Anda di halaman 1dari 9

COMPILATION CORPORATE ACTIONS

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) telah menandatangani fasilitas pinjaman


dengan Credit Opportunies Il Pte senilai US$ 127 juta. Perseroan juga akan
menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu
(PMHETD) atau rights issue.

Direktur Agung Podomoro Cesar M Dela Cruz mengatakan, pernjanjian fasilitas


pinjaman tersebut ditandatangani pada 24 September 2019 dan dijamin dengan
aset-aset perseroan. Sesuai rencana dana tersebut akan digunakan untuk
membiayai percepaatan pembayaran utang obligasi Rp 550 miliar. Dana juga
dimanfaatkan untuk pembayaran kembali pinjaman sindikasi kepada Bank BNP
Paribas Indonesia senilai Rp 1,3 triliun.

“Dana pembayaran utang kepada BNP Paribas juga akan diperoleh dari setoran
modal pemegang saham, yaitu PT Indofica dan Trihatma Kusuma Haliman, degan
total Rp 800 miliar,” ujarnya melalui penjelasan resminya di Bursa Efek Indonesia
(BEI) di Jakarta, Kamis (26/9).

Pinjaman sindikasi tersebut juga dialokasikan untuk memeprcepat pembayaran


pinjaman sindikasi kepada beberapa lembaga keuangan, termasuk Bank Maybank
Indonesia, mencapai Rp 750 miliar. “Pembayaran ini sebagai bentuk komitmen dan
kesanggupan perseroan untuk membayara kewajiban kepada krediturnya.
Sedangkan adanya setoran modal pemegang saham akan memperkuat struktur
pemodalan,” terangnya.

Terkait pelaksanaan penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih
dahulu tersebut, Cesar M Dela Cruz mengatakan, perseroan telah mengirimkan
surat kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 18 September untuk pelaksanaan
PHMETD. Sedangkan persetujuan pemegang saham untuk aksi korporasi tersebut
akan dilakukan dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 5
November 2019.

Perseroan juga telah menandatangani perjanjian pengambilan saham baru dengan


pemegang sahamnya, yaitu PT Indofica dan Trihatma Kusuma Haliman, pada 24
September 2019. Sebagaimana diketahui Indofica tercatat sebagai pemegang
80,41% saham Agung Podomoro.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Indofica dan Trihatma akan melakukan


pembayaran terlebih dahulu kepada perseroan sebagai uang muka
pengambilalihan saham PMHETD tersebut. Indofica akan menyetorkan dana awal
PMHETD senilai Rp 769,33 miliar dan Trihatma menyetor dana sebesar Rp 30,66
miliar.

“Uang muka penambilan saham tersebut akan digunakan perseroan untuk


membayar seluruh atau sebagian kewajiban perseroan kepada kreditur.
Sedangkan aksi korporasi tersebut juga bertujuan untuk memperkuat struktur
pemodalan perseroan,” ujarnya.

Sebelumnya, sekretaris perusahaan Agung Podomoro Land Justini Omas


mengatakan, Agung Podomoro akan mempercepat pembayaran obligasi
berkelanjutan I tahap IV senilai Rp 99 miliar dan Obligasi Berkelanjutan I Tahap III
Tahun 2014 dengan nilai pokok sebesar Rp 451 miliar.

Justini menambahkan, percepatan pelunasan obligasi senilai Rp 550 miliar tersebut


menunjukkan kemampuan finansial Agung Podomoro yang semakin solid. Selain
didukung oleh kinerja bisnis perseroan yang tumbuh positif sepanjang tahun ini,
pemegang saham perseroan memiliki komitmen yang tinggi terhadap kewajiban
perusahaan.

Hingga semester I-2019, perseroan mencatatkan marketing sales  sebesar Rp 884,4


miliar yang berasal dari beberapa proyek properti antara lain Podomoro Golf View
di Cimanggis, Depok dan Podomoro Park, Bandung.

"Kami akan terus berupaya untuk meningkatkan marketing sales  dari proyek-


proyek existing. Dengan situasi ekonomi yang lebih baik, kami optimis sektor
properti akan terus berkembang positif," imbuh Justini.

Untuk memperkuat fundamental bisnisnya, perseroan juga menambah segmen


bisnis yang memberikan pendapatan berulang, yaitu dengan mengoperasikan
Pullman Ciawi Vimala Hills di bulan Mei 2019 dan Indigo Bali Seminyak. Pada
kuartal akhir tahun ini, rencananya akan mengoperasikan Deli Park Mall di
Podomoro City Deli Medan.

Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) resmi akan menggelar aksi
korporasi Penambahan Modal dengan skema Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

Berdasarkan prospektus tambahan yang dipublikasikan Jumat ini (28/2/2020),


dana hasil Penawaran Umum Terbatas (PUT) I ini akan dipakai membayar utang
kepada sejumlah kreditor dan sebagian untuk modal kerja perseroan.

Pemegang saham APLN sudah menyetujui rencana ini dalam Rapat Umum


Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 5 November 2019, sementara tanggal
efektif baru diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 27 Februari 2020.

Tanggal terakhir perdagangan saham dengan HMETD dilakukan pada 6-10


Maret, tanggal pencatatan untuk memperoleh HMETD (recording date) 10 Maret
dan tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 12 Maret
mendatang.

APLN akan merilis sebanyak-banyaknya 3.986.821.526 saham baru dengan


nominal Rp 100 per saham dengan harga pelaksanaan Rp 240/saham. Harga ini
lebih tinggi ketimbang harga rata-rata pada perdagangan Jumat ini yakni di level
Rp 124/saham.

Jumlah saham baru itu mencapai 17.07% dari modal ditemptkan dan disetor
penuh setelah rights issue I ini. Dengan demikian raihan dana rights issue ini
mencapai Rp 956,84 miliar.

"Setiap pemegang 34 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar


pemegang saham (DES) per 10 Maret 2020, berhak atas 7 HMETD, di mana
setiap 1 HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli 1
saham baru dengan harga pelaksanaan yang harus dibayar penuh," tulis
prospektus APLN.

sebesar Rp 800 miliar dana rights issue akan digunakan untuk


membayar kembali sebagian kewajiban perseroan berdasarkan Facility
Agreement yang diteken 5 Juni 2018 sebagaimana ditambah
dengan Syndication Agreement 18 September 2018.

Berdasarkan Syndication Agreement 18 September 2018, ada penambahan


kreditor sindikasi, yang semula PT Bank BNP Paribas Indonesia, PT Bank DBS
Indonesia, dan Standard Chartered Bank - Cabang Jakarta, menjadi PT Bank
BNP Paribas Indonesia, PT Bank DBS Indonesia, Standard Chartered Bank -
Cabang Jakarta, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Shinhan Indonesia,
dan PT Bank Permata Tbk.

"Perseroan akan menggunakan sisa dana tersebut sebagai modal kerja untuk
kegiatan operasional usaha."
Fitch Ratings menurunkan peringkat emiten properti  PT Agung Podomoro
Land Tbk (APLN) akibat meningkatnya risiko likuiditas perusahaan
tersebut. Fitch Ratings telah menurunkan peringkat emiten berkode saham
APLN ini dan peringkat obligasi senior sebesar USD 300 juta yang
diterbitkan oleh entitas perseroan yakni APL Realty Holdings PTE Ltd pada
2 Juni 2017 dari sebelumnya CCC+ menjadi CCC-.

Pengembang properti apartemen dan perkantoran, PT Agung


Podomoro Land Tbk (APLN) berencana melakukan pembelian
kembali (buy back) saham sekitar 2,05 miliar lembar saham untuk
meningkatkan kinerja saham dalam bentuk peningkatan nilai laba
bersih per saham (earning per share) dimasa mendatang.
Agung Podomoro akan meminta persetujuan pemegang saham
atas aksi ini melalui rapat umum pemegang saham luar biasa
(RUPS-LB) yang akan diselenggarakan pada 27 November 2014.
Dan yang berhak menghadiri RUPS-LB adalah yang terdaftar
dalam Daftar Pemegang Saham pada tanggal 11 November
2014.
Jumlah saham yang akan di buyback sebesar 10 persen dari
jumlah lembar saham yang beredar saat ini sebesar 20,5 miliar
lembar saham. Setelah dilakukan buyback maka total saham
yang beredar menjadi 18,45 miliar lembar saham.
Tujuan buyback saham juga untuk memberikan fleksibilitas yang
lebih besar dalam rangka mengelola modal dan pengendalian
kelebihan arus kas bebas dengan cara yang efisien dan benar.
Mekanisme buyback dapat dilakukan dengan pembelian pada
pasar sekunder di Bursa Efek Indonesia maupun di luar bursa.
Grafik: Pergerakan Saham Agung Podomoro
Sumber: Bareksa.com
Berdasar data Bareksa, sejak tahun 2011-2012 harga saham
Agung Podomoro berada pada range harga Rp300-400 per
saham, kemudian di semester pertama 2013 harga saham terus
mengalami kenaikan hingga mencapai Rp520 per saham dimana
pada saat itu sektor properti sedang mengalami kenaikan imbas
penurunan suku bunga acuan.
Namun memasuki semester kedua 2013 dimana suku bunga
acuan mulai mengalami kenaikan dan juga adanya kenaikan
harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi menyebabkan
harga saham merosot 48 persen dari harga tertinggi ke harga
terendah yakni Rp207 per saham.
Pada November ini diperkirakan Pemerintahan baru Jokowi-JK
berencana untuk kembali menaikkan harga BBM bersubsidi yang
tentu juga akan berimbas pada kenaikan inflasi dan membuat
daya beli properti berkurang. Selain itu juga tahun depan Bank
Sentral Amerika juga berencana menaikkan suku bunga acuan
yang akan berimbas pada keluarnya (outflow) dana asing dari
Indonesia.
Tentunya ini akan menjadi tantangan bagi sektor properti
kedepannya, untuk menjaga kinerja saham maka Agung
Podomoro melakukan pembelian saham guna meningkatkan nilai
pemegang saham tercermin dari peningkatan laba per saham.
Didalam laporan pro forma yang disampaikan dalam prospektus,
menggunakan laba periode Januari-September 2014 sebesar
Rp555,16 miliar, tanpa adanya buyback saham maka laba bersih
per saham menjadi Rp27,08 per saham.
Dengan adanya buyback jumlah saham beredar berkurang
sehingga dengan laba yang sama, laba bersih per saham
meningkat 11,11 persen menjadi Rp30,09 per saham. (np)
 
Emiten properti PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pada perdagangan sesi I pagi ini, Jumat
(16/8), turun sebesar 10 poin atau 4,85% ke level Rp 197. Saham APLN bahkan sempat anjlok
hingga 5,82% ke level Rp 194.

Padahal ketika perdagangan baru dimulai, APLN sempat naik 0,97% ke level Rp 208. Turunnya
harga saham emiten properti ini terutama didorong oleh aksi jual investor asing yang sepanjang
sesi pertama perdagangan membukukan net sell atau penjualan bersih saham Rp 616,94 juta di
pasar reguler. Hingga perdagangan sesi pertama berakhir, total transaksi saham APLN di Bursa
Efek Indonesia (BEI) mencapai 94,1 juta saham dengan total nilai transaksi Rp 18,8 miliar. Saham-
saham tersebut ditransaksikan sebanyak 4.875 kali oleh investor. Kinerja negatif saham emiten ini
lantaran Agung Podomoro terancam tidak dapat membayar utang-utang jangka pendeknya.
Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pun menurunkan peringkat surat utang perusahaan ini dari
idA- menjadi idBBB dengan outlook yang direvisi menjadi credit watch dengan implikasi negatif.

Bahkan tidak menutup kemungkinan Pefindo akan kembali menurunkan peringkat surat utang
Agung Podomoro menjadi non-investment grade jika upaya restrukturisasi yang dilakukan
perusahaan tidak membuahkan hasil yang positif. “(Peringkat) bisa saja langsung ke non-investment
(grade)," kata analis Pefindo Yogie perdana di kantornya, Jakarta, Kamis (15/8).

Kronologi Risiko Gagal Bayar Agung Podomoro Land Agung Podomoro terancam tidak dapat
membayar utang-utangnya terkait dengan kredit sindikasi dari enam bank sebesar Rp 1,3 triliun
yang akan jatuh tempo pada Juni 2020. Jatuh tempo utang sindikasi ini maju menjadi Juni 2019
lantaran perusahaan menarik pinjaman sindikasi baru dari tiga bank sebesar Rp 2,6 triliun untuk
membayar utang-utangnya dalam 12-18 bulan ke depan.

Agung Podomoro menarik pinjaman sindikasi baru tersebut pada Mei 2019 untuk tranche pertama
sebesar Rp 750 miliar untuk melunasi utang Obligasi I 2014 pada 6 Juni 2019.

Namun ketika mereka mau menarik pinjaman tranche kedua untuk melunasi utang sindikasi
pertama sebesar Rp 1,3 triliun, salah satu dari tiga bank partisipan menarik komitmennya. Padahal,
perusahaan masih memiliki beberapa utang jangka pendek lainnya, di antaranya Obligasi I 2014-
2015 fase III sebesar Rp 451 miliar yang jatuh tempo 19 Desember 2019 dan Obligasi I 2014-2015
fase IV senilai Rp 99 miliar yang jatuh tempo 25 Maret 2020. Yogie menjelaskan, dalam satu sampai
dua bulan ke depan, Pefindo bakal mengawasi rencana refinancing utang Agung Podomoro. Namun
risiko gagal bayar tetap tinggi karena waktu jatuh tempo yang sangat dekat. "Mengingat leverage
keuangan yang tinggi yang memberi sedikit ruang bagi Agung Podomoro untuk menarik utang baru,
serta terbatasnya aset yang belum dijadikan jaminan oleh perusahaan," kata Yogie.
Kementerian Perhubungan mengklaim perusahaan swasta mulai meminati pengembangan kawasan
terintegrasi transportasi atau transit oriented development (TOD) di wilayah Jabodetabek. Salah
satu perusahaan tersebut PT Agung Podomoro Land Tbk. Sebelumnya, pengembangan kawasan
terintegrasi kebanyakan hanya digarap perusahaan pelat merah. Beberapa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang telah masuk pengembangan TOD antara lain PT PP (Persero) Tbk, PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk, Perumnas, hingga PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Kepala Sub Direktorat
Perencanaan Program Badan Pengelola Transportasi Jabotabek (BPTJ) Tonny Agus Setiono
mengungkapkan Agung Podomoro telah mengajukan rekomendasi teknis untuk menggarap proyek
TOD di beberapa kawasan transportasi. Namun, Tony masih enggan menyebutkan di mana lokasi
TOD yang akan dikembangkan Agung Podomoro.

Terkait rekomendasi ini, BPTJ akan menyesuaikan apakah konsep yang diajukan pengembang
tersebut sudah sesuai dengan delapan prinsip integrasi yang diharapkan. "Kalau sesuai prinsip baru
kami berikan rekomendasi," ujarnya dalam acara diskusi di Jakarta, Kamis (15/2). Tonny
menyatakan pihaknya juga mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan
TOD ini. Dari data BPTJ, paling tidak ada 22 TOD perkotaan yang berpotensi dikembangkan hingga
tahun 2019 mendatang. "Tapi yang kami dorong saat ini terutama di stasiun Tanah Abang, Senen,
hingga Juanda," ujar dia. Bukan hanya itu, BPTJ juga akan membuat rencana induk penataan dan
pengintegrasian 17 stasiun di Jabodetabek. Penataan dilakukan lantaran masih adanya keruwetan
yang terjadi dalam integrasi antarmoda. "Misalnya kendaraan umumnya masih berhenti
sembarangan, nanti kami tata juga ojek online dan ojek (pangkalan) di situ," jelas dia.

Trade Center Milik APLN Masih Potensial


Posted 13 Sep 2017 14:17, 35 views

Jakarta – Trade center atau kawasan pusat perdagangan yang dikembangkan dikembangkan PT
Agung Podomoro Land (APLN) di Glodok dan Kenari Mas Jakarta Pusat tetap berkembang.
Menggeliatnya bisnis e-commerce bukan jadi tantangan bagi perusahaan properti tetapi justru
sebagai penopang.

Di Glodok, APLN melalui anak usahanya memiliki dua trade center yakni Lindeteves Trade
Center (LTC) Glodok dan Harco Glodok. Namun yang sudah beroperasi saat ini baru LTC.
Sedangkan Harco masih dalam tahap revitalisasi dan ditargetkan akan beroperasi awal tahun
2018.

Plaza Kenari Mas juga beroperasi tetapi saat ini sedang dalam proses renovasi. Ini merupakan
pusat penjualan alat-alat elektrik. Sementara LTC merupakan pusat penjualan peralatan
industrial dan Harco adalah pusat penjualan alat elektronik sound system.

Hendry Trie Asmono, Manager Advertising and Promotion Agung Podomoro Land mengatakan,
pertumbuhan bisnis e-commerce tidak mengganggu bisnis di LTC maupun di Kenari. Pasalnya,
target pasar kedua pusat perdagangan tersebut merupakan sektor industri.
“Justru e-commerce itu menopang pertumbuhan walaupun memang tidak terlalu besar karena
pembeli di sini kebanyakan pembeli memang industri,” jelas Hendry di Jakarta, Selasa (12/9).

Hal itu dibuktikan dengan jumlah pengunjung di LTC Glodok yang saat ini mencapai 50.000 per
hari. Jumlah tersebut meningkat dari posisi tahun lalu yang hanya mencapai 45.000 per hari.
Sedangkan jumlah pengunjung Plaza Kenari Mas mencapai 20.000 per hari.

Henry mengatakan okupansi LTC Glodok sudah penuh. Kalaupun ada kios yang terlihat kosong,
itu merupakan gudang penyimpanan barang para pedagang atau sebagian sedang dalam
pergantian penyewa. Rata-rata omset pedanga disana pusat perdagangan ini mencaai Rp 10 juta-
Rp 20 juta per hari.

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) baru-baru ini kembali melakukan aksi korporasi
dengan mengakuisisi 50,01% saham PT Caturmas Karsaudara senilai Rp18 miliar
rupiah.
"Dengan sudah diambil alihnya perusahaan tersebut, maka perseroan juga berhak atas
lahan seluas 1,1 hektar (ha) dan bangunan pusat perdagangan bernama Plaza Kenari
Mas," kata Investor Relation Agung Podomoro Land Wibisono, saat dihubungi,
beberapa waktu lalu.

 
Lebih lanjut Ia mengatakan, bahwa dalam melakukan aksi ini perseroan juga
memberikan pinjaman senilai Rp82 miliar kepada Caturmas Karsaudara.

“Perseroan sudah menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) untuk


mengakuisis 50,01% saham Caturmas Karsaudara senilai Rp18 miliar,” jelasnya.

Menurutnya, nantinya Plaza Kenari Mas akan dilakukan peremajaan kemudian akan
dijadikan ruko-ruko baru. Namun, hingga saat ini perseroan masih menyiapkan budget
untuk melakukan peremajaan gedung dan juga waktu penjualan.

"Kami akan lakukan peremajaan dulu, baru kemudian akan kami jual kembali,"
tutupnya.

Guna menangkap potensi bisnis di Makassar, PT Agung Podomoro Land Tbk.


meluncurkan dua anak usaha baru, yaitu PT Central Cipta Bersama dan PT Tunas Karya
Bersama.

Keduanya dibentuk bekerjasama dengan pihak lain, akan tetapi Agung Podomoro Land
tercatat menguasai saham sebesar 51 persen di masing-masing anak usaha yang baru
tersebut.
Menurut Ariesman Widjaja, Wakil Direktur Utama Agung Podomoro Land, keduanya
diarahkan sebagai bagian dari ekspansi bisnis yang bakal dilakukan kelak.

Sebelumnya, pada awal tahun lalu, Agung Podomoro Land juga telah melakukan akuisisi
90 persen saham PT Pesona Gerbang Kawarang senilai Rp 35 miliar.

Aksi korporasi tersebut ditujukan untuk pengembangan kawasan pemukiman di atas


lahan seluas 47 hektar milik Pesona Gerbang Kawarang. (BB/Christov)

Anda mungkin juga menyukai