Anda di halaman 1dari 5

Nama : Angelina Kitin

Nim : 11190084

“Pandemi Covid 19 dan Kontijensi”

Saya akan melakukan identifikasi terhadap laporan keuangan emiten milik “PT. Adhi
Karya Persero. Tbk”

Berikut link laporan keuangan yang dapat membantu mendukung opini saya terhadap
tugas ini :

https://adhi.co.id/wp-content/uploads/2022/03/Annual-Report-
2020_a3ba76c5000ebf6991924fe47c3b3b81a7cea5f7.pdf

PT. Adhi karya merupakan salah satu perusahaan emiten yang terdaftar di BEI,
bergerak dalam bidang konstruksi dalam melakukan pembangunan hunian, mall, dan
lainnya .

Namun sayang nya, saat pandemic covid perusahaan mengalami pengaruh yang
cukup signifikan dikarenakan pasar yang menurun untuk melakukan pembelian dalam hal
ini .

1) bagaimana dampak Pandemi Covid 19 berpengaruh terhadap penyusunan


serta pelaporan kewajiban perusahaan tersebut ?
Setelah terjadi nya pandemic covid menimbukan perubahan yang cukup
signifikan terhadap jumlah kewajiban atas beban pajak penghasilan – bersih yang dilaporkan
oleh perusahaan . di Tahun 2019 perusahaan melaporkan pembayaran untuk beban sekitar 4
miliar rupiah sedangkan di tahun 2020 hanya melaporkan sekitar 5 ratus jutaan. Dimana
kondisi ini dimungkinkan terjadi karena adanya penurunan pengeluaran kewajiban
perusahaan dalam membayar pajak, karena didasari terjadi nya penurunan laba yang
dihasilkan perusahaan karena menurun nya juga jumlah penjualan pada tahun 2020.

Hal ini dikarenakan juga karena ada nya pengakuan atas manfaat pajak
tangguhan yang semula di 2019 tidak diakui. Namun dengan adanya manfaat pajak
tangguhan ini bisa meringankan perusahaan dalam hal kewajiban yang harus dibayar dalam
kondisi keuangan yang tidak stabil .

2) Devidend
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas
pendanaan di 2020 adalah sebesar (Rp1.751) miliar, mengalami penurunan
sebesar Rp2.762 miliar atau 273,24% dari tahun sebelumnya Rp1.011 miliar.
Penurunan tersebut disebabkan karena turunnya penerimaan utang bank dan utang
obligasi sebesar Rp1.524 miliar atau setara 32,04% dari tahun 2019 sebesar
Rp4.759 miliar menjadi Rp3.234 miliar pada tahun 2020, serta akibat naiknya
pembayaran utang bank dan utang obligasi sebesar Rp1.219 miliar atau setara
43,71% dari tahun 2019 sebesar Rp2.789 miliar menjadi Rp4.009 miliar pada
tahun 2020, dan akibat turunnya pembayaran Deviden yang di lakukan perusahaan
sebesar 48,48% atau setara Rp62 miliar menjadi Rp66 miliar pada tahun 2020 dari
Rp129 miliar pada tahun 2019.
Hal lain yang menjadi signifikan setelah terjadinya pandemic covid ini adalah,
covid-19 ini menjadi topik utama saat pembahasan infomasi kelangsungan usaha. Yang
dimana memang pada kenyataan nya covid-19 mungkin menjadi permasalahan utama di
setiap perusahaan.

3) bagaimana dampak dari penerapan PSAK Adaptif (PSAK 8 dan PSAK 68)
terhadap penyusunan serta pelaporan kewajiban perusahaan tersebut ?

Pada seminar 21 Mei 2022, Dijelaskan bahwa PSAK 8 berkaitan dengan :


Peristiwa setelah periode pelaporan yakni peristiwa yang terjadi antara akhir
periode pelaporan sampai tanggal laporan keuangan tersebut diotorisasi untuk
terbit, baik peristiwa yang menguntungkan atau tidak.

