Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN AKUNTANSI DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan. Standar akuntansi


merupakan kumpulan dari kebijakan akuntansi untuk penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Kebijakan akuntansi merupakan prinsip dasar, konvensi, peraturan dan praktik
tertentu yang diterapkan entitas dalam menyusun laporan keuangan. Entitas dalam menyusun
laporan keuangan akan memilih kebijakan akuntansi yang diatur dalam standar akuntansi
keuangan.

Kebijakan akuntansi ini akan diterapkan secara konsisten sehingga laporan keuangan
dapat mudah untuk dianalisis dan dibandingkan dari satu periode ke periode berikutnya.
Konsistensi dalam penerapan kebijakan akuntansi menjadi salah satu prinsip dalam
menyusun laporan keuangan. Secara umum standar menghendaki bahwa entitas harus
menerapkan kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan secara konsisten, tidak boleh
berubah. Perubahan kebijakan akuntansi dianggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip
konsistensi karena informasi antar periode menjadi sulit dilakukan. Namun demikian dalam
kondisi tertentu perubahan kebijakan akuntansi dapat dilakukan baik dikarenakan perubahan
standar maupun perubahan yang bersifat sukarela. Penerapan kebijakan akuntansi sering kali
mengharuskan entitas menggunakan estimasi akuntansi. Pemilihan estimasi akuntansi
didasarkan pada informasi yang tersedia pada saat estimasi tersebut dipilih. Perubahan
lingkungan bisnis, teknologi dapat membuat estimasi dipilih menjadi sesuatu yang tidak
tepat. Untuk itu entitas dapat mengubah estimasi yang telah ditentukan. Perubahan estimasi
akan menyebabkan dasar pengukuran suatu beban atau pendapatan menjadi tidak konsisten
antara satu periode dengan periode berikutnya. Untuk itu standar mengatur khusus perubahan
estimasi.

Entitas dapat melakukan kesalahan akuntansi yang baru diketahui pada periode
berikutnya. Ketika kesalahan tersebut diketahui, maka entitas harus melakukan koreksi atas
kesalahan yang terjadi. Koreksi kesalahan dapat terjadi karena kesalahan perhitungan,
kesalahan penerapan standar maupun kesalahan dalam pemilihan kebijakan akuntansi
Koreksi atas kesalahan akan memengaruhi posisi keuangan entitas, namun tidak
memengaruhi kinerja periode berjalan, karena koreksi dilakukan atas kinerja yang telah
terjadi pada periode sebelumnya. Namun jika koreksi tersebut terkait penggunaan kebijakan
akuntansi maka dampaknya dapat memengaruhi pada periode berjalan.
PSAK 25 (Revisi 2009) Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan
Kesalahan, mengatur secara komprehensif pemilihan kebijakan akuntansi, perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi dan koreksi kesalahan. PSAK 25 (Revisi 2009)
merupakan adopsi dari seluruh pengaturan dalam IAS 8 Accounting Policies, Changes in
Accounting Estimates and Error. Perbedaan dengan IAS 8 hanya terkait dengan tanggal
efektif dan peraturan regulator pasar modal dalam tambahan definisi standar akuntansi
keuangan. PSAK 25 (Revisi 2009) merupakan revisi atas PSAK 25 yang diterbitkan pada
tahun 1994.

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Definisi

Laporan keuangan entitas harus disusun dengan menyajikan secara wajar posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas. Penyajian yang wajar mensyaratkan entitas menyajikan
secara jujur transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan kriteria dalam standar
akutansi keuangan dan kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Entitas
sesuai PSAK 1 (Revisi 2013) Penyajian Laporan Keuangan, diharuskan membuat pernyataan
secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap seluruh semua yang
disyaratkan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Entitas tidak dapat menyebutkan
patuh terhadap SAK kecuali telah patuh terhadap keseluruhan persyaratan SAK. Penyajian
sesuai SAK mensyaratkan entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai PSAK
25 (Revisi 2009). PSAK 25 (Revisi 2009) juga mengatur hierarki panduan yang
dipertimbangkan manajemen jika tidak terdapat SAK spesifik yang mengatur tersebut.

Kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 (Revisi 2009) didefinisikan sebagai prinsip.


dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi akan menentukan saat pengakuan, cara
pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan, dan beban, dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan harus mengungkapkan secara eksplisit kepatuhan dalam


penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang digunakan.
Entitas biasanya menyatakan dalam catatan atas laporan keuangannya dengan kalimat
"Laporan keuangan disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Jika
laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan standar akuntansi yang telah efektif berlaku,
maka entitas harus mengungkapkan informasi ketidaksesuaian tersebut.

Ketika suatu SAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi
lain, maka kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK
wrsebut. Entitas tidak boleh mencari kebijakan akuntansi di luar apa yang telah diatur dalam
standar akuntansi. Jika standar akuntansi memberikan beberapa pilihan kebijakan akuntansi
maka entitas dapat memilih kebijakan akuntansi salah satu kebijakan yang diperkenankan
alch standar tersebut. Misalnya dalam penilaian aset tetap entitas dapat memilih penilaian
dengan menggunakan metode biaya atau metode revaluasi. Entitas dapat memilih salah satu
metode penilaian sesuai dengan ketentuan dalam SAK.

Jika tidak ada SAK yang secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi maka
manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan suatu
kebijakan kuntansi sehingga menghasilkan informasi yang relevan dan andal. Informasi yang
relevan mempertimbangkan kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi mengharuskan
manajemen pengguna. Informasi yang andal harus mempertimbangkan aspek kejujuran
penyajian. mencerminkan substansi ekonomi, netral, menggunakan pertimbangan sehat dan
lengkap untuk semua hal yang material.

Dalam membuat pertimbangan manajemen mengacu dan mempertimbangkan


keterterapan dari sumber-sumber berikut sesuai dengan urutan menurun (PSAK 25 (Revisi
2009)):

1. persyaratan dan panduan dalam PSAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan
terkait; dan 2. definisi, kriteria pengakuan, konsep pengukuran untuk aset, liabilitas,
penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.

Jika berdasarkan acuan di atas manajemen belum dapat menentukan kebijakan


akuntansi yang tepat maka, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini
yang dikeluarkan badan penyusun standar lain yang menacu pada KDPPLK yang sama,
literatur akuntansi lain dan praktik akuntansi industri yang berlaku, sepanjang tidak
bertentangan pada acuan utama.

Berdasarkan penjelasan di atas, entitas terikat dalam menerapkan kebijakan akuntansi


berdasarkan ketentuan dan pilihan kebijakan yang ada dalam standar akuntansi. Penggunaan
kebijakan akuntansi di luar yang ditetapkan oleh standar hanya diperkenankan untuk
kebijakan akuntansi yang memang belum diatur, namun diperlukan pertimbangan
berdasarkan urutan sumber acuan sesuai dengan standar.

Untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP), ketentuan tentang pernyataan kepatuhan
atas standar akuntansi dan kebijakan akuntansi diatur dalam bab konsep pervasif dalam SAK
ETAP. Namun secara umum tidak terdapat perbedaan pengaturan kebijakan akuntansi antara
SAK dan SAK ETAP.

Konsistensi Penerapan Kebijakan Akuntansi

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi,
peristiwa dan kondisi lainnya yang serupa, kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau
mengizinkan pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi berbeda adalah hal tepat.
Jika PSAK mengizinkan pengelompokan tersebut, maka kebijakan akuntansi yang tepat
dipilih dan diterapkan secara konsisten.

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten

Konsistensi penerapan kebijakan akuntansi akan memudahkan pembaca laporan keuangan


dalam membandingkan laporan keuangan dari satu periode ke periode berikutnya,
Ketidakkonsistenan penerapan kebijakan akuntansi akan menyebabkan salah satu
karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu dapat dibandingkan, tidak dapat dipenuhi.

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

Definisi

Untuk memenuhi kebutuhan daya banding laporan keuangan kebijakan akuntansi diterapkan
secara konsisten. Perubahan kebijakan akuntansi dapat dilakukan entitas dengan memenuhi
ketentuan dalam standar PSAK 25 (Revisi 2009) menjelaskan entitas mengubah suatu
kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:

1. dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau


2. menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas.
Perubahan kebijakan akuntansi terjadi jika entitas mengubah pilihan kebijakan akuntansi
untuk suatu transaksi atau peristiwa yang sama, Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi
baru untuk peristiwa dan transaksi yang baru dan berbeda dari sebelumnya, maka hal itu tidak
dianggap sebagai perubahan kebijakan akuntansi.

Perubahan kebijakan akuntansi dapat terjadi karena keharusan karena kebijakan standar
mengharuskan entitas menerapkan metode baru. Misalnya PSAK 24 (Revisi 2013) Imbalan
Kerja, mengharuskan entitas menggunakan pendekatan penghasilan komprehensif lain dalam
menentukan keuntungan/kerugian aktuaria. Jika entitas selama ini menggunakan pendekatan
koridor, maka perubahan akuntansi terjadi karena kebijakan akuntansi tersebut merupakan
perubahan yang harus dilaksanakan.

Perubahan kebijakan perubahan PSAK atau sukarela

Perubahan kebijakan akuntansi dapat juga dilakukan secara sukarela. Jika perubahan
dilakukan secara sukarela maka entitas harus dapat meyakinkan bahwa perubahan tersebut
akan menghasilkan laporan keuangan yang lebih andal dan lebih relevan. Misalnya saat ini
entitas menggunakan metode biaya dalam menilai properti investasi. Perkembangan harga
properti yang relatif cepat menyebabkan penggunaan metode biaya kurang relevan bagi
pembaca dan penggunaan metode nilai wajar dianggap lebih relevan bagi pengambil
keputusan. Untuk itu entitas mengubah kebijakan penilaian properti investasi dengan
menggunakan metode nilai wajar (fair value) sesuai dengan ketentuan dalam PSAK 13
(Revisi 2011) Properti Investasi.

Berikut ini contoh kejadian yang merupakan perubahan kebijakan akuntansi.

1. Perubahan metode persediaan dari rata-rata menjadi Masuk Pertama Keluar Pertama
(FIFO).
2. Perubahan pengakuan pendapatan konstruksi dari metode biaya terpulihkan (cost
recovery) menjadi metode persentase penyelesaian (percentage of completion).
3. Perubahan metode penilaian aset tetap dan aset takberwujud dari metode biaya ke
metode revaluasian.

Perlakuan Akuntansi
Menurut PSAK 25 (Revisi 2009) entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari
penerapan awal suatu PSAK sesuai dengan ketentuan transisi dalam PSAK tersebut. Jika
tidak ada ketentuan transisi, entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
Ketentuan penerapan secara retrospektif juga dilakukan ketika entitas mengubah kebijakan
akutansi secara sukarela.

Pada saat suatu standar baru dikeluarkan atau dilakukan revisi standar yang mengubah
kebijakan akuntansi, biasanya standar tersebut dilengkapi dengan panduan transisi perubahan.
Hal ini dapat dijumpai dalam PSAK 66 (2013) Pengaturan Bersama yang mengubah metode
konsolidasi proporsional menjadi metode ekuitas atas investasi dalam ventura bersama. Hal
yang diatur dalam ketentuan transisi adalah ketentuan yang berbeda dengan ketentuan umum
dalam PSAK 25 (Revisi 2009). Misalnya ketentuan transisi membolehkan penerapan untuk
bagian tertentu dalam standar menggunakan metode prospektif, padahal secara umum
kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif.

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak diatur dalam ketentuan transisi atau perubahan
kebijakan akuntansi yang dilakukan secara sukarela diterapkan secara retrospektif. Penerapan
retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi
lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan. Penyajian kembali retrospektif adalah
penyesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan jumlah unsur-unsur
laporan keuangan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah diterapkan.

Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas


menyesuaikan:

1. saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling
awal: dan
2. jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru ebut sudah diterapkan sebelumnya.

Contoh aplikasinya misalnya, entitas mengubah kebijakan akuntansi pengakuan pendapatan


konstruksi dengan metode cost recovery menjadi metode persentase penyelesaian pada tahun
2015. Konstruksi tersebut dikerjakan mulai tahun 2013 dan akan berakhir pada 2016.
Penerapan restrospektif mengharuskan entitas menerapkan metode persentase penyelesaian
dari tahun 2013. Dampak perubahan tersebut terhadap laba periode sebelumnya akan
memengaruhi saldo laba. Pada saat penyajian laporan keungan 2015, entitas harus
menyajikan laporan komparatif 2014 dan 2013 dengan menggunakan metode yang baru.
PSAK I (Revisi 2013) mengharuskan entitas yang melakukan perubahan kebijakan akuntansi
dan menerapkannya secara retrospektif wajib menyajikan laporan posisi keuangan awal
periode sebelumnya. Oleh karena itu, laporan posisi keuangan akan disajikan untuk tiga
tahun, yaitu periode tahun perubahan (misal 31 Desember 2015), komparatif tahun akhir
tahun sebelumnya (misal 31 Desember 2014), dan awal tahun sebelumnya (misal 1 Januari
2014).

Penerapan restrospektif harus dilakukan jika disyaratkan, kecuali sepanjang tidak praktis
untuk menentukan dampak spesifik periode atau dampak kumulatif periode tersebut. Ketika
tidak praktis untuk menentukan dampak periode-spesifik akibat perubahan kebijakan
akuntansi dalam informasi komparatif, maka entitas menerapkan kebijakan akuntansi baru
pada awal periode paling awal di mana penerapan retrospektif adalah praktis. Entitas
menyesuaikan informasi komparatif dengan menerapkan kebijakan akuntansi baru secara
prospektif sejak tanggal praktis paling awal.

Pengaruh kebijakan akuntansi dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengaruh langsung (direct
effects) dan pengaruh tidak langsung (indirect effects). Pengaruh langsung adalah pengaruh
yang terkait dengan periode sebelumnya. Atas pengaruh langsung ini harus diterapkan secara
retrospektif. Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh arus kas perusahaan periode sekarang
dan akan datang akibat perubahan kebijakan akuntansi yang diterapkan secara retrospektif.
Standar hanya mensyaratkan pengaturan tentang pengaruh langsung. sedangkan pengaruh
langsung tidak perlu diungkapkan dalam laporan keuangan.

Penyajian dan Pengungkapan

PSAK 25 (Revisi 2009) menjelaskan saat terjadi perubahan kebijakan akuntansi laporan
keuangan periode komparatif harus disajikan kembali dengan menggunakan kebijakan
akuntansi yang baru. Khusus untuk laporan posisi keuangan, entitas harus menyajikan
laporan posisi keuangan awal periode komparatif, sehingga terdapat tiga laporan posisi
keuangan. Laporan perubahan ekuitas khususnya bagian saldo laba harus disajikan kembali
dengan melakukan penyesuaian atas dampak perubahan kebijakan akuntansi. Dampak
retrospektif perubahan kebijakan akan disajikan dengan menyesuaikan terhadap nilai saldo
laba awal periode komparatif.

Dalam catatan atas laporan keuangan, entitas mengungkapkan hal berikut.


1. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi.
2. Alasan mengapa kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal dan
lebih relevan.
3. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang
praktis untuk pos yang terpengaruh dan penyesuaian laba per lembar saham.
4. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periodesebelumnya disajikan, sepanjang
praktis.
5. Keadaan yang membuat penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode
tertentu.

Khusus untuk perubahan kebijakan akuntansi karena penerapan standar baru, entitas harus
mengungkapkan judul PSAK, penjelasan bahwa perubahan dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisi (jika menerapkan ketentuan transisi), penjelasan ketentuan transisi dan
dampak ketentuan transisi pada periode mendatang.

Khusus untuk PSAK baru yang sudah ada namun belum berlaku, entitas juga harus
mengungkapkan fakta tersebut dan informasi relevan yang dapat diestimasi atau diketahui
untuk menilai dampak atas penerapan PSAK baru tersebut. Entitas mempertimbangkan
mengungkapkan:

1. judul PSAK baru:


2. sifat perubahan standar yang belum berlaku efektif atau perubahan kebijakan
akuntansi;
3. tanggal disyaratkannya penerapan PSAK:
4. tanggal ketika entitas berencana untuk menerapkan PSAK awalnya; dan
5. suatu pernyataan atau pembahasan mengenai dampak penerapan awal PSAK atas
laporan keuangan; atau jika dampak tidak dapat diketahui atau diestimasi secara
wajar. pernyataan atas hal itu.

PERUBAHAN ESTIMASI

Definisi

Unsur dalam laporan keuangan tidak semuanya diukur secara langsung namun
pengukurannya dengan diestimasi. Penggunaan estimasi yang rasional adalah bagian dasar
dalam penyiapan laporan keuangan. Untuk melakukan estimasi entitas menggunakan
informasi yang tersedia dan andal. Beberapa contoh estimasi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan:

1. piutang tak tertagih;


2. masa manfaat, metode depresiasi dan nilai sisa pada aset yang didepresiasi atau
diamortisasi
3. liabilitas garansi (provisi):
4. persediaan yang rusak
5. masa manfaat beban yang ditangguhkan:
6. nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan.

Estimasi perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi dasar etimasi atau
munculnya informasi baru atau karena tambahan pengalaman perubahan estimasi akuntansi
dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru dan, oleh karena itu, bukan dari
koreksi kesalahan. Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau
liabilitas, atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan
ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.

Perlakuan Akuntansi

Dampak perubahan estimasi akuntansi, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:

1. periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
2. periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada keduanya.
Perubahan estimasi yang mengakibatkan perubahan aset. liabilitas atau terkait pos
dalam ekuitas diakui dengan menyesuaikan jumlah item tersebut pada periode
perubahan.

Penerapan prospektif artinya perubahan dilakukan pada tahun perubahan dan tahun setelah
perubahan terjadi. Perubahan estimasi dapat terjadi hanya pada periode perubahan atau pada
periode perubahan dan selanjutnya. Misalnya perubahan penyisihan piutang hanya
berdampak pada periode terjadinya. Sementara perubahan masa manfaat, nilai sisa atau
metode depresiasi akan memengaruhi periode saat terjadinya perubahan dan periode
berikutnya. Pada periode berjalan terjadi perubahan penghasilan atau beban akibat perubahan
tersebut. Dampak pada periode berikutnya akan diakui pada laporan keuangan periode
berikutnya.
Penyajian dan Pengungkapan

Perubahan estimasi menyebabkan perubahan nilai yang diakui dalam beban atau
pendapatan. Pos yang mengalami perubahan akan disajikan berdasarkan dasar perhitungan
estimasi yang baru. Ketika disajikan laporan keuangan komparatif, pos yang berubah juga
tidak perlu diterapkan untuk periode komparatifnya.

Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang


berdampak pada periode berjalan atau diperkirakan akan berdampak pada periode
mendatang. Jika dampak pada periode mendatang tidak diungkapkan karena estimasinya
tidak praktis, maka entitas mengungkapkan hal itu.

Perubahan estimasi menyebabkan perubahan nilai, sehingga akan memengaruhi daya


banding laporan keuangan. Untuk itu pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan
diperlukan sehingga pemakai dapat mempertimbangkan perubahan tersebut dalam melakukan
analisis laporan keuangan. Dalam laporan keuangan, dampak perubahan estimasi ini biasanya
tidak material terhadap keseluruhan laporan keuangan, sehingga sulit mencari contoh ilustrasi
pengungkapan detail perubahan estimasi. Biasanya entitas hanya menyajikan perubahan
Dalam pos terkait namun tidak mengungkapkan narasi perubahan yang dilakukan. Entitas
umumnya hanya mengungkapkan dalam kebijakan akuntansi bahwa perubahan estimasi
diterapkan secara prospektif.

Beberapa ketentuan standar bahkan mengharuskan entitas untuk melakukan review


atas estimasi yang dilakukan setiap tanggal pelaporan. Jika terjadi perubahan, sehingga
estimasi tersebut tidak tepat maka perlu dilakukan perubahan. Misalnya pengungkapan
kebijakan aset tetap menjelaskan bahwa "masa manfaat ekonomis, nilai residu dan metode
penyusutan di review setiap akhir tahun dan pengaruh dari setiap perubahan estimasi tersebut
berlaku prospektif

KESALAHAN

Definisi

Dalam menyusun laporan keuangan, entitas mungkin saja melakukan kesalahan. Laporan
keuangan menjadi tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak
materia yang disengaja. Jika ditemukan kesalahan, maka kesalahan tersebut harus dikoreksi.
Jika laporan keuangan periode tersebut belum diselesaikan maka koreksi dengan mudah
dapat dilakukan pada pos yang ditemukan kesalahannya. Namun jika kesalahan tersebut
ditemukan pada periode berikutnya, maka pos tersebut tetap harus dikoreksi dan dampaknya
diterapkan secara retrospektif.

Menurut PSAK 25 (Revisi 2009) kesalahan periode lalu adalah kelalaian mencantumkan dan
kesalahan mencatat dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan atau kesalahan untuk menggunakan informasi andal yang :

1. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan


2. secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

Kesalahan tersebut dapat berupa dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan


penerapan kebijakan akuntansi, kekeliruan, atau kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan.
Kesalahan Periode Lalu adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam mencatat,
dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari kegagalan

untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi andal yang :

1. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan


2. secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.

Kesalahan dalam pencatatan akuntansi ada yang bersifat counterbalancing atau kesalahan
yang akan terkoreksi dengan sendirinya. Maksudnya adalah kesalahan yang terjadi dalam
satu periode akan terkoreksi dengan sendirinya pada periode berikutnya, sehingga tanpa
dibuat jurnal koreksi, kesalahan ini tidak berdampak pada saldo laba periode berikutnya.
Periode untuk counterbalancing biasanya dua tahun, namun tergantung juga kasus
kesalahannya. Misalnya kesalahan persediaan akhir pada tahun 2015 terlalu tinggi, kesalahan
ini akan menyebabkan persediaan dalam laporan keuangan terlalu tinggi, beban pokok
persediaan terlalu rendah sehingga laba akan terlalu tinggi dan saldo laba terlalu tinggi.
Persediaan akhir pada 2015 akan menjadi persediaan awal pada 2016, sehingga persediaan
awal terlalu tinggi. Dampaknya nilai beban pokok penjualan terlalu tinggi, laba terlalu rendah
dan saldo laba terlalu rendah. Nilai saldo laba terlalu tinggi pada 2015 akan dikoreksi dengan
saldo laba terlalu rendah pada 2015 sehingga dalam dua tahun kesalahan tersebut terkoreksi.
Walaupun kesalahan tersebut dalam dua tahun tidak memengaruhi laba, namun nilai
persediaan yang disajikan dalam laporan keungan tetap harus dikoreksi.

Perlakuan Akuntansi

Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan keuangan
lengkap yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:

1. menyajikan kembali jumlah komparatif periode lalu ketika dimana kesalahan tersebut
terjadi; atau
2. jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka entitas
menyajikan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian
paling awal.

Jika penyajian secara retrospektif tidak praktis, maka entitas menyajikan aset, liabilitas dan
ekuitas untuk periode paling awal ketika penyajian kembali retrospektif adalah praktis. Jika
dampak akumulasi retrospektif kesalahan periode lalu tidak praktis, maka entitas menyajikan
informasi komparatif untuk mengoreksi kesalahan secara prospektif dari tanggal praktis
paling awal.

Dampak koreksi kesalahan diterapkan secara retrospektif

Tidak praktis dalam penerapan suatu pengaturan terjadi ketika entitas tidak dapat
menerapkannya setelah seluruh usaha yang rasional dilakukan. Tidak praktis untuk
menerapkan suatu perubahan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan-
kembali secara retrospektif untuk mengoreksi kesalahan, terjadi jika:

1. dampak penerapan dan penyajian retrospektif tidak dapat ditentukan:


2. penerapan atau penyajian-kembali secara retrospektif memerlukan asumsi maksud
(intent) manajemen yang ada pada periode lalu tersebut; atau
3. penerapan atau penyajian-kembali retrospektif memerlukan estimasi signifikan atas
jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan secara obyektif informasi mengenai
estimasi yang:
a. menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah tersebut
diakui, diukur atau diungkapkan; dan
b. akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan dari
Untuk memberikan gambaran bagaimana kesalahan dikoreksi dalam laporan
keuangan dari informasi lain.
Penyajian dan Pengungkapan
Koreksi kesalahan akan langsung disesuaikan pada pos dikoreksi , sehingga tidak ada
penyajian khusus untuk pos tersebut. Dampak dari koreksi terkait dengan saldo laba periode
sebelumnya akan dikoreksi dan disajikan dalam laporan perubahan ekuitas. Pada bagian saldo
laba di laporan perubahan ekuitas, saldo laba awal periode yang telah dilaporkan, disesuaikan
dengan dampak koreksi kesalahan untuk mendapatkan saldo laba awal setelah disesuaikan.
Pada saat melakukan koreksi kesalahan, entitas harus mengungkapkan berikut ini.
1. Sifat kesalahan periode lalu.
2. Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, untuk setiap item yang terpengaruh dan
LPS dasar atau LPS dilusian.
3. Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal.
4. Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis, keadaan yang membuat keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.
Pengungkapan hanya dilakukan pada saat terjadinya koreksi, laporan keuangan periode
berikutnya tidak perlu mengulang pengungkapan tersebut.

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN


Kebijakan akuntansi merupakan hal yang penting diketahui oleh pemakai laporan
keuangan sebelum melakukan membaca dan menganalisis laporan keuangan. Perbedaan
pilihan kebijakan akuntansi dan penggunaan estimasi dapat memengaruhi nilai-nilai yang
disajikan dalam laporan keuangan. Pembaca harus memahami dan mempelajari kebijakan
akuntansi yang dipilih, sehingga dapat memaknai angka dalam laporan keuangan dengan
lebih baik. Apalagi jika ingin melakukan analisis perbandingan antara beberapa perusahaan,
kebijakan akuntani dan estimasi masing-masing perusahaan harus diketahui.
Sebagai contoh ketika analis membaca dua laporan keuangan perusahaan perusahaan
satu menggunakan model biaya, sedangkan perusahaan yang lain menggunakan model
revaluasi akan memberikan nilai aset tetap yang jauh berbeda. Ketika analis membaca
laporan keuangan perusahaan rental apartemen, memperhatikan perusahaan satu
mengestimasi gedung selama 40 tahun sedangkan perusahaan lain mengestimasi gedung
selama 20, yang berbeda hotel, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi
dan beban depresiasi akan berbeda dan berdampak pada laba koreksi kesalahan karena dapat
memengaruhi daya banding laporan keuangan antarperiode.
Pada terjadi perubahan kebijakan akuntansi maupun perubahan estimasi pengguna
harus memperhatikan alasan manajemen mengapa dilakukan perubahan. Standar menjelaskan
bahwa perubahan kebijakan sukarela harus menjadikan informasi laporan keuangan lebih
andal dan relevan. Namun ada kemungkinan motif perusahaan untuk melakukan manajemen
laba untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya meningkatkan laba atau menurunkan laba.
Perubahan estimasi seharusnya dilakukan ketika terjadi perubahan kondisi yang
mendasari pilihan estimasi tersebut. Pembaca harus meyakinkan bahwa memang terjadi
perubahan kondisi tersebut sehingga perubahan estimasi harus dilakukan. Jika tidak, ada
kemungkinan manajemen memiliki motif untuk melakukan manajemen laba. Ketika
perusahaan melakukan koreksi kesalahan, informasi ini sangat berguna karena akan
mengoreksi informasi yang sebelumnya telah disajikan. Koreksi kesalahan juga
meningkatkan kualitas laporan keuangan karena kesalahan yang ada telah dikoreksi. Namun
pada sisi lain, koreksi kesalahan juga menunjukkan kelemahan internal perusahaan dalam
menyusun laporan keuangan sehingga membiarkan kesalahan dapat terjadi. Untuk itu sifat,
jumlah dan frekuensi kesalahan harus diperhatikan oleh pembaca untuk memahami hakekat
koreksi kesalahan tersebut. Bagi pembaca laporan keuangan, informasi perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi dan koreksi kesalahan menjadi informasi penting karena akan
memengaruhi daya banding laporan keuangan antarperiode. Analisis harus dilakukan dengan
lebih hati-hati karena informasi tersebut memengaruhi kinerja periode sebelumnya dan atau
berdampak pada kinerja di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai