Putri Ariska
15634006
Akuntansi 2015
1
2
Latar
Belakang
Tujuan
◦ Menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan kebijakan
akuntansi.
◦ Perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas:
Perubahan kebijakan
Perubahan estimasi
Koreksi kesalahan
Meningkatkan relevansi, keandalan, dan daya banding
laporan keungan.
Pengungkapan kebijakan kecuali untuk perubahan
kebijakan akuntansi diatur dalam PSAK 1.
3
Ruang
Lingkup
Penerapan PSAK 25:
1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
2. Akuntansi untuk
a. Perubahan kebijakan akuntansi,
b. Perubahan estimasi akuntansi, dan
c. Koreksi kesalahan periode lalu.
4
Konsep Materialitas
5
Materialitas
Penilaian tersebut
mempertimbangkan bagaimana
pemakai diperkirakan
terpengaruh secara rasional
dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
6
Kebijakan Akuntansi
Definisi:
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar,
konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
Akan mempengaruhi pengakuan,
pengukuran dan penyajian atas elemen
seperti aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan
dan beban, pada laporan keuangan.
7
Kebijakan Akuntansi
8
Penetapan Kebijakan Akuntansi
11
Perubahan Kebijakan Akuntansi
12
Bukan Kebijakan Akuntansi
16
Keterbatasan
Penerapan Retrospektif
17
Tanggal 1 Januari 2011, PT A menjual saham Rp 200 juta dan mulai
beroperasi di industri retail. Berikut data penjualan, pembelian
persediaan, dan beban operasi selama tahun 2011 – 2013 yang dilakukan
dengan transaksi kas.
Laba Bersih
Tahun Perbedaan Laba
Average cost FIFO
2011 200jt 205jt 5jt
2012 75jt 80jt 5jt
Total kumulatif awal 2013 275jt 285jt 10jt
Total 2013 120jt 125jt 5jt
Jurnal untuk mencatat perubahan ke metode FIFO awal tahun 2013 adalah
Persediaan 10 juta
Laba ditahan 10 juta
1 Fakta tersebut.
29
Pengungkapan PSAK Baru belum
Efektif
30
Estimasi Akuntansi
√ Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara
akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat
pada aktivitas bisnis.
33
Pengungkapan Perubahan Estimasi
34
Kesalahan
35
Kesalahan Periode Lalu
36
Koreksi Kesalahan
Periode Lalu
b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk
periode lalu sajian paling awal
37
Keterbatasan Penyajian Retrospektif
38
Pengungkapan Koreksi
Kesalahan
40
Tanggal Efektif
41
Perubahan Estimasi Akuntansi
Contoh
(dalam ribuan)
Biaya Perolehan 510,000
Nilai sisa - 10,000
Dasar Amortisasi 500,000
Masa manfaat (awal) 20 tahun
Amortsasi tahunan 25,000 x 2 tahun = 50,000
43
Contoh 1
Tahun 20X1, PT. Beta salah mencatat saldo akhir
persediaan, yaitu Rp 6.500 lebih besar dari jumlah
sebenarnya, sehingga menyebabkan saldo awal
20X2 overvalued sebesar Rp 6.500
PT. Beta tahun 20x2 memiliki penjualan Rp
104.000, HPP 86.500 pajak penghasilan Rp 5.250
PT. Beta tahun 20x1 memiliki penjulan Rp 73.500,
HPP 53.500 pajak penghasilan Rp 6.000.
Saldo laba awal 20X1 sebesar Rp 20.000 dan
saldo laba akhir Rp 34.000
Tarif pajak 30%
Modal saham Rp 5.000 dan tidak memiliki
komponen ekuitas lain kecuali saldo laba. Saham
tidak diperdagangkan di publik.
44
Contoh 1
Laporan 20 × 1
20 × 1
Penjualan 73.500
Beban Pokok Penjualan (53.500)
Laba sebelum pajak penghasilan 20.000
Pajak Penghasilan (6.000)
Laba 14.000
Disajikan Kembali
Laporan 20 × 2
20 × 2 20 × 1
Penjualan 104.000 73.500
Beban Pokok Penjualan (80.000) (60.000)
Laba sebelum pajak penghasilan 24.000 13.500
Pajak Penghasilan (7.200) (4.050)
Laba 16.800 9.450 45
Contoh 1
Beberapa produk yang telah terjual pada 20x1 tercatat salah sebesar
Rp6.500 per 31 Desember 20X1. Laporan keuangan 20X1 disajikan-kembali
untuk membetulkan kesalahan ini. Dampak dari penyajian-kembali laporan
keuangan tersebut diringkaskan berikut ini. Tidak ada dampak pada 20X2.
Dampak 20 × 1
(Peningkatan) dalam harga pokok penjualan (6.500)
Penurunan beban pajak penghasilan 1.950
(Penurunan) dalam laba (4.550)
47
Catatan atas Laporan Keuangan
20X2, PT. Delta mengubah kebijakan akuntansi penyusutan aset tetap, sehingga
menerapkan lebih banyak pendekatan komponen secara penuh, pada saat yang
sama menerapkan model revaluasi.
Pada tahun sebelum 20X2, catatan PT. Delta tidak cukup detail untuk menerapkan
pendekatan komponen secara penuh. Pada akhir 20X1, manajemen membuat survei
teknis, untuk memperoleh informasi komponen yang dimiliki dan nilai wajar, umur
manfaat, nilai residu estimasian, dan jumlah yang dapat disusutkan pada awal 20X2.
Namun, survei tersebut tidak menyediakan dasar yang cukup untuk mengestimasi
secara andal biaya untuk komponen yang sebelumnya tidak dicatat secara terpisah,
dan catatan yang ada sebelum survei tidak mengizinkan informasi ini direkonstruksi.
Manajemen menyimpulkan menerapkan kebijakan baru secara retrospektif mulai
20X2.
Contoh 2
48
Contoh 2
Informasi Tambahan: Tarif pajak 30%
Rp
Aset tetap pada 20X1
Biaya perolehan awal 25.000
Penyusutan (14.000)
Nilai buku neto 11.000
Beban penyusutan prospektif untuk tahun 20X2 (dasar lama) 1.500
Beberapa hasil survei teknis
Penilaian 17.000
Nilai residu estimasian 3.000
Sisa umur aset rata-rata (tahun) 7
Beban penyusutan untuk aset tetap yang ada untuk 20X2 2.000 49
Contoh 2
Informasi Tambahan
Mulai dari 20x2, PT Delta mengubah kebijakan akuntansi Penyusutan aset tetap,
menerapkan pendekatan komponen dan model revaluasi.
Manajemen berpendapat kebijakan ini menyediakan informasi yang andal dan
lebih relevan karena lebih akurat dan didasarkan atas nilai kini.
Kebijakan ini diterapkan secara prospektif mulai dari 20X2 karena tidak praktis
untuk mengestimasi dampak penerapan kebijakan baik secara retrospektif, atau
secara prospektif dari tanggal yang lebih awal.
Oleh karena itu, penerapan kebijakan baru tidak mempunyai dampak atas
periode sebelumnya.
Dampak tahun berjalan adalah meningkatkan jumlah tercatat aset tetap pada
awal tahun sebesar Rp6.000; meningkatkan penyisihan pajak tangguhan awal
sebesar Rp1.800; menghasilkan surplus revaluasi pada awal tahun sebesar
Rp4.200; meningkatkan beban penyusutan sebesar Rp500; dan mengurangi
beban pajak sebesar Rp150.
50
Sebelum 1 Januari 2012, Perusahaan mencatat perjanjian
sewa menara sebagai sewa operasi, yang mana hal ini
dipandang sebagai satu kesatuan antara tanah dan
bangunan, dan keseluruhan perjanjian tersebut
diperlakukan sebagai sewa tanah.
Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK 30
(revisi 2011) secara retrospektif, di mana Perusahaan
diharuskan melakukan klasifikasi elemen tanah dan
bangunan dalam perjanjian sewa menara secara terpisah
apakah sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi.
Dampak utama PSAK 30 (revisi 2011) adalah pengakuan
aset dan kewajiban sewa pembiayaan atas elemen
bangunan dalam perjanjian sewa slot menara di mana
Perusahaan bertindak sebagai lessee.
Contoh Kasus
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
51
Sebelum 1 Januari 2012, tidak ada panduan spesifik atas
akuntansi untuk perjanjuan konsesi jasa. Grup
memperlakukan perjanjian ini sebagai kontrak executory.
Aset prasarana yang dibangun dalam perjanjian ini
diperlakukan sebagai aset tetap dan disusutkan selama
taksiran masa manfaatnya.
Efektif tanggal 1 Januari 2012, Grup telah menerapkan
secara retrospektif ISAK 16, “Perjanjian Konsesi Jasa”
dan ISAK 22, “Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan”,
untuk memperlakukan kontrak konsesi Perusahaan.
Dampak penerapan ISAK 16 dan ISAK 22 terdapat pada
pengakuan pendapatan , aset prasarana yang dibangun
dalam perjanjian tidak diakui sebagai aset, dan pengakuan
aset keuangan.
Contoh Kasus
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
52
Sebelum 1 Januari 2011, menurut PSAK, goodwill diamortisasi
dengan menggunakan metode garis lurus berdasarkan masa
manfaatnya. Mulai tanggal 1 Januari 2011, goodwill tidak
diamortisasi melainkan dilakukan uji penurunan bagi goodwill
setiap tahun (pada 31 Desember) dan bila terdapat indikasi
penurunan nilai. Perubahan kebijakan akuntansi ini berdasarkan
amandemen PSAK 22, “Kombinasi Bisnis” yang diterapkan secara
prospektif.
Menurut PSAK, sampai tanggal 31 Desember 2009, pendapatan
dari jasa penyambungan diakui sebagai pendapatan pada saat
penyambungan selesai dilakukan (pasca-bayar) atau pada saat
aktivasi kartu perdana (pra-bayar). Sejak 1 Januari 2010,
komponen aktivasi dari penjualan paket perdana telah
ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama rata-rata
masa hubungan yang diharapkan dari pelanggan. Perubahan
kebijakan akuntansi ini merupakan dampak dari pencabutan
PSAK 35, “Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi” yang
berlaku secara prospektif.
Contoh Kasus
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
53
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan
Retrospektif Laporan Keuangan Konsolidasian
Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan
Retrospektif Laporan Keuangan Konsolidasian
Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Penyesuaian yang Disebabkan Penerapan
Retrospektif Laporan Keuangan Konsolidasian
Tahun 2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian Tahun
2011 dan 2012
(PT Indosat Tbk dan Entitas Anak)
57
Tiga analisis kesalahan:
1. Jenis kesalahan yang terlibat
2. Jurnal yang diperlukan untuk
membetulkan kesalahan
3. Cara penyajian ulang laporan keuangan
setelah kesalahan ditemukan
Kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian
periode sebelumnya dan dilaporkan pada
pertiode berjalan sebagai penyesuaian
terhadap neraca awal saldo laba.
Analisis Kesalahan
(Kieso et al., 2011)
58
Merupakan kesalahan yang hanya
mempengaruhi penyajian aset, liabilitas,
dan ekuitas.
◦ Kesalahan di periode berjalan: reklasifikasi
item ke posisi seharusnya
◦ Kesalahan periode sebelumnya: menyajikan
ulang laporan posisi keuangan periode
sebelumnya untuk tujuan perbandingan.
Analisis Kesalahan
60
Counterbalancing errors: kesalahan yang
akan tertutupi dengan sendirinya selama
2 periode.
Non-counterbalancing errors: kesalahan
yang tidak akan tertutupi pada periode
akuntansi selanjutnya (memerlukan
waktu lebih dari 2 periode untuk
memperbaiki diri sendiri).
Conterbalancing Errors
62
1. Tidak mencatat beban akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A tidak mencatat beban gaji akrual sebesar Rp 50 juta.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Beban gaji 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
4. Pendapatan akrual
Main References
67