Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO), TBK.

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH III

KELAS N

DISUSUN OLEH:

1. TIARA EVA TRESNA 041711333260

2. M. TOLHA RAMADHANI 041811333003

3. SUHAM CAHYONO 041811333013

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2020
1. Error apa saja yang menyebabkan laporan keuangan Garuda harus disajikan
kembali?

Pada 26 Juli 2019, PT. Garuda Indonesia (PERSERO), TBK. memposting berita pers
tentang laporan keuangan yang telah diaudit pada tahun 2018 dan laporan keuangan Q1/2019
untuk disajikan kembali (restatement). Sesuai dengan pernyataan dari Direktur Keuangan dan
Manajemen Risiko Garuda Indonesia Fuad Rizal, ia mengatakan bahwa penyajian kembali
(restatement) laporan laba rugi periode buku 2018 dan LK Q1 2019 merupakan bentuk tindak
lanjut perusahaan atas hasil putusan regulator (Otoritas Jasa Keuangan dan Badan Pemeriksa
Keuangan) terkait laporan kinerja keuangan perseroan. Dalam proses penyajian laporan
restatement tersebut, PT. Garuda Indonesia telah melaksanakan korespondensi dengan OJK
dan stakeholder lainnya dalam memastikan penyesuaian aturan dan prinsip compliance dalam
penyajian laporan restatement tersebut.
Dalam kaitan penyajian ulang Laporan Keuangan 2018, Garuda Indonesia
mencatatkan laporan pendapatan usaha sebesar USD 4,37 Milyar, tidak mengalami
perubahan dari laporan pendapatan sebelumnya. Sementara itu, Pendapatan usaha lainnya
(pendapatan lain-lain) terkoreksi menjadi USD 38,8 Juta dari sebelumnya USD 278,8 juta.
Dalam laporan restatement ini Garuda Indonesia mencatatkan net loss sebesar USD 175,028
juta dari sebelumnya laba sebesar USD 5,018 juta.
Sementara itu, pada laporan restatement Garuda Indonesia pada periode Q1 -2019
(Kuartal 1-2019) tercatat mengalami sejumlah penyesuaian pada indikator Aset menjadi
sebesar USD 4,328 Juta dari sebelumnya USD 4,532 juta. Adapun perubahan total indikator
Aset tersebut diakibatkan oleh penyesuaian pada pencatatan Piutang Lain-Lain menjadi
sebesar USD 19,7 juta dari sebelumnya sebesar USD 283,8 juta. Aset pajak tangguhan juga
mengalami penyesuaian menjadi USD 105,5 juta dari sebelumnya USD 45,3 juta. Lebih
lanjut, liabilitas perseroan pada penyajian kembalian laporan keuangan Q1-2019 juga
mengalami penyesuaian menjadi USD 3,537 juta dari sebelumnya USD 3,561 juta.
2. Bagaimana perlakukan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan) apabila terdapat error dalam laporan keuangan. Ilustrasikan
(tidak harus kasusnya Garuda).
Kesalahan laporan laba rugi yang diakibatkan klasifikasi pendapatan dan beban yang
tidak sesuai tidak mempengaruhi laporan posisi keuangan dan laba bersih. Kesalahan
yang mempengaruhi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
1. Counterbalancing errors: kesalahan yang akan tertutupi dengan sendirinya
selama 2 periode
a. Jika perusahaan telah melakukan tutup buku: Jika kesalahan sudah tertutupi,
tidak perlu jurnal sedangkan apabila Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal
penyesuaian atas neraca saldo laba ditahan.
b. Jika perusahaan belum tutup buku: Jika kesalahan telah tertutupi, buat jurnal
untuk membetulkan kesalahan periode berjalan dan untuk menyesuaikan saldo
awal laba ditahan Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal untuk menyesuaikan
saldo awal laba ditahan
c. Jika perusahaan menyajikan laporan perbandingan, maka kesalahan harus
disajikan ulang untuk tujuan perbandingan, termasuk jika jurnal perbaikan tidak
diperlukan.
2. Non-counterbalancing errors: kesalahan yang tidak akan tertutupi pada periode
akuntansi selanjutnya (memerlukan waktu lebih dari 2 periode untuk memperbaiki
diri sendiri)
Terkait dengan perlakuan akuntansi apabila terdapat error dalam Laporan
Keuangan, maka terdapat beberapa perlakuan akuntansi yang harus dilakukan:
1. Perlakuan Akuntansi terkait dengan Pengakuan, Ketika terjadi Error dalam
Laporan Keuangan menurut PSAK 25 (Revisi 2009), maka ada 2 pengakuan
yang dapat dilakukan yaitu penyajian secara Restropektif dan Prospektif.
Berdasarkan pada DE PSAK 25, pengakuan secara Restropektif dilakukan
dengan cara entitas menyesuaikan saldo awal setiap komponen ekuitas yang
terpengaruh untuk periode sajian paling awal dan jumlah komparatif lainnya
diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru
tersebut sudah diterapkan sebelumnya, sedangkan penerapan secara prospektif
Penerapan Prospektif adalah suatu penerapan dampak perubahan kebijakan
akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang terjadi setelah
tanggal perubahan kebijakan tersebut.
2. Perlakuan Akuntansi terkait dengan Pengukuran dan Penyajian, dalam PSAK
25 (Revisi 2009) terdapat perlakuan yang diterapkan pada Error atau
Kesalahan dalam Laporan keuangan, maka entitas diwajibkan menyajikan
kembali baik aset, liability, maupun equity untuk periode paling awal dimana
penyajian kembali restrofektif adalah efektif. Entitas mengoreksi kesalahan
material periode sebelumnya secara retrospektif pada laporan keuangan
lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya kesalahan dengan:
a. menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode sebelumnya
yang disajikan dimana kesalahan terjadi; atau
b. jika kesalahan terjadi sebelum periode sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk
periode sebelumnya sajian paling awal
3. Perlakuan Akuntansi terkait dengan Pengungkapan, dalam PSAK 25
dinyatakan bahwa:
a. Sifat kesalahan periode lalu;
b. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:
c. Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
d. LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
e. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
f. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode
lalu tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan
penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.
ILUSTRASI:
PT Indosat Tbk dan Entitas Anak

Sebelum 1 Januari 2012, Perusahaan mencatat perjanjian sewa menara sebagai sewa
operasi, yang mana hal ini dipandang sebagai satu kesatuan antara tanah dan bangunan, dan
keseluruhan perjanjian tersebut diperlakukan sebagai sewa tanah.

Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK 30 (revisi 2011) secara


retrospektif, di mana Perusahaan diharuskan melakukan klasifikasi elemen tanah dan
bangunan dalam perjanjian sewa menara secara terpisah apakah sebagai sewa pembiayaan
atau sewa operasi. Dampak utama PSAK 30 (revisi 2011) adalah pengakuan aset dan
kewajiban sewa pembiayaan atas elemen bangunan dalam perjanjian sewa slot menara di
mana Perusahaan bertindak sebagai lessee.
Sebelum 1 Januari 2012, tidak ada panduan spesifik atas akuntansi untuk perjanjuan
konsesi jasa. Grup memperlakukan perjanjian ini sebagai kontrak executory. Aset prasarana
yang dibangun dalam perjanjian ini diperlakukan sebagai aset tetap dan disusutkan selama
taksiran masa manfaatnya
Efektif tanggal 1 Januari 2012, Grup telah menerapkan secara retrospektif ISAK 16,
“Perjanjian Konsesi Jasa” dan ISAK 22, “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”, untuk
memperlakukan kontrak konsesi Perusahaan. Dampak penerapan ISAK 16 dan ISAK 22
terdapat pada pengakuan pendapatan , aset prasarana yang dibangun dalam perjanjian tidak
diakui sebagai aset, dan pengakuan aset keuangan.
Sebelum 1 Januari 2011, menurut PSAK, goodwill diamortisasi dengan menggunakan
metode garis lurus berdasarkan masa manfaatnya. Mulai tanggal 1 Januari 2011, goodwill
tidak diamortisasi melainkan dilakukan uji penurunan bagi goodwill setiap tahun (pada 31
Desember) dan bila terdapat indikasi penurunan nilai. Perubahan kebijakan akuntansi ini
berdasarkan amandemen PSAK 22, “Kombinasi Bisnis” yang diterapkan secara prospektif.
Menurut PSAK, sampai tanggal 31 Desember 2009, pendapatan dari jasa
penyambungan diakui sebagai pendapatan pada saat penyambungan selesai dilakukan (pasca-
bayar) atau pada saat aktivasi kartu perdana (pra-bayar). Sejak 1 Januari 2010, komponen
aktivasi dari penjualan paket perdana telah ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan
selama rata-rata masa hubungan yang diharapkan dari pelanggan. Perubahan kebijakan
akuntansi ini merupakan dampak dari pencabutan PSAK 35, “Akuntansi Pendapatan Jasa
Telekomunikasi” yang berlaku secara prospektif.

Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan Keuangan


Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan Keuangan
Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan Retrospektif Laporan Keuangan
Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
3. Kapan laporan keuangan tidak perlu dinyatakan kembali walaupun terjadi error?
Posisi keuangan kesalahan mempengaruhi hanya presentasi dari aset, kewajiban, atau ekuitas
akun. contoh adalah klasifikasi piutang jangka pendek sebagai bagian dari bagian investasi
dan klasifikasi dibayar catatan sebagai rekening dibayar.
Perusahaan harus membuat sebuah catatan reklasifikasi ketika ia menemukan kesalahan jika
hal itu membuat penemuan pada tahun yang sama di mana kesalahan terjadi. Jika kesalahan
terjadi pada periode sebelumnya, perusahaan tidak perlu untuk membuat sebuah catatan
klasifikasi tanggal penemuan karena account untuk tahun berjalan dengan benar dinyatakan.
(ingat bahwa perusahaan telah menutup rekening pernyataan pendapatan dari sebelumnya
periode Saldo laba). Jika perusahaan mempersiapkan pernyataan comprative yang
menyertakan tahun kesalahan, ini mengulangi pernyataan pendapatan untuk tahun kesalahan.
Sebuah perusahaan tidak dapat memahami kondisi masa depan dan peristiwa dan efek
mereka dengan pasti.Estimasi akuntansi akan berubah karena peristiwa baru terjadi,
perusahaan memperoleh lebih banyak pengalaman, atau karena memperoleh informasi
tambahan.
Prospective Reporting
Perusahaan melaporkan prospektif perubahan estimasi akuntansi. Artinya, perusahaan tidak
harus menyesuaikan hasil dilaporkan sebelumnya untuk perubahan estimasi. Sebaliknya,
mereka menjelaskan dampak dari semua perubahan estimasi dalam :
1. Periode perubahan jika efek perubahan periode saja (misalnya perubahan dalam
perkiraan jumlah kredit macet hanya mempengaruhi pendapatan periode berjalan),
atau
2. Periode perubahan dan periode mendatang jika perubahan mempengaruhi (misalnya
perubahan taksiran masa manfaat aset yang harus didepresiasi mempengaruhi beban
depresiasi di masa sekarang dan masa depan).
IASB dilihat perubahan estimasi sebagai koreksi berulang normal dan penyesuaian, hasil
alami dari proses akuntansi. Melarang perawatan retrospektif. Keadaan yang berhubungan
dengan perubahan estimasi berbeda dengan untuk perubahan kebijakan akuntansi.Jika
perusahaan melaporkan perubahan estimasi retrospektif, penyesuaian tahun sebelumnya
pendapatan akan terjadi. Oleh karena itu, perusahaan harus menangani revisi tersebut pada
periode kini dan masa depan.
Disclosures
Sebuah perusahaan harus mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi
yang memiliki efek pada periode saat ini atau diharapkan memiliki efek di masa mendatang
(kecuali tidak praktis untuk memperkirakan efek tersebut).
Untuk sebagian besar, perusahaan tidak perlu mengungkapkan perubahan estimasi akuntansi
dibuat sesuai operasi normal, seperti “bad debt expense” atau persediaan usang, kecuali
perubahan tersebut bersifat material.

Anda mungkin juga menyukai