“Dana pembayaran utang kepada BNP Paribas juga akan diperoleh dari setoran
modal pemegang saham, yaitu PT Indofica dan Trihatma Kusuma Haliman, degan
total Rp 800 miliar,” ujarnya melalui penjelasan resminya di Bursa Efek Indonesia
(BEI) di Jakarta, Kamis (26/9).
Terkait pelaksanaan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih
dahulu tersebut, Cesar M Dela Cruz mengatakan, perseroan telah mengirimkan
surat kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 September untuk pelaksanaan
PHMETD. Sedangkan persetujuan pemegang saham untuk aksi korporasi tersebut
akan dilakukan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 5
November 2019.
Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) resmi akan menggelar aksi
korporasi Penambahan Modal dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.
Jumlah saham baru itu mencapai 17.07% dari modal ditemptkan dan disetor
penuh setelah rights issue I ini. Dengan demikian raihan dana rights issue ini
mencapai Rp 956,84 miliar.
"Perseroan akan menggunakan sisa dana tersebut sebagai modal kerja untuk
kegiatan operasional usaha."
Fitch Ratings menurunkan peringkat emiten properti PT Agung Podomoro
Land Tbk (APLN) akibat meningkatnya risiko likuiditas perusahaan
tersebut. Fitch Ratings telah menurunkan peringkat emiten berkode saham
APLN ini dan peringkat obligasi senior sebesar USD 300 juta yang
diterbitkan oleh entitas perseroan yakni APL Realty Holdings PTE Ltd pada
2 Juni 2017 dari sebelumnya CCC+ menjadi CCC-.
Padahal ketika perdagangan baru dimulai, APLN sempat naik 0,97% ke level Rp 208. Turunnya
harga saham emiten properti ini terutama didorong oleh aksi jual investor asing yang sepanjang
sesi pertama perdagangan membukukan net sell atau penjualan bersih saham Rp 616,94 juta di
pasar reguler. Hingga perdagangan sesi pertama berakhir, total transaksi saham APLN di Bursa
Efek Indonesia (BEI) mencapai 94,1 juta saham dengan total nilai transaksi Rp 18,8 miliar. Saham-
saham tersebut ditransaksikan sebanyak 4.875 kali oleh investor. Kinerja negatif saham emiten ini
lantaran Agung Podomoro terancam tidak dapat membayar utang-utang jangka pendeknya.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pun menurunkan peringkat surat utang perusahaan ini dari
idA- menjadi idBBB dengan outlook yang direvisi menjadi credit watch dengan implikasi negatif.
Bahkan tidak menutup kemungkinan Pefindo akan kembali menurunkan peringkat surat utang
Agung Podomoro menjadi non-investment grade jika upaya restrukturisasi yang dilakukan
perusahaan tidak membuahkan hasil yang positif. “(Peringkat) bisa saja langsung ke non-investment
(grade)," kata analis Pefindo Yogie perdana di kantornya, Jakarta, Kamis (15/8).
Kronologi Risiko Gagal Bayar Agung Podomoro Land Agung Podomoro terancam tidak dapat
membayar utang-utangnya terkait dengan kredit sindikasi dari enam bank sebesar Rp 1,3 triliun
yang akan jatuh tempo pada Juni 2020. Jatuh tempo utang sindikasi ini maju menjadi Juni 2019
lantaran perusahaan menarik pinjaman sindikasi baru dari tiga bank sebesar Rp 2,6 triliun untuk
membayar utang-utangnya dalam 12-18 bulan ke depan.
Agung Podomoro menarik pinjaman sindikasi baru tersebut pada Mei 2019 untuk tranche pertama
sebesar Rp 750 miliar untuk melunasi utang Obligasi I 2014 pada 6 Juni 2019.
Namun ketika mereka mau menarik pinjaman tranche kedua untuk melunasi utang sindikasi
pertama sebesar Rp 1,3 triliun, salah satu dari tiga bank partisipan menarik komitmennya. Padahal,
perusahaan masih memiliki beberapa utang jangka pendek lainnya, di antaranya Obligasi I 2014-
2015 fase III sebesar Rp 451 miliar yang jatuh tempo 19 Desember 2019 dan Obligasi I 2014-2015
fase IV senilai Rp 99 miliar yang jatuh tempo 25 Maret 2020. Yogie menjelaskan, dalam satu sampai
dua bulan ke depan, Pefindo bakal mengawasi rencana refinancing utang Agung Podomoro. Namun
risiko gagal bayar tetap tinggi karena waktu jatuh tempo yang sangat dekat. "Mengingat leverage
keuangan yang tinggi yang memberi sedikit ruang bagi Agung Podomoro untuk menarik utang baru,
serta terbatasnya aset yang belum dijadikan jaminan oleh perusahaan," kata Yogie.
Kementerian Perhubungan mengklaim perusahaan swasta mulai meminati pengembangan kawasan
terintegrasi transportasi atau transit oriented development (TOD) di wilayah Jabodetabek. Salah
satu perusahaan tersebut PT Agung Podomoro Land Tbk. Sebelumnya, pengembangan kawasan
terintegrasi kebanyakan hanya digarap perusahaan pelat merah. Beberapa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang telah masuk pengembangan TOD antara lain PT PP (Persero) Tbk, PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk, Perumnas, hingga PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Kepala Sub Direktorat
Perencanaan Program Badan Pengelola Transportasi Jabotabek (BPTJ) Tonny Agus Setiono
mengungkapkan Agung Podomoro telah mengajukan rekomendasi teknis untuk menggarap proyek
TOD di beberapa kawasan transportasi. Namun, Tony masih enggan menyebutkan di mana lokasi
TOD yang akan dikembangkan Agung Podomoro.
Terkait rekomendasi ini, BPTJ akan menyesuaikan apakah konsep yang diajukan pengembang
tersebut sudah sesuai dengan delapan prinsip integrasi yang diharapkan. "Kalau sesuai prinsip baru
kami berikan rekomendasi," ujarnya dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis (15/2). Tonny
menyatakan pihaknya juga mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan
TOD ini. Dari data BPTJ, paling tidak ada 22 TOD perkotaan yang berpotensi dikembangkan hingga
tahun 2019 mendatang. "Tapi yang kami dorong saat ini terutama di stasiun Tanah Abang, Senen,
hingga Juanda," ujar dia. Bukan hanya itu, BPTJ juga akan membuat rencana induk penataan dan
pengintegrasian 17 stasiun di Jabodetabek. Penataan dilakukan lantaran masih adanya keruwetan
yang terjadi dalam integrasi antarmoda. "Misalnya kendaraan umumnya masih berhenti
sembarangan, nanti kami tata juga ojek online dan ojek (pangkalan) di situ," jelas dia.
Jakarta – Trade center atau kawasan pusat perdagangan yang dikembangkan dikembangkan PT
Agung Podomoro Land (APLN) di Glodok dan Kenari Mas Jakarta Pusat tetap berkembang.
Menggeliatnya bisnis e-commerce bukan jadi tantangan bagi perusahaan properti tetapi justru
sebagai penopang.
Di Glodok, APLN melalui anak usahanya memiliki dua trade center yakni Lindeteves Trade
Center (LTC) Glodok dan Harco Glodok. Namun yang sudah beroperasi saat ini baru LTC.
Sedangkan Harco masih dalam tahap revitalisasi dan ditargetkan akan beroperasi awal tahun
2018.
Plaza Kenari Mas juga beroperasi tetapi saat ini sedang dalam proses renovasi. Ini merupakan
pusat penjualan alat-alat elektrik. Sementara LTC merupakan pusat penjualan peralatan
industrial dan Harco adalah pusat penjualan alat elektronik sound system.
Hendry Trie Asmono, Manager Advertising and Promotion Agung Podomoro Land mengatakan,
pertumbuhan bisnis e-commerce tidak mengganggu bisnis di LTC maupun di Kenari. Pasalnya,
target pasar kedua pusat perdagangan tersebut merupakan sektor industri.
“Justru e-commerce itu menopang pertumbuhan walaupun memang tidak terlalu besar karena
pembeli di sini kebanyakan pembeli memang industri,” jelas Hendry di Jakarta, Selasa (12/9).
Hal itu dibuktikan dengan jumlah pengunjung di LTC Glodok yang saat ini mencapai 50.000 per
hari. Jumlah tersebut meningkat dari posisi tahun lalu yang hanya mencapai 45.000 per hari.
Sedangkan jumlah pengunjung Plaza Kenari Mas mencapai 20.000 per hari.
Henry mengatakan okupansi LTC Glodok sudah penuh. Kalaupun ada kios yang terlihat kosong,
itu merupakan gudang penyimpanan barang para pedagang atau sebagian sedang dalam
pergantian penyewa. Rata-rata omset pedanga disana pusat perdagangan ini mencaai Rp 10 juta-
Rp 20 juta per hari.
PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) baru-baru ini kembali melakukan aksi korporasi
dengan mengakuisisi 50,01% saham PT Caturmas Karsaudara senilai Rp18 miliar
rupiah.
"Dengan sudah diambil alihnya perusahaan tersebut, maka perseroan juga berhak atas
lahan seluas 1,1 hektar (ha) dan bangunan pusat perdagangan bernama Plaza Kenari
Mas," kata Investor Relation Agung Podomoro Land Wibisono, saat dihubungi,
beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut Ia mengatakan, bahwa dalam melakukan aksi ini perseroan juga
memberikan pinjaman senilai Rp82 miliar kepada Caturmas Karsaudara.
Menurutnya, nantinya Plaza Kenari Mas akan dilakukan peremajaan kemudian akan
dijadikan ruko-ruko baru. Namun, hingga saat ini perseroan masih menyiapkan budget
untuk melakukan peremajaan gedung dan juga waktu penjualan.
"Kami akan lakukan peremajaan dulu, baru kemudian akan kami jual kembali,"
tutupnya.
Keduanya dibentuk bekerjasama dengan pihak lain, akan tetapi Agung Podomoro Land
tercatat menguasai saham sebesar 51 persen di masing-masing anak usaha yang baru
tersebut.
Menurut Ariesman Widjaja, Wakil Direktur Utama Agung Podomoro Land, keduanya
diarahkan sebagai bagian dari ekspansi bisnis yang bakal dilakukan kelak.
Sebelumnya, pada awal tahun lalu, Agung Podomoro Land juga telah melakukan akuisisi
90 persen saham PT Pesona Gerbang Kawarang senilai Rp 35 miliar.