Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 3 : PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

NAMA : ARI PURWANTO


NIM : 143239001
PROGRAM : PPAK UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tujuan PSAK 1
PSAK No. 1 mengatur komponen laporan keuangan yang di sajikan oleh
perusahaan yaitu berupa laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
posisi keuangan, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan

Ruang Lingkup PSAK 1


1. Persyaratan penyajian Laporan Keuangan
2. Struktur Laporan Keuangan
3. Persyaratan minimum
4. Isi Laporan keuangan

Berlaku untuk seluruh entitas, termasuk entitas yang menyajikan LK konsolidasian


dan LK tersendiri sebagaimana diatur dalam PSAK 4: Laporan keuangan
Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri. Kecuali untuk:
1. Entitas Syariah (diatur dalam PSAK 101)
2. Laporan Keuangan Interim Ringkas (diatur dalam PSAK 3)

Tujuan Laporan Keuangan


“Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
dalam pembuatan keputusan ekonomi.” Disini yang bertugas memberikan informasi
adalah Perusahaan kepada Para Pemangku Kepentingan (stakeholders).

Komponen Laporan Keuangan Lengkap :


1. Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain selama periode
3. Laporan Perubahan Ekuitas selama periode
4. Laporan Arus Kas selama periode
5. CALK: Informasi Komparatif mengenai periode sebelumnya
6. Laporan Posisi Keuangan Awal Periode Sebelumnya

Tanggung Jawab atas Laporan Keuangan


“Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian LK entitas.”
Manajemen entitas disini adalah manajemen dari suatu perusahaan.

Karakteristik Umum LK
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
Dalam penyajian LK harus dilakukan secara jujur, membuat pernyataan
eksplisit dan tanpa terkecuali terhadap SAK dalam CALK, serta tidak dapat
memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat.
2. Kelangsungan usaha
a. Penyajian LK harus disusun berdasar asumsi kelangsungan usaha.
b. Jika terdapat ketidakpastian akan kelangsungan usaha maka perusahaan
harus mengungkapkan hal tersebut, dasar penyajian laporan keuangan,
dan alasannya.
c. Dasar akrual
Entitas menyusun laporan keuangan dengan dasar akrual kecuali
laporan arus kas. Pada dasar akrual, pendapatan atau beban diakui
ketika pendapatan atau beban tersebut telah terjadi.
d. Materialitas dan penggabungan
Untuk materialitas adalah entitas menyajikan secara terpisah kelompok
pos sejenis yang material. Sedangkan, maksud dari penggabungan
adalah pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika
nilainya tidak material, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang
sejenis dalam LK atau disajikan terpisah dalam catatan atas LK.
e. Saling hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu
PSAK.
f. Frekuensi pelaporan
Entitas wajib menyajikan LK lengkap setidaknya secara tahunan. Jika
akhir periode pelaporan berubah, maka entitas mengungkapkan alasan
penggunaan periode tersebut dan fakta bahwa jumlah yang disajikan
dalam LK tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan.
g. Informasi komparatif
Terdapat 2 klasifikasi perbedaan informasi komparatif, yakni:
 Persyaratan Minimum Komparatif
 Tambahan Informasi Komparatif Sukarela
h. Konsistensi penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam LK antarperiode dilakukan
secara konsisten, kecuali:
 Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi
entitas atau mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara
jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih
tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25
(revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Kesalahan; atau
 Perubahan tersebut diperkenankan dalam PSAK.

Komponen Laporan Keuangan :


1. Laporan Posisi Keuangan Minimum Line Item:
a. Informasi minimal yang harus disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan dan
dapat ditambahkan jika penambahan tersebut relevan.
b. Penyajian dalam line atau dalam CALK tergantung pada materialitas
informasi tersebut.
c. Membedakan aset lancar dan asset tidak lancar serta liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka panjang.
2. Komponen Laporan Keuangan Secara Lengkap
a. Laporan Posisi Keuangan, Minimum Line Item:
 Informasi minimal yang harus disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan
dan dapat ditambahkan jika penambahan tersebut relevan.
 Penyajian dalam line atau dalam CALK tergantung pada materialitas
informasi tersebut.
 Membedakan aset lancar dan asset tidak lancar serta liabilitas jangka
pendek dan liabilitas jangka panjang.

Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar apabila:


 Mengharapkan akan merealisasikan aset atau bermaksud menjualnya
dalam siklus operasi normal
 Mengharapkan merealisasikan aset 12 bulan setelah pelaporan
 Memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan
 Kas atau setara kas, kecuali apabila dibatasi pertukarannya atau
penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurangnya 12 bulan
setelah periode pelaporan.
*Diluar kategori ini dikelompokan sebagai aset tidak lancar.*

Entitas mengklasifikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek


apabila:
 Mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya
 Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka 12 bulan
setelah periode pelaporan
 Memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan
 Tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian liabilitas
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan
b. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain (Laporan
Penghasilan Komprehensif) menyajikan, sebagai tambahan atas bagian
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain:
a) Laba rugi
b) Total penghasilan komprehensif lain
c) Penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain.
 Jika entitas menyajikan Laporan Laba Rugi Terpisah, maka entitas tidak
menyajikan bagian laba rugi dalam laporan yang menyajikan penghasilan
komprehensif.
 Entitas mengungkapkan pos-pos di bawah ini dalam Laporan Laba Rugi
dan Penghasilan Komprehensif Lain:
Laba rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada:
i. Kepentingan nonpengendali; dan
ii. Pemilik entitas induk
Penghasilan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan
kepada:
a. Kepentingan nonpengendali; dan
b. Pemilik entitas induk
 Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan terpisah, maka entitas
menyajikan (a) dalam laporan tersebut.
 Bagian Laba Rugi atau Laporan Laba Rugi
a. Pendapatan
b. Biaya keuangan
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas
d. Beban pajak
Jumlah tunggal untuk total operasi yang dihentikan (lihat PSAK 58: Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan)
 Bagian Penghasilan Komprehensif Lain
Bagian penghasilan komprehensif lain menyajikan pos-pos untuk jumlah
penghasilan komprehensif lain dalam periode berjalan, diklasifikasikan
berdasarkan sifat (termasuk bagian penghasilan komprehensif lain dari
entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat menggunakan metode
ekuitas) dan dikelompokkan sesuai dengan SAK:
a. Tidak akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi; dan
b. Akan direklasifikasi lebih lanjut ke laba rugi ketika kondisi tertentu
terpenuhi.
 Entitas tidak diperkenankan untuk menyajikan pos-pos penghasilan dan
beban sebagai pos luar biasa dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensif Lain atau dalam CALK.
 Penghasilan Komprehensif Lain Selama Periode
Yaitu perubahan aset atau liabilitas yang tidak memengaruhi laba pada
periode berjalan, yang disebabkan oleh :
Selisih revaluasi aset tetap (PSAK 16 & ISAK 19)
a. Perubahan nilai investasi sekuritas available for sales (PSAK 55)
b. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti (PSAK
24)
c. Translasi laporan keuangan (PSAK 10)
d. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian lindung nilai arus kas
(PSAK 55)
3. Laporan Perubahan Ekuitas
 Menunjukan total laba rugi komprehensif selama suatu periode yang
diatribusikan kepada entitas induk dan pihak non pengendali
 Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif
 Rekonsiliasi antara saldo awal dan akhir periode yang timbul dari laba rugi,
masing-masing pos penghasilan komprehensif lain, dan transaksi dengan
pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik
 Jumlah dividen yang diatribusikan kepada pemilik dan nilai dividen per
saham diungkapkan dalam CALK.
4. Laporan Arus Kas
Penjelasan detail dijelaskan pada PSAK 2 tentang Laporan Arus Kas.
5. CALK
 Menyajikan informasi dasar penyusunan LK dan kebijakan akuntansi,
seperti dasar pengukuran, kebijakan yang relevan, asumsi dalam estimasi
 Mengungkapkan informasi yang tidak disajikan dalam bagian manapun
dalam LK tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami Laporan
Keuangan
 Pengungkapan lain:

》Jumlah dividen diumumkan atau diumumkan sebelum

penyelesaian Laporan Keuangan

》Jumlah dividen preferen yang tidak diakui.


Estimasi akuntansi : Suatu penaksiran atas suatu jumlah moneter ketika metode
pengukuran yang akurat tidak tersedia. Istilah ini digunakan untuk suatu jumlah yang
diukur pada nilai wajar ketika terdapat ketidakpastian estimasi dan untuk jumlah lain
yang memerlukan estimasi.

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN


ESTIMASI AKUNTANSI DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN (PSAP 10)

Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa periode
sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin
timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh pengguna anggaran,
kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan kebijakan
akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Dalam
mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang berhubungan dengan
periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan baik Saldo Anggaran
Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang berpengaruh material pada periode
berikutnya harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Setiap
kesalahan harus dikoreksi segera setelah diketahui. Kesalahan ditinjau dari sifat
kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu:
(a) Kesalahan tidak berulang
Kesalahan tidak berulang adalah kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi
kembali, dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu kesalahan tidak berulang
yang terjadi pada periode berjalan dan kesalahan tidak berulang yang terjadi
pada periode sebelumnya. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi
pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode
berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun
pendapatan-LO atau akun beban. Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila
laporan keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-LRA
atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
(b) Kesalahan berulang dan sistemik
Kesalahan berulang dan sistemik adalah kesalahan yang disebabkan sifat
alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan
terjadi secara berulang. Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak
yang memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak. Kesalahan berulang dan sistemik tidak
memerlukan koreksi, melainkandicatat pada saat terjadi pengeluaran kas untuk
mengembalikan kelebihan pendapatan dengan mengurangi pendapatan-LRA
maupun pendapatan-LO yang bersangkutan. Koreksi kesalahan atas
pengeluaran belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja)
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA.

Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan pembetulan pada


akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh koreksi kesalahan belanja:
(a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai tahun lalu
karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan pendapatan lain-lain-LRA.
(b) yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset, yaitu
belanja modal yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan
belanja tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.
(c) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja pegawai tahun lalu
yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih dan mengurangi saldo kas.
(d) yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang menghasilkan aset, yaitu
belanja modal tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi
akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun aset bersangkutan.
Contoh koreksi kesalahan untuk perolehan aset selain kas:
(a) yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap yang di-mark-up dan setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai
aset tersebut harus dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
(b) yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas yaitu pengadaan
aset tetap tahun lalu belum dilaporkan, dikoreksi dengan menambah akun
terkait dalam pos aset tetap dan mengurangi saldo kas.

Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga mengakibatkan


pengurangan beban, yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material posisi aset
selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan
dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

Contoh koreksi kesalahan beban:


(a) yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai tahun lalu
karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah pendapatan lain-lain-LO.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban pegawai tahun lalu
yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan mengurangi akun beban lain-lain-LO
dan mengurangi saldo kas.

Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak berulang yang


terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun maupun mengurangi posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut Saldo Anggaran Lebih. Contoh
koreksi kesalahan pendapatan-LRA:
(a) yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan negara
yang belum masuk ke kas Negara dikoreksi dengan menambah akun kas dan
menambah akun Saldo Anggaran Lebih.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat, dikoreksi oleh:
 pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Saldo
Anggaran Lebih dan mengurangi saldo kas.
 pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan menambah
Saldo Anggaran Lebih.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak berulang yang terjadi
pada periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas.

Contoh koreksi kesalahan pendapatan-LO:


(a) yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba perusahaan negara
yang belum masuk ke kas negara dikoreksi dengan menambah akun kas dan
menambah akun ekuitas.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan dana alokasi
umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah Pusat dikoreksi oleh:
1. pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun Ekuitas dan
mengurangi saldo kas.
2. pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan menambah
Ekuitas.

Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang


tidakberulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran
Lebih.

Contoh koreksi kesalahan terkait penerimaan pembiayaan:


(a) yang menambah saldo kas yaitu Pemerintah Pusat menerima setoran
kekurangan pembayaran cicilan pokok pinjaman tahun lalu dari Pemda A,
dikoreksi oleh Pemerintah pusat dengan menambah saldo kas dan menambah
akun Saldo Anggaran Lebih.
(b) yang mengurangi saldo kas terkait penerimaan pembiayaan, yaitu pemerintah
pusat mengembalikan kelebihan setoran cicilan pokok pinjaman tahun lalu dari
Pemda A dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan
mengurangi saldo kas.

Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran pembiayaan:


(a) yang menambah saldo kas yaitu kelebihan pembayaran suatu angsuran utang
jangka panjang sehingga terdapat pengembalian pengeluaran angsuran,
dikoreksi dengan menambah saldo kas dan menambah akun Saldo Anggaran
Lebih.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran utang
tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan mengurangi saldo kas dan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih.

Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan kewajiban yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya dan menambah maupun mengurangi posisi kas,
apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan.

Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:


(a) yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas karena
dikembalikannya kelebihan pembayaran angsuran suatu kewajiban dikoreksi
dengan menambah saldo kas dan menambah akun kewajiban terkait.
(b) yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu angsuran
kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu dikoreksi dengan menambah
akun kewajiban terkait dan mengurangi saldo kas.

Perubahan Kebijakan Akuntansi


Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan
aturan, dan praktik-praktik spesifik yang dipakai oleh suatu entitas pelaporan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Para pengguna Laporan Keuangan
perlu membandingkan laporan keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke
waktu untuk mengetahui kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan
arus kas. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan
secara konsisten pada setiap periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan,
atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis akuntansi,
kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan
akuntansi. Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih andal
dalam penyajian laporan keuangan entitas. Perubahan kebijakan akuntansi harus
disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas dan diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.

Perubahan kebijakan akuntansi tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:


(a) adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara
substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan
(b) adopsi suatu kebijakan akuntansi baru untuk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material.

Perubahan Estimasi Akuntansi


Perubahan estimasi adalah revisi estimasi karena perubahan kondisi yang
mendasari estimasi tersebut, atau karena terdapat informasi baru, pertambahan
pengalaman dalam mengestimasi, atau perkembangan lain. Agar memperoleh
Laporan Keuangan yang andal, maka estimasi akuntansi perlu disesuaikan antara
lain dengan pola penggunaan, tujuan penggunaan aset dan kondisi lingkungan
entitas yang berubah. Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi
disajikan pada Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan.

Sebagai contoh, perubahan estimasi masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO
tahun perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa manfaat aset tetap
tersebut. Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak memungkinkan,
harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh perubahan itu.
Operasi yang Tidak Dilanjutkan
Operasi tidak dilanjutkan adalah penghentian suatu misi atau tupoksi tertentu yang
berakibat pelepasan atau penghentian suatu fungsi, program, atau kegiatan,
sehingga aset, kewajiban, dan operasi dapat dihentikan tanpa mengganggu fungsi,
program, atau kegiatan yang lain. Informasi penting dalam operasi yang tidak
dilanjutkan, misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun
berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau
dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian
apabila ada, harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Agar
Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu segmen yang dihentikan itu
harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah nol untuk tahun
berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak pada Laporan
Keuangan. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun
berjalan, diakuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu
berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat
rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi
masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.

Bukan merupakan penghentian operasi apabila:


1. Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara
evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan publik
yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
2. Fungsi tersebut tetap ada.
3. Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah lain.
4. Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,
menjual
5. sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

Laporan Keuangan interim


Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan jika pihak
manajemen dan beberapa stakeholder membutuhkan laporan keuangan pada saat
tertentu. Laporan keuangan yang pada umumnya hanya dibuat pada akhir tahun,
akan disusun secara bulanan, triwulan, atau periode lainnya untuk diterbitkan dan
disebut sebagai laporan keuangan interim. Laporan keuangan interim diterbitkan
kurang dari jangka waktu satu tahun, namun masih mencakup seluruh komponen
laporan keuangan sesuai standar akuntansi, hanya saja kurang lengkap jika
dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan.
Di Indonesia, laporan keuangan interim dimuat dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan Interim yang terdapat
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Menurut PSAK 03 Laporan keuangan
interim minimum mencakup komponen berikut:
1. laporan posisi keuangan ringkas;
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain ringkas baik digabung
maupun dipisah;
3. laporan perubahan ekuitas ringkas;
4. laporan arus kas ringkas; dan
5. catatan penjelasan tertentu.
Jika Entitas menerbitkan laporan keuangan lengkap dalam laporan keuangan
interimnya, maka format dan isi laporan keuangan interim tersebut sesuai dengan
persyaratan PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan. Jika entitas menerbitkan
laporan keuangan ringkas dalam laporan keuangan interimnya, maka laporan
keuangan ringkas tersebut mencakup, minimum, setiap judul dan subjumlah yang
termasuk dalam laporan keuangan tahunan terkini dan catatan penjelasan tertentu
sebagaimana disyaratkan oleh Pernyataan ini. Pos atau catatan tambahan termasuk
dalam laporan keuangan tersebut jika kelalaian untuk mencantumkannya akan
menyebabkan laporan keuangan ringkas menjadi menyesatkan.
Mengenai Laporan keuangan interim pada akuntansi pemerintahan, Paragraf 51
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan menyebutkan: Kegiatan akuntansi
dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu dibagi menjadi periode-periode
pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang
dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan.
Namun, periode bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan. Selanjutnya
pada Paragraf 32 PSAP 01 tentang Penyajian laporan Keuangan menyebutkan:
Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam
situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari
satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut:
1. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
2. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas
dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Pada paragraf 33 sebagai penjelas disebutkan: Dalam situasi tertentu suatu entitas
pelaporan harus mengubah tangal pelaporannya, misalnya sehubungan dengan
adanya perubahan tahun anggaran. Pengungkapan atas perubahan tanggal
pelaporan adalah penting agar pengguna menyadari kalau jumlah-jumlah komparatif
tidak dapat diperbandingkan. Contoh selanjutnya adalah dalam masa transisi dari
akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah tanggal
pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada dalam entitas pelaporan untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan konsolidasian. Dengan demikian
pada Standar Akuntansi Pemerintahan belum diwajibkan untuk penyusunan Laporan
Keuangan Interim. Pun demikian pada IPSAS (International Public Sector
Accounting Standards). Tidak mewajibkan penyusunan Laporan Keuangan Interim.
Namun IPSAS mensyaratkan penyusunan laporan keuangan selambat-lambatnya 6
bulan sejak tanggal pelaporan.
Meskipun tidak diatur pada SAP kewajiban penyampaian laporan keuangan interim
ternyata telah dilaksanakan pada entitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pada pemerintah pusat sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
177/PMK.05/2014 sebagaimana diubah dengan 222/PMK.05/2016 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga. Unit Akuntansi pada kementerian negera Menyusun Laporan
keuangan semester I paling lambat pada tanggal 31 Juli 2022 dan laporan
keuangan Tahunan Unaudited paling lambat akhir bulan Februari Tahun berikutmya.
Sementara Unit Akuntansi diwajibkan Menyusun laporan Bulanan, triwulanan dan
Semesteran secara berjenjang. Laporan Bulanan dan Triwulanan terdiri dari
Laporan keuangan pokok saja yang dihasilkan dari sistem aplikasi tanpa catatatan
atas laporan keuangan. Laporan Semester dan Tahunan dilengkapi dengan CALK.
Pada Pemerintah daerah, diatur penyususnan laporan keuangan pada Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 77 Tahun 2020 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Daerah, disebutkan Laporan Keuangan pemerintah daerah untuk bulanan berupa
Laporan Realisasi Anggaran. Smentara Laporan Keuangan pemerintah daerah
untuk semesteran berupa Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca.
Tuntutan dan dorongan untuk menyampaikan laporan keuangan semakin menguat
dari internal pemerintah pusat dan daerah. Pemerintah pusat membutuhkan laporan
keuangan interim pada kementerian negara/Lembaga dikoordinasikan oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan laporan keuangan pemerintah
provinsi/kabupaten/kota dikoordinasikan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan, dan Kemebkerian Dalam Negeri. Laporan-laporan tersebut sangat
dibutuhkan dalam rangka pengelolaan keuangan yang lebih baik, pruden dan
optimal, khususnya dalam pengelolan kas dan utang pemerintah. Sejalan dengan
itu pengelolaan keuangan pemerintah pusat daerah dituntut untuk lebih dinamis,
transparan dan akuntabel dengan memperhatikan perkembangan ekonomi regional,
nasional dan internasional.
Laporan keuangan interim pemerintah juga digunakan oleh BI, BPS dan OJK. PIhak-
pihak tersebut mengolah data laporan keuangan baik di pusat maupun di daerah
sesuai dengan kebutuhan dan tugas dan fungsi masing-masing. BPS misalnya
menggunakan data keuangan untuk perhitungan indikator-indikator ekonomi dan
keuangan. Sementara BI dan OJK menggunakan data keuangan ekonomi keuangan
untuk analisis kebijakan moneter dan menjaga inflasi, suku bunga dan stabilitas
moneter. Selain Lembaga resmi papan atas, di daerah pun laporan keuangan
pemerintah dibutuhkan terkait kebutuhan masing-masing, seperti penyaluran dana
transfer dan dana desa. Dana transfer dibutuhkan oleh pemerintah daerah.
Sedangkan informasi dana desa bantuan pemerintah dibutuhkan oleh pemerintah
desa dan masyarakat.
Tersedianya informasi yang terkini memberi peluang bagi stakeholder untuk dapat
membuat kebijakan taktis dan strategis dalam mengantisipasi perkembangan ke
depan. Informasi realisasi anggaran mendapat prioritas utama bagi pemerintah
pusat dan daerah, karena berhubungan erat dengan pertumbuhan ekonomi.
Rendahnya penyerapan belanja sering digunakan sebagai alat pemacu distribusi
belanja pada periode berikutnya agar pertumbuhan ekonomi terjadi. Sementara itu
informasi ketersediaan kas yang tersaji di neraca juga sangat diperlukan untuk
kebijakan pembiayaan dan investasi.
Kebutuhan atas laporan keuangan interim
Akhir-akhir ini perkembangan tehnologi dan informasi semakin cepat, informasi hadir
silih berganti, bahkan sulit membedakan mana yang asli maupun yang rekayasa.
Pada dasarnya saat ini organisasi pemerintah telah menyajikan informasi keuangan
interim. Laporan yang disusun pada pemerintah pusat meliputi laporan keuangan
bulanan, triwulanan dan semester. Laporan Triwulanan. Pemerintah Pusat
setidaknya setiap bulan merelease perkembangan APBN melalui konferensi Pers
bertajuk APBN Kita yang dilakukan langsung oleh Menteri Keuangan. Bahkan
kegiatan ini disiarkan secara angsung melalui kanal yutube.com Kementerian
Keuangan yang dapat diakses secara terbuka. . Demikian juga di daerah
seharusnya mengikuti Langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Pusat agar
transparansi dan akuntabilitas terjaga dan meningkatnya control masyarakat. Saat
ini Pementah Menyusun laporan interim masih sebatas memenuhi peraturan dan
permintaan Lembaga seperti Kemendagri dan Ditjen Perimbangan Keuangan dan
belum dapat diakses secara terbuka.
Dengan adanya laporan interim ini entitas dapat menyediakan informasi lebih awal
(tepat waktu) sebagai salah satu karakteriktik kualitatif laporan keuangan, walaupun
terdapat constraint kelengkapan, seperti belum terakuntansikannya penyusutan dan
amotisasi dan informasi akrual lainnya. Stakeholder kunci dapat mempercepat
pengambilan keputusan taktis yang diperlukan agar lebih berdaya guna, daripada
menunggu setelah akhir tahun menunggu laporan keuangan tahunan
dipublikasikan. Isu-isu terkini dapat terungkap pada laporan keuangan interim ini
karena biaanya disertai dengan proyeksi-proyeksi yang akan datang berdasarkan
kondisi saat ini dan asumsi-asumsi yang digunakan.
Dukungan Teknologi informasi
Untuk dapat Menyusun laporan keuangan yang baik diperlukan teknologi informasi
akuntansi yang mampu mengolah data dan menyajikan laporan secara baik dan
sesegera mungkin. Saat dibutuhkan teknologi informasi harus mampu menyediaan
laporan yang dibutuhkan untuk disajikan kepada para stakeholders. Saat ini
penggunaaan teknologi informasi yang kredibel mutlak diperlukan untuk mendukung
