Anda di halaman 1dari 9

Tugas Akuntansi Keuangan Menengah III

Analisis Laporan Keuangan

Disusun Oleh :

1. Lola Nur Rizqi Laila 041811333162


2. Indhira Salsabila Azhar 041811333173
3. Nabilla Alya Safitri Setiawan 041811333200

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
1. Error apa saja yang menyebabkan laporan keuangan Garuda harus disajikan
kembali?

Jawab :

Error yang dilakukan PT. Garuda Indonesia (Persero) atas laporan keuangan
tahun 2018 mengandung salah saji yang material, yaitu memasukkan keuntungan dari
PT Mahata Aero Teknologi. Laporan Keuangan 2018 PT Garuda Indonesia (Persero)
membukukan laba bersih US$809 ribu, berbanding terbalik dari 2017 yang merugi
US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III
2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Angka transaksi dengan PT.
Mahata Aero Teknologi sebesar US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga
mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama
tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih
merugi US$244,96 juta.

Selain itu, dalam pendapatan usaha lainnya atau pendapatan lain-lain terdapat
koreksi nominal yang sebelumnya sebesar USD 278,8 juta menjadi USD 38,8 juta.
Net loss yang dicatat sebelum adanya restatement adalah USD 5,018 juta dan
dikoreksi menjadi USD 175,028 juta. Dalam laporan restatement Garuda Indonesia
periode Q1-2019 terdapat penyesuaian pada aset menjadi USD 4,328 juta dari yang
sebelumnya yaitu USD 4,532 juta. Hal tersebut terjadi karena terdapat perubahan atas
piutang lain-lain menjadi USD 19,7 juta dari sebelumnya sebesar USD 283,8 juta dan
perubahan atas aset pajak tangguhan dari USD 45,3 juta menjadi USD 105,5 juta.
Tidak hanya dalam aset saja, terdapat penyesuain pada liabilitas yaitu menjadi USD
3,537 juta dari sebelumnya USD 3,561 juta.

2. Bagaimana perlakukan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan


pengungkapan) apabila terdapat error dalam laporan keuangan. Ilustrasikan
(tidak harus kasusnya Garuda) !

Jawab :

Apabila terdapat eror dalam laporan keuangan, suatu perusahaan wajib


menerapkan kebijakan restrospektif sesuai dengan PSAK 25 tentang Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Dalam PSAK tersebut
dijelaskan bahwa restrokpektif merupakan penyesuaian saldo awal setiap komponen
ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling awal dan jumlah komparatif
lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru
tersebut sudah diterapkan sebelumnya. Penerapan restrospektif dilakukan ketika
keadaan praktis. Keadaan praktis adalah keadaan dimana entitas dapat menerapkan
penerapa suatu pengaturan setelah seluruh usah yang rasional dilakukan.

Pengakuan dilakukan ketika ditemukan mengandung kesalahan material atau


tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian posisi keuangan,
kinerja keuangan, atau arus kas tertentu entiras. Pengungkapannya sendiri terjadi
ketika terjadi kesalahan pada periode sebelumnya. Entitas perlu mengungkapkan hal-
hal berikut:

a. Sifat dari kesalahan periode sebelumnya


b. jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis
1) untuk setiap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh
2) laba per saham dasar dan dilusian, jika PSAK 56: Laba Per Saham
diterapkan atas entitas.
c. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal
d. Jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode
sebelumnya tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan
penjelasan bagaiamana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.

Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada


laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:

a. Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana


kesalahan terjadi
b. Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu
sajian paling awal

Ketika mengoreksi kesalahan material periode lalu sepanjang tidak praktis


untuk menentukan :
a. Dampak spesifik periode kesalahan
● Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas
untuk periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif
adalah praktis (mungkin periode berjalan).
b. Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua
periode lalu
● Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi
kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.

Contoh Kasus

(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)

● Sebelum 1 Januari 2012, Perusahaan mencatat perjanjian sewa menara sebagai


sewa operasi, yang mana hal ini dipandang sebagai satu kesatuan antara tanah dan
bangunan, dan keseluruhan perjanjian tersebut diperlakukan sebagai sewa tanah.
● Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK 30 (revisi 2011) secara
retrospektif, di mana Perusahaan diharuskan melakukan klasifikasi elemen tanah
dan bangunan dalam perjanjian sewa menara secara terpisah apakah sebagai sewa
pembiayaan atau sewa operasi. Dampak utama PSAK 30 (revisi 2011) adalah
pengakuan aset dan kewajiban sewa pembiayaan atas elemen bangunan dalam
perjanjian sewa slot menara di mana Perusahaan bertindak sebagai lessee.
● Sebelum 1 Januari 2012, tidak ada panduan spesifik atas akuntansi untuk
perjanjuan konsesi jasa. Grup memperlakukan perjanjian ini sebagai kontrak
executory. Aset prasarana yang dibangun dalam perjanjian ini diperlakukan
sebagai aset tetap dan disusutkan selama taksiran masa manfaatnya.
● Efektif tanggal 1 Januari 2012, Grup telah menerapkan secara retrospektif ISAK
16, “Perjanjian Konsesi Jasa” dan ISAK 22, “Perjanjian Konsesi Jasa:
Pengungkapan”, untuk memperlakukan kontrak konsesi Perusahaan. Dampak
penerapan ISAK 16 dan ISAK 22 terdapat pada pengakuan pendapatan , aset
prasarana yang dibangun dalam perjanjian tidak diakui sebagai aset, dan
pengakuan aset keuangan.
● Sebelum 1 Januari 2011, menurut PSAK, goodwill diamortisasi dengan
menggunakan metode garis lurus berdasarkan masa manfaatnya. Mulai tanggal 1
Januari 2011, goodwill tidak diamortisasi melainkan dilakukan uji penurunan bagi
goodwill setiap tahun (pada 31 Desember) dan bila terdapat indikasi penurunan
nilai. Perubahan kebijakan akuntansi ini berdasarkan amandemen PSAK 22,
“Kombinasi Bisnis” yang diterapkan secara prospektif.
● Menurut PSAK, sampai tanggal 31 Desember 2009, pendapatan dari jasa
penyambungan diakui sebagai pendapatan pada saat penyambungan selesai
dilakukan (pasca-bayar) atau pada saat aktivasi kartu perdana (pra-bayar). Sejak 1
Januari 2010, komponen aktivasi dari penjualan paket perdana telah ditangguhkan
dan diakui sebagai pendapatan selama rata-rata masa hubungan yang diharapkan
dari pelanggan. Perubahan kebijakan akuntansi ini merupakan dampak dari
pencabutan PSAK 35, “Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi” yang
berlaku secara prospektif.

Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan Keuangan


Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan Keuangan
Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012

(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)

Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan


Keuangan Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012

(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)


Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012

(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)

3. Kapan laporan keuangan tidak perlu dinyatakan kembali walaupun terjadi


error?

Jawaban :

Dalam penyajian laporan keuangan suatu perusahaan, tidak jarang ditemukan


error yang menyebabkan laporan keuangan harus direvisi ataupun disajikan kembali.
Namun, apakah setiap error yang ada dalam sebuah laporan keuangan akan
menyebabkan laporan keuangan harus dinyatakan kembali?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mengacu pada PSAK No. 25 Laba
atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan
Kebijakan Akuntansi.
PSAK No. 25 mengelompokkan faktor utama yang mempengaruhi laporan
keuangan harus dinyatakan atau disajikan kembali ke dalam 3 kelompok, yaitu:

1. Perubahan Estimasi Akuntansi (changes in accounting estimates)


2. Kesalahan Mendasar (fundamental errors)
3. Perubahan Kebijakan Akuntansi (changes in accounting policies).

Apabila terdapat kesalahan atau error dalam sebuah laporan keuangan yang
tidak termasuk ke dalam ketiga kelompok tersebut dan tidak mempengaruhi keandalan
suatu laporan keuangan, maka suatu laporan keuangan tidak perlu untuk dinyatakan
kembali.

Sesuai dengan PSAK 25, koreksi kesalahan harus diberlakukan secara


retrospektif dimulai saat kesalahan tersebut ditemukan. Penyajian kembali retrospektif
adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan jumlah unsur-unsur
laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode sebelumnya tidak pernah terjadi.
PSAK 25 menyebutkan jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik
periode dari kesalahan pada informasi komparatif untuk satu atau lebih periode sajian,
maka entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabilitas, dan ekuitas untuk
periode paling awal di saat penyajian kembali restropektif adalah praktis (mungkin
periode berjalan). Pengungkapan diperlukan untuk menjelaskan alasan tidak praktis
tersebut. Perusahan tidak boleh memakai penerapan retrospektif bila memenuhi salah
satu kondisi berikut ini :

1. Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh penerapan retrospektif.


2. Penerapan retrospektif memerlukan penetapan asumsi-asumsi mengenai
rencana kerja pihak manajemen pada periode terdahulu.
3. Penerapan retrospektif memerlukan estimasi-estimasi signifikan terkait
periode terdahulu dan perusahaan tidak dapat secara objektif mengesahkan
informasi yang diperlukan dalam menetapkan estimasi-estimasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Martani. (2013). Koreksi Kesalahan [Online]. Available at:


https://staff.blog.ui.ac.id/martani/2013/01/07/koreksi-kesalahan/ (Accessed: 13 April 2020).

Dwi Martani. (2014). Perubahan Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Koreksi Kesalahan
[Online]. Available at: https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2014/02/AK2-Pertemuan-14-
Perubahan-Kebijakan-Akuntansi.pptx (Accessed: 14 April 2020).

Hardi. (2008). Koreksi atau Penyajian Kembali Laporan Keuangan, bagaimana


pengaturannya menurut PSAK ? (bagian 1) [Online]. Available at: http://auditme-
post.blogspot.com/2008/08/koreksi-atau-penyajian-kembali-laporan.html?m=1(Accessed: 13
April 2020).

IAI. (2016). Standar Akuntansi Keuangan. Revisi 2016. Jakarta: IAI.

Manajemen Garuda. (2019). Laporan Keuangan Audited 2018 dan Q1/2019 Disajikan
Kembali ; Garuda Indonesia Bukukan Laba Usaha Sebesar 19,7 Juta Dollar pada Q1-2019,
26 Juli [online]. Available at :
https://www.idx.co.id/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/Fro
m_EREP/201907/f31eee7581_bd9671105a.pdf (Accessed: 13 April 2020).

Anda mungkin juga menyukai