Oleh:
IMAM MAULANA SIDIQ
NIM 1711070098
BAB I
A. PENDAHULUAN
IAS 8 menguraikan dasar untuk pemilihan kebijakan akuntansi dan
perubahannya. IAS 8 juga menjabarkan ketentuan dan pengungkapan perubahan
yang dibuat di dalam estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan periode yang lalu.
Tujuan standar ini adalah untuk memperkuat relevansi dan keandalan laporan
keuangan entitas dan dapat diperbandingkan sepanjang waktu, dan juga dengan
laporan keuangan entitas lainnya.
Kebijakan akuntansi, sekali dipilih, harus diterapkan secara konsisten untuk
transaksi sejenis, peristiwa lain, dan kondisi kecuali suatu standar atau interpretasi
secara khusus membutuhkan atau mengijinkan kategorisasi dari pos-pos untuk
kebijakan yang berbeda itu layak. Bilamana suatu standar atau interpretasi
mensyaratkan atau mengizinkan kategorisasi tersebut, maka suatu kebijakan
akuntansi yang memadai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten terhadap
setiap kategori.
Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu standar
atau interpretasi yang baru atau yang sudah diubah, maka provisi peralihan tertentu
harus diikuti dalam mengadopsi perubahan. Namun, bilamana tidak ada provisi
peralihan ditetapkan, atau apabila entitas mengubah kebijakan akuntansinya secara
sukarela, maka perubahan tersebut harus diterapkan berlaku surut (seolah-olah
kebijakan tersebut telah selalu diterapkan).
Bilamana perubahan yang diterapkan berlaku surut, maka angka-angka komparatif
(periode pelaporan sebelumnya) yang disajikan di dalam laporan keuangan harus
dinyatakan kembali seolah-olah kebijakan baru telah selalu diterapkan. Dampak dari
kebijakan baru atas laba ditahan (retained earnings) sebelum periode terawal
disajikan harus disesuaikan terhadap saldo awal daripada laba ditahan. Apabila tidak
dapat dipraktekkan untuk menentukan efek periode spesifik atau efek kumulatif dari
perubahan, maka entitas harus menerapkan perubahan secara prospektif dari mulai
periode terawal yang praktis memungkinkan.
Penerapan awal suatu standar atau intrepretasi. Bilamana suatu standar atau
interpretasi yang baru diterapkan, maka entitas harus mengungkapkan perubahan
bilamana mempunyai efek atas periode berjalan atau periode sebelumnya atau
mempunyai efek atas periode masa datang, akan tetapi tidak dapat dipraktikkan
untuk menentukan jumlah penyesuaian yang diperlukan di dalam periode berjalan
atau periode sebelumnya atau yang diharuskan di dalam periode masa datang.
3
BAB II
A. RUANG LINGKUP KEBIJKAN AKUNTANSI (IAS 8)
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip tertentu, basis, konvensi, peraturan
dan praktik yang diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Ketika sebuah IFRS secara khusus berlaku untuk transaksi , peristiwa
atau kondisi lainnya , kebijakan akuntansi atau kebijakan diterapkan untuk item yang
akan ditentukan dengan menerapkan IFRS dan mempertimbangkan setiap
Pedoman Pelaksanaan relevan yang dikeluarkan oleh IASB untuk IFRS .
Dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku
untuk transaksi , peristiwa atau kondisi lainnya , manajemen harus menggunakan
penilaian dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan . Dalam membuat
manajemen penilaian mengacu pada , sebuah mempertimbangkan penerapan ,
sumber-sumber berikut dalam urutan menurun :
(a) persyaratan dan bimbingan dalam SAK berurusan dengan masalah yang
sama dan terkait ; dan
(b) definisi , kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset ,
kewajiban , pendapatan dan beban di Kerangka konseptual.
Entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten
untuk transaksi yang sama, peristiwa dan kondisi lain, kecuali sebuah IFRS secara
khusus membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi barang yang kebijakan yang
berbeda mungkin tepat . Jika IFRS membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi
tersebut, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara
konsisten untuk setiap kategori.
Suatu entitas harus mengubah kebijakan akuntansi hanya jika perubahan :
(a) diperlukan oleh IFRS ; atau
(b) hasil dalam laporan keuangan memberikan informasi yang handal dan
lebih relevan tentang efek dari transaksi , kejadian-kejadian atau kondisi
pada posisi keuangan entitas, kinerja keuangan atau arus kas .
Entitas harus memperhitungkan perubahan kebijakan akuntansi yang dihasilkan
dari penerapan awal suatu IFRS sesuai dengan ketentuan transisi yang spesifik ,
jika ada, dalam IFRS itu. Ketika suatu entitas perubahan kebijakan akuntansi atas
penerapan awal dari IFRS yang tidak termasuk ketentuan peralihan khusus yang
berlaku untuk perubahan itu, atau perubahan kebijakan akuntansi secara sukarela ,
itu akan berlaku perubahan secara retrospektif. Namun, perubahan kebijakan
4
akuntansi harus diterapkan secara retrospektif kecuali sejauh bahwa tidak praktis
untuk menentukan baik efek - periode tertentu atau efek kumulatif dari perubahan.
Perubahan dalam Estimasi Akuntansi
Penggunaan estimasi yang memadai merupakan bagian penting dari
penyusunan laporan keuangan dan tidak melemahkan kehandalan mereka .
Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian nilai tercatat aset atau kewajiban
, atau jumlah konsumsi periodik aset , yang dihasilkan dari penilaian status sekarang
, dan manfaat masa depan yang diharapkan dan kewajiban terkait dengan , aset dan
kewajiban . Perubahan estimasi akuntansi hasil dari informasi baru atau
perkembangan baru dan , sesuai, tidak koreksi kesalahan . Pengaruh perubahan
estimasi akuntansi, harus diakui secara prospektif oleh termasuk dalam laporan laba
rugi di :
(a) periode perubahan , jika perubahan mempengaruhi periode saja; atau
(b) periode perubahan dan periode mendatang , jika perubahan
mempengaruhi kedua.
Kesalahan periode sebelumnya
Kesalahan periode sebelumnya yang kelalaian dari, dan salah saji dalam
laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode sebelumnya yang timbul dari
kegagalan untuk menggunakan, atau penyalahgunaan, informasi yang dapat
dipercaya bahwa:
(a) yang tersedia ketika laporan keuangan untuk periode yang telah
disetujui untuk diterbitkan; dan
(b) bisa diperkirakan mungkin telah diperoleh dan diperhitungkan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Kesalahan tersebut mencakup dampak kesalahan matematika, kesalahan dalam
menerapkan kebijakan akuntansi, kelalaian atau salah tafsir dari fakta, dan
penipuan.
Kecuali untuk transaksi yang tidak praktis untuk menentukan baik efek-periode
tertentu atau kumulatif pengaruh kesalahan, suatu entitas harus memperbaiki
kesalahan masa materi sebelumnya secara retrospektif di set pertama dari
keuangan Laporan untuk diterbitkan setelah penemuan mereka dengan:
(a) ulangan jumlah komparatif untuk periode sebelumnya (s) disajikan di
mana kesalahan terjadi; atau
5
Bilamana standar atau interpretasi telah diterbitkan tetapi belum efektif, maka
entitas harus mengungkapkan fakta bahwa standar-standar atau interpretasi
tersebut telah diterbitkan pada tanggal otorisasi laporan keuangan tetapi tidak
efektif.
Setiap informasi yang diketahui atau yang dapat diestimasi berkaitan dengan
penilaian terhadap dampak kemungkinan dari standar atau interpretasi baru harus
9
Estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi
dasar estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman. Sesuai
sifatnya, revisi estimasi tidak terkait dengan periode lalu dan bukan koreksi suatu
kesalahan. Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan adalah
perubahan kebijakan akuntansi, dan bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika
sulit untuk membedakan suatu perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan
estimasi akuntansi, maka perubahan tersebut diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi.
dengan SAK jika mengandung kesalahan material atau tidak material yang
disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas tertentu. Potensi kesalahan periode berjalan yang
ditemukan pada periode itu dikoreksi sebelum laporan keuangan diterbitkan. Namun,
kesalahan material yang kadangkala tidak ditemukan sampai suatu periode
kemudian, dan kesalahan periode lalu dikoreksi pada informasi komparatif sajian
pada laporan keuangan periode selanjutnya tersebut.
Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan baik yang terlalu kecil maupun
terlalu besar diterima dan mempengaruhi posisi kas serta terjadi setelah laporan
keuangan diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan ekuitas dana lancar. Koreksi
kesalahan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan laporan keuangan
sudah diterbitkan serta tidak mempengaruhi posisi Kas maka dilakukan pembetulan
pada perkiraan-perkiraan neraca terkait.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana
kesalahan terjadi; atau
Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian paling
awal keterbatasan penyajian kembali retrospektif .
4. Pendapatan akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mengakui pendapatan akrual atas
bunga sebesar Rp 50 juta yang seharusnya diakui tahun 2013.
i. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah
sebagai berikut:
(D) Laba ditahan 50 juta
(K) Pendapatan bunga 50 juta
ii. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
5. Pembelian persediaan
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mencatat pembelian persediaan
sebesar Rp 50 juta yang seharusnya diakui tahun 2013. Persediaan fisik
tahun 2012 tercatat dengan benar, dan perusahaan menggunakan metode
persediaan periodik.
PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai
berikut:
(D) Pembelian 50 juta
(K) Laba ditahan 50 juta
PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
19
Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2002, maka ayat jurnalnya adalah :
Dr. Mesin $ 10.000
Cr. Laba Ditahan $ 6.000
Cr. Akumulasi Penyusutan $ 4.000
Jurnal Pembetulan Untuk Kesalahan di Periode yang berbeda
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca Saja
Untuk kesalahan yang berpengaruh terhadap akun-akun neraca saja (mulai dari kas
hingga laba ditahan), semuanya memungkinkan untuk dikoreksi—karena tidak ada
istilah tutup buku untuk akun-akun ini. Misalnya:
PT. B menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 1 Maret 2012 diketahui telah
terjadi kesalahan pencatatan transaksi pelunasan utang pada tanggal 28 Agustus
2011. Pembayaran utang dagang kepada PT. ABC sebesar Rp 25,000,000 tercatat
sebagai pencicilan utang bank. Atas kesalahan tersebut harus dibuatkan jurnal
koreksi berupa reklasifikasi, jika tidak maka saldo utang bank dan saldo utang
kepada PT. ABC akan salah. Berikut adalah jurnal koreksi-nya:
[Debit]. Utang Dagang – PT. ABC = Rp 25,000,000
[Credit]. Utang – Bank XZY = Rp 25,000,000
Tetapi jika kesalahan tersebut baru diketahui di periode 2012, maka atas kesalahan
tersebut TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi, dengan pertimbangan:
Memang, untuk periode 2011, pengeluaran telepon diakui Rp 15,000,000
lebih besar dari yang seharusnya, sementara di sisi lainnya pengeluaran listrik
kurang diakui sejumlah yang sama. Akan tetapi, itu tidak mempengaruhi saldo akhir
kas (di Neraca), juga tidak mempengaruhi laba/rugi bersih di penutupan buku 2011.
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi
Dilihat dari efeknya terhadap buku di tahun berikutnya, ada 2 macam kesalahan di
sini:
(a) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah dua tahun; dan
(b) Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah lebih dari dua
tahun atau bahkan tidak pernah terkoreksi selamanya—untuk kasus yang
sangat khusus.
Tetapi sebagian besar akan terkoreksi dengan sendirinya—meskipun mungkin perlu
waktu beberapa periode. Untuk jenis kesalahan yang akan terkoreksi dengan
sendirinya:
Akibatnya, tanggal 1 Januari 2012 (pada saat gaji upah dibayarkan—saat mana di
sisi lainnya buku periode 2011 telah ditutup) PT. B baru membuat jurnal sebagai
berikut:
(D) Upah Buruh 250,000,000
(K) Kas 250,000,000
Ini adalah bentuk kesalahan, sebab sesungguhnya upah yang dibayarkan pada 1
Januari tersebut adalah upah untuk bulan Desember 2011, artinya itu pengeluaran
yang seharusnya dibebankan di 2011.
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
22
Di Periode 2011: (a) “Biaya” dibebankan terlalu rendah, (b) sehingga pengakuan
“Laba” menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya, (c) akibat berikutnya, saat
penutupan buku 2011 “Laba Ditahan” pada Neraca menjadi lebih tinggi dari yang
seharusnya, (d) “Utang – Upah Buruh” diakui lebih rendah dari seharusnya.
Di Periode 2012: (a) “Biaya” lebih tinggi dari yang seharusnya, (b) sehingga “Laba”
juga menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Apa yang terjadi pada (c) “Utang –
Upah buruh”? Dan apa yang terjadi pada (d) “Laba Ditahan”? Ada 2 kemungkinan:
Jika kesalahan tersebut disadari sebelum penutupan buku periode 2012 lalu buku
dilihat, maka “Utang – Upah Buruh” dan “Laba Ditahan” akan nampak salah,
sehingga PERLU dibuatkan jurnal koreksi, sbb:
(D) Laba Ditahan Rp 250,000,000
(K) Biaya Upah Buruh Rp 250,000,000
Tetapi Jika kesalahan tersebut disadari setelah penutupan buku 2012, maka
“Utang – Upah Buruh” dan “Laba Ditahan” akan menjadi BETUL dengan sendirinya,
sehingga TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi.
Ini dia penyebabnya: Laba Ditahan 2011 diakui terlalu tinggi karena Laba
diakui terlalu tinggi karena beban upah buruh bulan Desember 2011 lupa diakui. Nah
di tahun 2012 upah buruh menjadi terlalu tinggi, sehingga Laba menjadi terlalu
rendah dan mengakibatkan Laba Ditahan juga menjadi terlalu rendah. Dengan kata
lain, kelibahan dan kekurangan pengakuan diantara kedua tahun ini menjadi saling
menutupi, sehingga Laba Ditahan setelah penutupan 2012 telah menjadi betul
(terkoreksi) dengan sendirinya. Demikian juga Utang Upah Buruh.
Ada beberapa jenis kesalahan yang juga akan terkoreksi dengan sendirinya di
periode berikutnya, diantaranya:
(a) “Biaya Telepon” yang lupa diakrualkan
(b) “Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid)” yang seharusnya dibebankan secara
bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi dibebankan sekaligus
(c) “Pendapatan Bunga” yang lupa diakrualkan
(d) “Pendapatan Diterima Di Muka (Deposit)” yang seharusnya diakui sebagai
pendapatan secara bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi diakui
sekaligus.
23
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip tertentu, basis, konvensi,
peraturan dan praktik yang diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Ketika sebuah IFRS secara khusus berlaku untuk
transaksi , peristiwa atau kondisi lainnya , kebijakan akuntansi atau kebijakan
diterapkan untuk item yang akan ditentukan dengan menerapkan IFRS dan
mempertimbangkan setiap Pedoman Pelaksanaan relevan yang dikeluarkan
oleh IASB untuk IFRS .
Bilamana suatu entitas mengubah kebijakan akuntansi atas dasar suatu
standar atau interpretasi yang baru atau yang sudah diubah, maka provisi
peralihan tertentu harus diikuti dalam mengadopsi perubahan. Namun, bilamana
tidak ada provisi peralihan ditetapkan, atau apabila entitas mengubah kebijakan
25