manajemen dalam tugas sehari-hari termasuk laporan keuangan. Laporan yang
dibutuhkan masa kini harus cepat dan akurat agar manajemen tidak kehilangan
momentum yang tepat untuk mengambil kebijakan yang perlu segera dilakukan.
Sekarang ini pada sector pemerintah minimal laporan bulanan harus segera tersedia
paa awal bulan berikutnya. Untuk itu diperlukan teknologi yang mampu memenuhi
kebutuhan tersebut. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah
Pusat dalam hal ini kementerian keuangan sangat care terhadap laporan bulanan ini
baik pada kementerian negara maupun pada pemerintah daerah. Pada Kementerian
negara kementerian keuangan telah memiliki sistem informasi yang mampu
menghasilkan laporan secara bulanan, bahkan harian. Laporan tersebut dapat
diakses oleh satuan kerja, hingga kementerian negara/Lembaga. Namun demikian
belum tersedia regulasi untuk publikasi laporan tersebut. Publikasi laporan tersebut
masih bersifat sukarela.
Pada pemerintah daerah seharusnya dapat menreplikasi pelaporan pada
pemerintah pusat. Perlu disediakan sitem informasi yang handal yang mampu
mengolah data dan menyajikan informasi secara baik dan tepat waktu. Keberadaan
sistem akuntansi pada semua pemerintah daerah akan mendukung akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan keuangan. Pada masa lalu daerah diperkenankan
membangun sistem akuntansi masing-masing. Pada era sekarang ini telah dibangun
sistem informasi pemerintah daerah yang berbasis web yang akan digunakan
seluruh pemerintah daerah. Keberhasilan informasi ini juga sangat penting untuk
menyajikan laporan keuangan Tahunan maupun laporan keuangan interim. Bahkan
sesuai regulasi daerah setiap semester I selain Menyusun laporan keuangan juga
diwajibkan Menyusun prognosis realisasi anggaran pada semester II.
Apakah diperlukan standar Akuntansi untuk pelaporan keuangan interim pemerintah?
Saat ini belum ada standar akuntansi sektor publik atau pemerintahan yang
mengatur tentang pelaporan keuangan interim. Kebutuhan akan laporan keuangan
interim semakin tinggi baik dari pemerintah maupun masyarakat luas. Entitas yang
memiliki akntabilitas yang baik tentunya akan sukarela menyampaikan laporan
keuangan interim. Laporan keuangan interim dapat dijadikan ajang penyampaiaan
kinerja dan rencana kerja berikutnya. Bagi masayarakan akan memiliki info yang
sangat relevan dalam pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka
Panjang dengan informasi yang mereka peroleh lebih awal atnpa menunggu laporan
tahunan.
Diperlukan diskusi agar era akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
pemerintah pusat dan daerah melalui penyajian laporan keuangan interim. Baik oleh
pemerintah sendiri, KSAP, maupun akademisi, agar masyarakat manikmati sajian
informasi laporan keuangan dengan baik.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 101: PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN SYARIAH
PSAK 101 pertama kali dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada 27 Juni 2007. PSAK ini menggantikan
ketentuan terkait penyajian laporan keuangan syariah dalam PSAK 59: Akuntansi
Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada 1 Mei 2002.
Berdasarkan surat Dewan Pengurus Nasional (DPN) IAI No. 0823-
B/DPN/IAI/XI/2013 maka seluruh produk akuntansi syariah yang sebelumnya
dikeluarkan oleh DSAK IAI dialihkan kewenangannya kepada Dewan Standar
Akuntansi Syariah (DSAS) IAI.
Setelah pengesahan awal di tahun 2007, PSAK 101 mengalami amandemen dan
revisi sebagai berikut:
1. 16 Desember 2011 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1:
Penyajian Laporan Keuangan.
2. 15 Oktober 2014 sehubungan dengan adanya revisi atas PSAK 1 terkait
penyajian laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.
3. 25 Mei 2016 terkait penyajian laporan keuangan asuransi syariah pada
Lampiran B. Perubahan ini merupakan dampak dari revisi PSAK
108: Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. Perubahan ini berlaku efektif 1
Januari 2017.

RINGKAS
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah (selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan
keuangan bertujuan umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur
persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan atas transaksi syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK;
2. Dasar akrual;
3. Materialitas dan penggabungan;
4. Saling hapus;
5. Frekuensi pelaporan;
6. Informasi komparatif; dan
7. Konsistensi Penyajian

PSAK 101 juga memberikan penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan
syariah, mencakup:
1. Laporan Posisi Keuang
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai