Anda di halaman 1dari 383

>

■o 2
m u
HIMPUNAN
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

10 >
O E
o r
PERKARA NIAGA
/1AHKAMAH AGUNG RI
BI ■■■■■■■■ IH

R 347.07
Hiri

M A H K AM A H AGUNG RI
D IR E K T O R A T JE N D E R A L BA DA N P E R A D IL A N U M U M
JA K A R T A

Ml
HIMPUNAN
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

jyj j j j k

Perpustakaan
M a h k a m a h Agung - R>

PERKARA NIAGA
2006

M A H K A M A H A G U N G RI
D IR E K T O R A T JE N D E R A L BADAN P E R A D IL A N U M U M
JA K A R TA
/£ .- i f - o9
Tanggal ;
No. Induk .....
R. 2>R7. 6~7
No. Kias
B&H/Hadiah :
Kata Pengantar

Buku Himpunan Putusan Niaga yang diterbitkan oleh Direktorat


Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI, selain terdiri
dari putusan-putusan niaga yang diseleksi berdasarkan popularitas dan
menariknya suatu perkara, juga didasarkan pada putusan niaga yang telah
berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).
Maksud dan tujuan diterbitkannya buku Himpunan Putusan Niaga
oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum, Mahkamah Agung RI,
adalah:

1. Meskipun hakim tidak terikat pada putusan hakim terdahulu (non


binding of presedence), tetapi hakim dapat menggunakan berbagai
putusan yang terdapat dalam buku ini sebagai perbandingan dalam
memeriksa dan memutuskan perkara niaga sejenis;

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk memantau berbagai


perkara niaga, yang ternyata dapat diterima oleh masyarakat tanpa
harus melakukan upaya kasasi ke Mahakamah Agung RI.;

3. Sebagai sarana bagi masyarakat untuk mengetahui dan memahami


berbagai permasalahan hukum niaga praktis, melalui pertimbangan
dan putusan yang ditetapkan hakim terhadap perkara niaga yang
dihadapinya;

4. Melalui keberadaan buku ini, para praktisi dan akademisi dapat


melalukan kajian hukum yang bersifat eksaminatif, yang sekaligus
sebagai sarana kritisi terhadap kekurangan para hakim dalam
memeriksa dan memutus perkara niaga.

Dalam proses penerbitan buku Himpunan Putusan Niaga tidak


terlepas dari kemungkinan adanya kelemahan dan kekurangan.

i
Untuk itu diharapkan masukan-masukkan yang bersifat kritis dari
berbagai pihak, sehingga buku Himpunan Putusan Niaga pada edisi
berikutnya dapat semakin baik dan berkualitas.

Jakarta, Juni 2006

MAHKAMAH AGUNG RI
DIREKTORAT JENDERAL
BADAN PERADILAN UMUM

u
DAFTAR ISI

NO PERMASALAHAN PENGADILAN HAL

1. Perjanjian perdamaian PENGADILAN NIAGA 3


dibuat oleh pemohon (PKPU) JAKARTA
agar ditatati

2. Termohon mempunyai lebih PENGADILAN NIAGA 31


dari satu Kreditur hingga JAKARTA
sulit membayar hutang

3. Secara Hukum pihak PENGADILAN NIAGA 61


Termohon I, II, III dan IV JAKARTA
berkewajiban membayar
secara tanggung renteng
kepada Pemohon

4. Termohon PT Bali Perkasa PENGADILAN NIAGA 131


Sukses disamping punya JAKARTA PUSAT
hutang kepada Pemohon juga
mempunyai hutang ke BPPN

5. Permohonan Pemailitan PENGADILAN NIAGA 177


terhadap Perusahaan Asing JAKARTA PUSAT
yang menjalankan usahanya
di Indonesia

6. Penolakan pemailitan PENGADILAN NIAGA 211


Perusahaan oleh Pengadilan JAKARTA PUSAT
karena tidak terpenuhinya
Unsur-unsur pemailitan

m
NO PERMASALAHAN PENGADILAN HAL

7. Tidak dapat memenuhi PENGADILAN NIAGA 237


kewajiban hutangnya PT JAKARTA PUSAT
Djon Rio dipailitkan Mitra
Usahanya.

8. Penolakan mayoritas anggota PENGADILAN NIAGA 251


Sindikat Bank tidak JAKARTA PUSAT
menghadapi Pailit atas
Debitur (Anggota Sindikasi)
Memailitkan Debitur).

9. Berdasarkan perjanjian Artis PENGADILAN NIAGA 291


dengan Agency Pihak Ketiga JAKARTA PUSAT
( PT Telkomsel) agar tidak
dapat dipailitkan.

10. Utang terbukti tetapi Kreditur PENGADILAN NIAGA 329


lain tidak terbukti Pemailitan JAKARTA
Perusahaan Asuransi Ditolak

IV
PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA

PERJANJIAN PERDAMAIAN YANG DIBUAT OLEH PEMOHON


( PKP U) AGAR DITAATI

HUKUM NIAGA

1
PEMOHON PT. BERNAS MADU SARI AGAR TETAP
BEROPERASI

• Pemohon PT Bernas Nadu Sari ( BMS ) mengajukan


permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang
( PK PU ) terhadap PT. Bank CIC In tern asion al,
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

- Bahwa Pemohon masih punya kemungkinan untuk


membayar, sebab perusahaan hingga sekarang masih
beroperasi;

- Bahwa sekarang Pemohon masih mempekerjakan


karyawan sebanyak 385 orang karyawan;
- Bahwa atas dasar hal tersebut di atas dan menunjuk pada
pasal 217 ( 6 ) dan Pasal 214 ( 2 ) Undang-Undang
Kepailitan No. 4 tahun 1998, mohon kepada majelis
hakim agar berkenan m engabulkan perm ohonan
Pemohon, yaitu Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang PKPU PT. Bemas Madu Sari.

• Term ohon PT. Bank CIC Intern asio n al m engajukan


jawabannya sebagai berikut:

- Bahwa Termohon meragukan PT. Bemas Madu Sari,


sebab aset yang dimiliki hanya Rp. 210 Milyar rupiah,
sedangkan beban hutang yang harus dibayar sebesar Rp.
500 Milyar rupiah lebih dan kewajiban pembayaran LC
itu sudah jatuh tempo satu tahun lalu.

• Pertimbangan dan putusan pengadilan antara lain :

- Bahwa perjanjian yang dibuat dan ditandatangani oleh


Pemhon penundaan kewajiban pembayaran hutang

3
PT. Bemas Madu Sari dan para krediturnya pada tanggal
15 Agustus dianggap sah dan mengikat;

M enghukum Pem ohon Penundaan K ew ajiban


Pembayaran Hutang dan para krediturnya untuk mentaati
peijanjian perdamaian yang sudah dibuat besama;
Menyatakan imbalan jasa pengurus ditetapkan kemudian
sesuai dengan surat keputusan Menteri Kehakiman dan
Ham RI No. M. 09-HT.05.10 tahun 1998.

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA


NO : 03/ PKPU/ 2002/ PN. NIAGA.JKT.PST.jo
NO: 11/ PAILIT/ 2002/ PN. NIAGA. JKTPST

DALAM PERKARA

Antara

Pem ohon:
PT. Bernas Madu Sari ( BM S), berkantor di Gedung Plaza Centris,
Lantai 12 Jin. HR. Rasuna Said Kav. B5 Jakarta Selatan, yang dalam
perkara ini diwakili oleh Isnoewarso Rasjid dan Melvin Korompis,
masing-masing bertindak selaku Direktur Utama dan Komisaris
Utama, dalam perkara ini bertindak untuk atas nama PT. Bemas
Madu Sari ( BMS ) dan kuasa hukumnya Amalia Santoso, SH.,
dan Mansur, SH serta Suradi, SH Advokat dan konsultan hukum
yang berkantor di Pengacara A. Santoso & Associates, yang
beralamat di Jin. Proklamai 77A, Jakarta Pusat, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 17 Juni 2002.

4
Melawan

Termohon:

PT. Bank CIC Internasional, yang beralamat di Sentral Senayan


1 Office Tower Jin. Asia Afrika No. 8 Jakarta dalam hal ini diwakili
oleh Anthony C. Kartawiria dan Hamidi, SE, masing-masing
sebagai Direktur dan kuasa hukumnya Soeprapto, SH. Lukas
Budiono, SH. CN, LLM, Ian Kahriansyah, SH, Ronald Sirait,
SH dan Shinta Handayani, SH serta Hening Chandra W, SH,
Advokat dan konsultan hukum dari Kantor Soeprapto, Lukas
Budiono & Partners, yang berkantor di Menara Kebon Sirih ( d/h
Gedung Bimantara) Lantai 10 suite 1001, Jin. Kbon Sirih Kav. 17-
19 Jakarta 10340 yang berdasarkan surat kuasa khusus No. 036/
CIC/D/VI/002 tanggal 25 Juni 2002.

5
DUDUK PERKARA:

Bahwa Pemohon melalui surat permohonannya tertanggal 24 Juni


2002 dan telah terdaftar di kepaniteraan Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta
Pusat pada tanggal 24 Juni 2002 dibawah Nomor : 03/PKPU/2002/
PN.NIAGA.JKT.PST., telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa pada tanggal 5 Juni 2002 PT. Bank CIC Internasional, Tbk.,
melalui Kuasa Hukumnya SOEPRAPTO, LUKAS BUDIONO &
Partners telah mendaftarkan Permohonan PAILIT terhadap BMS
dan terdaftar dengan Nomor 11/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST.:

2. Bahwa Pemohon PKPU telah menerima surat pemberitahuan


panggilan sidang perkara kepailitan No. 1l/Pailit/2002/PN.Niaga/
JKT.PST tertanggal 7 Juni 2002 untuk sidang pada tanggal 17 Juni
2002 di Pengadilan negeri Jakarta Pusat;
3. Bahwa jumlah permohonan kepailitan yang diajukan Pemohon
adalah sebesar US$ 1.975.651.01 (belum diverifikasi);
4. Bahwa Pemohon PKPU adalah suatu perusahaan PMDN yang
bergerak di bidang refinery gula yaitu pengumpulan bahan mentah
berupa raw sugar (gula mentah) dan proses dipabrik refinery gula
dan kemudian hasil produknya dijual di pasar dalam negeri;
5. Bahwa dilihat dari NILAI Pemohon PKPU sebagaimana tercermin
dalam Laporan Keuangan perusahaan untuk tahun buku yang
berakhir pada tanggal 31 Desember 1999 dan 1998 (Bukti P - 1)
yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Prasetyo Utomo &
Co, dan Laporan Keuangan Perusahaan (internal) yang berakhir pada
tanggal-tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 (Bukti P - 2) sebagai
berikut:
• Total asset yang dimiliki BMS per 31 Desember 2001 adalah
sebesar Rp. 210.854.766.765 (dua ratus sepuluh milyar delapan
ratus lima puluh empat juta tujuh ratus enam puluh enam ribu
tujuh ratus enam puluh lima rupiah).

6
• Total kewajiban BMS per 31 Desember 2000 adalah sebesar
Rp. 525.772.369.966,- (lima ratus dua puluh lima milyar tujuh
ratus tujuh puluh dua juta tiga ratus enam puluh sembilan ribu
sembilan ratus enam puluh enam rupiah).

6. Bahwa walaupun berdasarkan Laporan Keuangan tersebut di atas,


posisi keuangan Pemohon PKPU menunjukkan angka yang kurang
meyakinkan namun apabila kita membandingkan dengan proses
operasional pabrik sebagaimana diuraikan dibawah ini, maka
sebetulnya Pemohon PKPU masih memiliki potensi yang cukup
memadai untuk menyelesaikan utang-utangnya kepada para
kreditur:
A. Berdasarkan data opersional pabrik Pemohon PKPU pada
um um nya:

Kapasitas Normal dari pabrik Pemohon PKPU adalah 150.000


(seratus lima puluh ribu ton pertahun (Bukti P - 3) berupa raw
sugar dengan taksiran harga pasar p. 3.000.000/ton (Bukti P -
4).
Berdasarkan jumlah tonage tersebut di atas dalam prosesnya
akan dapat diperoleh refined sugar sejumlah 95% =142.500 ton,
(Bukti P - 5).
Berdasarkan standar operasional pabrik hasil penjualan dari
142.500 refined sugar dengan harga Rp. 3.000.000,- (taksiran
kasar harga pasar per ton) = Rp. 427.500.000.000,- (empat ratus
dua puluh tujuh milyar lima ratus juta rupiah).
Berdasarkan standar operasional pabrik biaya proses pertahun
adalah Jumlah tonage refined sugar X harga per ton = 142.500
ton X Rp. 458.790 (Bukti P - 6 ) = Rp. 65.377.575.000,-

Berdasarkan standar operasional pabrik, biaya pembelian raw


sugar adalah Jumlah tonage dikalikan harga per ton

7
Harga taksiran kasar raw sugar per ton = US$.185,50 (Bukti P -7)
Misalnya kurs 1 Dollar = Rp. 8.600,- maka
Biaya pem belian 142.500 ton refined sugar adalah =
Rp. 227.330.250.000,-
Biaya proses pertahun + pembelian raw sugar =
R p.6 5.337.575.000,- + Rp. 227.330.350.000,- = Rp.
292.707.825.000, -
Berdasarkan standar operasional pabrik, hasil penjualan
refined sugar pertahun (NET)
Rp. 427.500.000.000,- (minus) Rp. 292.707.825.00,- =
Rp. 134.792.175.000,-
Dan dalam 10 tahun penghasilan penjualan (NET) Pemohon
PKPU adalah 10 x Rp. 134.792.175.000,- = Rp.
1.347.921.750.00, -
B. H utang jangka pendek dan panjang m enurut laporan
keuangan Rp. 135.171.020.740,- + Rp. 390.055.349.226,- =
Rp. 528,348.271.245,-
Dengan jumlah dana sebesar prediksi Rp. 1.347.921.750.000,-
maka setiap tahun bisa dialokasikan sebesar Rp. 2.551.199.319,-
dibulatkan Rp. 2.551.200.000,-
Diperkirakan Rp. 551.000.000,- dipakai untuk biaya-biaya lain
dalam proses pembuatan Refined Sugar maka dengan suatu
rencana restrukturisasi selama 10 tahun diharapkan Pemohon
PKPU dapat membayar seluruh hutang-hutangnya. Maka dari
itu Pemohon PKPU memiliki potensi yang cukup memadai
untuk menyelesaikan hutang-hutangnya kepada para kreditur,
jika dikabulkan untuk PKPU.
Bahwa pada saat ini Pem ohon PKPU sedang dalam tahap
Negoisasi Proposal Restrukturisasi Awal dengan Pemohon dimana
Termohon telah mengadakan pembicaraan informal pada tanggal
20 Juni 2002 di Restoran Sdr. Willy Edy Assistant Vice President
Pemohon ;
Begitu juga Termohon telah melakukan pembicaraan Informal
dengan Bank Negara Indonesia (Persero) sebagai Kreditur Utama
yang diadakan tanggal 20 Juni 2002 di Kantor Pusat B N I;

8. Bahwa disamping PT. Bank CIC Internasional Tbk., dan Bank


Negara Indonesia (Persero) tbk., Pemohon PKPU masih mempunyai
kreditur-kreditur lainnya, sebagaimana diperinci dalam Pertelaan
yang merupakan Lampiran dari Permohonan ini sebagaimana
disyaratkan oleh Pasal 93 Peraturan Kepailitan (Bukti P - 9 );
9. Bahwa Pemohon PKPU masih melihat adanya kemungkinan untuk
melakukan pembayaran kepada para kreditur, karena perusahaan
masih dalam keadaan beroperasi apabila diberikan tenggang waktu
untuk menunda pembayaran utangnya, berdasarkan butir 6 di atas ;
10. Bahwa saat ini Pemohon PKPU memperkerjakan karyawan
sebanyak 385 (tiga ratus delapan puluh lima) orang (vide Bukti P -
9) karyawan, bila perusahaan dinyatakan pailit tidak menutup
kemungkinan terjadinya gejolak sosial yang tidak diinginkan. Karena
itu solusi PKPU akan lebih bermanfaat bagi para kreditur ;

11. Bahwa sehubungan dengan Rencana Proposal Restrukrisasi


sebagaimana telah diuraikan dalam butir 7 (tujuh) di atas, maka
Pemohon PKPU dan para Kreditur memerlukan waktu untuk dapat
membahas lebih lanjut Proposal Restrukturisasi Awal yang telah
diajukan BMS kepada para krediturnya pada tanggal 20 Juni 2002
tersebut dan butir 6 (enam) di atas, sedangkan Rencana Perdamaian
sebagaimana disyaratkan Pasal 213 ayat (2) Peraturan Kepailitan
akan segera disusulkan ;
12. Bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan menunjuk pasal 217
96) da Pasal 214 (2) dari Undang-undang Kepailitan No. 4, 1998,
mohon kepada Ketua Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat agar
berkenan mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh Pemohon ;
Berdasarkan hal-hal tersebut, Pemohon mohon agar K etua

9
Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat berkenan memutuskan sebagai
berikut;

1. Menerima dan mengabulkan Permohonan PKPU PT. Bernas Madu


utang (PKPU );

2. Menetapkan Pemohon dalam keadaan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PK PU );

3. Menunjuk Hakim Pengawas dan Pengurus PKPU PT. Bernas Madu


Sari (PT. BMS) Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH.

Apabila Majelis berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-


adilnya (ex aequo et bono).
Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan untuk
Pemohon hadir Isnoewarso Rasjid dan Melvin Korompis, masing-
masing bertindak dalam jabatannya selaku Direktur Utama dan Komisaris
Utama, dari dan oleh karenanya dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama PT. Bernas Madu Sari (BMS) dan kuasanya Amalia Santoso,
Sh., Nuryantto, Sh., dan Mansur, SH., serta Suradi, SH., berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Juni 2002, dan Termohon hadir
Anthony C. Kartawiria Dan Hamidi, SE., dan kuasa hukumnya
Soeprapto, SH., Lukas Budiono, SH. CN. LL.M., IAN Kahriansyah,
SH., Ronald Sirait, SH., dan Shinta Handayani, SH., serta Hening
Chandra W. SH., berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 036/CIC/D/SJ/
VI/2002 tanggal 25 Juni 2002, sedangkan untuk Kreditur lain tidak
ada yang h ad ir;

M enim bang, bahwa di persidangan telah dibacakan surat


permohonan Pemohon yang mana isinya tetap dipertahankan oleh
Pemohon ;
M enim bang, bahwa atas perm ohonan tersebut, Termohon
mengajukan tanggapan secara lisan yang pada pokoknya sebagai
berikut:

10
- Menolak permohonan PKPU yang diajukan oleh Pemohon PKPU,
karena tidak sesuai sebagaimana disyaratkan oleh Pasal 93 Peraturan
Kepailitan ;

- Meragukan kemampuan PT. BMS, karena aset PT. BMS hanya


senilai Rp. 210 Milyar, sedangkan kewajiban PT BMS sebesar Rp.
500 milyar lebih, adapun kewajiban untuk pembayaran LC sudah
jatuh tempo 1 (satu) tahun yang lalu ;

- Sudah memberikan teguran baik lisan maupun tertulis, akan tetapi


tidak ada tanggapan dari Pemohon PKPU ;

- Meragukan kemampuan PT. BMS untuk membayar sebagaimana


seharusnya baik kewajiban pokok ditambah bunganya ;
Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalilnya Pemohon telah
mengajukan fotocopy surat-surat bukti dan setelah dicocokkan dengan
aslinya, lalu diberi tanda sebagai berikut:

1. Bukti P -1 : Laporan Keuangan 1999/1998 ;

2. Bukti P - 2 : Laporan Keuangan 2001/2000 ;


3. Bukti P - 3 : Proposal Pendirian Pabrik ;
4. Bukti P - 4 : Faktur Penjualan #01 - 01 0 0057 C BMS
5. Bukti P - 5 : Proses Refinasi;
6. Bukti P - 6 : Biaya Proses Refinasi ;
7. Bukti P - 7 : Commercial Invoice No. 016-A/2001 ;
8. Bukti P - 8 : Pertelaan K reditur;
9. Bukti P - 9 : Daftar Karyawan ;

Menimbang, bahwa Termohon tidak mengajukan bukti-bukti


apapun ;

11
Menimbang, bahwa selanjutnya telah terjadi peristiwa-peristiwa di
depan persidangan sebagaimana telah dicatat dalam Berita Acara
Persidangan dan untuk mempersingkat uraian putusan, maka Berita Acara
tersebut dianggap telah termasuk dalam putusan in i;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan Permohonan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dari Pemohon adalah agar kepada
Pemohon diberi waktu yang cukup mengupayakan pembayaran utang-
utang kepada Para Kreditur Pemohon ;

Menimbang, bahwa oleh karena Permohonan PKPU diajukan


sebagai counter permohonan kepailitan, maka permohonan tersebut
diperiksa pada saat yang bersamaan dengan permohonan kepailitan, oleh
karena itu pula sesuai dengan ketentuan Pasal 217 ayat (6) Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998 jo. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo. Stbl.
1906 Nomor 348 jo. Stbl. 1905 Nomor 217, maka permohonan PKPU
tersebut harus diputuskan lebih dahulu dan dengan demikian permohonan
kepailitan Nomor : 11/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST., tertanggal
3 Juni 2002 ditangguhkan ;
M enimbang, bahwa permohonan PKPU yang diajukan oleh
Pemohon ternyata telah ditanda tangani oleh Pemohon yang berwenang
mewakili PT. BERNAS MADU SARI, sesuai dengan surat permohonan
dan kuasa hukumnya yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, serta telah melampirkan Neraca
dari PT. Bernas Madu Sari (Bukti P - 1, P - 2, dan P - 8) yang memuat
daftar aktiva dan pasiva serta daftar Para Kreditur dari PT. BERNAS
MADU SARI, oleh karea itu pula permohonan Pemohon PKPU telah
memenuhi ketentuan Pasal 213 ayat (1) U.U. Nomor 4 Tahun 1998 jo.
Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo. Stbl. 1906 Nomor 348 jo. Stbl. 1905
Tahun 1998 jo. Perpu Nomor ITahun 1998 jo. Stbl. 1906 Nomor 348 j o.
Stbl. 1905 Nomor 217 ;

12
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan PKPU telah memenuhi
persyaratan hukum maka berdasarkan Pasal 214 ayat (2) U.U. Nomor 4
Tahun 1998 jo. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo. Stbl. 1906 Nomor : 348
jo. Stbl. 1905 Nomor : 217, Pengadilan harus segera mengabulkan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang Sementara (PKPUS) untuk
waktu paling lama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak putusan
PKPUS diucapkan ;
Menimbang, bahwa oleh karena PKPU harus dikabulkan maka
perlu ditunjuk dan diangkat Hakim Pengawas dan Pengurus ;
Menimbang, bahwa mengenai penunjukan dan pengangkatan Hakim
Pengawas, maka akan dipilih dari antara Hakim Niaga pada Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat sebagaimana disebutkan dalam diktum
putusan ;
Menimbang, bahwa Pemohon PKPU di dalam permohonannya telah
memohon agar Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH., ditunjuk sebagai Pengurus
yang akan mengurusi harta Debitur secara bersama-sama dan sepanjang
pemeriksaan perkara ini Majelis tidak menentukan adanya benturan
kepentingan, maka permohonan Pemohon PKPU tersebut patut untuk
dikabulkan ;

Menimbang, bahwa segera setelah ditetapkan PKPUS, Pengadilan


melalui Pengurus wajib memanggil Debitur dan Kreditur yang dikenal
dengan surat tercatat atau melalui kurir untuk datang menghadap dalam
sidang yang diselenggarakan paling lambat pada hari ke-45, terhitung
sejak PKPUS ditetapkan sebagaimana dalam diktum putusan;

Menimbang, bahwa mengenai biaya pengurusan dan imbalan jasa


Pengurus akan ditentukan kemudian setelah pengurus nyata-nyata
melaksanakan tugas-tugasnya, dan besarnya akan ditetapkan berdasarkan
surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.09.HT.05.10 Tahun
1998, tertanggal 22 September 1998 tentang Pedoman Imbalan Jasa
Kurator dan Pengurus ;

13
Menimbang, bahwa mengenai biaya perkara permohonan ini akan
dibebankan kepada Pemohon PKPU;

Mengingat dan memperhatikan Undang-Undang Nomor 4 Tahun


1998 jo. Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo. Staatsblad 1906 Nomor : 348
jo. Staatsblad 1905 Nomor : 217, khususnya Pasal 213 ayat (2) ; 214
ayat (2); 217 ayat (6), 217 F, ayat (1) dan (2) dan peraturan lain yang
berkenaan dengan perkara in i;

MEMUTUSKAN:

- Mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPUS) dari PT. BERNAS MADU SARI (BMS (Pemohon)
untuk sementara, yaitu selama 45 (empat puluh lima) hari terhitung
sejak putusan ini diucapkan ;
- Menunjuk Sdri. Putu Supadmi, SH., Hakim Niaga pada Pengadilan
Negeri/Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas ;
- Mengangkat Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH., beralamat Jalan
Garuda No. 71B, Kemayoran Jakarta Pusat sebagai Pengurus ;

- Menetapkan Sidang Majelis Hakim pada hari : KAMIS, tanggal


15 AGUSTUS 2002 JamlO.OO WIB di Gedung Pengadilan Negeri/
Niaga Jakarta P usat;
- Memerintahkan Pengurus untuk memanggil Debitur dan Para
Kreditur untuk datang menghadap pada hari sidang yang telah
ditetapkan tersebut;
- Menetapkan biaya pengurusan dan imbalan jasa Pengurus akan di­
tentukan kemudian setelah Pengurus melaksanakan tugas-tugasnya ;

- Menghukum Pemohon untuk membayara biaya perkara sebesar


Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

14
PUTUSAN
N O M O R : /PKPU/2002/PN.NIAGA JKT.PST.Jo
NO M O R : 11/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST

DALAM PERKARA

Antara

Pemohon PKPU :

PT. Bernas Madu Sari (BMS), berkantor di Gedung Plaza Centris, Lantai
12 Jin. H.R. Rasuna Said Kav. B5 Jakarta Selatan.

Dalam Hal ini diwakili oleh Isnoewarso Rasjid dan Melvin Korompis,
bertindak dalam jabatannya selaku Direktur Utama, dan atas nama PT
Bemas Madu Sari (BMS).

Dengan kuasa hukumnya Amalia Santoso, SH, Nuryanto, SH dan Mansur


SH, advocat/konsultan Hukum, alamat jalan Proklamasi 77a, Jakarta
Pusat.

Terhadap
Pemohon P K P U :

PT Bank CIC Internasional, alamat Sentral Senayan 1 Office Tower,


Jalan Asia Afrika no. 8 Jakarta.

Diwakili oleh: Anthony C. Kartawiria dan Hamidi, SE, bertindak sebagai


Direktur.
Dengan kuasa hukumnya :

Suprapto, SH, Lukas Budiono, SH, CN LLM, Ian Kahariansyah, SH


dan rekan, Konsultan Hukum, alamat Menara Kebon Sirih lantai 10,
Suite 1001, Kebon Sirih kav. 17-19 Jakarta 10340.

15
DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon melalui Surat Permohonan tertanggal


24 Juni 2002 dan telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri/
Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 24 Juni 2002 dibawah nomor : 03/
PKPU/2002/PN.Niaga.JKT.PST., telah mengemukakan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bahwa pada tanggal 5 Juni 2002 PT. Bank CIC Internasional, Tbk.,
melalui Kuasa Hukumnya SOEPRAPTO, LUKAS BUDIONO &
Partners telah mendaftarkan Permohonoan PAILIT terhadap BMS
dan terd aftar dengan N om or ll/P A IL IT /2 0 0 2 /
PN.NIAGA.JKT.PST. ;

2. Bahwa Pemohon PKPU telah menerima surat pemberitahuan


panggilan sidang perkara kepailitan No. 1l/Pailit/2002/PN.Niaga/
JKT.PST tertanggal 7 Juni 2002 untuk sidang pada tanggal 17 Juni
2002 di Pengadilan Negeri Jakarta P usat;

3. Bahwa jumlah permohonan kepailitan yang diajukan Pemohon


adalah sebesar US$ 1.975.651.01 (belum diverifikasi);

4. Bahwa Pemohon PKPU adalah suatu perusahaan PMDN yang


bergerak di bidang refinery gula yaitu pengumpulan bahan mentah
berupa raw sugar (gula mentah) dan diproses dopabrik refinery gula
dan kemudian hasil produknya dijual di pasar dalam negeri;

5. Bahwa dilihat dari NILAI PERMOHONAN PKPU sebagaimana


tercermin dalam Laporan Keuangan perusahaan untuk tahun buku
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1999 dan 1998 (Bukti P -
1) yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Prasetyo Utomo
& Co, dan Laporan Keuangan Perusahaan (internal) yang berakhir
pada tanggal-tanggal 31 Desember 2001 dan 2000 (Bukti P - 2)
sebagai berikut:

• Total asset yang dimiliki BMS per 31 Desember 2001 adalah

16
sebesar Rp. 210.854.766.765 (dua ratus sepuluh milyar delapan
ratus lima puluh empat juta tujuh ratus enam puluh enam ribu
tujuh ratus enam puluh lima rupiah).