Terdapat dua jenis peristiwa yang dimaksud yakni :


-Peristiwa yang perlu penyesuaian seperti
a) Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya kondisi yang terjadi pada
periode pelaporan dan secara signifikan akan mempengaruhi jumlah yang
tercatat dalam laporan keuangan
b) Menurut PSAK 8, perusahaan wajib menyesuaikan jumlah yang ada di
dalam laporan keuangan
○ Keputusan pengadilan yang menyatakan perusahaan memiliki
kewajiban kini pada tanggal neraca
○ Indikasi penurunan nilai suatu aset pada tanggal neraca, atau
penyesuaian jumlah rugi penurunan nilai yang telah diakui
○ Bagi laba atau bagi bonus
○ Kecurangan atau kesalahan

-Peristiwa yang tidak perlu penyesuaian seperti :

● Penurunan nilai pasar suatu investasi setelah tanggal neraca

● Penggabungan usaha yang signifikan setelah tanggal neraca

● Pengumuman penghentian operasi


● Pembelian dan pelepasan aset yang signifikan, pengambil-alihan aset oleh
pemerintah

● Kerusakan aset akibat kebakaran setelah tanggal neraca

a) Penggabungan usaha (ekspansi)

Ekspansi Pada tahun 2020 perusahaan melakukan ekspansi usaha pada segmen
investasi infrastruktur dengan membentuk anak usaha PT Jalintim Adhi Abipraya.
PT Jalintim Adhi Abipraya merupakan perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan akta notaris Rosida Rajagukguk Siregar,S.H., M.Kn., nomor 42
tanggal 13 Juli 2020 tentang Pendirian Perseroan Terbatas PT Jalintim Adhi
Abipraya, sebagaimana telah disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan
HAM nomor AHU-0032956.AH.01.01 tahun 2020. PT JAA didirikan oleh
Konsorsium ADHI-ABIPRAYA selaku Badan Usaha Pelaksana (BUP) atas
Proyek KPBU Kegiatan Preservasi Jalan Lintas Timur Sumatera Selatan di
Provinsi Sumatera Selatan. Para pihak sepakat untuk mendirikan untuk
melaksanakan proyek tersebut dengan porsi saham yang dimiliki oleh masing-
masing sebesar : • PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebesar 60%. • PT
Brantas Abipraya (Abipraya) sebesar 40%.

b) Penurunan nilai aset

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan tercantum informasi bahwa


seluruh tanah dijadikan jaminan pada utang bank yang dimana pada tahun 2020
nilai aset dari PT. Adhi karya ini menjadi menurun dan biaya perolehan pun
menjadi menurun dikarenakan aset yang dimiliki sudah dijaminkan berarti tidak
bisa diakui sebagai aset perusahaan pada saat periode tersebut .
Pada setiap tanggal pelaporan Grup menentukan apakah ada bukti objektif
bahwa terdapat indikasi penurunan nilai untuk menentukan apakah perlu untuk
mengakui penurunan nilai sehubungan dengan investasi pada entitas asosiasi Grup
dan entitas anak. Jika terdapat indikasi penurunan nilai, jumlah tercatat investasi
yang tersisa (termasuk goodwill) diuji penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48:
(Revisi 2014), Penurunan Nilai Aset, sebagai suatu aset tunggal dengan
membandingkan antara jumlah terpulihkan (mana yang lebih tinggi antara nilai
pakai dan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual) dengan jumlah tercatatnya.
Rugi penurunan nilai yang diakui pada keadaan tersebut tidak dialokasikan pada
setiap aset yang membentuk bagian dari nilai tercatat investasi pada entitas
asosiasi. Setiap pembalikan dari penurunan nilai diakui sesuai dengan PSAK 48
sepanjang jumlah terpulihkan dari investasi tersebut kemudian meningkat.
Grup menghentikan penggunaan metode ekuitas sejak tanggal ketika
investasinya berhenti menjadi investasi pada entitas asosiasi sebagai berikut:
(a) jika investasi menjadi entitas anak;
(b) jika sisa kepentingan dalam entitas asosiasi merupakan aset keuangan,
maka Grup mengukur sisa kepentingan tersebut pada nilai wajar; dan
(c) ketika Grup menghentikan penggunaan metode ekuitas, Grup mencatat
seluruh jumlah yang sebelumnya telah diakui dalam penghasilan komprehensif
lain yang terkait dengan investasi tersebut menggunakan dasar perlakuan yang
sama dengan yang disyaratkan jika investee telah melepaskan secara langsung aset
dan liabilitas terkait.. Ketika Grup melakukan transaksi dengan entitas asosiasi,
keuntungan dan kerugian dieliminasi sebesar kepentingan mereka dalam entitas
asosiasi.

Kesimpulan :
Laporan yang disajikan oleh PT. Adhi Karya sudah sesuai menurut PSAK 8
dan PSAK 48 dimana kejadian yang tidak harus disesuaikan, memang tidak
dilakukan penyesuaian. Dengan adanya PSAK ini pun tidak memberatkan
perusahaan missal adanya pengakuan manfaat pajak tangguhan yang bisa
meringankan beban pajak perusahaan .

Anda mungkin juga menyukai