Dosen Pengampu :
Eni Indriani, SE., MA.
Disusun Oleh :
1. Adinda Febriana Syaefuddin (A1C022001)
2. Cintiya Dewi Sakurahmatullah (A1C022011)
3. Erna Handayani (A1C022015)
4. Febby Putri Anggraini (A1C022016)
5. Ingke Nurahmaniah (A1C022020)
6. Ketut Julyanti (A1C022021)
7. Ni Nyoman Tri Sulensi Putri (A1C022030)
8. Ni Putu Jeny Rarasati (A1C022031)
9. Sopiatun Solehah (A1C022045)
AKUNTANSI/B
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2023
A. Pengertian Perubahan kebijakan akuntansi
- Perubahan akuntansi terjadi jika terdapat perubahan pada salah satu komponen
berikut :
a. Kriteria pengakuan
b. Dasar pengukuran
c. Metode penyajian
Pengungkapan
PSAK 25 (penyesuaian 2015) mengatur bahwa jika terjadi perubahan kebijakan akuntansi
maka laporan keuangan periode komparatif harus disajikan kembali dengan
menggunakan kebijakan akuntansi yang baru. Khusus untuk laporan posisi keuangan,
entitas juga harus menyajikan laporan posisi keuangan awal periode komparatif. Laporan
perubahan ekuitas bagian saldo laba harus disajikan kembali dengan melakukan
penyesuaian atas dampak perubahan kebijakan akuntansi.
C. Perubahan Prinsip
Pada saat mencatat kontrak-kontrak jangka panjang entitas/perusahaan dapat
mencatat berdasarkan berbagai metode. Persediaan dapat dicatat dengan metode FIFO,
LIFO, atau metode yang diakui lainnya. Metode-metode alternative ini sering kali sama
sama dapat digunakan oleh perusahaan tersebut. Tetapi pada kebanyakan, kriteria untuk
memilih metode tersebut tidaklah memadai. Akibatnya, perusahaan menganggap mudah
untuk melakukan perubahan dari suatu metode ke metode lain. Pada umumnya, pengaruh
perubahan prinsip akuntansi digambarkan dengan melaporkan pengaruh kumulatif
perubahan tersebut dalam perhitungan rugi-laba, pada periode terjadinya perubahan
tersebut. Penyesuaian kumulatif tersebut disajikan setelah pos luar biasa dan sebelum
laba bersih. Laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya yang dijadikan sebagai
perbandingan untuk laporan keuangan tahun berjalan, disajikan sebagaimana telah
dilaporkan. Pengaruh kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi biayanya harus
disesuaikan terhadap alokasi pajak antar periode. Perubahan tersebut sering berasal dari
metode yang digunakan baik untuk perpajakan maupun pelaporan, ke metode lain untuk
pelaporan. Perubahan retroaktif dalam metode untuk perpajakan pada umunya tidak
diperbolehkan. Dengan demikian, pajak penghasilan yang terhutang pada tahun berjalaan
biasanya tidak terpengaruh oleh perubahan tersebut. Sekalipun demikian, penyesuaian
perlu dibuat pada perkiraan pajak penghasilan yang ditangguhkan.
D. Koreksi Kesalahan
Kesalahan yang signifikan adalah kesalahan yang mengakibatkan penyajian yang besar
atas asset atau laba
Kesalahan akuntansi meliputi berikut:
a. Perubahan kebijakan akuntansi yang umumnya tidak diterima dengan kebijakan
akuntansi yang dapat diterima
b. Kesalahan matematis, seperti penghitungan persediaan
c. Perubahan estimasi yang terjadi karena ada itikad tidak baik dari perusahaan
d. Kelalaian, seperti kegagalan mengakru atau menangguhkan beban
e. Penyalahgunaan fakta
f. Klasifikasi biaya yang tidak tepat
Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan
unsur-unsur laporan keuangan.
Laporan keuangan dianggap tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan jika
mengandung kesalahan material. Namun kesalahan yang tidak material juga dapat
menyebabkan laporan keuangan dianggap tidak sesuai standar akuntansi keuangan
apabila kesalahan tidak material tersebut disengaja untuk mencapai suatu penyajian
laporan posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas tertentu.
E. Analisis Kesalahan
Perusahaan umumnya tidak mengkoreksi kesalahan yang tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyajian laporan keuangan. Perusahaan memerlukan kesalahan
sebagai penyesuaian periode sebelumnya dan melaporkan pada tahun berjalan sebagai
penyesuaian terhadap saldo laba awal.
Jika perusahaan menyajikan laporan keuangan komparatif, maka harus disajikan kembali
jumlah tersebut untuk tujuan perbandingan. Penyajian kembali ini diperlukan meskipun
ayat jurnal koreksi tidak diperlukan.
b) Kesalahan Non-penyeimbang
adalah kesalahan yang tidak diimbangi pada periode akuntansi berikutnya. Contohnya
adalah tidak mengapitalisasi peralatan yang memiliki masa manfaat lima tahun. Jika kita
segera membebankan aset ini, maka beban akan dinyatakan terlalu tinggi pada periode
pertama, tetapi akan dinyatakan terlalu rendah dalam empat periode berikutnya. Pada
akhir periode kedua, pengaruh kesalahan ini tidak sepenuhnya diimbangi. Laba neto
dinyatakan dengan benar secara keseluruhan pada akhir lima tahun karena aset tersebut
telah sepenuhnya disusutkan pada saat ini. Jadi, kesalahan nonpenyeimbang adalah
kesalahan yang memerlukan lebih dari dua periode untuk mengoreksinya.
Contoh Soal :
Penyusutan selama tahun 2013 dan 2014 = Rp49.500.000 x 2 tahun = Rp99.000.000 Nilai
tercatat Mesin per 31 Desember 2014 adalah Rp500.000.000 - Rp99.000.000 =
Rp401.000.000
Donald E, Kieso, Jerry J, Weygandt, Terry D (2018). Akuntansi Keuangan Menengah Vol 2
Intermediate Accounting Edisi IFRS.
Jusmani (2013). Pentingnya Koreksi Kesalahan Dalam Laporan Keuangan.Jurnal Media Wahana
Ekonomi. Vol. 10 No. 1 (2013).
Kartikahadi, H., Sinaga, R. U., Wahyuni, E. T., Siregar, S. V., & Syamsul, M. (2019). Akuntansi
Kuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku 2. Ikatan Akuntasni Indonesia (IAI).