Tujuan PSAK 1
PSAK No. 1 mengatur komponen laporan keuangan yang di sajikan oleh
perusahaan yaitu berupa laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan
Karakteristik Umum LK
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
Dalam penyajian LK harus dilakukan secara jujur, membuat pernyataan
eksplisit dan tanpa terkecuali terhadap SAK dalam CALK, serta tidak dapat
memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat.
2. Kelangsungan usaha
a. Penyajian LK harus disusun berdasar asumsi kelangsungan usaha.
b. Jika terdapat ketidakpastian akan kelangsungan usaha maka perusahaan
harus mengungkapkan hal tersebut, dasar penyajian laporan keuangan,
dan alasannya.
c. Dasar akrual
Entitas menyusun laporan keuangan dengan dasar akrual kecuali
laporan arus kas. Pada dasar akrual, pendapatan atau beban diakui
ketika pendapatan atau beban tersebut telah terjadi.
d. Materialitas dan penggabungan
Untuk materialitas adalah entitas menyajikan secara terpisah kelompok
pos sejenis yang material. Sedangkan, maksud dari penggabungan
adalah pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika
nilainya tidak material, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang
sejenis dalam LK atau disajikan terpisah dalam catatan atas LK.
e. Saling hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu
PSAK.
f. Frekuensi pelaporan
Entitas wajib menyajikan LK lengkap setidaknya secara tahunan. Jika
akhir periode pelaporan berubah, maka entitas mengungkapkan alasan
penggunaan periode tersebut dan fakta bahwa jumlah yang disajikan
dalam LK tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.
g. Informasi komparatif
Terdapat 2 klasifikasi perbedaan informasi komparatif, yakni:
Persyaratan Minimum Komparatif
Tambahan Informasi Komparatif Sukarela
h. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam LK antarperiode dilakukan
secara konsisten, kecuali:
Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi
entitas atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara
jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih
tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25
(revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Kesalahan; atau
Perubahan tersebut diperkenankan dalam PSAK.
Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin
timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran,
kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan kebijakan
akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Dalam
mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan dengan
periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode
berikutnya harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Setiap
kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui. Kesalahan ditinjau dari sifat
kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu:
(a) Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu kesalahan tidak berulang
yang terjadi pada periode berjalan dan kesalahan tidak berulang yang terjadi
pada periode sebelumnya. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode
berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA
atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
(b) Kesalahan berulang dan sistemik
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan
terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak
yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak. Kesalahan berulang dan sistemik tidak
memerlukan koreksi, melainkandicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA
maupun pendapatan-LO yang bersangkutan. Koreksi kesalahan atas
pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja)
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan.
Sebagai contoh, perubahan estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO
tahun perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat aset tetap
tersebut. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak memungkinkan,
harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.
Operasi yang Tidak Dilanjutkan
Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang
berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan,
sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi,
program, atau kegiatan yang lain. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan, misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian
apabila ada, harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Agar
Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu
harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun
berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan
Keuangan. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun
berjalan, diakuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu
berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat
rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi
masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.
RINGKAS
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan
keuangan bertujuan umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur
persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
2. Dasar akrual;
3. Materialitas dan penggabungan;
4. Saling hapus;
5. Frekuensi pelaporan;
6. Informasi komparatif; dan
7. Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan
syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuang
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan