Kelas : MBS 7F
Pada laporan neraca disajikan saldo aset, kewajiban, serta ekuitas pada akhir periode
waktu akuntasi. Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok
yang berwujud maupun tidak berwujud. Aset terbagi menjadi 2 jenis yaitu aset lancar dan
aset tidak lancar. Pada Aset Lancar, terdiri dari beberapa poin yaitu :
b. Piutang usaha
Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit dari
pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Dalam
laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 senilai Rp. 5.901.994.049.176 ,
dan pada tahun 2020 senilai Rp. 5.572.866.721. Berdasarkan data keuangan tersebut,
piutang usaha mengalami penurunan. Kemungkinan perusahaan mengalami
penurunan dalam penjualan secara kredit dan mengalami peningkatan dalam hal
penjualan secara tunai.
c. Piutang lain
Piutang lain-lain mencakup selain piutang dagang. Dalam laporan keuangan
PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo piutang lain adalah senilai Rp.
500.974.800.491 , dan pada tahun 2020 senilai Rp. 168.238.240.056. Berdasarkan
data keuangan tersebut, piutang lain mengalami penurunan pada dua tahun terakhir.
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mendapatkan pembayaran atau pelunasan
piutang dari pihak berelasi atau pihak ketiga.
d. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 senilai Rp.
2.790.663.951.514 , dan pada tahun 2020 senilai Rp. 2.805.111.592.211. Berdasarkan
data keuangan tersebut, persediaan mengalami peningkatan pada tahun 2020
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya jumlah
pembelian tunai bahan baku serta meningkatnya barang jadi, suku cadang dan bahan
pembantu.
b. Aset tetap
Aset tetap adalah aset yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
proses produksi namun berwujud tetap. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk
pada tahun 2019 saldo aset tetap adalah senilai Rp.4.674.963.819.225, dan pada tahun
2020 senilai Rp.6.043.201.970.326. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo aset
tetap mengalami peningkatan yang cukup signfikan pada tahun 2020 dibandingkan
tahun sebelumnya. Aset tetap meningkat dikarenakan meningkatnya biaya perolehan
dari tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, perlatan kanotr serta
kendaraan.
c. Aset hak guna bangunan
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri selama jangka waktu tertentu.
Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo aset hak guna
bangunan adalah senilai Rp.0, dan pada tahun 2020 senilai Rp.228.563.209.997 .
Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo aset hak guna bangunan mengalami
penurunan pada tahun 2020. Pada tahun 2020 awal perusahaan memiliki saldo hak
guna bangunan senilai Rp.300.983.621.136, namun kemudian dikurangi dengan
akumulasi penyusutan bangunan senilai Rp. 72.420.411.139, sehingga menghasilkan
saldo aset hak guna pada akhir tahun senilai Rp.228.563.209.997.
e. Uang jaminan
Uang jaminan adalah uang yang dipakai sebagai jaminan atas transaksi yang
telah disepakati sampai batas waktu yang telah ditentukan (jika transaksi tidak ditepati
sesuai dengan waktu yang ditentukan, uang tersebut hilang). Dalam laporan keuangan
PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo uang jaminan adalah senilai
Rp.30.938.012.218, dan pada tahun 2020 senilai Rp.40.646.116.824. Berdasarkan
data keuangan tersebut, saldo uang jaminan mengalami peningkatan lebih dari 30%
pada tahun 2020. Peningkatan saldo uang jaminan dapat terjadi dikarenakan
perusahaan melakukan beberapa kesepakatan dengan pihak lain, dengan memberikan
uang tersebut sebagai jaminan.
Selanjutnya pada poin liabilitas dan ekuitas perusahaan PT. Mayora Tbk. Liabilitas adalah
sebagai berikut :
Liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek dan liabiitas jangka panjang. Pada liabilitas
jangka pendek terdiri dari beberapa poin yaitu :
b. Utang Usaha
Utang usaha merupakan utang Grup untuk pembelian bahan baku dan bahan
pembantu. Dalam utang usaha ini ada 2 pihak yaitu pihak berelasi dan pihak ketiga.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk dalam pihak berelasi untuk tahun
2019 sebesar Rp73.028.489.792 dan untuk tahun 2020 sebesar 89.728.514.763.
Sedangkan dalam pihak ketiga untuk tahun 2019 sebesar Rp 1.239.154.448.245 dan
untuk tahun 2020 sebesar Rp1.502.068.040.119. Berdasarkan data utang usaha
tersebut dari tahun 2019 ke 2020 mengalami peningkatan. Hal ini bisa terjadi
mungkin karena kebutuhan untuk bahan baku dan bahan pembantu semakin banyak.
c. Utang Lain
Akun ini adalah uang muka penjualan daripelanggan dan utang atas pembelian
barang –barang teknik. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk utang lain pada
tahun 2019 sebesar Rp 100.229.810.844 sedangkan pada tahun 2020 sebesar
314.132.408.598. Berdasarkan data tersebut utang lain dari tahun 2019 ke 2020
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena pembelian untuk barang teknik
meningkat.
d. Utang Pajak
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan. Besarnya pajak yang
terutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh pihak
wajib pajak (self assessment). Dalam laporan keuangan PT. Mayora utang pajak pada
tahun 2019 sebesar Rp 184.860.464.005 sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp
147.124.420.454. Berdasarkan data tersebut utang pajak menurun dalam waktu satu
tahun.
e. Beban Akrual
Beban akrual adalah beban yang masih harus dibayarkan, tetapi
pembayarannya belum dilakukan sampai periode selanjutnya. Berdasarkan laporan
keuangan PT. Mayora Tbk beban akrual pada tahun 2019 sebesar 695.162.743.054
sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp 411.852.543.588. Dari data tersebut dapat
dikatakan dari tahun 2019 ke 2020 beban akrual mengalami penurunan. Hal ini
bersifat positif karena beban akrual mengalami penurunan.
f. Bagian pinjaman Bank jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun
Pinjaman Bank Jangka Panjang merupakan jenis pinjaman yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari satu tahun. Perusahaan umumnya mengambil Pinjaman
Jangka Panjang dari pihak Bank guna mendapatkan modal besar dalam waktu cepat.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk pinjaman bank pada tahun 2019
sebesar Rp 421.923.583.261 sedangkan pada tahun 2020 sebesar 804.080.567.757.
Dari data tersebut menunjukkan pinjaman bank dari tahun 2019 ke 2020 mengalami
kenaikan.
g. Bagian utang obligasi jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun
Hutang jangka panjang pada dasarnya merupakan kewajiban sebuah
perusahaan untuk membayar pinjaman dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk utang obligasi pada tahun 2019 tidak
ada sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp 156.337.216.664. Dari data tersebut utang
obligasi dalam waktu satu tahun ada peningkatan.
Sedangkan pada akun Liabilitas Jangka Panjang terdiri dari beberapa poin yaitu :
a. Liabilitas Pajak Tangguhan
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada
periode masa depan sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk liabilitas pajak tangguhan
pada tahun 2019 sebesar Rp 11.181.056.094 dan tahun 2020 sebesar Rp
15.261.479.977. Dari data tersebut liabilitas pajak tangguhan mengalami
kenaikan dalam satu tahun.
c. Liabilitas Sewa
Utang Sewa adalah Sewa yang sudah merupakan kewajiban dari perusahaan
pada suatu periode tertentu untuk membayarnya, namun jumlah tersebut belum
dibayarkan oleh perusahaan, sehingga masih merupakan hutang bagi perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk liabilitas sewa pada tahun 2019 tidak
ada dan pada tahun 2020 sebesar Rp 236.190.555.450.
Laba rugi merupakan laporan finansial perusahaan yang dibuat oleh bidang keuangan
tertentu. Laporan laba rugi berisi data-data pendapatan dan beban yang ditanggung oleh
perusahaan. Laporan laba rugi terdiri dari:
1. Penjualan Bersih
Kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu
setelah dikuarangi pajak penghasilan yang disajikan dalam bentuk laporan laba rugi.
Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 penjualan bersih sebesar Rp.
25.026.739.472.547 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 24.476.953.742.651.
Berdasarkan data keuangan tersebut, penjualan lokal pada tahun 2019 sebesar Rp.
13.557.952.148.580, sedangkan pada tahun 2020 sebesar 14.380.095.257.387.
penjualan ekspor di tahun 2019 sebesar Rp. 11.479.936.437.580 dan di tahun 2020
sebesar Rp. 10.113.731.246.264.
Pengembalian produk pada tahunn 2019 sebesar Rp. 10.249.113.676
sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp. 16.872.763.000. Penjualan bersih pada tahun
2020 mengalami penurunan yang terjadi karena adanya pengembalian produk yang
sangat besar dibandingkan tahun lalu, selain itu penjualan produk lokal dan ekspor
juga lebih rendah daripada tahun lalu.
3. Laba Bruto
Laba bruto merupakan pendapatan dari penjualan, yang mana pendapatan
yang dimaksud adalah pendapatan penjualan sebelum dikurangi biaya overhead, gaji
pegawai, pajak dan pembayaran bunga. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019
laba bruto sebesar Rp. 7.917.240.946.515 dan pada tahun 2020 sebesar Rp.
7.299.122.959.685. Berdasarkan data keuangan tersebut, laba bruto mengalami
penurunan. Penurunan terhadap laba bruto dipengaruhi oleh kuantitas barang yang
dijual dan harga pokok persatuan produk yang di jual atau di hasilkan.
4. Beban Usaha
Pengorbanan langsung dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset
perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang termasuk dalam beban
usaha adalah gaji, beban asuransi, beban air, listrik dan telepon.
a. Beban Penjualan
Beban penjualan mencakup berbagai beban yang terkait dengan pemasaran,
distribusi dan penjualan produk. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban
penjualan sebesar Rp. 4.027.986.833.485 sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp.
3.769.234.915.945. Berdasarkan data keuangan tersebut beban penjualan mengalami
penurunan karena biaya yang dikelurkan dalam beban penjualan di tahun 2020 lebih
kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan di tahun 2019.
5. Laba Usaha
Laba usaha mencerminkan kinerja operasional perusahaan yang sebenarnya. Laba
usaha adalah selisih dari pendapatan usaha (revenue) dengan beban usaha (operational
cost).
a. Beban bunga
Beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang berkaitan dengan
kegiatan penghimpunan dana. Biaya ini paling besar porsinya terhadap biaya bank
keseluruhan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban bunga sebesar Rp.
355.074.879.758 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 353.822.336.007. Berdasarkan data
keuangan tersebut beban bunga mengalami kenaikan karena ditahun 2019 tidak
terdapat liabilitas sewa sedangkan di tahun 2020 liabilitas sewa sebesar Rp.
15.846.391.907 hal ini menyebabkan adanya kenaikan bunga.
c. Penghasilan Bunga
Keuntungan yang diperoleh dari bank maupun lembaga keuangan lainnya
dimana pendapatan ini diperoleh dari hasil tambahan nilai dari kredit atau pinjaman
nasabah. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 penghasilan bunga sebesar Rp.
52.352.843.077 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 51.405.459.416. Berdasarkan data
keuangan tersebut penghasilan bunga mengalami penurunan karena jasa giro yang
diberikan pada tahun 2019 lebih kecil daripada pada tahun 2020, tetapi deposito
berjangka pada tahun 2019 lebih besar Rp. 23.005.476.639 dan pada tahun 2020 lebih
kecil yaitu R. 20.041.856.422, hal ini yang menyebabkan penurunan penghasilan
bunga.
e. Beban Lain-Lain
Beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan kegiatan utama
perusahaan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban lain-lain sebesar Rp.
467.797.970.023 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 147.037.914.219. Berdasarkan data
keuangan tersebut beban lain-lain mengalami penurunan karena penghasilan bunga
ditahun sebelumnya menurun dan beban bunga meningkat.
a. Pajak kini
Jumlah pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan kena pajak pada satu
periode. Besarnya dihitung dari penghasilan kena pajak yang sebelumnya telah
memperhitungkan adanya beda tetap sekaligus beda waktu, dikalikan dengan
tarif pajak yang berlaku. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 pajak kini sebesar
Rp. 661.306.449.500 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 576.418.381.880. Berdasarkan
data keuangan tersebut pajak kini mengalami penurunan karena pajak perusahaan di
tahun 2020 lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu, dan entitas anak pada tahun
2020 lebih rendah dari tahun lalu dikarenakan adanya perubahan tarif pajak
penghasilan, hal ini menyebabkan adanya penurunan pada pajak kini.
b. Pajak tangguhan
Pajak tangguhan atau yang biasa disebut sebagai deferred tax expense dapat
didefinisikan sebagai beban pajak yang dapat berpengaruh pada penambahan atau
pengurangan beban pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak di masa yang akan
datang. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 pajak tangguhan sebesar Rp.
8.244.075.253 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 9.303.383.411. Berdasarkan data
keungan tersebut pajak kini mengalami kenaikan karena PT Mayora Indah Tbk
mengakui penambahan penggunaan bangunan sebagai dampak penerapan PSAK No.
73 sebesar Rp. 1.494.949.187 dan dampak atas perubahan tesebut tarif pajak sebesar
Rp. 1.451.876.053 yang dicatat dalam laba rugi.
c. Beban pajak
Beban pajak atau penghasilan pajak yaitu jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba rugi akuntansi pada satu
periode berjalan sebagai beban atau penghasilan. Dalam laporan keuangan pada tahun
2019 beban pajak sebesar Rp. 653.062.374.247 dan pada tahun 2020 sebesar Rp.
585.721.765.291. Berdasarkan data keuangan tersebut beban pajak mengalami
penurunan karena pajak kini di tahun 2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2019. Di tahun 2020 sebesar Rp. 576. 418.381.880 sedangkan di tahun 2019 sebesar
Rp. 661.306.449.500. Selain itu hal yang dapat menyebabkan penurunan pada beban
pajak yaitu pajak tangguhan di tahun 2020 sebesar Rp. 9.303.383.411 sedangkan di
tahun 2019 sebesar Rp. 8.244.075.253.