Anda di halaman 1dari 5

Rapat Dengar Pendapat dengan

Direktur Utama PT.Bahana Pembinaan Usaha Indonesia

Kamis, 16 Juni 2022

Agenda : Pembahasan Mengenai Pendalaman terhadap BUMN Penerima


Usulan PMN T.A 2023 dan Penjelasan terhadap Aksi Korporasi serta
RKAP T.A. 2022

A. Latar Belakang
Pada tahun 2020, pemerintah melalui PP No. 20 tahun 2020 tanggal 16
Maret 2020 menetapkan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Asuransi dan Penjaminan
sehingga terdapat empat anggota baru yang terdiri dari PT Asuransi Kerugian Jasa
Raharja (Jasa Raharja), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Jaminan Kredit
Indonesia (Jamkrindo), dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Pada tahun
2020 PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) sebagai BUMN Holding
Asuransi dan Penjaminan melakukan transformasi brand menjadi Indonesia
Financial Group (IFG). IFG membutuhkan PMN Rp 6 triliun untuk pelaksanaan
penugasan penjaminan KUR yang dijalankan oleh PT Jamkrindo dan PT Askrindo.
Kegunaan PMN ke IFG Tahun 2021
Tahun 2021 lalu holding IFG telah disuntik PMN senilai 20 Triliun yang telah
direalisasikan dengan dilakukannya pengalihan polis dari PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) yang mulai efektif pada sejak tanggal 16 Desember 2021 lalu.
pemanfaatan dana PMN ini juga ditujukan untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap industri asuransi, dan mengembalikan marwah industri
asuransi kepada fungsi perlindungan. PMN IFG yang disetujui pemerintah sebesar
Rp 20 triliun dari total keperluan restrukturisasi Jiwasraya sebesar Rp 26,7 triliun.
Guna melengkapinya, IFG akan melakukan fundraising dengan underlying dividen
anak perusahaan selama 5 tahun ke depan senilai Rp 6,7 triliun.

B. PMN untuk IFG T.A 2023


Kementerian BUMN mengusulkan penambahan penyertaan modal negara
(PMN) kepada PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia atau Indonesia Financial
Group (IFG) dan PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re
dengan total senilai Rp. 9 triliun. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo
menyampaikan, tambahan PMN tunai untuk RAPBN Tahun Anggaran 2023 untuk
Indonesia Re diusulkan senilai Rp3 triliun. Dalam paparannya, tambahan modal
tersebut ditujukan untuk pengembangan usaha Indonesia Re dalam rangka
perbaikan tingkat kesehatan untuk mendapatkan rating internasional guna
penguatan kapasitas bisnis perusahaan.
"Tambahan permodalan dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas
maupun meng-cover klaim ratio yang tinggi karena Covid dan karena peningkatan
klaim di asuransi kredit," ujar Tiko itu dalam rapat kerja Komisi VI DPR RI dengan
Menteri BUMN, Selasa (7/6/2022). Sementara itu, BUMN juga mengusulkan
tambahan PMN tunai kepada holding BUMN asuransi dan penjaminan IFG senilai
Rp.6 triliun. Diusulkannya tambahan PMN untuk IFG tersebut karena terkait
penugasan yang dilakukan oleh anak usaha IFG. Penugasan yang dimaksud adalah
penugasan penjaminan kredit usaha rakyat (KUR) yang dijalankan oleh PT
Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Jaminan Kredit Indonesia
(Jamkrindo).
C. Kinerja PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re)
Berdasarkan laporan kinerja Indonesia Re sepanjang 2021, perseroan masih
mencatatkan rugi bersih senilai Rp517,86 miliar. Padahal pada tahun lalu
perusahaan reasuransi tersebut masih membukukan laba bersih Rp104,05 miliar.
Dari sisi klaim bruto perseroan tercatat naik 6,52 persen (yoy) menjadi
Rp4,41 triliun pada 2021. Kondisi tersebut membuat jumlah pendapatan
underwriting perseroan senilai Rp2,98 triliun dan tidak mampu menutup jumlah
beban underwriting-nya yang mencapai Rp3,32 triliun. Dengan demikian,
Indonesia Re hanya mencatatkan hasil underwriting minus Rp343,01 miliar.
Catatan :
 Underwriting adalah proses identifikasi dan seleksi resiko. Saat mengajukan
asuransi, calon tertanggung akan terlebih dahulu melalui proses
underwriting sebelum akhirnya mereka dibebankan premi dengan jumlah
tertentu.
 Dalam proses underwriting yang dilakukan oleh personil perusahaan
asuransi (underwriter) untuk mengidentifikasikan resiko calon tertanggung
untuk menentukan ketegori resiko calon tertanggung dan besaran premi
yang harus di bayar.
 Berdasarkan data pendapatan underwriting perseroan Rp.2,98 T dengan
beban underwriting-nya mencapai Rp.3,32 T terdapat selisih kerugian
–RP.0,34 T
Pertanyaan :
1. Apakah terkait kerugian ini telah dilakukan investigasi dan langkah evaluasi di
Internal Perusahaan ? agar kedepanya hal ini tedak terjadi lagi !,
2. Tidakkah perlu perusahaan ada menetapkan ambang angka kerugian yang
masih diangkat wajar dalam bisnis asuransi agar ketika angka itu terlampaui
merupakan indikator mutlak bahwa jajaran direksi tidak berhasil dalam mengelola
perusahaan ?

D. Kinerja IFG
IFG merupakan entitas usaha yang mendapat mandat untuk menerima
pengalihan polis nasabah eks Jiwasraya. IFG mulai beroperasi sejak April 2021.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, total aset IFG berjumlah
Rp21,3 triliun pada akhir 2021. Perinciannya, aset berbentuk investasi Rp13,98
triliun dan bukan investasi Rp7,32 triliun.
Sepanjang 2021 IFG berhasil meraup pendapatan Rp86,39 miliar,
sedangkan total bebannya Rp170,52 miliar. Dengan demikian IFG masih
membukukan rugi Rp.89,07 miliar pada 2021.

Catatan :
 PMN IFG tahun 2021 sebesar Rp 20 triliun dari total keperluan
restrukturisasi Jiwasraya sebesar Rp 26,7 triliun. Guna melengkapinya, IFG
akan melakukan fundraising dengan underlying dividen anak perusahaan
selama 5 tahun ke depan senilai Rp 6,7 triliun.
 Dengan total aset pada akhir 2021 sejumlah Rp. 21,3 T, aset investasi
Rp.13,98 T dan bukan investasi Rp.7,32 T, maka IFG mempunyai prospek
yang cerah untuk dapat melangkapi sisa defisit restrukturisasi Jiwasraya
senilai RP. 6,7 T
Pertanyaan :
1. PMN yang akan diterima IFG di tahun 2023 senilai 6 T, selain untuk memenuhi
penugasan pemerintah sebagai penjamin KUR apakah juga akan digunakan untuk
menutupi kerugian buku tahun 2021 senilai Rp.89,07 miliar ?
Semoga hal ini tidak dilakukan karena akan memperlihatkan ketidakmampuan
perusahaan dari segi bisnis untuk menangani neraca keuanganya terlebih tidak
ada yang menjamin kerugian seperti ini tidak akan terjadi di tahun depan, masa
setiap rugi negara harus menanggungnya dengan memberikan PMN ?

2. PMN senilai 6 T ini selain untuk penugasan KUR apakah ada di alokasikan untuk
pengembangan usaha ?, melihat jumlah aset perusahaan yang cukup baik, apakah
Dirut IFG dapat memberikan gambaran kapan target/perkiraan perusahaan akan
mandiri dan tidak membutuhkan PMN lagi ?

Anda mungkin juga menyukai