Anda di halaman 1dari 16

SEKOLAH TINGGI PERPAJAKAN

INDONESIA

PERUBAHAN AKUNTANSI DAN ANALISIS KESALAHAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : RENATA NAIBAHO


KELAS : AP-B
NPM : 19302174
MATA KULIAH : TEORI AKUTANSI KEUANGAN MENENGAH
DOSEN : CHRISTINA PANJAITAN SST.Pa.,MBA.

TAHUN AJARAN
2020/2021
DAFTAR ISI

I. BAGIAN 1 : PERUBAHAN AKUNTANSI


II. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
1. Pendekatan Perubahan Akuntasi Retrospektif
2. Tidak Praktis
III. PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI
1. Pelaporan Prospektif
2. Pengungkapan
IV. KOREKSI KESALAHAN
1. Contoh Koreksi Kesalahan
V. RINGKASAN PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN
VI. MOTIVASI UNTUK PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI
VII. BAGIAN 2 : ANALISIS KESALAHAN
VIII.KESALAHAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
IX. KESALAHAN LAPORAN LABA RUGI
X. KESALAHAN LAPORAN POSISI KEUANGAN DAN LAPORAN LABA RUGI
1. Kesalahan Penyeimbangan
2. Kesalahan Nonpenyeimbangan
XI. CONTOH KOMPREHENSIF : BEBERAPA KESALAHAN
XII. PENYUSUTAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN KOREKSI KESALAHAN

Tujuan Pembelajaran :
1. Mengidentifikasi dua jenis perubahan akuntansi.
2. Menjelaskan akuntansi untuk perubahan kebijakan akuntansi.
3. Memahami bagaimana untuk memperhitungkan perubahan akuntansi retrospektif.
4. Memahami bagaimana untuk memperhitungkan perubahan tidak praktis.
5. Menjelaskan akuntansi untuk perubahan estimasi.
6. Menjelaskan akuntansi untuk koreksi kesalahan.
7. Mengidentifikasi motif ekonomi untuk mengubah kebijakan akuntansi.
8. Menganalisis pengaruh kesalahan.
BAB 22
PERUBAHAN AKUNTANSI DAN ANALISIS KESALAHAN

A. BAGIAN 1: PERUBAHAN AKUNTANSI


Dua jenis perubahan akuntansi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perubahan kebijakan akuntansi. Perubahan dari satu kebijakan akuntansi yang
berlaku umum ke kebijakan akuntansi yang berlaku umum lainnya.
2. Perubahan estimasi akuntansi. Perubahan yang terjadi sebagian akibat dari informasi
baru atau pengalaman tambahan.
Kategori yang ketiga membutuhkan perubahan akuntansi, meskipun hal ini tidak
diklasifikasikan sebagai perubahan akuntansi.
1. Kesalahan laporan keuangan. Kesalahan yang terjadi sebagai akibat kesalahan
matematis, kesalahan penerapan kebijakan akuntansi, atau kelalaian atau
penyalahgunaan fakta yang ada pada saat laporan keuangan disusun.

B. PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI


Berdasarkan definisi, perubahan kebijakan akuntansi (change in accounting policy)
mencakup perubahan dari satu kebijakan akuntansi yang diterima ke kebijakan yang lain.
Misalnya, perusahaan dapat mengubah dasar penetapan harga persediaan dari metode
rata-rata ke FIFO. Sebaliknya, mungkin mengubah metode pengakuan pendapatan untuk
kontrak konstruksi jangka panjang dari metode pemulihan biaya ke metode persentasi
penyelesaian.
Ada tiga kemungkinan pendekatan untuk melaporkan perubahan kebijakan akuntansi :
1. Melaporkan perubahan saat ini. Dalam pendekatan ini, perusahaan melaporkan
dampak kumulatif dari perubahan dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Damapak
kumulatif (cumulative effect) adalah selisih laba tahun sebelumnya antara kebijakan
akuntansi yang baru diadopsi dan kebijakan akuntansi sebelumnnya. Dengan
pendekatan ini, dampak penyesuaian pada laba tahun sebelumnya hanya muncul
dalam laporan laba rugi tahun berjalan. Perusahaan tidak mengubah laporan
keuangan tahun sebelumnya.
2. Pelaporan perubahan secara retrospektif. Penerapan retrospektif (retrospective
application) mengacu pada penerapan kebijakan akuntansi yang berbeda untuk
menyusun kembali laporan keuangan yang di keluarkan sebelumnya seperti jika
kebijakan baru tersebut selalu digunakan.
3. Melaporkan perubahan secara prospektif (prospectively) di masa depan. Dalam
pendekatan ini, hasil yang dilaporkan sebelumya biasanya tidak diubah. Akibatnya,
perusahaan tidak menyesuaikan saldo awal untuk mencerminkan perubahan
kebijakan akuntansi.

1. Pendekatan Perubahan Akuntansi Retrospektif


IASB mengizinkan perusahaan untuk mengubah kebijakan akuntansi jika :
1) Perubahan tersebut diwajibkan oleh IFRS (misalnya, IFRS baru pada instrumen
keuangan akan mengacu pada akuntansi yang tepat untuk perubahan kebijakan
akuntansi, atau
2) Perubahan tersebut menghasilakan laporan keuangan yang memberikan informasi
yang lebih andal dan relevan mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas perusahaan.
Pada saat perusahaan mengubah kebijakan akuntansinya, perusahaan harus
melaporkan perubahan tersebut dengan menggunakan penerapan retrospektif. Secara
umum, perusahaan tersebut harus melakukan :
1) Perusahaan menyesuaikan laporan keuangan pada setiap periode sebelumnya
yang disajikan. Dengan demikian, informasi laporan keuangan terkait periode
sebelumnya mimiliki dasar yang sama dengan kebijakan akuntansi yang baru.
2) Perusahaan menyesuaikan jumlah tercatat dari aset dan liabilitas pada awal tahun
pertama yang disajikan. Dengan demikian, akun tersebut mencerminkan dampak
kumulatif pada periode sebelumnya terhadap perubahan yang disajikan pada
kebijakan akuntansi yang baru.

a) Perubahan Akuntansi Retrospektif : Kontrak Jangka Panjang


Perusahaan mengkredit saldo laba karena laba tahun sebelumnya ditutup ke akun
ini setiap tahunnya. Kredit pada Liabilitas Pajak Tangguhan merupakan
penyesuaian atas beban pajak tahun-tahun sebelumnya. Artinya, pada periode
masa depan, laba kena pajak akan lebih tinggi dari laba tercatat akibat adanya
perbedaan temporer kini.
Melaporkan Perubahan Kebijakan. Peungkapan perubahan kebijakan akuntansi
sangat penting. Penggunaan laporan keuangan menginginkan informasi yang
konsisten dari satu periode ke periode berikutnya. Konsisitensi tersebut menjamin
kegunaan laporan keuangan. Persyaratan pengungkapan utama disajikan berikut
ini.
1. Sifat perubahan kebijakan akuntansi
2. Alasan mengapa menerapkan kebijakan akuntansi baru dengan memberikan
informasi yang andal dan relevan
3. Untuk periode berjalan dan setiap periode sebelumnya yang disajikan, selama
memungkinkan, jumlah penyesuaian :
a. Untuk setiap item baris laporan keuangan yang terpengaruh dan
b. Laba per saham dasar dan dilusian
4. Jumlah penyesuaian yang berkaitan dengan periode sebelum jumlah tersebut
disajikan, selama memungkinkan.

Penyesuaian Saldo Laba. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, salah satu


persyaratan pengungkapan adalah untuk menunjukkan dampak kumulatif dari
perubahan saldo laba awal periode sebelumnya yang disajikan dalam laporan.

b) Perubahan Akuntansi Retrospektif : Metode Persediaan


Laporan arus kas menggunakan metode FIFO sama dengan menggunakan biaya
rata-rata. Meskipun laba neto berbeda pada setiap periode, tidak ada pengaruh
arus kas dari selisih laba neto tersebut. (Namun, jika kita mempertimbangkan
pajak penghasilan, akan menimbulkan pengaruh arus kas). Berdasarkan
penerapan retrospektif, perubahan ke penilaian persediaan FIFO berpengaruh
pada persediaan yang dilaporkan, beban pokok penjualan, laba neto, dan saldo
laba. Langkah pertama adalah menyesuaikan catatan keuangan untuk mengubah
dari biaya rata-rata ke FIFO.

Melaporkan Perubahan Kebijakan.Suatu perusahaan akan menyusun laporan


keuangan komparatif dengan menggunakan metode FIFO (metode persediaan
baru). Dapat ditunjukkan pada ilustrasi 22-10 halaman 532. Penyajian laporan
labo rugi perusahaan akan menunjukkan sifat dan alasan perubahan dan
penjelasan informasi periode sebelumnya yang disesuaikan, pengaruh perubahan
pada setiap laporan keuangan yang terpengaruh, dan dampak kumulatif pada
saldo laba. Catatan tersebut juga menyediakan data mengenai selisih anttara
jumlah yang dilaporkan berdasarkan biaya rata-rata versus FIFO.
Saldo Laba Penyesuaian. Salah satu syarat pengungkapan adalah untuk
menunjukkan dampak kumulatif dari koleksi saldo laba pada awal periode
terdahulu yang disajikan dalam laporan. Asumsikan jika suatu perusahaan
menyajikan laporan komparatif untuk tahun 2010 dan 2011 berdasarkan FIFO,
maka harus mengubah saldo laba awal pada tanggal 1 Januari 2010. Selisih saldo
laba awal tahun (FIFO) dan saldo laba awal tahun (biaya rata-rata) akan
menghasilkan dampak kumulatif.

c) Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung terhadap Perubahan


Pengaruh Langsung. IASB mengambil posisi bahwa perusahaan harus secara
retrospektif menerapkan pengaruh langsung dari perubahan kebijakan akuntansi.
Contoh pengaruh langsung : Penyesuaian terhadap saldo persediaan sebagai
akibat dari perubahan metode penilaian persediaan. Contoh lain terkait persediaan
adalah penyusunan penurunan nilai yang terjadi karena menerapkan ujia nilai
terendah dari biaya perolehan atau realisasi netoke saldo persediaan yang
disesuaikan. Perubahan terkait, seperti pengaruh pajak penghasilan tangguhan
atas penyesuaian penurunan nilai, juga dianggap pengaruh langsung.

Pengaruh Tidak Langsung. Adalah setiap perubahan atas arus kas perusahaan
pada periode berjalan atau masa depan yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi yang diterapkan secara retrospektif. Contoh pengaruh tidak
langsung ; Perubahan dalam pembagian laba atau pembayaran royalti yang
didasarkan pada jumlah dilaporkan seperti pendapatan atau laba neto. Jika
ketentuan dalam program pembagian laba yang menyatakan tidak perlu ada
pembayaran pada periode berjalan terkait perubahan ini, maka perusahaan tidak
perlu mengakui biaya pembagian laba tambahan pada periode berjalan. Selain itu
tidak mengubah jumlah yang dilaporkan untuk periode sebelumnya. Ketika
perusahaan mengakui pengaruh tidak langsung dari perubahan dalam kebijakan
akuntansi, maka dalam laporan keuangan, perusahaan harus memberikan
penjelasan tentang pengaruh tidak langsung. Dengan ini, perusahaan
mengungkapkan jumlah yang diakui pada periode berjalan dan informasi per
saham yang terkait.
2. Tidak Praktis
Penerapan retrospektif dianggap tidak praktis jika perusahaan tidak dapat
menentukan pengaruh periode sebelumnya dengan menggunakan usaha yang wajar.
Perusahaan tidak harus menerapkan retrospektif jika terjadi salah satu kondisi
berikut:
1. Perusahaan tidak dapat menentukan pengaruh dari penerapan retrospektif.
2. Penerapan retrospektif memerlukan asumsi tentang niat manajemen pada periode
sebelumnya.
3. Penerapan retrospektif memerlukan estimasi yang signifkan terkait periode
sebelumnya, dan perusahaan tidak dapat secara objektif memverifikasi informasi
yang diperlukan dalam menetapka estimasi tersebut.
Dalam kasus ini, perusahaan secara prospektif menerapkan kebijakan akuntansi baru
pada tanggal paling awal yang paling dianggap memungkinkan.

C. PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI


Berikut adalah item-item yang memerlukan estimasi.
1. Piutang tidak tertagih.
2. Keusangan persediaan.
3. Umur ekonomik dan nilai residu aset.
4. Masa manfaat dari biaya yang ditangguhkan.
5. Liabilitas untuk biaya garansi dan pajak penghasilan.
6. Cadangan mineral yang dapat dipulihkan.
7. Perubahan metode penyusutan.
8. Nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan.
Perusahaan tidak dapat melihat kondisi dan kejadian di masa depan dan pengaruhnya
terhadap kepastian. Oleh karena itu, estimasi membutuhkan penilaian yang wajar.
Estimasi akuntansi akan terus berubah seiring peristiwa baru terjadi, karena perusahaan
memperoleh lebih banyak pengelaman, atau karena memperoleh informasi tambahan.

1. Pelaporan Prespektif
Perusahaan melaporkan secara prospektif perubahan estimasi akuntansi. Artinya,
perusahaan tidak harus menyesuaikan hasil yang dilaporkan sebelumnya untuk
perubahan estimasi. Sebaliknya perusahaan memperhitungkan pengaruh dari semua
perubahan estimasi pada: periode perubahan jika perubahan tersebut hanya
memengaruhi periode bersangkutan, atau periode perubahan dan periode masa depan
jika perubahan tersebut memengaruhi keduanya.
Situasi yang berkaitan dengan perubahan estimasi berbeda dengan perubahan
kebijakan akuntansi. Jika perusahaan melaporkan secara prospektif, penyesuaian
terus-menerus terhadap laba tahun-tahun sebelumnya akan terjadi. Hal ini dipandang
cukup tepat, karena munculnya situasi baru, maka revisi yang sesuai dengan situasi
baru harus dilaksanakan. Maka perusahaan harus menangani revisi tersebut pada
periode berjalan dan masa depan. Perusahaan kadang sulit untuk membedakan antara
perubahan estimasi dan perubahan akuntansi. Jika tidak mungkin menentukan apakah
salah satu perubahan telah terjadi, aturannya adalah perubahan tersbut harus
dianggap sebagai perubahan estimasi.
Contoh lainnya adalah perubahan metode penyusutan. Dalam kasus tertentu,
mengakibatkan perusahaan memperhitungkan perubahan metode penyusutan sebagai
perubahan estimasi. Demikian juga dengan membedakan antara perubahan estimasi
dan koreksi kesalahan. Koreksi kesalahan memiliki perlakuan akuntansi yang
berbeda dengan perubahan estimasi. Aturan umumnya adalah bahwa perusahaan
harus mempertimbangkan estimasi yang cermat, yang nantinya terbukti tidak benar
harus dianggap sebagai perubahan estimasi.

2. Pengungkapan
Perusahaan harus mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan dalam estimasi
akuntansi yang berpengaruh pada periode berjalan atau diperkirakan akan
berpengaruh pada periode masa depan. Sebagian perusahaan tidak harus
mengungkapkan perubahan estimasi akuntansi yang dilakukan sebagai bagian dari
operasi normal, seperti cadangan piutang tidak tertagih atau keusang, kecuali
perubahan tersebut bersifat material.

D. KOREKSI KESALAHAN
Tidak ada bisnis, besar atau kecil, yang bebas dari kesalahan. Tanpa ada pedoman
akuntansi dan pengungkapan untuk melaporkan kesalahan, investor akan terjebak dalam
pengaruh kesalahan. Kesalahan tertentu, seperti kesalahan klasifikasi dalam laporan
keuangan, tidak signifikan bai investor dibanding kesalahan lain. Kesalahan signifikan
adalah kesalahan yang menyebabkan penyajian yang terlalu besar atas aset atau laba.
Secara umum, kesalahan akuntansi meliputi:
1. Perubahan dari kebijakan akuntansi yang umumnya tidak diterima dengan kebijakan
akuntansi yang dapat diterima.
2. Kesalahan matematis.
3. Perubahan estimasi yang terjadi karena ada iktikad tidak baik dari perusahaan.
4. Kelalaian.
5. Penyalahgunaan fakta.
6. Klasifikasi biaya yang tidak tepat sebagai beban dan bukan sebagai aset dan
sebaliknya.
Setelah perusahaan menemukan kesalahan, maka harus memperbaiki kesalahannya.
Perusahaan mencatat koreksi kesalahan dari perbaikan periode sebelumnya sebagai
penyesuaian terhadap saldo laba awal pada periode berjalan. Koreksi ini disebut
penyesuaian periode sebelumnya.

1. Contoh Koreksi Kesalahan


Kesalahan kelalaian pada suatu perusahaan akan menimbulkan pengaruh berikut,
yaitu:
1. Pengaruh terhadap Laporan Laba Rugi
2. Pengaruh terhadap Laporan Posisi Keuangan

a. Laporan Periode Tunggal


Asumsikan Selectro Company memiliki saldo laba awal per 1 januari 2012
sebesar $350.000. Perusahaan melaporkan laba neto sebesar $400.000 pada tahun
2012. Sedangkan saldo laba 31 Desember senilai $738.000. laporan posisi
keuangan pada tahun 2012 tidak memiliki liabilitas pajak tangguhan yang terkait
dengan gedung tersebut, dan Akumulasi Penyusutan–Gedung sekarang disajikan
kembali dengan jumlah yang lebih besar. Sementara itu, laporan laba rugi tidak
terpengaruh.

b. Laporan Komparatif
Ketika membuat laporan komperatif, perusahaan harus membuat penyesuaian
untuk mengoreksi jumlah yang memengaruhi jumlah semua akun yang
dilaporkan dalam laporan posisi keuangan untuk semua periode yang dilaporkan.
Perusahaan harus menyajikan kembali data yang disajikan setiap tahun sampai
benar. Laporan ini harus menunjukkan penyesuaian susulan (catch up) sebagai
penyesuaian periode sebelumnya atas saldo laba untuk periode paling awal yang
dilaporkan. Terkadang tidak praktis untuk menyesuaikan informasi komperatif
untuk satu atau lebih periode sebelumnya untuk perubahan kebijakan akuntansi.
Selain itu kadang tidak praktis untuk memperbaiki kesalahan periode sebelumnya
dengan penyajian kembali retrospektif. Misalnya perusahaan mungkin telah
membuat kesalahan dalam menghitung jumlah natura pada tahun-tahun
sebelumnya, tetapi sekarang tidak dapat menyediakan informasi ini secara
lengkap. Sebagai akibatnya, penyesuaian dilakukan pada awal periode dimana
penerapan retrospektif diterapkan.

E. RINGKASAN PERUBAHAN AKUNTANSI DAN KOREKSI KESALAHAN


Penggunaan penilaian profesional sangat penting, karena beragamnya situasi dan
karakteristik pos-pos yang ditemui dalam praktik di lapangan. Berikut ringkasan
pedoman untuk perubahan dan kesalahan akuntansi.
Perubahan kebijakan akuntansi
Menggunakan pendekatan retrospektif dengan:
1. Mengubah laporan keuangan dari semua periode sebelumnya yang disajikan.
2. Mengungkapkan pada tahun perubahan tersebut berpengaruh terhadap perubahan
laba neto dan laba per saham untuk semua periode sebelumnya yang disajikan.
3. Melaporkan penyesuaian terhadap saldo laba awal dalam laporan saldo laba pada
tahun yang paling disajikan.
Jika tidak praktis untuk menentukan periode sebelumnya:
1. Tidak mengubah laba sebelumnya.
2. Menggunakan saldo laba aset awal pada tahun metode ini digunakan sebagai tahun
dasar untuk semua perhitungan berikutnya.
3. Mengungkapkan pengaruh perubahan pada tahun berjalan, dan alasan untuk
emngabaikan perhitungan dampak kumulatif dan jumlah dari tahun-tahun
sebelumnya.
Perubahan estimasi akuntansi
Menggunakan pendekatan terkini dan prospektif dengan :
1. Melaporkan laporan keuangan terkini dan masa depan atas dasar baru.
2. Menyajikan laporan keuangan sebelumnya seperti yang dilaporkan sebelumnya.
3. Tidak membuat penyesuaian terhadap saldo awal periode berjalan atas pengaruh pada
periode sebelumnya.
Perubahan karena kesalahan.
Menggunakan pendekatan penyajian kembali dengan
1. Mengoreksi semua laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan.
2. Menyatakan kembali saldo laba awal untuk periode pertama yang disajikan jika
pengaruh kesalahan terjadi pada periode sebelum periode pertama disajikan.
Penerapan pedoman ini tujuan utamanya adalah untuk melayani pengguna laporan
keuangan. Untuk mencapai tujuan ini, laporan keuangan membutuhkan akurasi,
pengungkapan penuh, dan tidak adanya kesimpulan yang menyesatkan. Tidak mudah
untuk menentukan perbaikan laporan keuangan. Oleh karena tidak ada standar universal
atau tujuan yang dapat diterima secara umum, maka permasalahan penentuan perbaikan
akan terus menjadi persoalan yang lebih rumit dan memerlukan penilaian yang baik.

F. MOTIVASI UNTUK PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI


Gambaran laba yang menguntungkan dapat mempengaruhi investor, dan posisi likuiditas
yang kuat dapat mempengaruhi kreditor. Akan tetapi, gambaran laba yang terlalu
menguntungkan, dapat memberi amunisi pada negosiator serikat pekerja dan pembuat
kebijakan pemerintah selama perundingan tawar-menawar. Oleh karena itu, manajer
mungkin memiliki berbagai motif untuk melaporkan jumlah labanya.Beberapa penelitian
yang dilakukan memberikan masukan tambahan Berkaitan dengan Mengapa perusahaan
dapat memilih kebijakan akuntansi tertentu. beberapa alasannya adalah sebagai berikut:
1. Biaya Politik. Seiring perusahaan menjadi lebih besar dan lebih bersifat politis, maka
semakin besar pula politisi dan regulator mencurahkan perhatiannya kepada
perusahaan tersebut. Semakin besar perusahaan, semakin besar kemungkinan
perusahaan tersebut untuk tunduk pada peraturan, seperti antitrust, dan semakin besar
pula kemungkinan untuk membayar pajak yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
perusahaan yang terlihat lebih bersifat politis akan berupaya melaporkan laba yang
kecil untuk menghindari pemeriksaan dari pemerintah. 
2. Struktur Modal. Sejumlah studi telah mengindikasikan bahwa struktur modal
perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan kebijakan akuntansi. Misalnya,
perusahaan dengan rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi cenderung bergantung
pada perjanjian utang. Perjanjian utang mungkin menunjukkan bahwa perusahaan
tidak dapat membayar dividen jika saldo laba jatuh di bawah tingkat tertentu.
Akibatnya, perusahaan seperti ini cenderung memilih kebijakan akuntansi yang akan
meningkatkan laba neto.
3. Pembayaran Bonus. Studi telah menemukan bahwa jika program kompensasi
mengikat pembayaran bonus manajer terhadap laba perusahaan, manajemen akan
memilih kebijakan akuntansi yang memaksimalkan pembayaran bonus mereka.
4. Perataan Laba.  Peningkatan laba yang substansial dapat mengundang perhatian para
politisi, regulator, dan pesaing. Selain itu, kenaikan laba yang besar akan sulit dicapai
pada tahun-tahun berikutnya. Manajemen biasanya lebih memilih laporan laba yang
meningkat secara bertahap dan terkadang mengubah kebijakan akuntansi untuk
memastikan hasilnya.

G. BAGIAN 2 – ANALISIS KESALAHAN


H. KESALAHAN LAPORAN POSISI KEUANGAN
Kesalahan laporan posisi keuangan hanya akan mempengaruhi penyajian akun aset,
liabilitas, atau ekuitas. Contohnya adalah klasifikasi piutang jangka pendek sebagai
bagian dari bagian investasi, klasifikasi wesel bayar sebagai utang usaha, dan klasifikasi
aset tetap sebagai persediaan. Pada saat kesalahan ditemukan, perusahaan  mereka
mereklasifikasi pos terkait ke posisi yang tepat. Jika perusahaan menyiapkan laporan
keuangan komparatif yang mencakup tahun kesalahan, maka haruslah disajikan kembali
laporan posisi keuangan untuk tahun kesalahan tersebut dengan benar.

I. KESALAHAN LAPORAN LABA RUGI


Kesalahan laporan laba rugi melibatkan klasifikasi pendapatan atau beban yang tidak
tepat. Contohnya meliputi pencatatan pendapatan bunga sebagai bagian dari penjualan,
pembelian sebagai beban piutang tak tertagih dan beban penyusutan sebagai beban
bunga. Kesalahan klasifikasi laporan laba rugi tidak berpengaruh terhadap laporan posisi
keuangan dan laba neto.Perusahaan harus membuat jurnal reklasifikasi pada saat
menemukan kesalahan pada tahun yang sama. Jika kesalahan terjadi pada periode
sebelumnya, perusahaan tidak perlu membuat jurnal reklasifikasi pada saat kesalahan itu
ditemukan karena akun selama tahun berjalan telah dinyatakan dengan benar. Jika
perusahaan membuat laporan keuangan komparatif yang mencakup tahun kesalahan,
maka laporan tersebut menyajikan kembali laporan laba rugi untuk tahun kesalahan.

J. KESALAHAN LAPORAN POSISI KEUANGAN


Misalnya, asumsikan bahwa petugas pembukuan mengabaikan utang upah yang masih
harus dibayar pada akhir periode akuntansi. Pengaruh dari kesalahan ini adalah beban
dan liabilitas dinyatakan terlalu rendah, dan laba neto dinyatakan terlalu tinggi untuk
periode waktu tersebut. Jenis kesalahan ini memengaruhi laporan posisi keuangan
maupun laporan laba rugi. Kita mengklasifikasikan jenis kelas kesalahan ini dengan satu
dari dua cara – penyeimbang atau nonpenyeimbang. 
Kesalahan penyimbang (counterbalancing errors) adalah kesalahan yang akan
diimbangi atau dikoreksi selama dua periode. Misalnya, kegagalan dalam mencatat upah
yang masih harus dibayar adalah kesalahan penyeimbang karena selama periode dua
tahun kesalahan tersebut tidak akan ada lagi. Dengan kata lain, kegagalan dalam
mencatat upah yang masih harus dibayar pada periode sebelumnya berarti (1) laba neto
untuk periode pertama dinyatakan terlalu  tinggi, (2) utang upah yang masih harus
dibayar liabilitas dinyatakan terlalu rendah, dan (3) beban upah dinyatakan terlalu
rendah. Pada periode berikutnya, laba neto itu dinyatakan terlalu rendah, utang upah
yang masih harus dibayar dinyatakan benar, dan beban upah dinyatakan terlalu tinggi.
Untuk  dua tahun gabungan (1) laba  neto sudah benar, (2) beban upah sudah benar, dan
(3) utang upah yang masih harus dibayar pada akhir tahun kedua adalah benar.  Sebagian
besar kesalahan dalam akuntansi yang mempengaruhi laporan posisi keuangan dan
laporan laba rugi adalah kesalahan penyeimbang.

Kesalahan nonpenyeimbang (noncounterbalancing errors)  adalah kesalahan yang


tidak diimbangi pada periode akuntansi berikutnya. Contohnya adalah tidak
mengapitalisasi peralatan yang memiliki masa manfaat lima tahun. Jika kita segera
membebankan aset ini, maka beban akan dinyatakan terlalu tinggi pada periode
berikutnya. Pada akhir periode kedua, pengaruh kesalahan ini tidak sepenuhnya
diimbangi. Laba neto dinyatakan dengan benar secara keseluruhanpada akhir lima tahun
karena aset tersebut sepenuhnya disusutkan pada saat ini. Jadi, kesalahan
nonpenyeimbang adalah kesalahan yang memerlukan lebih dari dua periode untuk
mengoreksinya.

K. CONTOH KOMPREHENSIF: BEBERAPA KESALAHAN


Dalam beberapa keadaan, kombinasi kesalahan terjadi. Oleh karena itu, perusahaan perlu
menyiapkan kertas kerja untuk memudahkan analisis. Masalah berikut menunjukkan
penggunaan kertas kerja. Mekanisme pembuatan kertas kerja harus jelas dilihat dari
format solusinya. Laporan laba rugi Hudson Company untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2010, 2011 dan 2012, menunjukkan laba neto sebagai berikut.
2010 $ 17.400
2011 20.200
2012 11.300
Pemeriksaan atas catatan akuntansi untuk tahun-tahun ini menunjukkan bahwa Hudson
Company melakukan beberapa kesalahan dalam menyajikan jumlah laba neto yang
dialporkan, yaitu:
1) Perusahaan secara konsisten menghilangkan catatan upah yang diterima pekerja,
tetapi tidak dibayar pada tanggal 31 Desember. Jumlah yang dihilangkan adalah:
31 Desember 2010 $1.000
31 Desember 2011 $1.400
31 esember 2012 $1.600
Jumlah ini dicatat sebagai beban ketika dibayarkan pada tahun berikutnya, yaitu
ketika upah diterima pekerja.
2) Perusahaan menyajikan terlalu tinggi persediaan barang dagangan pada tanggal 31
Desember 2010 sebesar $1.900 karena kesalahan penjumlahan ke samping dan ke
bawah pada kertas kerja persediaan.
3) Pada tanggal 31 Desember 2011, Hudson menerbitkan asuransi yang belum jatuh
tempo sebesar $1.200 yang berlaku pada tahun 2012.
4) Perusahaan tidak mencatat piutang bunga sebesar $240 pada tanggal 31 Desember
2011.
5) Pada tanggal 2 Januari 2011, Hudson menjual peralatan dengan biaya perolehan
sebesar $3.900seharga $1.800. Pada tanggal penjualan, akumulasi penyusutan
peralatan tersebut sebesar $2.400. Perusahaan mencatat kas yang diterima sebagai
Pendapatan Lain-Lain pada tahun 2011. Selain itu, perusahaan tetap mencatat
penyusutan untuk peralatan ini pada tahun 2011 dan 2012 dengan tarif 10% dari
biaya perolehan.

Langkah pertama dalam membuat kertas kerja adalah menyiapkan daftar yang menunjukkan
jumlah laba neto yang dikoreksi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010,
2011, dan 2012. Setiap koreksi dari jumlah yang dilaporkan sebelumnya diberi label dengan
jelas. Langkah selanjutnya adalah menunjukkan laporan posisi keuangan yang terpengaruh pada
tanggal 31 Desember 2012.
L. PENYUSUTAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN KOREKSI KESALAHAN
Contoh berikut mengilustrasikan bagaimana perusahaan akan menyajikan kembali
laporan keuangan tahun tertentu, dengan berbagai kesalahan yang berbeda. Dila &
Pratiwi’s Outlet adalah gerai ritel kecil di kota Holiday. Oleh karena kurangnya keahlian
dalam bidang akuntansi, perusahaan tidak menyelenggarakan pencatatan yang memadai,
dan banyak kesalahan yang terjadi dalam pencatatan informasi akuntansi.
1) Petugas pembukuan secara tidak sengaja melakukan kelalaian dalam mencatat
penerimaan kas sebesar $1.000 untuk penjualan barang dagang pada tahun 2012.
2) Beban upah yang masih harus dibayar pada akhir tahun 2011adalah $2.500 dan pada
akhir tahun 2012 sebesar $3.200. Perusahaan tidak mengakru beban upah; semua
upah dibebankan ke Beban Administrasi.
3) Perusahaan tidak menetapkan penyisihan untuk estimasi piutang tidak tertagih. Dila
dan Pratiwi memutuskan untuk menetapkan penyisihan atas kemungkinan kerugian
yang diperkirakan pada 31 Desember 2012, untuk piutang tahun 2011 sebesar $700
dan untuk piutang tahun 2012 sebesar $1.500. Perusahaan juga memutuskan untuk
mengoreksi pembebanan setiap tahunnya sehingga dapat menunjukkan kerugian
(aktual dan estimasi) berkaitan dengan penjualan tahun tersebut. Perusahaan telah
menghapuskan piutang dengan beban piutang tidak tertagih (beban penjualan) sebagai
berikut.
2011 2012
Piutang tahun 2011 $400 $2.000
Piutang tahun 2012 1.600
4) Asuransi yang belum jatuh tempo yang tidak tercatat pada akhir tahun 2011 adalah
$600, dan pada akhir tahun 2012 sebesar $400. Semua asuransi telah dibebankan ke
beban Administrasi.
5) Utang usaha sebesar $6.000 telah menjadi wesel bayar.
6) Selama tahun 2011, aset perusahaan yang memiliki biaya perolehan sebesar $10.000
dan memiliki nilai buku sebesar $4.000 telah dijual seharga $7.000. Pada saat
penjualan, kas telah didebitkan dan Pendapatan Lain-Lain telah dikreditkan sebesar
$7.000.
7) Sebagai akibat dari transaksi terakhir, perusahaan menyajikan beban penyusutan
terlalu tinggi (beban administrasi) pada tahun 2011 sebesar $800 dan pada tahun 2012
sebesar $1.200.
Kesimpulan :
Definisi, perubahan kebijakan akuntansi (change in accounting policy) mencakup
perubahan dari satu kebijakan akuntansi yang diterima ke kebijakan yang lain. Misalnya,
perusahaan dapat mengubah dasar penetapan harga persediaan dari metode rata-rata ke
FIFO. Sebaliknya, mungkin mengubah metode pengakuan pendapatan untuk kontrak
konstruksi jangka panjang dari metode pemulihan biaya ke metode persentasi
penyelesaian. Kesalahan laporan laba rugi melibatkan klasifikasi pendapatan atau beban
yang tidak tepat. Contohnya meliputi pencatatan pendapatan bunga sebagai bagian dari
penjualan, pembelian sebagai beban piutang tak tertagih dan beban penyusutan sebagai
beban bunga. Kesalahan klasifikasi laporan laba rugi tidak berpengaruh terhadap laporan
posisi keuangan dan laba neto.Perusahaan harus membuat jurnal reklasifikasi pada saat
menemukan kesalahan pada tahun yang sama. Jika kesalahan terjadi pada periode
sebelumnya, perusahaan tidak perlu membuat jurnal reklasifikasi pada saat kesalahan itu
ditemukan karena akun selama tahun berjalan telah dinyatakan dengan benar. Jika
perusahaan membuat laporan keuangan komparatif yang mencakup tahun kesalahan,
maka laporan tersebut menyajikan kembali laporan laba rugi untuk tahun kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai