Anda di halaman 1dari 54

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI,

ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

Slide OCW Universitas Indonesia


Oleh : Dwi Martani
Departemen Akuntansi FEUI

1
Ruang Lingkup

Penerapan PSAK 25:


1. Pemilihan dan Penerapan Kebijakan Akuntansi
2. Akuntansi untuk
a. Perubahan kebijakan akuntansi,
b. Perubahan estimasi akuntansi, dan
c. Koreksi kesalahan periode lalu.

Dampak pajak akibat koreksi kesalahan dan


penyesuaian retrospektif perubahan kebijakan
akuntansi diperlakukan dan diungkapkan sesuai
dengan PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan.

2
Konsep Materialitas

Kelalaian untuk mencantumkan atau


kesalahan adalah material jika, baik secara
sendiri maupun bersama, dapat
memengaruhi keputusan ekonomi pengguna
laporan keuangan.

Materialitas bergantung pada ukuran dan


sifat dalam mencatat tersebut dengan
memperhatikan kondisi terkait.

Ukuran atau sifat pos laporan keuangan, atau


gabungan dari keduanya, dapat menjadi
faktor penentu.

3
Materialitas

Penilaian apakah kelalaian-pencantuman atau kesalahan-


pencatatan dapat memengaruhi keputusan ekonomi
pemakai, dan menjadi material, memerlukan
pertimbangan karakteristik pemakai tersebut.

Penilaian tersebut mempertimbangkan bagaimana


pemakai diperkirakan terpengaruh secara rasional
dalam pengambilan keputusan ekonomi.

4
Kebijakan Akuntansi

Definisi:
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar,
konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang
diterapkan entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan.
➢ Akan mempengaruhi pengakuan,
pengukuran dan penyajian atas
elemen seperti aset, liabilitas, ekuitas,
pendapatan dan beban, pada laporan
keuangan.

5
Kebijakan Akuntansi

Kebijakan akuntansi yang dipilih oleh entitas harus dapat menjelaskan

Pengakuan ❑ Kapan dan kondisi seperti apa diakui

Pengukuran ❑ Berapa banyak yang diakui

Penyajian ❑ Bagaimana disajikannya di Laporan Keuangan

6
Penetapan Kebijakan Akuntansi

Ketika suatu SAK secara spesifik


PSAK berlaku → kebijakan akuntansi untuk
SPESIFIK pos tersebut menggunakan PSAK
tersebut.

Tidak ada SAK yang secara spesifik


→ manajemen menggunakan
pertimbangannya dalam
mengembangkan dan menerapkan
TIDAK ADA suatu kebijakan akuntansi yang
PSAK SPESIFIK menghasilkan informasi yang
relevan & andal (menyajikan jujur,
mencerminkan subtansi
ekonomi,netral, pertimbangan sehat
dan lengkap).

7
Pertimbangan dalam Penerapan

Sumber acuan manajemen dalam membuat


pertimbangan dalam penerapan kebijakan (urutan):
• Persyaratan dan panduan dalam PSAK yang berhubungan
dengan masalah serupa dan terkait
• Definisi, kriteria pengakuan, konsep pengukuran untuk aset,
liabilitas, penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

Manajemen juga menggunakan:


• standar akuntansi terkini yang dikeluarkan badan penyusun
standar lain yang mengacu pada KDPPLK yang sama
• Literatur akuntansi
• Praktik akuntansi industri yang berlaku
• Sepanjang tidak bertentangan pada acuan utama

8
Konsistensi penerapan kebijakan

❑ Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara


konsisten untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lainnya
yang serupa,
– kecuali PSAK secara spesifik mengatur atau mengizinkan
pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi
berbeda adalah hal tepat.

❑ Jika PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokkan


tersebut,
– Maka kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan
diterapkan secara konsisten untuk setiap kelompok.

9
Perubahan Kebijakan Akuntansi

◼ Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika


perubahan tersebut:
 Dipersyaratkan oleh suatu PSAK; atau
 Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi
yang andal dan lebih relevan tentang dampak transaksi,
peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi keuangan, kinerja
keuangan atau arus kas entitas.
◼ Pengguna perlu membandingkan laporan keuangan dari
satu periode ke periode sehingga penerapan kebijakan
yang konsisten diperlukan

10
Bukan Kebijakan Akuntansi

❑ Bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:


1. penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa
atau kondisi lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang
terjadi sebelumnya; dan
2. penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa atau kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi
sebelumnya atau tidak material.

❑ Penerapan awal penilaian aset sesuai PSAK 16: Aset


Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak Berwujud adalah suatu
perubahan dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan
dengan suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau
PSAK 19, bukan sesuai dengan Pernyataan ini.

11
Penerapan Perubahan
Kebijakan

Penerapan Perubahan Kebijakan Akuntansi bergantung kepada:


1. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan
awal suatu PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi
dalam PSAK tersebut, jika ada;
2. Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan
secara sukarela maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara
retrospektif.

❑ Penerapan retrospektif suatu perubahan kebijkan akuntansi baru


adalah koreksi pengakuan, pengukuran, transaksi, peristiwa dan kondisi
lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan.
❑ Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran,
dan pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah
kesalahan periode lalu tidak pernah terjadi.

12
Pendekatan Pelaporan Perubahan
Kebijakan Akuntansi (Kieso et al.)
1. Entitas melaporkan dampak kumulatif atas perubahan kebijakan pada
laporan keuangan tahun berjalan. Entitas tidak melakukan perubahan
pada laporan keuangan tahun sebelumnya.
2. Entitas melakukan perubahan secara retrospektif. Entitas melakukan
penyesuaian laporan keuangan tahun sebelumnya dan menunjukkan
dampak kumulatif sebagai penyesuaian pada laba ditahan awal tahun
berjalan.
3. Entitas melakukan perubahan secara prospektif (di masa depan). Entitas
tidak melakukan penyesuaian pada neraca awal untuk merefleksikan
perubahan kebijakan.

IASB cenderung pada penggunaan pendekatan retrospektif.

13
Penerapan Retrospektif

Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan


secara retrospektif, maka entitas menyesuaikan:

Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh


1 untuk periode sajian paling awal.

2 Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap


periode sajian seolah-olah kebijakan akuntansi baru
tersebut sudah diterapkan sebelumnya

14
Keterbatasan
Penerapan Retrospektif

… ketika penerapan retrospektif disyaratkan, maka


perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara
retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis
untuk menentukan dampak spesifik periode atau
dampak kumulatif periode tersebut …

15
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan
(Variasi Ilustrasi Kieso et al., 2011)

◼ Tanggal 1 Januari 2011, PT A menjual saham Rp 200 juta dan mulai


beroperasi di industri retail. Berikut data penjualan, pembelian
persediaan, dan beban operasi selama tahun 2011 – 2013 yang dilakukan
dengan transaksi kas.
2011 2012 2013
Penjualan 700jt 650jt 650jt
Pembelian 200jt 200jt 250jt
Beban operasi 350jt 350jt 300jt
Arus kas dari operasi 150jt 50jt 100jt

◼ PT A menggunakan metode rata-rata tertimbang untuk biaya persediaan


sebelum 1 Januari 2013 dan menerapkan metode FIFO sejak tahun 2013.

16
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan

◼ Berikut perbandingan jumlah persediaan selama tahun 2011-2013 dengan


menggunakan metode rata-rata tertimbang dan FIFO.

Average cost FIFO Perbedaan


1 Januari 2011 0 0 0
31 Desember 2011 50jt 55jt 5jt
31 Desember 2012 75jt 85jt 10jt
31 Desember 2013 95jt 110jt 15jt

17
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan

◼ Berikut perbandingan COGS selama tahun 2011-2013 dengan


menggunakan metode rata-rata tertimbang dan FIFO.

Average cost FIFO Perbedaan


2011 150jt 145jt 5jt
2012 225jt 220jt 5jt
2013 230jt 225jt 5jt

◼ Informasi Laba Per Saham tidak disyaratkan dalam laporan laba-rugi.


◼ Dampak pajak diabaikan

18
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan
Laporan Laba Rugi
2011 2012 2013
Penjualan 700jt 650jt 650jt
COGS (rata-rata tertimbang) 150jt 225jt 230jt
Beban operasi 350jt 350jt 300jt
Laba bersih 200jt 75jt 120jt

2011 2012 2013


Penjualan 700jt 650jt 650jt
COGS (FIFO) 145jt 220jt 225jt
Beban operasi 350jt 350jt 300jt
Laba bersih 205jt 80jt 125jt

19
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan
Laporan Laba Ditahan
2011 2012 2013
Laba ditahan (awal) 0 200jt 275jt
Laba bersih (rata-rata tertimbang) 200jt 75jt 120jt
Laba ditahan (akhir) 200jt 275jt 395jt

2011 2012 2013


Laba ditahan (awal) 0 205jt 285jt
Laba bersih (FIFO) 205jt 80jt 125jt
Laba ditahan (akhir) 205jt 285jt 410jt

20
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan
Laporan Posisi Keuangan
2011 2012 2013
Persediaan (rata-rata tertimbang) 50jt 75jt 95jt
Kas 350jt 400jt 500jt
Total Aset 400jt 475jt 595jt
Modal Saham 200jt 200jt 200jt
Laba ditahan 200jt 275jt 395jt
Total Ekuitas 400jt 475jt 595jt

2011 2012 2013


Persediaan (rata-rata tertimbang) 55jt 85jt 110jt
Kas 350jt 400jt 500jt
Total Aset 405jt 485jt 610jt
Modal Saham 200jt 200jt 200jt
Laba ditahan 205jt 285jt 410jt
Total Ekuitas 405jt 485jt 610jt
21
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan
Laporan Arus Kas
2011 2012 2013
Arus kas dari aktivitas operasi
Penjualan 700jt 650jt 650jt
Pembelian 200jt 200jt 250jt
Beban operasi 350jt 350jt 300jt
Arus kas bersih dari aktivitas operasi 150jt 50jt 100jt
Arus kas dari aktivitas pembiayaan
Penerbitan saham biasa 200jt - -
Penambahan kas bersih 350jt 50jt 100jt
Kas awal tahun 0 350jt 400jt
Kas akhir tahun 350jt 400jt 500jt

• Karena dampak pajak diabaikan, maka perubahan dari metode rata-rata


tertimbang tidak mempengaruhi laporan arus kas perusahaan.

22
Ilustrasi Perubahan Metode Persediaan

◼ Di dalam penerapan retrospektif, penggunaan metode FIFO


mempengaruhi nilai persediaan, COGS, laba bersih, dan laba ditahan.

Laba Bersih
Tahun Perbedaan Laba
Average cost FIFO
2011 200jt 205jt 5jt
2012 75jt 80jt 5jt
Total kumulatif awal 2013 275jt 285jt 10jt
Total 2013 120jt 125jt 5jt

Jurnal untuk mencatat perubahan ke metode FIFO awal tahun 2013 adalah
Persediaan 10 juta
Laba ditahan 10 juta
23
Ketika Retrospektif Tidak Praktis

Ketika tidak praktis untuk menentukan:

❑ Menerapkan kebijakan akuntansi baru


Dampak periode-spesifik akibat untuk jumlah tercatat aset dan liabilitas
perubahan kebijakan akuntansi pada awal periode paling awal dimana
dalam informasi komparatif, penerapan retrospektif adalah praktis,
maka entitas mungkin periode berjalan, dan
❑ Membuat penyesuaian saldo awal setiap
komponen ekuitas yang terpengaruh
untuk periode itu.

❑ Menyesuaikan informasi komparatif


Dampak kumulatif dari, pada untuk menerapkan kebijakan akuntansi
awal periode berjalan, baru secara prospektif sejak tanggal
penerapan kebijakan akuntansi praktis paling awal
baru untuk seluruh periode
lalu, maka entitas
24
Pengungkapan Penerapan Awal
1. Judul PSAK;
2. Bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan
ketentuan transisinya, ketika dapat diterapkan;
3. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;
4. Penjelasan ketentuan transisi, ketika dapat diterapkan;
5. Ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode mendatang,
ketika dapat diterapkan;
6. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis,
jumlah penyesuaian:
i. Untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan
ii. LPS dasar dan dilusian, jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
a) Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang
praktis; dan
b) Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu, atau
periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan
akuntansi diterapkan.

# Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang.


25
Pengungkapan Perubahan Sukarela
(Voluntary)

1. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;


2. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan
informasi yang andal dan lebih relevan;
3. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu
sajian, sepanjang praktis,:
– Penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang
terpengaruh;dan
– Penyesuaian LPS dasar dan dilusian;
4. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periodeperiode sebelum
periode-periode tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
5. Keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan, jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu
periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum periode-
periode tersebut disajikan.

# Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang.

26
Estimasi Akuntansi

❑ Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat


mempengaruhi elemen-elemen dalam LK.

√ Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi


terkini yang tersedia dan dapat diandalkan.

√ Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara
akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat
pada aktivitas bisnis.

√ Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam


penyusunan LK tanpa menyesampingkan keandalannya.
27
Perubahan Estimasi
Akuntansi

❑ Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang


tersedia dan andal.

“Jadi, estimasi mungkin perlu direvisi jika


terjadi perubahan keadaan yang menjadi
dasar estimasi atau akibat informasi baru
atau tambahan pengalaman …”

❑ Perubahan estimasi akuntansi adalah:


❖ Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian
periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi
manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan
liabilitas.
❖ Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau
perkembangan baru dan,
❖ Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
28
Perubahan Estimasi
Akuntansi

❑ Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi


secara prospektif sebagai berikut:

1. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset


dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi
akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset,
laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
2. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di
atas, diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.

29
Pengungkapan Perubahan Estimasi

✓ Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah


perubahan estimasi akuntansi yang:

❑ Berdampak pada periode berjalan, atau


❑ Diperkirakan akan berdampak pada periode
mendatang, kecuali pengungkapan dampak
pada periode mendatang tidak praktis untuk
mengestimasi dampak itu.

✓ Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan


karena estimasinya tidak praktis, maka entitas mengungkapkan fakta
tersebut.

30
Kesalahan

❑ Laporan keuangan tidak sesuai dengan


PSAK jika mengandung:

31
Kesalahan Periode Lalu

❑ Kesalahan Periode Lalu


adalah kelalaian mencantumkan dan kesalahan dalam mencatat, dalam
laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang timbul dari
kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan informasi
andal yang:
a) tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode
tersebut; dan
b) secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
➢ Kesalahan semacam itu termasuk
√ Dampak kesalahan perhitungan matematis,
√ Kesalahan penerapan kebijakan akuntansi,
√ Kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta,
√ Kecurangan.

32
Koreksi Kesalahan
Periode Lalu

Koreksi kesalahan material periode lalu:


Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif
pada laporan keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah
ditemukannya dengan:
a) Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian
dimana kesalahan terjadi; atau

b) Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk
periode lalu sajian paling awal

33
Keterbatasan Penyajian Retrospektif

❑ Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajiankembali


secara retrospektif kecuali sepanjang tidak praktis untuk
menentukan dampak periode tertentu atau dampak kumulatif
kesalahan.
❑ Ketika tidak praktis untuk menentukan:
a) Dampak spesifik periode kesalahan
✓ Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, laibilitas, dan ekuitas
untuk periode paling awal di mana penyajiankembali retrospektif
adalah praktis (mungkin periode berjalan).
b) Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada
semua periode lalu
✓ Entitas menyajikan-kembali informasi komparatif untuk mengoreksi
kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.

34
Pengungkapan Koreksi
Kesalahan

❑ Sifat kesalahan periode lalu;


❑ Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang
praktis:
✓ Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan
✓ LPS dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
❑ Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan
❑ Jika penyajian-kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu
periode lalu tertentu, keadaan yang membuat keberadaan
kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak kapan
kesalahan telah dikoreksi.

… Laporan keuangan periode


berikutnya tidak perlu mengulang …

35
Tidak Praktis
❑ Penerapan suatu pengaturan adalah tidak praktis ketika entitas
tidak dapat menerapkannya setelah seluruh usaha rasional
dilakukan.
❑ Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk
menerapkan suatu perubahan kebijakan akuntansi secara
retrospektif atau menyajikan kembali secara retrospektif untuk
mengoreksi kesalahan, jika:
√ dampak penerapan retrospektif atau penyajian-kembali
retrospektif tidak dapat ditentukan;
√ penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif
memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen yang ada
pada periode lalu tersebut; atau
√ penerapan retrospektif atau penyajian-kembali retrospektif
memerlukan estimasi signifikan atas jumlah dan tidak mungkin
untuk membedakan secara obyektif informasi mengenai estimasi
yang:
❖ menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan
❖ akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan
dari informasi lain.

36
Perubahan Estimasi Akuntansi
Contoh

(dalam ribuan)
Biaya Perolehan 510,000
Nilai sisa - 10,000
Dasar Amortisasi 500,000
Masa manfaat (awal) 20 tahun
Amortsasi tahunan 25,000 x 2 tahun = 50,000

Neraca (31 Des 2008)


Aset Tidak Lancar:
Tanaman Menghasilkan 510,000
Akumulasi Amortisasi 50,000
Nilai Tercatat 460,000

37
Perubahan Estimasi Akuntansi Contoh

Nilai tercatat 460,000


Nilai Sisa (baru) 5,000
Dasar amortisasi 455,000
Sisa masa manfaat 28 tahun
Amortisasi tahunan 16,250

Jurnal tahun 2009

Beban Amortisasi 16,250


Akumulasi Amortisasi 16,250

38
Contoh 1
❑ Tahun 20X1, PT. Beta salah mencatat saldo akhir
persediaan, yaitu Rp 6.500 lebih besar dari jumlah
sebenarnya, sehingga menyebabkan saldo awal
20X2 overvalued sebesar Rp 6.500
❑ PT. Beta tahun 20x2 memiliki penjualan Rp
104.000, HPP 86.500 pajak penghasilan Rp 5.250
❑ PT. Beta tahun 20x1 memiliki penjulan Rp 73.500,
HPP 53.500 pajak penghasilan Rp 6.000.
❑ Saldo laba awal 20X1 sebesar Rp 20.000 dan
saldo laba akhir Rp 34.000
❑ Tarif pajak 30%
❑ Modal saham Rp 5.000 dan tidak memiliki
komponen ekuitas lain kecuali saldo laba. Saham
tidak diperdagangkan di publik.

39
Contoh 1
Laporan 20 × 1
20 × 1
Penjualan 73.500
Beban Pokok Penjualan (53.500)
Laba sebelum pajak penghasilan 20.000
Pajak Penghasilan (6.000)
Laba 14.000

Disajikan Kembali
Laporan 20 × 2
20 × 2 20 × 1
Penjualan 104.000 73.500
Beban Pokok Penjualan (80.000) (60.000)
Laba sebelum pajak penghasilan 24.000 13.500
Pajak Penghasilan (7.200) (4.050)
Laba 16.800 9.450
40
Contoh 1

Laporan Perubahan Ekuitas


Modal saham Saldo Laba Total

Saldo per 31 Desember 20x0 5.000 20.000 25.000

Laba untuk tahun yang berakhir 31 Des - 9.450 9.450


20X1 disajikan kembali

Saldo per 31 Desember 20X1 5.000 29.450 34.450

Laba untuk tahun yang berakhir 31 Des - 16.800 16.800


20X2

Saldo per 31 Desember 20X2 5.000 46.250 51.250

41
Contoh 1

❑ Beberapa produk yang telah terjual pada 20x1 tercatat salah sebesar
Rp6.500 per 31 Desember 20X1. Laporan keuangan 20X1 disajikan-kembali
untuk membetulkan kesalahan ini. Dampak dari penyajian-kembali laporan
keuangan tersebut diringkaskan berikut ini. Tidak ada dampak pada 20X2.

Dampak 20 × 1
(Peningkatan) dalam harga pokok penjualan (6.500)
Penurunan beban pajak penghasilan 1.950
(Penurunan) dalam laba (4.550)

(Penurunan) dalam persediaan (6.500)


Penurunan dalam utang pajak penghasilan 1.950
(Penurunan) dalam ekuitas (4.550)

42
Catatan atas Laporan Keuangan

❑ 20X2, PT. Delta mengubah kebijakan akuntansi penyusutan aset tetap, sehingga
menerapkan lebih banyak pendekatan komponen secara penuh, pada saat yang
sama menerapkan model revaluasi.
❑ Pada tahun sebelum 20X2, catatan PT. Delta tidak cukup detail untuk menerapkan
pendekatan komponen secara penuh. Pada akhir 20X1, manajemen membuat survei
teknis, untuk memperoleh informasi komponen yang dimiliki dan nilai wajar, umur
manfaat, nilai residu estimasian, dan jumlah yang dapat disusutkan pada awal 20X2.
❑ Namun, survei tersebut tidak menyediakan dasar yang cukup untuk mengestimasi
secara andal biaya untuk komponen yang sebelumnya tidak dicatat secara terpisah,
dan catatan yang ada sebelum survei tidak mengizinkan informasi ini direkonstruksi.
❑ Manajemen menyimpulkan menerapkan kebijakan baru secara retrospektif mulai
20X2.

Contoh 2
43
Contoh 2
Informasi Tambahan: Tarif pajak 30%

Rp
Aset tetap pada 20X1
Biaya perolehan awal 25.000
Penyusutan (14.000)
Nilai buku neto 11.000
Beban penyusutan prospektif untuk tahun 20X2 (dasar lama) 1.500
Beberapa hasil survei teknis
Penilaian 17.000
Nilai residu estimasian 3.000
Sisa umur aset rata-rata (tahun) 7
Beban penyusutan untuk aset tetap yang ada untuk 20X2 2.000
44
Contoh 2
Informasi Tambahan

❑ Mulai dari 20x2, PT Delta mengubah kebijakan akuntansi Penyusutan aset tetap,
menerapkan pendekatan komponen dan model revaluasi.
❑ Manajemen berpendapat kebijakan ini menyediakan informasi yang andal dan
lebih relevan karena lebih akurat dan didasarkan atas nilai kini.
❑ Kebijakan ini diterapkan secara prospektif mulai dari 20X2 karena tidak praktis
untuk mengestimasi dampak penerapan kebijakan baik secara retrospektif, atau
secara prospektif dari tanggal yang lebih awal.
❑ Oleh karena itu, penerapan kebijakan baru tidak mempunyai dampak atas
periode sebelumnya.
❑ Dampak tahun berjalan adalah meningkatkan jumlah tercatat aset tetap pada
awal tahun sebesar Rp6.000; meningkatkan penyisihan pajak tangguhan awal
sebesar Rp1.800; menghasilkan surplus revaluasi pada awal tahun sebesar
Rp4.200; meningkatkan beban penyusutan sebesar Rp500; dan mengurangi
beban pajak sebesar Rp150.

45
Analisis Kesalahan
(Kieso et al., 2011)
◼ Tiga analisis kesalahan:
1. Jenis kesalahan yang terlibat
2. Jurnal yang diperlukan untuk membetulkan kesalahan
3. Cara penyajian ulang laporan keuangan setelah
kesalahan ditemukan
◼ Kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode
sebelumnya dan dilaporkan pada pertiode berjalan
sebagai penyesuaian terhadap neraca awal saldo laba.

46
Kesalahan Laporan Posisi Keuangan

◼ Merupakan kesalahan yang hanya


mempengaruhi penyajian aset, liabilitas, dan
ekuitas.
 Kesalahan di periode berjalan: reklasifikasi item ke
posisi seharusnya
 Kesalahan periode sebelumnya: menyajikan ulang
laporan posisi keuangan periode sebelumnya
untuk tujuan perbandingan.

47
Analisis Kesalahan

◼ Kesalahan laporan posisi keuangan hanya


mempengaruhi penyajian aset, liabilitas, dan
ekuitas.
◼ Kesalahan laporan laba rugi yang diakibatkan
klasifikasi pendapatan dan beban yang tidak
sesuai tidak mempengaruhi laporan posisi
keuangan dan laba bersih.

48
Kesalahan Yang Mempengaruhi Laporan
Posisi Keuangan Dan Laporan Laba Rugi

◼ Counterbalancing errors: kesalahan yang akan


tertutupi dengan sendirinya selama 2 periode.
◼ Non-counterbalancing errors: kesalahan yang
tidak akan tertutupi pada periode akuntansi
selanjutnya (memerlukan waktu lebih dari 2
periode untuk memperbaiki diri sendiri).

49
Conterbalancing Errors

◼ Jika perusahaan telah melakukan tutup buku:


 Jika kesalahan sudah tertutupi, tidak perlu jurnal
 Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal penyesuaian atas neraca saldo
laba ditahan.
◼ Jika perusahaan belum tutup buku:
 Jika kesalahan telah tertutupi, buat jurnal untuk membetulkan kesalahan
periode berjalan dan untuk menyesuaikan saldo awal laba ditahan
 Jika kesalahan belum tertutupi, buat jurnal untuk menyesuaikan saldo awal
laba ditahan
◼ Jika perusahaan menyajikan laporan perbandingan, maka kesalahan harus
disajikan ulang untuk tujuan perbandingan, termasuk jika jurnal perbaikan tidak
diperlukan.

50
Contoh Umum Counterbalancing Errors
1. Tidak mencatat beban akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A tidak mencatat beban gaji akrual sebesar Rp 50 juta.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Beban gaji 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
2. Tidak mencatat beban dibayar di muka
Tanggal 1 Januari 2012, PT A tidak membeli polis asuransi sebesar Rp 50 juta dengan kas
dan tidak membuat jurnal penyesuaian hingga akhir tahun.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Beban asuransi 50 juta
Laba ditahan 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.

51
Contoh Umum Counterbalancing Errors
3. Pendapatan dibayar di muka
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mengakui pendapatan dibayar di muka sebesar 50 juta
(kas) untuk sewa ruang kantor selama tahun 2013 dan tidak membuat jurnal penyesuaian.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Pendapatan sewa 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
4. Pendapatan akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mengakui pendapatan akrual atas bunga sebesar Rp 50
juta yang seharusnya diakui tahun 2013.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Laba ditahan 50 juta
Pendapatan bunga 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.

52
Contoh Umum Counterbalancing Errors
5. Pembelian persediaan
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mencatat pembelian persediaan sebesar Rp 50 juta yang
seharusnya diakui tahun 2013. Persediaan fisik tahun 2012 tercatat dengan benar, dan
perusahaan menggunakan metode persediaan periodik.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Pembelian 50 juta
Laba ditahan 50 juta
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.

53
Contoh Umum Non-Counterbalancing Errors
Depresiasi aset
Tanggal 1 Januari 2012, PT A membeli mesin seharga 50 juta yang diperkirakan memiliki
manfaat 5 tahun tanpa nilai sisa. Akuntan salah melakukan penjurnalan dengan
membebankan biaya perolehan mesin pada tahun 2012 dan kesalahan tersebut baru
diketahui tahun 2013. PT A menggunakan metode depresiasi garis lurus untuk semua aset.
1. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut:
Mesin 50 juta
Beban depresiasi – mesin 10 juta (50jt / 5 tahun)
Laba ditahan 40 juta (50jt – 10jt)
Akumulasi depresiasi – mesin 20 juta (2 x 10jt)
2. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai berikut.
Mesin 50 juta
Laba ditahan 30 juta (50jt – 2 x 10jt)
Akumulasi depresiasi 20 juta

54

Anda mungkin juga menyukai