Anda di halaman 1dari 18

Nama : Andri Prasetyo 185211230

Erlina Nur Insani 185211246

Arum Tias Pangesti 185211248

Kelas : MBS 7F

PT. Mayora Indah Tbk.

Analisis Laporan Keuangan (2019, 2020)

1. LAPORAN NERACA/POSISI KEUANGAN


1. Analisis Laporan Neraca:

Pada laporan neraca disajikan saldo aset, kewajiban, serta ekuitas pada akhir periode
waktu akuntasi. Aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh individu atau kelompok
yang berwujud maupun tidak berwujud. Aset terbagi menjadi 2 jenis yaitu aset lancar dan
aset tidak lancar. Pada Aset Lancar, terdiri dari beberapa poin yaitu :

a. Kas dan setara kas


Kas dan Setara Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini
biasanya ditempatkan pada urutan yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat
pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam,
dan saldo rekening giro di bank. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada
tahun 2019 senilai Rp. 2.982.004.859.009 , dan pada tahun 2020 senilai Rp.
3.777.791.432.101. Berdasarkan data keuangan tersebut, kas dan setara kas pada 2
tahun terakhir mengalami peningkatan. Peningkatan kas pada perusahaan adalah hal
yang positif, hal ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan pendapat penjualan,
penjualan aktiva tetap, pendapatan saham, dan pendapatan lainnya.

b. Piutang usaha
Piutang usaha adalah suatu jumlah pembelian kredit dari
pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa. Dalam
laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 senilai Rp. 5.901.994.049.176 ,
dan pada tahun 2020 senilai Rp. 5.572.866.721. Berdasarkan data keuangan tersebut,
piutang usaha mengalami penurunan. Kemungkinan perusahaan mengalami
penurunan dalam penjualan secara kredit dan mengalami peningkatan dalam hal
penjualan secara tunai.

c. Piutang lain
Piutang lain-lain mencakup selain piutang dagang. Dalam laporan keuangan
PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo piutang lain adalah senilai Rp.
500.974.800.491 , dan pada tahun 2020 senilai Rp. 168.238.240.056. Berdasarkan
data keuangan tersebut, piutang lain mengalami penurunan pada dua tahun terakhir.
Hal ini dapat terjadi karena perusahaan mendapatkan pembayaran atau pelunasan
piutang dari pihak berelasi atau pihak ketiga.
d. Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang
dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang
yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 senilai Rp.
2.790.663.951.514 , dan pada tahun 2020 senilai Rp. 2.805.111.592.211. Berdasarkan
data keuangan tersebut, persediaan mengalami peningkatan pada tahun 2020
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya jumlah
pembelian tunai bahan baku serta meningkatnya barang jadi, suku cadang dan bahan
pembantu.

e. Uang muka pembelian


Uang muka pembelian adalah uang muka pembelian bahan baku dan biaya
pemasaran dan biaya promosi. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun
2019 saldo uang muka pembelian adalah senilai Rp. 101.543.572.151 , dan pada
tahun 2020 senilai Rp. 106.660.948.660. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo
uang muka pembelian mengalami peningkatan dari tahun 2019 hingga pada tahun
2020. Peningkatan saldo uang muka pembelian terjadi karena adanya peningkatan
atau penambahan jumlah bahan baku yang dibeli oleh perusahaan dibandingkan tahun
sebelumnya.

f. Pajak dibayar dimuka


Pajak dibayar dimuka merupakan pembayaran pajak yang dilakukan
pemotongan atau pemungutan oleh pihak lain seta pembayaran pajak yang dilakukan
sendiri oleh WP, yang dapat diperhitungkan dengan pajak terutang PPh badan atau
PPN Keluaran WP. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo
pajak dibayar dimuka adalah senilai Rp. 2.790.663.951.514 , dan pada tahun 2020
senilai Rp. 2.805.111.592.211. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo pajak
dibayar dimuka mengalami peningkatan pada tahun 2020. Pembayaran pajak dibayar
dimuka ikut meningkat karena arus kas perusahaan juga semakin meningkat
dibandingkan tahun sebelumnya.
g. Biaya dibayar dimuka
Biaya bayar di muka adalah biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban
perusahaan untuk membayarnya pada periode yang bersangkutan, namun
sudah dibayarkan terlebih dahulu dan barang/jasa atas pengeluaran tersebut tidak
langsung diterima saat itu juga. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun
2019 saldo biaya dibayar dimuka adalah senilai Rp. 37.807.460.332 , dan pada tahun
2020 senilai Rp. 32.096.163.761. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo biaya
dibayar dimuka mengalami penurunan pada tahun 2020. Saldo biaya dibayar dimuka
mengalami penurunan dikarenakan beban yang harus dibayar oleh perusahaan
mengalami penurunan.

Sedangkan pada Aset Tidak Lancar, terdiri dari :

a. Aset pajak tangguhan


Pajak tangguhan didefinisikan sebagai jumlah pajak penghasilan yang
dipulihkan atau dapat dilakukan perubahan pada periode masa yang akan datang atau
masa depan sebagai akibat dari akumulasi rugi pajak yang masih belum
dikompensasikan. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo
aset pajak tangguhan adalah senilai Rp.96.055.409.948 , dan pada tahun 2020 senilai
Rp.104.876.456.480. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo aset pajak tangguhan
mengalami peningkatan pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya.
Peningkatan ini dapat terjadi karena pajak dibayar dimuka lebih kecil dibandingkan
jumlah pajak sebenarnya, sehingga pajak tangguhan mengalami peningkatan yang
dapat dilihat pada jumlah saldonya.

b. Aset tetap
Aset tetap adalah aset yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan
proses produksi namun berwujud tetap. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk
pada tahun 2019 saldo aset tetap adalah senilai Rp.4.674.963.819.225, dan pada tahun
2020 senilai Rp.6.043.201.970.326. Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo aset
tetap mengalami peningkatan yang cukup signfikan pada tahun 2020 dibandingkan
tahun sebelumnya. Aset tetap meningkat dikarenakan meningkatnya biaya perolehan
dari tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan, perlatan kanotr serta
kendaraan.
c. Aset hak guna bangunan
Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri selama jangka waktu tertentu.
Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo aset hak guna
bangunan adalah senilai Rp.0, dan pada tahun 2020 senilai Rp.228.563.209.997 .
Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo aset hak guna bangunan mengalami
penurunan pada tahun 2020. Pada tahun 2020 awal perusahaan memiliki saldo hak
guna bangunan senilai Rp.300.983.621.136, namun kemudian dikurangi dengan
akumulasi penyusutan bangunan senilai Rp. 72.420.411.139, sehingga menghasilkan
saldo aset hak guna pada akhir tahun senilai Rp.228.563.209.997.

d. Uang muka pembelian aset tetap


Uang muka pembelian aset tetap adalah uang muka untuk pembelian tanah,
mesin dan peralatan . Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada tahun 2019
saldo uang muka pembelian aset tetap adalah senilai Rp.1.459.858.783.569, dan pada
tahun 2020 senilai Rp.521.483.598.829 . Berdasarkan data keuangan tersebut, saldo
uang muka pembelian aset tetap mengalami penurunan cukup drastis pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2019. Penurunan ini dapat terjadi dikarenakan pembelian aset
tetap secara kredit menurun dibandingkan tahun 2019, sehingga saldo akhir juga
semakin menurun.

e. Uang jaminan
Uang jaminan adalah uang yang dipakai sebagai jaminan atas transaksi yang
telah disepakati sampai batas waktu yang telah ditentukan (jika transaksi tidak ditepati
sesuai dengan waktu yang ditentukan, uang tersebut hilang). Dalam laporan keuangan
PT. Mayora Tbk pada tahun 2019 saldo uang jaminan adalah senilai
Rp.30.938.012.218, dan pada tahun 2020 senilai Rp.40.646.116.824. Berdasarkan
data keuangan tersebut, saldo uang jaminan mengalami peningkatan lebih dari 30%
pada tahun 2020. Peningkatan saldo uang jaminan dapat terjadi dikarenakan
perusahaan melakukan beberapa kesepakatan dengan pihak lain, dengan memberikan
uang tersebut sebagai jaminan.
Selanjutnya pada poin liabilitas dan ekuitas perusahaan PT. Mayora Tbk. Liabilitas adalah
sebagai berikut :
Liabilitas terdiri dari liabilitas jangka pendek dan liabiitas jangka panjang. Pada liabilitas
jangka pendek terdiri dari beberapa poin yaitu :

a. Utang Bank Jangka Pendek


Utang Bank jangka pendek adalah segala pembiayaan yang akan dibayar
kembali dalam 12 bulan berjalan. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk pada
tahun 2019 sebesar Rp 50.000.000.000 dan pada tahun 2020 sebesar Rp
1.000.000.000.000. Berdasarkan data keuangan tersebut, utang bank jangka pendek
mengalami penurunan dalam kurung waktu 2 tahun. Hal ini baik, karena utang dari
tahun 2019 ke 2020 bisa berkurang.

b. Utang Usaha
Utang usaha merupakan utang Grup untuk pembelian bahan baku dan bahan
pembantu. Dalam utang usaha ini ada 2 pihak yaitu pihak berelasi dan pihak ketiga.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk dalam pihak berelasi untuk tahun
2019 sebesar Rp73.028.489.792 dan untuk tahun 2020 sebesar 89.728.514.763.
Sedangkan dalam pihak ketiga untuk tahun 2019 sebesar Rp 1.239.154.448.245 dan
untuk tahun 2020 sebesar Rp1.502.068.040.119. Berdasarkan data utang usaha
tersebut dari tahun 2019 ke 2020 mengalami peningkatan. Hal ini bisa terjadi
mungkin karena kebutuhan untuk bahan baku dan bahan pembantu semakin banyak.

c. Utang Lain
Akun ini adalah uang muka penjualan daripelanggan dan utang atas pembelian
barang –barang teknik. Dalam laporan keuangan PT. Mayora Tbk utang lain pada
tahun 2019 sebesar Rp 100.229.810.844 sedangkan pada tahun 2020 sebesar
314.132.408.598. Berdasarkan data tersebut utang lain dari tahun 2019 ke 2020
mengalami peningkatan. Hal ini dapat terjadi karena pembelian untuk barang teknik
meningkat.

d. Utang Pajak
Utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi
administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasarkan peraturan. Besarnya pajak yang
terutang ditetapkan berdasarkan perhitungan pajak yang dilakukan sendiri oleh pihak
wajib pajak (self assessment). Dalam laporan keuangan PT. Mayora utang pajak pada
tahun 2019 sebesar Rp 184.860.464.005 sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp
147.124.420.454. Berdasarkan data tersebut utang pajak menurun dalam waktu satu
tahun.

e. Beban Akrual
Beban akrual adalah beban yang masih harus dibayarkan, tetapi
pembayarannya belum dilakukan sampai periode selanjutnya. Berdasarkan laporan
keuangan PT. Mayora Tbk beban akrual pada tahun 2019 sebesar 695.162.743.054
sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp 411.852.543.588. Dari data tersebut dapat
dikatakan dari tahun 2019 ke 2020 beban akrual mengalami penurunan. Hal ini
bersifat positif karena beban akrual mengalami penurunan.

f. Bagian pinjaman Bank jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu
satu tahun
Pinjaman Bank Jangka Panjang merupakan jenis pinjaman yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari satu tahun. Perusahaan umumnya mengambil Pinjaman
Jangka Panjang dari pihak Bank guna mendapatkan modal besar dalam waktu cepat.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk pinjaman bank pada tahun 2019
sebesar Rp 421.923.583.261 sedangkan pada tahun 2020 sebesar 804.080.567.757.
Dari data tersebut menunjukkan pinjaman bank dari tahun 2019 ke 2020 mengalami
kenaikan.

g. Bagian utang obligasi jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu
tahun
Hutang jangka panjang pada dasarnya merupakan kewajiban sebuah
perusahaan untuk membayar pinjaman dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk utang obligasi pada tahun 2019 tidak
ada sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp 156.337.216.664. Dari data tersebut utang
obligasi dalam waktu satu tahun ada peningkatan.

Sedangkan pada akun Liabilitas Jangka Panjang terdiri dari beberapa poin yaitu :
a. Liabilitas Pajak Tangguhan
Liabilitas pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada
periode masa depan sebagai akibat perbedaan temporer kena pajak.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk liabilitas pajak tangguhan
pada tahun 2019 sebesar Rp 11.181.056.094 dan tahun 2020 sebesar Rp
15.261.479.977. Dari data tersebut liabilitas pajak tangguhan mengalami
kenaikan dalam satu tahun.

b. Pinjaman Bank Jangka Panjang


Pinjaman Bank Jangka Panjang merupakan jenis pinjaman yang jangka waktu
pembayarannya lebih dari satu tahun. Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk
pinjaman pada tahun 2019 sebesar Rp 2.839.707.799.079 dan tahun 2020 sebesar Rp
1.725.336.242.405. Dari data tersebut pinjaman bank jangka panjang mengalami
penurunan. Hal itu berpengaruh positif karena pinjaman dalam satu tahun bisa
berkurang.

c. Liabilitas Sewa
Utang Sewa adalah Sewa yang sudah merupakan kewajiban dari perusahaan
pada suatu periode tertentu untuk membayarnya, namun jumlah tersebut belum
dibayarkan oleh perusahaan, sehingga masih merupakan hutang bagi perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk liabilitas sewa pada tahun 2019 tidak
ada dan pada tahun 2020 sebesar Rp 236.190.555.450.

d. Utang Obligasi Jangka Panjang


Hutang jangka panjang pada dasarnya merupakan kewajiban sebuah
perusahaan untuk membayar pinjaman dengan jatuh tempo lebih dari satu tahun.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Mayora Tbk utang obligasi jangka panjang pada
tahun 2019 sebesar Rp 1.546.672.357.500 dan pada tahun 2020 sebesar Rp
1.888.882.902.612. Dari data tersebut dalam satu tahun utang obligasi jangka panjang
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi.

e. Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Panjang


Kewajiban imbalan kerja jangka panjang adalah kewajiban imbalan
kerja (termasuk imbalan pascakerja dan pesangon pemutusan kerja) yang tidak
seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah pekerja memberikan jasanya. Berdasarkan laporan keuangan PT.Mayora Tbk
liabilitas imbalan kerja jangka panjang pada tahun 2019 sebesar Rp
1.014.057.859.281 dan pada tahun 2020 sebesar Rp 1.165.037.572.205. Berdasarkan
data tersebut liabilitas imbalan kerja jangka panjang salam satu tahun mengalami
kenaikan.
2. ANALISIS LAPORAN LABA RUGI

Laba rugi merupakan laporan finansial perusahaan yang dibuat oleh bidang keuangan
tertentu. Laporan laba rugi berisi data-data pendapatan dan beban yang ditanggung oleh
perusahaan. Laporan laba rugi terdiri dari:
1. Penjualan Bersih
Kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu
setelah dikuarangi pajak penghasilan yang disajikan dalam bentuk laporan laba rugi.
Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 penjualan bersih sebesar Rp.
25.026.739.472.547 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 24.476.953.742.651.
Berdasarkan data keuangan tersebut, penjualan lokal pada tahun 2019 sebesar Rp.
13.557.952.148.580, sedangkan pada tahun 2020 sebesar 14.380.095.257.387.
penjualan ekspor di tahun 2019 sebesar Rp. 11.479.936.437.580 dan di tahun 2020
sebesar Rp. 10.113.731.246.264.
Pengembalian produk pada tahunn 2019 sebesar Rp. 10.249.113.676
sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp. 16.872.763.000. Penjualan bersih pada tahun
2020 mengalami penurunan yang terjadi karena adanya pengembalian produk yang
sangat besar dibandingkan tahun lalu, selain itu penjualan produk lokal dan ekspor
juga lebih rendah daripada tahun lalu.

2. Beban Pokok Penjualan


Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjadikan suatu barang siap untuk
dijual. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban pokok penjualan sebesar Rp.
17.109.498.526.032 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 17.177.830.782.966.
Berdasarkan data keuangan tersebut, beban pokok penjualan mengalami peningkatan.
Peningkatan yang terjadi karena beban pokok produksi di tahun 2020 lebih besar
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

3. Laba Bruto
Laba bruto merupakan pendapatan dari penjualan, yang mana pendapatan
yang dimaksud adalah pendapatan penjualan sebelum dikurangi biaya overhead, gaji
pegawai, pajak dan pembayaran bunga. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019
laba bruto sebesar Rp. 7.917.240.946.515 dan pada tahun 2020 sebesar Rp.
7.299.122.959.685. Berdasarkan data keuangan tersebut, laba bruto mengalami
penurunan. Penurunan terhadap laba bruto dipengaruhi oleh kuantitas barang yang
dijual dan harga pokok persatuan produk yang di jual atau di hasilkan.

4. Beban Usaha
Pengorbanan langsung dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset
perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan usaha, yang termasuk dalam beban
usaha adalah gaji, beban asuransi, beban air, listrik dan telepon.
a. Beban Penjualan
Beban penjualan mencakup berbagai beban yang terkait dengan pemasaran,
distribusi dan penjualan produk. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban
penjualan sebesar Rp. 4.027.986.833.485 sedangkan pada tahun 2020 sebesar Rp.
3.769.234.915.945. Berdasarkan data keuangan tersebut beban penjualan mengalami
penurunan karena biaya yang dikelurkan dalam beban penjualan di tahun 2020 lebih
kecil dibandingkan biaya yang dikeluarkan di tahun 2019.

b. Beban Umum & Administrasi


Beban umum mencakup pengeluaran operasi harian yang tidak terkait dengan
penjualan maupun aktivitas operasi. Sedangkan Beban administrasi mencakup
berbagai jenis beban yang terkait dengan fungsi bisnis non-produksi dan penjualan.
Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban umum sebesar Rp. 716.989.561.996
dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 698.959.849.585. Berdasarkan data keuangan
tersebut beban umum dan administrasi mengalami penurunan karena biaya yang
dikeluarkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan pada tahun lalu.

5. Laba Usaha
Laba usaha mencerminkan kinerja operasional perusahaan yang sebenarnya. Laba
usaha adalah selisih dari pendapatan usaha (revenue) dengan beban usaha (operational
cost).
a. Beban bunga
Beban yang dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang berkaitan dengan
kegiatan penghimpunan dana. Biaya ini paling besar porsinya terhadap biaya bank
keseluruhan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban bunga sebesar Rp.
355.074.879.758 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 353.822.336.007. Berdasarkan data
keuangan tersebut beban bunga mengalami kenaikan karena ditahun 2019 tidak
terdapat liabilitas sewa sedangkan di tahun 2020 liabilitas sewa sebesar Rp.
15.846.391.907 hal ini menyebabkan adanya kenaikan bunga.

b. Laba Rugi Selisih Mata Uang Asing


Laba rugi selisih kurs merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi laba
perusahaan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 laba rugi selisih mata uang
asing sebesar Rp. 206.361.945.932 dan pada tahun 2020 sebesar Rp.
116.986.949.959. Data tersebut menandakan adanya penurunan yang disebabkan
adanya fluktuasi kurs.

c. Penghasilan Bunga
Keuntungan yang diperoleh dari bank maupun lembaga keuangan lainnya
dimana pendapatan ini diperoleh dari hasil tambahan nilai dari kredit atau pinjaman
nasabah. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 penghasilan bunga sebesar Rp.
52.352.843.077 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 51.405.459.416. Berdasarkan data
keuangan tersebut penghasilan bunga mengalami penurunan karena jasa giro yang
diberikan pada tahun 2019 lebih kecil daripada pada tahun 2020, tetapi deposito
berjangka pada tahun 2019 lebih besar Rp. 23.005.476.639 dan pada tahun 2020 lebih
kecil yaitu R. 20.041.856.422, hal ini yang menyebabkan penurunan penghasilan
bunga.

d. Keuntungan Penjualan Aset Tetap


Keuntungan yang diperoleh dari harga jual aset tetap dikurangi dengan nilai
perolehan setelah dikurangi penyusutan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019
keuntungan penjualan aset tetap sebesar Rp. 2.387.589.067 dan pada tahun 2020
sebesar Rp. 1.956.163.012 dimana keuntugan penjualan aset tetap mengalami
penurunan yang diakibatkan oleh penggunaannya terlalu sering dan mengalami
kerusakan selain itu disebabkan oleh ketidakmampuan aset memenuhi kebutuhan
produksi.

e. Beban Lain-Lain
Beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan kegiatan utama
perusahaan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 beban lain-lain sebesar Rp.
467.797.970.023 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 147.037.914.219. Berdasarkan data
keuangan tersebut beban lain-lain mengalami penurunan karena penghasilan bunga
ditahun sebelumnya menurun dan beban bunga meningkat.

6. Laba sebelum pajak


Jumlah laba yang dimiliki sebelum dikurangi biaya pajak yang wajib
dibayarkan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 laba sebelum pajak sebesar Rp.
2.704.466.581.011 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 2.683.890.279.936. Berdasarkan
data keuangan tersebut laba sebelum pajak mengalami kenaikan karena terdapat
faktor-faktor yaitu biaya yang di keluarkan, harga jual suatu produk dan volume
penjualan dan produksi.

7. Beban (Penghasilan Pajak)


Beban pajak atau penghasilan pajak yaitu jumlah agregat pajak kini
dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba rugi akuntansi
pada satu periode berjalan sebagai beban atau penghasilan. Dalam laporan keuangan
pada tahun 2019 beban penghasilan pajak sebesar Rp. 355.074.879.758 dan pada
tahun 2020 sebesar Rp. 353.822.336.007. Beban penghasilan pajak mengalami
kenaikan dikarenakan utang jangka pendek yang dimiliki perusahaan Mayora Indah
Tbk pada tahun 2019 sebesar Rp. 84.088.675.375, sedangkan di tahun 2020 lebih
rendah yaitu sebesar Rp. 25.792.109.186. Pada tahun 2019, PT Mayora Indah Tbk
tidak memiliki liabilitas sewa, tetapi pada tahun 202 liabilitas sewa sebesar Rp.
15.846.391.907. Dengan adanya liabilitas sewa, pinjaman bank jangka panjang yang
lebih besar menyebabkan adanya kenaikan beban bunga.

a. Pajak kini
Jumlah pajak penghasilan yang terutang atas penghasilan kena pajak pada satu
periode. Besarnya dihitung dari penghasilan kena pajak yang sebelumnya telah
memperhitungkan adanya beda tetap sekaligus beda waktu, dikalikan dengan
tarif pajak yang berlaku. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 pajak kini sebesar
Rp. 661.306.449.500 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 576.418.381.880. Berdasarkan
data keuangan tersebut pajak kini mengalami penurunan karena pajak perusahaan di
tahun 2020 lebih besar dibandingkan dengan tahun lalu, dan entitas anak pada tahun
2020 lebih rendah dari tahun lalu dikarenakan adanya perubahan tarif pajak
penghasilan, hal ini menyebabkan adanya penurunan pada pajak kini.

b. Pajak tangguhan
Pajak tangguhan atau yang biasa disebut sebagai deferred tax expense dapat
didefinisikan sebagai beban pajak yang dapat berpengaruh pada penambahan atau
pengurangan beban pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak di masa yang akan
datang. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 pajak tangguhan sebesar Rp.
8.244.075.253 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 9.303.383.411. Berdasarkan data
keungan tersebut pajak kini mengalami kenaikan karena PT Mayora Indah Tbk
mengakui penambahan penggunaan bangunan sebagai dampak penerapan PSAK No.
73 sebesar Rp. 1.494.949.187 dan dampak atas perubahan tesebut tarif pajak sebesar
Rp. 1.451.876.053 yang dicatat dalam laba rugi.

c. Beban pajak
Beban pajak atau penghasilan pajak yaitu jumlah agregat pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam penghitungan laba rugi akuntansi pada satu
periode berjalan sebagai beban atau penghasilan. Dalam laporan keuangan pada tahun
2019 beban pajak sebesar Rp. 653.062.374.247 dan pada tahun 2020 sebesar Rp.
585.721.765.291. Berdasarkan data keuangan tersebut beban pajak mengalami
penurunan karena pajak kini di tahun 2020 lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2019. Di tahun 2020 sebesar Rp. 576. 418.381.880 sedangkan di tahun 2019 sebesar
Rp. 661.306.449.500. Selain itu hal yang dapat menyebabkan penurunan pada beban
pajak yaitu pajak tangguhan di tahun 2020 sebesar Rp. 9.303.383.411 sedangkan di
tahun 2019 sebesar Rp. 8.244.075.253.

8. Laba tahun berjalan


Laba tahun berjalan atau dikenal juga dengan istilah current year earnings
adalah laba bersih yang telah dipotong pajak. Laba sendiri dicapai saat pendapatan
sudah melebihi beban yang harus ditanggung. Dalam laporan keuangan pada tahun
2019 laba tahun berjalan sebesar Rp. 2.051.404.206.764 dan pada tahun 2020 sebesar
Rp. 2.098.168.415.645. Berdasarkan data keuangan tersebut laba tahun berjalan
mengalami kenaikan karena

9. Pengahasilan (Rugi) Komprehensif Lain


Salah satu laporan keuangan yang mengukur seberapa besar keberhasilan
perusahaan dalam periode tertentu. Penyajian laporan laba rugi komprehensif dapat
dilakukan perusahaan dengan memberikan informasi yang relevan. Misalnya
mengelompokkan berdasarkan pos-pos. Dalam laporan keuangan PT Mayora Indah
Tbk terdapat beberapa pos-pos dalam laporan laba rugi komprehensif lain yaitu pos
yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi seperti pengukuran kembali liabilitas
imbalan pasti pada tahun 2019 sebesar Rp. 28.132.575.812 sedangkan pada tahun
2020 sebesar Rp. 63.741.440.323.
Pajak yang terkait pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi di tahun
2019 sebesar Rp. 7.033.143.953 dan ditahun 2020 sebesar Rp. 14.023.116.871. Pos
yang akan direklesifikasi ke laba rugi yaitu selisih kurs penjabaran entitas anak luar
negeri pada tahun 2019 sebesar Rp. 1.745.730.744 sedangkan di tahun 2020 sebesar
Rp. 3.846.177.236. Rugi komprehensif lain setelah pajak di tahun 2019 sebesar Rp.
19.353.701.115 ditahun 2020 sebesar Rp. 53.564.500.688. Jumlah penghasilan
komprehensif ditahun 2019 sebesar Rp. 2.032.050.506.649 sedangkan ditahun 2020
sebesar Rp. 2.044.604.013.957, dimana pada tahun 2020 mengalami kenaikan yang
disebabkan oleh keuangan entitas asing yang lebih besar dari tahun sebelumnya.

10. Jumlah Laba Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan


Laba tahun berjalan yang dapat di distribusikan adalah laba bersih yang telah
dipotong pajak. Jumlah laba tahun berjalan ditahun 2019 sebesar Rp.
2.051.404.206.764 sedangkan ditahun 2020 sebesar Rp. 2.098.168.514.645, laba
berjalan mengalami kenaikan dikarenakan di tahun 2019 laba berjalan yang diberikan
kepada pemilik entitas induk sebesar Rp. 1.999.303.012.096 sedangkan di tahun 2020
sebesar Rp. 2.060.631.850.945. Sedangkan laba berjalan untuk kepentingan non
pengendali di tahun 2019 sebesar Rp. 52.101.194.668 sedangkan ditahun 2020
sebesar Rp. 37.536.663.700. Hal ini yang menyebabkan kenaikan laba tahun berjalan.

11. Jumlah Penghasilan Komprehensif yang Dapat Diatribusikan


Pendapatan komprehensif adalah variasi aset bersih perusahaan dari sumber
non-pemilik selama periode tertentu. Jumlah penghasilan komprehensif yang dapat
diatribusikan pada tahun 2019 sebesar Rp. 2.032.050.505.649 sedangkan ditahun
2020 sebesar Rp. 2.044.604.013.957, dimana mengalami kenaikan yang diakibatkan
karena penghasilan komprehensif yang diatribusikan kepada pemilik entitias induk
ditahun 2020 lebih besar dibandingkan tahun lalu.

12. Laba Per Saham


Laba per saham dasar (LPS dasar) adalah jumlah laba (rugi) bersih pada suatu
periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode yang
bersangkutan. Dalam laporan keuangan pada tahun 2019 laba per saham sebesar Rp.
89 dan pada tahun 2020 sebesar Rp. 92. Berdasarkan data keuangan tersebut laba
persaham mengalami kenaikan karena laba yang dapat di disttribusika kepada pemilik
entitas induk di tahun 2019 sebesar Rp. 1.999.303.012.096 sedangkan di tahun 2020
mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 2.060.631.850.945. Rata-rata tertimbang
saham biasa untuk perhitungan laba persaham di tahun 2019 dan 2020 sama. Dengan
adanya hal tersebut menyebabkan adanya kenaikan laba persaham di tahun 2020.

3. STRATEGI YANG DILAKUKAN


Pada tahun 2019 Direksi Perseroan harus menghadapi beberapa perubahan kondisi
pasar. Dengan melihat situasi pasar tersebut memberikan peluang yang sangat bagus bagi
Perseroan. Dengan keunggulan yang dimilki, Perseroan memenuhi permintaan di dalam
negeri secara maksimal sambil terus berupaya mempertahankan penjualan ekspor, dengan
demikian Perseroan dapat memperoleh laba yang menggembirakan. Dalam kondisi
tersebut, strategi yang ditetapkan yaitu menerapkan keunggulan bersaing dalam jangka
panjang agar dapat tercipta suatu sinergi yang kuat untuk mengembangkan peluang bisnis
yang propektif untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. Selain itu, inovasi produk tetap
menjadi prioritas dengan memfokuskan pada pengembangan produk berbahan baku lokal.
Pada tahun 2020 Pandemi Covid-19 telah memasuki negara Indonesia pada awal Maret
2020. Semenjak pandemi merabak para pelaku bisnis melahirkan strategi penjuala baru
yang lebih sesui dengan perubahan dan perilaku yang terjadi di masyarakat. Perseroan
tidak berhenti berinoavasi dan berhasil memperkanlkan beberapa varian produk baru
sebagai hasil dari inovasi divisi research and development, diantaranya Malkist
Tiramisu, Roma wafer Wafello, Energen Kurma, Torabika Gilus dan lainnya yang
relevan dengan selera konsumen. Selain itu, Perseroan juga membuat berbagai variasi
kemasan yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk penjualan ekspor,
Perseroan melakukan pelebaran dan pendalaman terhadap wilayah yang dijadikan target
penyebaran hasil produksi Perseroan. Untuk menunjang penjualan, perseroan
melaksanakan aktifitas promosi di lapangan yang sesuai dengan masing-masing target
yang dituju.

Anda mungkin juga menyukai