BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham (Brigham and Gapensi, 1996) semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai
perusahaan. Sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan
pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari
keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen asset. Perusahaan mempunyai tujuan jangka
panjang yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka kemakmuran
pemegang saham akan semakin meningkat. Aries (2011), nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen
dari beberapa dimensi diantaranya adalah arus kas bersih dari keputusan investasi, pertumbuhan dan biaya
modal perusahaan. Bagi investor, nilai perusahaan merupakan konsep penting karena nilai perusahaan
merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran
pemegang saham juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Salah
satunya, pandangan nilai perusahaan bagi pihak kreditur. Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan
likuiditas perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu atau tidaknya mengembalikan pinjaman yang diberikan
oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan yang tersirat tidak baik maka investor akan menilai perusahaan
dengan nilai rendah. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut
(Suharli, 2006).
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Manajer keuangan harus memperhatikan dampak perubahan pada kombinasi modal, hal ini penting karena
berpengaruh pada persepsi investor terhadap tingkat resiko dalam menginvestasikan dananya. Jika utang
perusahaan terlalu besar maka harus di
cegah penambahan utang oleh perusahaan tersebut. Adapun kasus-kasus yang mengenai tingginya tingkat
hutang yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 Skandal Perusahaan Yang Memiliki Rata-Rata Hutang Terbanyak
No Nama Hutang
Perusahaan
1. PT. Cowel Permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor Cowell Development yaitu
Development PT. Cakra Kencana Abadi atas hutang sebesar Rp. 53,4 miliar yang jatuh
Tbk. tempo pada maret 2020. Sehubungan dengan hal itu Direktur Penilaian
(2020) Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) 1 Gede Nyoman Yetna
mengatakan bahwa COWL juga belum meyampaikan Laporan Keuangan
31 desember 2019.
2. PT. Pollux Emitmen properti PT. Pollux Properti Indonesia Tbk. Berpotensi
Properti kehilangan pendapatan dan laba bersih dari 75% akibat pandemi covid-19.
Indonesia Melalui keterbukaan informasi, perseroan menyatakan pembatasan
Tbk. (2020) operasional selama masa pandemi telah mengganggu pemasukan perseroan
“kegiatan mall, aktifitasnya disesuaikan dengan PSBB setempat. Kegiatan
marketing belum dapat dilakukan secara normal”. Manajemen juga
mengakui kesulitan melunasi kewajiban dan bunga hutang. Total kewajiban
yang harus dibayarkan mencapai Rp. 384 miliar.
3. PT. Armidian Emiten properti milik Benny Tjokrosapoutro, yaitu PT Armidian
Karyatama Karyatama Tbk (ARMY) resmi menyandang status pailit sejak Pengadilan
Tbk. (2020) Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) mengabulkan permohonan penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU) pada 27 Juli 2020. Putusan pailit
tersebut merupakan tindak lanjut dari gugatan PKPU yang diajukan oleh
Sherlin Novita Sari, Hadi Santosa, dan Franciscus Wiryadi Busono pada 2
Juli 2020 lalu. Dalam putusan tersebut, Majelis Hakim menetapkan ARMY
dalam keadaan PKPU Sementara selama 45 hari sejak tanggal putusan.
Berkenaan dengan itu, Majelis Hakim membentuk Tim Pengurus PKPU
ARMY yang terdiri atas Yudhi Wibhisana, Andzar Ibrahim, dan Daniel
Erikson Sihombing. Perlu diketahui, latar belakang permohonan PKPU
tersebut adalah tidak terpenuhinya pembayaran imbal hasil atas pembelian
medium term notes (MTN) senilai Rp3 miliar yang seharusnya dibayar
pada 2 Desember 2019 lalu. Jauh sebelum diputus pailit, BEI telah lebih
dulu menjatuhkan sanksi suspensi kepada ARMY karena penundaan
pembayaran MTN tersebut. "Penundaaan pembayaran imbalan ke-1 MTN
Syariah Mudharabah Seri A sebesar Rp3.000.000.000 yang jatuh tempo
pada tanggal 2 Desember 2019 karena alasan keuangan," jelas manajemen
ARMY.
4. PT. Kota PT Kota Satu Properti Tbk (SATU) juga sempat masuk dalam pusaran
Satu Properti PKPU. Emiten pemilik proyek perumahan The Amaya di Semarang, Jawa
Tbk. (2020) Tengah ini tercatat memiliki utang kepada delapan debitur senilai Rp88,84
miliar. Debitur-debitur tersebut meliputi KSP Sedaya Karya Utama senilai
Rp33,53 miliar, PT BPD Jawa Tengah Rp16,05 miliar, PT Bank Bukopin
Tbk (BBKP) Rp9,35 miliar, BPD Restu Artha Makmur Rp2,03 miliar, PT
BPR Rudo Indobank Rp1,77 miliar, KSP Rejo Agung Sukses Rp1,88
miliar dan PT BPR Mandiri Artha Abadi Rp3,87 miliar, dan PT Bank
Tabungan Negara Tbk (BBTN) dengan pinjaman senilai Rp20,54 miliar.
Selain itu, SATU juga telah mendapatkan persetujuan perdamaian seluruh
kreditur konkuren perseroan yang yakin empat orang. Nilai utang kepada
seluruh kreditur konkuren mencapai Rp5,5 miliar. Direktur SATU, Hanna
Priskilla, mengatakan bahwa pihaknya berhasil menandatangani
kesepakatan perdamaian dengan 7 dari 8 kreditur yang ada. Dengan begitu,
SATU diberi waktu selama 32 hari sejak putusan sidang ditetapkan, yakni
pada 3 Juli 2020.
5. PT. Sentul Emiten properti yang sempat tersandung perkara pailit ialah PT Sentul City
City Tbk. Tbk (BKSL). Kabar kepailitan Sentul City bermula ketika keluarga Bintoro
(2020) mengajukan gugatan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada Jumat,
7 Agustus 2020 lalu. Dilansir dari Sistem Informasi Penelusuran Perkara
(SIPP) PN Jakpus, gugatan tersebut terdaftar dengan nomor perkara
35/Pdt.Sus-Pailit/2020/PN Niaga Jkt.Pst. Berkenaan dengan itu, Corporate
Secretary Department Sentul City, Alfian Mujani, membenarkan kabar
gugatan tersebut dan menjelaskan bahwa Andi Ang Bintoro beserta
penggugat lainnya merupakan konsumen dari Sentul City. Alfian
mengatakan, apa yang saat ini diperkarakan oleh keluarga Bintoro tidak
lain adalah Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) Kavling siap bangun
senilai Rp30 miliar. "Perkara yang dipermasalahkan oleh Andi Ang Bintoro
adalah adanya Perjanjian Perikatan Jual Beli (PPJB) Kavling siap bangun,"
tegas Alfian dalam keterangan tertulis yang diterima WE Online, Jakarta,
Selasa 11 Agustus 2020. Manajemen Sentul City menegaskan kembali
bahwa pihaknya tak memiliki utang kepada keluarga Bintoro dan Linda
Karnadi (Ang Bintoro Cs). Adapun dana puluhan miliar yang diperkarakan
merupakan dana pembelian kavling matang di Jalan Adora Drive Nomor
15, Cluster Habiture Sentul City, Bogor.
6. PT. Hanson PT. Hanson International Tbk. dinyatakan pailit dengan segala akibat
International hukumnya berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Tbk. (2020) Pernyataan pailit merupakan hasil Sidang Permusyawaratan Hakim yang
berlangsung 12 Agustus 2020. Majelis Hakim Pemeriksa Perkara PKPU
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat juga menyatakan
Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang PT Hanson International Tbk.
telah berakhir. Dalam keterbukaan informasi pada awal November 2019,
MYRX mengklarifikasi bahwa aktivitas penghimpunan dana ini tercatat di
laporan keuangan sebagai pinjaman individual jangka pendek. Sepanjang 3
tahun berjalan, aktivitas itu diklaim belum pernah mengalami gagal bayar
sekalipun. Adapun dana yang dihimpun digunakan sebagai modal untuk
pembebasan dan pematangan lahan. Hingga 25 Oktober 2019, MYRX
mencatatkan pinjaman individual jangka pendek senilai Rp2,53 triliun
dengan total jumlah kreditur 1.197 pihak. Selain itu, ada perkara hukum di
Bareskrim Polri yang timbul akibat gagal bayar surat utang jangka pendek.
Dengan demikian, audit laporan keuangan tahun 2019 tidak bisa dilakukan.
7. PT. Eureka PT. Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP) mencatatkan kewajiban jangka
pendek senilai US$ 23,45 miliar yang terdampak pandemi Covid-19. Pada
Prima Jakarta
triwulan I 2020, manajemen perusahaan ini memperkirakan pendapatan
Tbk. (2020) usaha sekira Rp 909 juta. Dalam keterbukaan informasi yang dikutip pada
Rabu (3/6), Hervien Tahier, Sekretaris Perusahaan PT Eureka Prima
Jakarta Tbk (LCGP) menyampaikan pihaknya sampai saat ini belum
melunasi kewajiban jangka pendek. Utang tersebut terdiri dari utang pihak
ketiga senilai Rp 3,47 miliar, pihak berelasi Rp 894,50 juta, biaya yang
harus dibayar Rp 346,50 juta, utang lainnya Rp 2,21 miliar, dan utang pajak
Rp 16,53 miliar.
8. PT. Emiten yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai
Metropolitan merasakan dampak penyebaran virus corona yang menghentikan sebagian
Kentjana aktivitas ekonomi. Salah satu emiten yang kena dampak adalah PT.
Tbk. (2020) Metropolitan Kentjana Tbk."Pandemi Covid-19 berdampak hingga
pemenuhan kewajiban pokok dan bunga utang," ungkap manajemen
Metropolitan Kentjana dalam keterbukaan informasi di Bursa Efel
Indonesia, Jumat (29/5). MKPI mengungkapkan bahwa nilai kewajiban
yang akan terkena dampak Covid-19 ini mencapai Rp 107,76 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan MKPI kuartal pertama 2020, pengelola
Pondok Indah Mal dan kawasan Pondok Indah ini memiliki pinjaman bank
yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun sebesar Rp 78,75 miliar. Selain
itu, MKPI memiliki pinjaman rekening koran sebesar Rp 11,18 miliar.
MKPI mengungkapkan bahwa Covid-19 bisa mempengaruhi total
pendapatan antara 25%-50% pada tahun ini. "Penghentian operasional
sebagian berkaitan dengan berlakunya peraturan PSBB Pemda DKI dan
usaha perhotelan yang terhenti karena tidak ada pengunjung," ungkap
MKPI.
Sumber : http://www.wartaekonomi.co.od/read305147/bertambah-panjang-ini-daftar-emitmen-properti-dalam-
pusaran-pailit
Dari tabel 1.1 dapat dilihat permasalahan yang sudah diuraikan tersebut adalah tingginya tingkat hutang
yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal
ini mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan property dan real estate di Indonesia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia terhadap pihak luar sangatlah besar. Sehingga akan membuat menurunnya nilai
perusahaan di mata para investor. Sektor perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yaitu sebanyak 65 perusahaan sampai dengan tahun 2019. Namun penelitian ini hanya akan
menggunakan perusahaan properti dan real estate sebanyak 18 perusahaan yang lengkap data laporan
keuangannya. Sektor perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak
65 perusahaan sampai dengan tahun 2019. Namun penelitian ini hanya akan menggunakan perusahaan properti
dan real estate sebanyak 18 perusahaan yang lengkap data laporan keuangannya. Beberapa Perusahaan sektor
Property dan Real Estate pada tahun 2017-2019 seperti disajikan pada gambar 1.1 sebagai berikut :
18.000.000.000.000
16.000.000.000.000 ASRI
14.000.000.000.000 BAPA
BEST
12.000.000.000.000
BSDE
10.000.000.000.000
CTRA
8.000.000.000.000
DILD
6.000.000.000.000 DMAS
4.000.000.000.000 DUTI
GPRA
2.000.000.000.000
GWSA
-
2017 2018 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian ini bertujuan untuk menilai variabel-variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel-
variabel tersebut adalah Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan. Beberapa penelitian terdaulu
yang berkaitan dengan nilai perusahaan dan variabel-variabel diatas dikutip dai berbagai sumber dapat dilihat
pada tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan dengan Penelitian
Sekarang
Yudhat Penerapan Teori 1. Profitabilitas berpengaruh 1. Penelitian terdahulu, objek
ama pecking order dalam negatif terhadap struktur yang digunakan seluruh
(2015) Struktur Modal modal. perusahaan manufaktur
(Studi pada 2. Ukuran perusahaan tidak yang terdaftar di BEI.
Perusahaan Di berpengaruh terhadap struktur Sedangkan penelitian saat
Industri Manufaktur modal. ini objek yang digunakan
Yang terdaftar di sektor perusahaan properti
Bursa Efek dan real estate yang
Indonesia). terdaftar di BEI.
2. Tahun penelitian yang
dilakukan.
Monica Pengujian Pecking 1. Perusahaan non keuangan di 1. Penelitian terdahulu
(2017) Order Theory Indonesia tidak mengikuti menggunakan perusahaan
Terhadap pecking Order Theory untuk surplus non keuangan.
Perusahaan Surplus membayar utang terlebih Sedangkan penelitian saat
non keuangan di dahulu. ini menggunakan sektor
BEI. 2. Perusahaan surplus tidak perusahaan properti dan
membayar utang real estate.
menggunakan surplus yang 2. Periode tahun yang
dimiliki. dilakukan.
Setyaw Pengujian Pecking 1. Profitabilitas dan ukuran 1. Penelitian terdahulu, data
an Order Theory pada perusahaan tidak ditemukan yang digunakan hanya
(2008) emitmen syariah di berpengaruh signifikan perusahaan yang emitmen
BEI. terhadap variabel terikat nya syariah. Sedangkan
(leverage). penelitian saat ini data yang
digunakan perusahaan yang
emitmen nya syariah dan
non syariah.
2. Periode tahun yang
dilakukan.
Suhardi Analisis faktor- 1. Tangible Asset Secara positif 1. Penelitian Terdahulu
(2016) faktor penentu mempengaruhi struktur modal. populasi yang digunakan
pilihan struktur 2. Perusahaan perbankan perusahaan perbankan
modal perusahaan menerapkan teori pecking sedangkan penelitian saat
perbankan di order. ini menggunkan populasi
Indonesia yang perusahaan properti dan
terdaftar di BEI. real estate.
Dewi Pengaruh Struktur 1. Terdapat pengaruh yang 1. Penelitian terdahulu
(2013) Modal Terhadap signifikan secara simultan populasi yang digunakan
nilai Perusahaan variabel bebas DAR terhadap perusahaan pertambangan,
(Studi pada sektor variabel terikat Tobin’s. sedangkan penelitian saat
pertambangan yang 2. Terdapat pengaruh signifikan ini populasi yang digunakan
terdafar di BEI). secara parsial variabel bebas perusahaan properti dan
DAR terhadap variabel terikat real estate.
Tobin’s Q.
Tunnisa Pengaruh struktur 1. Struktur modal berpengaruh 1. Penelitian terdahulu
(2015) modal terhadap nilai secara positif dan signifikan menggunakan uji hipotesis
perusahaan dengan terhadap nilai perusahaan. regresi linier sederhana
profitabiitas sebagai sedangkan penelitian saat
variabel intervening ini menggunakan uji
pada perusahaan hipotesis regresi linier
manufaktur di BEI. berganda.
Thaib Pengaruh 1. Profitabilitas mempunyai 1. Penelitian terrdahulu
(2017) profitabilitas dan pengaruh secara langsung yang menggunakan Populasi
likuiditas terhadap tidak signifikan terhadap nilai sampel perusahaan
nilai perusahaan perusahaan. Namun saat angkutan laut umum,
dengan struktur dimediasi oleh struktur modal sedangkan penelitian saat
modal sebagai mempunyai pengaruh yang ini menggunakan populasi
intervening (Studi signifikan tehadap nilai sampel perusahaan properti
pada perusahaan perusahaan. dan real estate.
transportasi laut di
BEI).
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Nilai Perusahaan
Cristiawan dan Tarigan (2007) nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan
menghasilkan keuntungan dikemudian hari.
2.2.2 Struktur Modal
Riyanto (2010), struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka
panjang dengan modal sendiri.
2.2.3 Profitabilitas
Kasmir (2017), profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan.
2.2.4 Ukuran Perusahaan
Riyanto (2011), ukuran perusahaan merupakan cerminan total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin
besar ukuran perusahaan, berarti aset yang dimiliki perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan
perusahaan untuk mempertahankan kegiatan operasional nya.
2.2.5 Pecking Order Theory
Cahyono (2016) menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan
memilih untuk menggunkana laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir.
2.3 Kerangka Pemikiran
G
1. Nilai Perusahaan merupakan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menhasilkan
keuntungan dikemudian hari (Cristiawan dan Tarigan : 2007).
2. Struktur Modal merupakan perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal
sendiri (Riyanto : 2010).
3. Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan
(Kasmir:2017).
4. Ukuran Perusahaan merupakan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Riyanto : 2011)
Penelitian-penelitian Terdahulu
Yudhatama (2015), Monica (2017), Setyawan (2008), Suhardi (2016), Dewi (2013), Tunnisa
(2015), Thaib (2017).
1. Nilai Harmono (2017), Nilai perusahaan diukur PBV = Nilai Pasar X 100% Rasio
Perusahaan dengan PBV yaitu rasio pasar yang Harga Saham
(Y) digunakan untuk mengukur kinerja harga
pasar saham terhadap nilai bukunya.
2. Struktur Sujoko (2007), Struktur modal diukur DER = Total Debt X 100% Rasio
Modal (X1) dengan DER yaitu ratio total hutang Total Equity
dengan penjumlahan total hutang dan
modal sendiri.
3. Profitabilita Muklasin (2003), Profitabilitas merupakan ROE = Laba Bersih Rasio
s (X2) gambaran dari kinerja manajemen dalam Modal Sendiri
mengelola perusahaan.
4. Ukuran Sudarsi (2002) menjelaskan untuk Size = Ln of total aktiva Rasio
Perusahaan menentukan ukuran perusahaan adalah
(X3) dengan log natural dari total aktiva.
Sumber : data diolah 2020
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
tujuan penelitian. Adapun tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan masalah
2. Studi Kepustakaan
3. Studi Dokumentasi
4. Menetapkan Metodologi Penelitian
5. Menganalisis Data Penelitian
6. Membuat Kesimpulan dan Saran
3.6 Metode Pengujian Data
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran umum dari semua variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, dengan cara melihat tabel statistik deskriptif yang menunjukkan hasil
pengukuran mean, nilai minimal dan maksimal, serta standar deviasi semua variabel tersebut.
3.6.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model
regresi yang digunakan tidak terdapat multikolonieritas dan heteroskedastisitas serta untuk memastikan bahwa
data yang dihasilkan berdistribusi normal (Ghozali, 2013).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel independent dan variabel
dependent atau keduanya terdistribusikan secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan
kolmogorof-Smirnof, dengan pedoman pengambilan keputusan :
a. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak normal.
b. Nilai sig atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal (Ghozali, 2013)
2. Uji Multikolonieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas atau tidak. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas didalam model regresi dapat diketahui dari nilai toleransi dan
nilai variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak
dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah
nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Ghozali (2013)
3. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
pengamatan 1 ke pengamatan yang lain tetap. Hal seperti itu juga disebut sebagai homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dalam suatu model regresi linier berganda adalah dengan melihat grafik scatterplot
atau nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residual error yaitu SRESID. Jika ada pola tertentu dan
tidak menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Ghozali
(2013)
4. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antara residual pada
periode t dengan residual periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji
Durbin Watson (DW). Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi (Ghozali, 2013) :
a. Bahwa nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi
sama dengan nol berarti tidak ada autokorelasi positif.
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien autokorelasi lebih
besar dari nol berarti ada autukorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar daripada batas bawah atau lower bound (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih
kecil dari nol berarti ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terlatak antara (4-du) dan (4-dl),
maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Prosedur Analisis Data
Menetukan model paradigm penelitian berdasarkan kerangka pemikiran apabila dituangkan kedalam
satu model maka hubungan anatara variabel penelitian dapat diungkapkan dalam model penelitian sebagai
berikut :
ԑ
4. Uji Autokolerasi
Uji Autokolerasi bertujuan untuk menguji dalam model regresi linier ada atau tidak korelasi antara
kesalahan pengganggu pada peridoe t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya.
Uji autokolerasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin Watson. Berikut ini merupakan hasil uji
autokolerasi :
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 .706 .499 .462 .47417 2.858
a. Predictors: (Constant), UKURAN_PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
STRUKTUR_MODAL
b. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 25, 2021
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,858 pembanding
menggunakan 5%, jumlah sampel 44 (n), dan jumlah variabel independen 3 (k=3), maka ditabel Durbin-Watson
akan didapat nilai du sebesar 2,64. Karena niali DW 2,858 lebih besar dari batas (du) 2,64 dan kurang dari 4-
2,64 (1,36), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokolerasi.
4.3.3 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab hipotesis apakah variabel struktur modal,
profitabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Tabel hasil analisis linier berganda sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient
Coefficients s
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .610 .732 .834 .409
STRUKTUR_MO .447 .132 .400 3.382 .002
1 DAL
PROFITABILITA .067 .014 .562 4.886 .000
S
UKURAN_PERU -.026 .046 -.069 -.567 .574
SAHAAN
a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 25, 2021
Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai dari persamaan regresi sebagai berikut :
Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ԑ
Y = 0,610 + 0,447 DER + 0,067 ROE - 0,026 Size
Berdasarkan persamaan regresi diatas, dapat dibuat interprestasi bahwa nilai konstan untuk persamaan
regresi adalah 0,610 dengan parameter positif. Hal ini berarti bahwa tanpa adanya ukuran perusahaan,
profitabilitas dan ukuran perusahaan maka nilai perusahaan akan mengalami peningkatan.
Besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel struktur modal mempunyai parameter positif yaitu
0,447. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan struktur modal, maka akan berdampak terhadap
peningkatan nilai perusahaan dengan asumsi variabel yang lain konstan.
Besarnya nilai koefisien regresi untuk variabel profitabilitas mempunyai parameter positif yaitu 0,067.
Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan profitabilitas, maka akan berdampak terhadap peningkatan nilai
perusahaan dengan asumsi variabel yang lain konstan. Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan yang
mempunyai parameter negatif yaitu -0,026 menunjukan bahwa setiap terjadi peningkatan ukuran perusahaan,
maka akan berdampak penurunan nilai perushaan.
4.3.3 Regresi Linier Koefisien Kolerasi Berganda
Analisis korelasi berganda digunakan untuk mengukur tingkat hubungan antara variabel-variabel
independen (bebas) terhadap variabel dependen (terikat). Berikut ini merupakan hasil regresi koefisien korelasi
berganda.
Tabel 4.8 Regresi Linier Koefisien Kolerasi Berganda
Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .706 .499 .462 .47417
a. Predictors: (Constant), UKURAN_PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
STRUKTUR_MODAL
b. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
Sumber : Output Pengolahan Data SPSS 25, 2021
Berdasarkan tabel 4.7 Nilai R menunujukan adanya hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Dengan interpretasi koefisiennya adalah :
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,001-0,200 Sangat Lemah
0,201-0,400 Lemah
0,401-0,600 Cukup Kuat
0,601-0,800 Kuat
0,801-1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2012)
Hasil output menunjukan :
Nilai R = 0,706 yaitu menunjukan adanya tingkat hubungan yang kuat antara variabel bebas dan variabel
terikat.
Nilai R Square = 0,499 menunjukan bahwa variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 49,9%
sedangkan 51,1% dijelaskan oleh faktor lain.
Standar Error Estimete (SEE) = 0,47417 ,menunjukan tingkat kesalahan regresi linier, semakin kecil ini maka
persamaan regresi semakin baik.
4.3.5 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) Dari hasil regresi berganda menunjukan seberapa besar variabel dependen
dipengaruhi oleh variabel independen. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.9 Uji Koefisisen Determinasi R2
Model Summary
2. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Secara Simultan Terhadap Nilai
Perusahaan.
Pengujian ini dilakukan untuk mengtahui apakah struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap nilai perusahaan. Cara untuk mengatahui
pengaruhnya yaitu dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel. Apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka hipotesis
alternatif (Ha) diterima artinya semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh dan signifikasni
terhadap variabel dependent.
1. Ho : β1, β2, β3 = 0 : struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan secara simultan tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2. Hα : β1, β2, β3 ≠ 0 : struktur modal, profitabilitas, dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Dengan tingkat signifikan 5% atau 0,05, Sehingga ditentukan dfl = k - 1 (4 – 1 =3) sedangkan df2 = n –
k (44 – 4 = 40), maka diperoleh Ftabel 2,82 jika nilai
Jika Fhitung < Ftabel dengan α =0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak. Menyatakan bahwa variabel independen
secara simultan tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika Fhitung < Ftabel dengan α = 0,05
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Menyatakan bahwa variabel independen secara simultan mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Tabel dibawah ini, merupakan tabel hasil uji F.
Tabel 4.11 Hasil Uji F
Anova a
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
Regression 9.175 3 3.058 13.602 .000b
1 Residual 9.218 41 .225
Total 18.393 44
a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN
b. Predictors: (Constant), UKURAN_PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
STRUKTUR_MODAL
Sumber : Output Penglahan Data SPSS 25, 2021
Berdasarkan Tabel 4.9 tersebut dapat diketahui bahwa hasil pengujian uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar
13,602, sedangkan Ftabel sebesar 2,82 apabila nilai Fhitung dibandingkan dengan Ftabel, maka Fhitung > Ftabel (13,602
> 2,82 ) dengan nilai signifikan F sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh struktur modal, profitabilitas dan Ukuran
perusahaan secara simultan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.
1.4 Pembahasan
1.4.1 Uji T (Uji Parsial)
1. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan uji t terdapat nilai 3.382 > 2,019 dengan tingkat signifikansi 0,002 yang berarti lebih kecil
dari 0,05 . Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Struktur Modal berpengaruh secara positif
signifikansi terhadap nilai perusahaan. Hasil ini serupa dengan penelitian Tunnisa (2015) yang menyatakan
bahwa struktur modal berpengaruh positif signifikasi terhadap nilai perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian
Putu (2017) dan Lavenia (2019), menunjukkan bahwa Struktur Modal yang diproksikan dengan Debt to Equity
Ratio (DER) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan yang diproksikan
dengan Price Book Value (PBV). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Struktur Modal yang dimiliki
perusahaan maka akan semakin tinggi pula Nilai Perusahaan.
2. Pengaruh Profitabilitas (ROE) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Berdasarkan uji t terdapat nilai 4,886 > 2,019 dengan tingkat signifikansi 0,000 yang berarti lebih kecil
dari 0,05. Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikansi
terhadap nilai perusahaan. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik
karena berarti adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk
saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan
menaikkan harga saham tersebut di pasar modal. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah
untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba, maka semakin besar
return yang diharapkan investor, sehingga menjadikan Nilai Perusahaan menjadi lebih baik. Hasil ini
mendukung penelitian Dewi (2013) yang memprediksi ada hubungan yang positif antara Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan. Serupa dengan penelitian Putu (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas yang
diproksikan dengan Return On Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
ROE tertinggi dimiliki oleh MKPI dengan nilai 26,22% dan terendah dimiliki oleh GWSA dengan
nilai 1,11%. Perusahaan yang memiliki nilai diatas rata-rata industri 12,14% adalah ASRI, BEST, BSDE,
JRPT dan PWON. sedangkan dibawah rata-rata industri adalah BAPA, CTRS, DILD, DUTI, GPRA,
GWSA, SMRA, LPCK, MMLP dan RDTX. Dapat diketahui bahwa Rasio ROE adalah 7,942% dan Rasio
Industri perusahaan Properti dan real estate adalah 12,14%, jadi dapat disimpulkan bahwa rasio ROE lebih
tinggi dibandingkan dengan Rasio Industri.
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan (Total Asset) Terhadap Nilai Perusahaan (PBV)
Berdasarkan uji t terdapat nilai -0,567 < 2,019 dengan tingkat signifikansi 0,574 yang berarti lebih besar
dari 0,05. Dengan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif dan
tidak signifikasi terhadap nilai perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa perubahan SIZE tidak diikuti
dengan perubahan pada PBV perusahaan properti dan real estate sehingga SIZE bukan merupakan faktor
bagi investor dalam melakukan investasi. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Lavenia (2019) ukuran perusahaan yang diproksikan dengan SIZE (Ln Total Asset) tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, besar kecilnya ukuran
perusahaan tidak mampu memengaruhi nilai perusahaan. Ukuran bukan menjadi faktor utama bagi investor
dalam menilai suatu perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan tidak Sesuai dengan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan yang diproksikan dengan Total Asset (Ln_Asset) memiliki pengaruh
yang negatif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan yang diproksikan dengan Price Book Value (PBV).
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Ukuran Perusahaan yang dimiliki perusahaan maka akan
semakin menurun pula Nilai Perusahaan.
Ukuran Perusahaan tertinggi dimiliki oleh MKPI dengan nilai 8,07 dan terendah dimiliki oleh LPCK
dengan nilai 0,14. Perusahaan yang memiliki nilai diatas rata-rata industri 2,42 PWON dan PPRO,
sedangkan dibawah rata-rata industri adalah ASRI, CTRS, BAPA, BEST, BSDE, DMAS, DUTI, GPRAS,
GWSA, JRPT, LPCK, MKPI, MMLP, dan RDTX. Dapat diketahui bahwa Ukuran Perusahaan adalah 1,1754
dan Rasio Industri perusahaan Properti dan real estate adalah 2,42, jadi dapat disimpulkan bahwa Ukuran
Perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan Rasio Industri.
1.4.2 Uji F (Uji Simultan)
Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai 13,602 > 2,82 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000 atau lebih
kecil dari 0,05 menunjukan bahwa struktur modal, profitabilitas dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
positif signifikansi terhadap nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia yang memiliki nilai R Square sebesar 0,499 = 49,9%. Hal ini menyatakan bahwa nilai
perusahaan dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen yaitu struktur modal, profitabilitas dan ukuran
perusahaan yang mempunyai pengaruh sebesar 49,9% dan sisanya sebesar 50,1% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diteliti atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2017-2019. Berdasarkan hasil analisis, pengujian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka penulis
memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara Parsial Struktur Modal berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan
Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.
2. Secara parsial Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan
Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.
3. Secara Parsial Ukuran Perusahaan tidak beperngaruh terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Property
dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2019.
4. Secara Simultan Struktur Modal, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai
Perusahaan pada perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-
2019.
5.2 Saran
Berdasarkan adanya kesimpulan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran untuk
penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya di harapkan mengganti pengukuran ROE dengan ROA atau ROI. Hal itu bertujuan
agar perusahaan yang mengalami kerugian dapat di masukkan di sampel.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variabel karena masih banayak faktor yang dapat
mempengaruh inilai perusahaan.Contohnya seperti kepemilikan manajerial, komite audit dan CSR.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Indriyo, Gitusudarmo dan Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta:BPFE.
Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas Dan Kebijakan
Deviden Terhadap Nilai Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di BEI Tahun 2006 –2008 ). Skripsi Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Vol.8, No 2 mei 2012, Hal 95-107
Angg, Robert. 2010. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia 7 th. Edition. Jakarta: Media Soft Indonesia.
Aries, Heru Prasetyio. 2011. Valuasi Perusahaan. Jakarta Pusat. PPM.
th
Brigham, Eugene F Dan Gapenski, Louis C. 1997. Financial Management: Theory And Practice, 8 Editon
The Dryden Press Harcourt Brace College Publishers.
Brigham, Eugene F. And Louis C.Gapenski, 1996, Intermediate Financial Management, Forida : The Dryden
Press.
Cristiawan, Y.J.,dan Tarigan J. (2007). Kepemilikan manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai
Perusahaaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Kristen Petra. 9(1). PP 1-8.
Dewi, Rovita. 2013.Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Sektor
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Vol 17. No. 1:20-24.
Fahmi, Irham . 2011. Analisan Laporan Keuangan. Bandung : ALFABETA.
Farah Margaretha. 2004. Teori Dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka
Pendek. PT. Grasindo. Jakarta.
Farid dan Susanto . 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fibiyanto, Danang. Et. Al. 2015. Analisis Pengauh Struktur Modal Terhadap Nilai Peusahaan Property
dan eal Esate yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2011. Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol 27. N0 2.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Harahap, Sofiyan Syafri . 2010. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Cet 11. Jakrarta : PT.Raja Grafindo.
www.idx.com
www.bisnis.com
www.cekindo.com