajak April 2020 sampai dengan masa pajak
Desember 2020. Artinya, ada penambahan tiga bulan.
Selanjutnya, dalam PMK 86/2020 terdapat ketentuan baru yang belum diatur
dalam PMK 44/2020. Dalam PMK 86/2020, kewajiban pemberitahuan
pemanfaatan insentif PPh Pasal 21 DTP untuk wajib pajak berstatus pusat
yang memiliki cabang dilakukan oleh wajib pajak berstatus pusat.

32
PPh bagi Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu

Sama seperti insentif PPh Pasal 21 DTP, insentif PPh bagi wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu ditanggung pemerintah (PPh final UMKM DTP) juga
diperpanjang hingga masa pajak Desember 2020.
Di samping itu, terdapat klasul baru dalam PMK 86/2020 yang menyatakan
penyampaian laporan realisasi bagi wajib pajak yang belum memiliki Surat Keterangan,
dapat diperlakukan sebagai pengajuan Surat Keterangan untuk mendapatkan insentif
PPh final UMKM DTP. Terhadap wajib pajak tersebut, selanjutnya dapat diterbitkan Surat
Keterangan sepanjang memenuhi persyaratan untuk memperoleh Surat Keterangan.

33
PPh Pasal 22 Impor

Sama seperti insentif yang telah disebutkan di atas, dalam PMK 86/202, insentif
pembebasan PPh Pasal 22 impor juga ditambah durasinya, yang berlaku hingga
masa pajak Desember 2020. Di samping itu, ada satu hal yang menarik tentang
menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 impor.
Jika sebelumnya wajib pajak menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh
Pasal 22 impor setiap tiga bulan, dalam PMK 86/2020, aturan tersebut berubah.
Wajib pajak menyampaikan laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 impor
setiap satu bulan sekali, paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa
pajak berakhir.

34
PPh Pasal 25

Sama seperti insentif yang telah disebutkan di atas, dalam PMK 86/2020
insentif pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sebesar 30% juga ditambah
durasinya, yang berlaku hingga masa pajak Desember 2020.
Di samping itu, jika sebelumnya wajib pajak menyampaikan laporan realisasi
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 setiap tiga bulan, dalam PMK 86/2020
aturan tersebut berubah juga. Wajib pajak menyampaikan laporan realisasi
pengurangan angsuran PPh Pasal 25 setiap satu bulan sekali, paling lambat
tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.

35
Restitusi PPN Dipercepat

Adapun untuk insentif PPN berupa pengembalian pendahuluan kelebihan


pembayaran pajak sebagai PKP berisiko rendah, perubahan yang diatur dalam
PMK 86/2020 adalah mengenai jangka waktu pemanfaatannya.
Dalam aturan sebelumnya, SPT Masa PPN yang diberikan pengembalian
pendahuluan meliputi SPT Masa PPN termasuk pembetulan SPT Masa PPN sampai
dengan masa pajak September 2020 dan disampaikan paling lama tanggal 31
Oktober 2020.
Sementara dalam PMK 86/2020, SPT Masa PPN yang diberikan pengembalian
pendahuluan meliputi SPT Masa PPN, termasuk pembetulan SPT Masa PPN
sampai dengan masa pajak Desember 2020 dan disampaikan paling lama tanggal
31 Januari 2021.

36
Pengaruh insentif pajak terhadap penghasilan dan Terhadap Penerimaan
Negara

Https://money.Kompas.Com/read/2020/04/27/132421526/ada-insentif-pajak-penghasilan-apa-dampaknya-untuk-
pekerja?Page=all

https://www.pajak.go.id/id/artikel/mengenal-insentif-pajak-di-tengah-wabah-covid-19

37
TERIMA KASIH

38

Anda mungkin juga menyukai