A. Latar Belakang
Pada tahun 2020, pemerintah melalui PP No. 20 tahun 2020 tanggal 16
Maret 2020 menetapkan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero)
sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Holding Asuransi dan Penjaminan
sehingga terdapat empat anggota baru yang terdiri dari PT Asuransi Kerugian Jasa
Raharja (Jasa Raharja), PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Jaminan Kredit
Indonesia (Jamkrindo), dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Pada tahun
2020 PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) sebagai BUMN Holding
Asuransi dan Penjaminan melakukan transformasi brand menjadi Indonesia
Financial Group (IFG). IFG membutuhkan PMN Rp 6 triliun untuk pelaksanaan
penugasan penjaminan KUR yang dijalankan oleh PT Jamkrindo dan PT Askrindo.
Kegunaan PMN ke IFG Tahun 2021
Tahun 2021 lalu holding IFG telah disuntik PMN senilai 20 Triliun yang telah
direalisasikan dengan dilakukannya pengalihan polis dari PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) yang mulai efektif pada sejak tanggal 16 Desember 2021 lalu.
pemanfaatan dana PMN ini juga ditujukan untuk mengembalikan kepercayaan
masyarakat terhadap industri asuransi, dan mengembalikan marwah industri
asuransi kepada fungsi perlindungan. PMN IFG yang disetujui pemerintah sebesar
Rp 20 triliun dari total keperluan restrukturisasi Jiwasraya sebesar Rp 26,7 triliun.
Guna melengkapinya, IFG akan melakukan fundraising dengan underlying dividen
anak perusahaan selama 5 tahun ke depan senilai Rp 6,7 triliun.
D. Kinerja IFG
IFG merupakan entitas usaha yang mendapat mandat untuk menerima
pengalihan polis nasabah eks Jiwasraya. IFG mulai beroperasi sejak April 2021.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, total aset IFG berjumlah
Rp21,3 triliun pada akhir 2021. Perinciannya, aset berbentuk investasi Rp13,98
triliun dan bukan investasi Rp7,32 triliun.
Sepanjang 2021 IFG berhasil meraup pendapatan Rp86,39 miliar,
sedangkan total bebannya Rp170,52 miliar. Dengan demikian IFG masih
membukukan rugi Rp.89,07 miliar pada 2021.
Catatan :
PMN IFG tahun 2021 sebesar Rp 20 triliun dari total keperluan
restrukturisasi Jiwasraya sebesar Rp 26,7 triliun. Guna melengkapinya, IFG
akan melakukan fundraising dengan underlying dividen anak perusahaan
selama 5 tahun ke depan senilai Rp 6,7 triliun.
Dengan total aset pada akhir 2021 sejumlah Rp. 21,3 T, aset investasi
Rp.13,98 T dan bukan investasi Rp.7,32 T, maka IFG mempunyai prospek
yang cerah untuk dapat melangkapi sisa defisit restrukturisasi Jiwasraya
senilai RP. 6,7 T
Pertanyaan :
1. PMN yang akan diterima IFG di tahun 2023 senilai 6 T, selain untuk memenuhi
penugasan pemerintah sebagai penjamin KUR apakah juga akan digunakan untuk
menutupi kerugian buku tahun 2021 senilai Rp.89,07 miliar ?
Semoga hal ini tidak dilakukan karena akan memperlihatkan ketidakmampuan
perusahaan dari segi bisnis untuk menangani neraca keuanganya terlebih tidak
ada yang menjamin kerugian seperti ini tidak akan terjadi di tahun depan, masa
setiap rugi negara harus menanggungnya dengan memberikan PMN ?
2. PMN senilai 6 T ini selain untuk penugasan KUR apakah ada di alokasikan untuk
pengembangan usaha ?, melihat jumlah aset perusahaan yang cukup baik, apakah
Dirut IFG dapat memberikan gambaran kapan target/perkiraan perusahaan akan
mandiri dan tidak membutuhkan PMN lagi ?