• Total kewajiban BMS per 31 Desember 2000 adalah sebesar


Rp. 525.772.369.966,- (lima ratus dua puluh lima milyar tujuh
ratus tujuh puluh dua juta tiga ratus enam puluh sembilan ribu
sembilan ratus enam puluh enam rupiah).

6. Bahwa walaupun berdasarkan Laporan Keuangan tersebut di atas,


posisi Keuangan Pemohon PKPU menunjukkan angka yang kurang
meyakinkan namun apabila kita membandingkan dengan proses
operasional pabrik sebagaimana diuraikan di bawah ini maka
sebetulnya Pemohon PKPU masih memiliki potensi yang cukup
memadai untuk menyelesaikan utang-utangnya kepada para
kreditur;

A. Berdasarkan data operasional, pabrik Pemohon PKPU pada


umumnya :

Kapasitas Normal dari pabrik Pemohon PKPU ADALAH 150.000


(seratus lima puluh ribu) ton pertahun (Bukti P - 3) berupa raw sugar
dengan taksiran harga pasar Rp. 3.000.000/Ton (Bukti P - 4)

Dari jum lah tonage tersebut di atas dalam prosesnya akan


dapat diperoleh refined sugar sejumlah Rp. 95% = 142.500 ton (Bukti
P - 5).

Berdasarkan standar opersional pabrik hasil dari 142.500 refined


sugar dengan harga Rp. 3.000.000,- (taksiran kasar harga pasar per
ton) = Rp. 427.500.000.000,- (empat ratus dua puluh tujuh milyar
lima ratus juta rupiah).

Berdasarkan standar operasional pabrik biaya proses pertahun adalah


Jumlah tonage refined sugar X harga per ton = 142.500 ton X Rp.
428.790 (Bukti P - 6) = Rp. 65.377.575.000,-

17
Berdasarkan standar operasional pabrik, biaya pembelian raw
sugar adalah Jumlah tonage dikalikan harga per ton.

Harga taksiran kasar raw sugar per ton = US$. 185,50 (Bukti P - 7)

Misalnya kurs 1 Dollar = Rp. 8.600,- maka


B iaya pem belian 142.500 ton refined sugar adalah = Rp.
227.330.250.000,-

Biayaproses pertahun + pembelian raw sugar = Rp. 65.377.575.000,-


+ Rp. 222.330.250.000,- = Rp. 292.707.825.000,-
Berdasarkan standar operasional pabrik, hasil penjualan refined
sugar pertahun (N ET) Rp. 4 27.500.000.000,-(m inus) Rp.
292.707.825.000 = Rp. 134.792.175.000,-

Dan dalam 10 tahun penghasilan penjualan (NET) Pemohon PKPU)


adlah 10xR p. 134.792.175.000,- = Rp. 1.347.921.750.000,-

B. Hutang jangka pendek dan panjang menurut lapoan keuangan

Rp. 135.171.020.740,-+Rp. 390.055.349.226,-=Rp. 528.348.271.245,-

Dengan jumlah dana sebesar predeksi Rp. 1.347.921.750.000,- maka


setiap tahun bisa dialokasikan sebesar Rp. 2.551.199.319,-
dibulatkan Rp. 2.551.200.000,-
Diperkirakan Rp. 551.000.000,- dipakai untuk biaya-biaya lain
dalam proses pembuatan Refined Sugar, maka dengan suatu rencana
restrukturisasi selama 10 tahun diharapkan Pemohon PKPU dapat
membayar seluruh hutang-hutangnya. Maka dari itu Pemohon PKPU
memiliki potensi yang cukup memadai untuk menyelesaikan hutang-
hutangnya kepada para kreditur, jika dikabulkan untuk PKPU

7. Bahwa pada saat ini Pemohon PKPU sedang dalam tahap


NEGOISASI Proposal Restrukturisasi Awal dengan Pemohon

18
dimana dengan Pemohon dimana Termohon telah mengadakan
pembicaran informal pada tanggal 20 Juni 2002 di Restoran Milinia,
Jakarta antara Sdr. Hudiyanto Direktur Keuangan Termohon dan
Sdr. Willy Edy Assistant Vice President Pemohon ;
Begitu juga Termohon telah melakukan pembicaraan Informal
dengan Bank Negara Indonesia (Persero) sebagai Kreditur Utama
yang diadakan tanggal 20 Juni 2002 di Kantor Pusat B N I;
8. Bahwa disamping PT. Bank CIC Internasional, Tbk., dan Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk., Pemohon PKPU masih mempunyai
kreditur-kreditur lainnya, sebagaimana diperinci dalam Pertelaan
yang merupakan Lampiran dari Permohonan ini sebagaimana
diisyaratkan oleh Pasal 93 Peraturan Kepailitan (Bukti P - 9) ;
9. Bahwa Pemohon PKPU masih melihat adanya kemungkinan untuk
melakukan pembayaran kepada para Kreditur, karena perusahaan
masih dalam keadaan beroperasi apabila diberikan tenggang waktu
untuk menunda pembayaran utangnya, berdasarkan butir 6 di atas ;
10. Bahwa pada saat ini Pemohon PKPU memperkerjakan karyawan
sebanyak 385 (tiga ratus delapan puluh lima) orang (vide Bukti P -
9) karyawan, bila perusahaan dinyatakan pailit tidak menutup
kemungkinan terjadinya gejolak sosial yang tidak diinginkan, karena
itu solusi PKPU akan lebih bermanfaat bagi para kreditur ;
11. Bahwa sehubungan dengan rencana Proposal Restruksurisasi
sebagaimana telah diuraikan dalam butir 7 (tujuh) di atas, maka
Pemohon PKPU dan para kreditur memerlukan waktu untuk dapat
membahas lebih lanjut Proposal Restrukturisasi Awal yang telah
diajukan BMS kepada para krediturnya pada tanggal 20 Juni 2002
tersebut dan 6 (enam) di atas, sedangkan Rencana Perdamaian
sebagaimana diisyaratkan Pasal 213 ayat (2) Peraturan Kepailitan
akan segera disusulkan ;

12. Bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas dan menunjuk Pasal 217
(6) dan Pasal 21 (2) dari Undang-undang Kepailitan No. 4, 1998,

19
mohon kepada Ketua Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat agar
berkenan m engabulkan permohonan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan oleh Pemohon ;

Berdasarkan hal-hal tersebut, Pemohon mohon agar Ketua


Pengadilan Niaga/Negeri Jakarta Pusat berkenan memutuskan sebagai
berikut:

1. M enerim a dan m engabulkan Perm ohonan Pem ohon PKPU


PT. Bernas Madu Sari (PT. BMS) Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH.
2. Menetapkan Pemohon dalam keadaan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU);
3. Menunjuk Hakim Pengawas dan Penguras PKPU PT. Bernas Madu
Sari (PT. BMS) Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH.

Apabila Majelis berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-


adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahw a pada hari sidang yang ditetapkan untuk


Pemohon hadir Isnoewarso Rasjid dan Melvin Korompis, masing-
masing bertindak dalam jabatannya selaku Direktur Utama dan Komisaris
Utama, dari dan oleh karenanya dalam hal ini bertindak untuk dan atas
nama PT. Bernas Madu Sari (BMS) dan kuasa hukumnya Amalia
Santoso, SH., Nuryanto, SH., dan Mansur, SH., serta Suradi, SH.,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 17 Juni 2002, dan Termohon
hadir Anthony C. Kartawiria dan Hamidi, SE., dan kuasa hukumnya
Soeprapto, SH., Lukas Budiono, SH. CN. LL.M., IAN Kahariansyah,
SH., Ronald Sirait, SH., dan Shinta Handayani, SH., serta Hening
Chandra W, SH., berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 036/CIC/D/
SK/VI/2002 tanggal 25 Juni 2002, serta dihadiri pula oleh Para Kreditur
lain ;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat dalam putusannya tanggal 05 Juli 2002, No. 03/PKPU/
2002/PN.NIAGA.JKT.PST., jo No. 11/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT/

20
PST.,telah mengabulkan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) Sementara, yang amar selengkapnya sebagai berikut:

- Mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPUS) dari PT. Bemas Madu Sari (BMS (Pemohon)) untuk
sementara, yaitu selama 45 (empat puluh lima) hari terhitung sejak
putusan ini diucapkan ;

- Menunjuk Sdri. Putu Supadmi, SH., Hakim Niaga pada Pengadilan


Negeri/Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas ;

- Mengangkat Sdri. Hj. Tutik Sri Suharti, SH., beralamat di Jalan


Garuda No. 718, Kemayoran Jakarta Pusat sebagai Pengurus ;
- Menetapkan Sidang Majelis Hakim pada h a ri: KAMIS, tanggal 15
AGUSTUS 2002 Jam 10.00 WIB di Gedung Pengadilan Negeri/
Niaga Jakarta P u sat;

- Memerintahkan Pengurus untuk memanggil Debitur dan Para


Kreditur untuk datang menghadap pada hari sidang yang telah
ditetapkan tersebut;

- Menetapkan biaya pengurus dan imbalan jasa Pengurus akan di


tentukan kemudian setelah Pengurus melaksanakan tugas-tugasnya ;
- Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.
5.000.000,- (lima ju ta );
Menimbang, bahwa oleh Pemohon telah diserahkan Rencana
Perdamaian tertanggal 6 Agustus 2002, dengan alasan-alasan sebagai
berikut:

a. Bahwa kondisi pabrik sampai saat ini masih sangat layak untuk
melakukan aktifitasnya dengan kapasitas produksi 500 ton per hari
dan melalui program peningkatan kapasitas produksi pada kuartal
ke-1 (satu) tahun 2003 diharapkan telah mampu menghasilkan gula
rafinasi sebanyak 700 ton per h ari;

21
b. Bahwa kebutuhan akan gula rafinasi oleh industri makanan dan
minuman dalam negeri yang mencapai 900.000 ton per tahun
sementara produksi dalam negeri hanya 150.000 ton per tahun
(PT. BMS saat ini baru satu-satunya produsen gula rafinasi di
Indonesia) merupakan peluang bisnis yang sangat cerah dan
membuat gula rafinasi hasil produksi PT. BMS akan terserap habis
oleh pasar. Dengan demikian sangat memungkinkan bagi PT. BMS
untuk tetap mempertahankan kondisi pabrik terus beroperasi dan
pada akhirnya akan mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya
kepada para kreditur;
c. Bahwa dengan tetap mempertahankan operasional pabrik berarti
menghindarkan diri dari adanya pengangguran massal atas 400
orang karyawan (atau lebih dari 1000 jiwa termasuk keluarganya)
yang menggantungkan hidup dari PT. BMS ;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Hakim Pengawas dan


Pengurus pada sidang tanggal 15 Agustus 2002, Pemohon telah
mengajukan Rencana Perdamaian tertanggal 06 Agustus 2002, dan atas
Rencana Perdamaian tersebut, telah diadakan lima kali rapat kreditur,
terakhir tanggal 15 Agustus 2002 yaitu rapat kreditur tentang pemungutan
suara (voting);

Menimbang, bahwa pada persidangan tanggal 15 Agustus 2002,


Majelis Hakim telah menerima surat/laporan d a ri:

1. Hakim Pengawas berikut lampirannya: Berita Acara Rapat Kreditur


tanggal 15 Agustus 2002, pada pokoknya mengatakan bahwa
Rencana Perdamaian yang diajukan oleh Debitur dapat diterima oleh
9 Kreditur dari 11 Kreditur, dimana ada 2 Kreditur yang tidak
setuju;
2. Pengurus berikut 8 (delapan) lampirannya, pada pokoknya
mengatakan Rencana Perdamaian diterima oleh mayoritas Kreditur
dan mohon untuk disah ;

22
3. Debitur/Pemohon, pada pokoknya memohon agar perdamaian
disahkan, juga telah didengar keterangan lisan ;
4. 9 (sembilan) kreditur dari 11 (sebelas) Kreditur yaitu : PT. BANK
NEGARA IN DO N ESIA (P ersero ), PT. SA U B A H TER A
SAMUDRA, PT. FORINDOPRIMA PERKASA, PT. MULTI
SURINDO, CV. PUNDI PUTRA PRATAMA, PT. TJOKRO PUTRA
PERSA DA , PT. UPAYA M AN D IRI SEJA H TER A , PT.
SIMONGAN PALSTIK FACTORY, CARGIL INTERNASIONAL
SA pada pokoknya menerima Pengesahan Rencana Perdamaian ;
5. 2 (dua) Kreditur dari 11 (sebelas) Kreditur yaitu : PT. BANK CICI
INTERNASIONAL, Tbk., PT. ALINDOJAYA SEMBADA pada
pokoknya menolak Pengesahan Rencana Perdamaian ;

M enim bang, bahw a dipersidangkan PT. BANK CIC


INTERNASIONAL, Tbk., dan PT. ALINDOJAYA SEM BADA
mengajukan keberatan yang pada pokoknya: telah menjadi perselisihan
tentang jumlah tagihan dari Kreditur yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkatkan uraian putusan ini,
maka segala sesuatu yang terjadi dipersidangkan dan dicatatan dalam
Berita Acara Sidang, dianggap telah dimasukkan dan merupakan bagian
dari putusan in i;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa isi permohonan Pemohon pada hakekatnya


adalah agar kepadanya dapat diberikan PKPU dengan maksud untuk
mengajikan Rencana Perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran
seluruh atau bagian utang-utangnya kepada Para Kreditur ;

Menimbang, bahwa Pemohon/Debitur telah mengajukan Rencana


Perdamaian, dan atas Rencana Perdamaian tersebut, telah diadakan
voting oleh Pengurus yang dipimpin oleh Hakim Pengawas sesuai dengan
tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing ;

23
Menimbang, bahwa berdasarkan Laporan Pengurus, dan Hakim
Pengawas tertanggal 15 Agustus 2002, dari hasil voting tersebut, yang
dihitung berdasarkan Pasal 265 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998
jo. Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan selanjutnya disebut
Undang-undang Kepailitan (UUK), Pengurus dan Hakim Pengawasm
sesuai dengan kewenangan yang ada padanya berpendapat bahwa
mayoritas Kreditur menyetujui atau menerima Rencana Perdamaian ;

Menimbang, bahwa hasil voting tersebut adalah sebagai berikut:


- Kreditur yang hadir 11 dengan jumlah tagihan Rp. 259.465.941.270,-
(dua ratus lima puluh sembilan milyar empat ratus enam puluh lima
juta sembilan ratus empat puluh satu ribu dua ratus tujuh puluh ru­
piah) (=100 % );
- Kreditur yang menerima / setuju Rencana Perdamaian 9, dengan
jumlah tagihan Rp. 236.383.118.857,- (dua ratus tiga puluh enam
milyar tiga ratus delapan puluh tiga juta seratus delapan belas ribu
lima ratus tujuh puluh rupiah) (=91,10%);

- Kreditur yang tidak menerima / tidak setuju Rencana Perdamaian


2, dengan jumlah tagihan Rp. 23.082.822.700,- (dua puluh tiga
milyar delapan puluh dua juta delapan ratus dua puluh dua ribu tujuh
ratus rupiha) (=8,90 % );
Menimbang, bahwa karena mayoritas Kreditur menerima Rencana
Perdamaian, maka Rencana Perdamaian berubah menjadi Perjanjian
Perdamaian ;
Menimbang, bahwa Perjanjian Perdamaian yang diterima oleh
Mayoritas Kreditur tersebut dan telah ditandatangani oleh Kreditur yang
menerima, Debitur dan diketahui/disaksikan oleh Hakim Pengawas dan
Pengurus, adalah Perjanjian Perdamaian tanggal 15 Agustus 2002 ;
Menimbang, bahwa karena Rencana Perdamaian yang diajukan oleh
Pemohon dapat diterima oleh mayoritas Kreditur, maka menurut Pasal

24
269 ayat (1) Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998 jo. Perpu No.
1 Tahun 1998, Perjanjian Perdamaian tersebut;

M enim bang, bahw a akan tetapi sebelum M ajelis H akim


memberikan putusan Pengesahan Perjanjian Perdam aian, perlu
dipertimbangkan apakah ada alasan-alasan untuk menolak pengesahan
seperti yang dikemukakan oleh Kreditur yang menolak pengesahan,
sebagaimana diatur secara limitatif dalam Pasal 269 ayat (2) huruf a
sampai dengan d Undang-undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998 jo. Perpu
No. 1 Tahun 1998 ;

Menimbang, bahwa Pasal 269 ayat (2j Undang-undang Kepailitan


No. 4 Tahun 1998 jo. Perpu No. 1 Tahun 1998, mengatakan : (2)
Pengadilan hanya dapat menolak untuk melakukan pengesahan
perdamaian, apabila:
a. Harta debitur, termasuk barang-barang untuk mana dilaksanakan
hak retensi jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam
perdamaian;

b. Pelaksanaan Perdamaian tidak cukup terjamin ;


c. Perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau sekongkol dengan satu
atau lebih kreditur, atau karena pemakaian upaya-upaya lain yang
tidak jujur dan tanpa menghiraukan Debitur atau pihak lain
bekerjasama untuk mencapai hal in i;

d. Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh para ahli dan pengurus
belum dibayar atau tidak dibayar.

Menimbang, bahwa Kreditur PT. B ANK CIC INTERNASIONAL,


Tbk., PT. ALINDOJAYA SEMBADA dalam persidangan mengajukan
keberatan tentang rencana perdamaian dengan alasan telah terjadi
perselisihan tentang jumlah tagihan dari Kreditur yang bersangkutan
oleh karena itu, alasan keberatan PT. BANK CIC INTERNASIONAL,
Tbk., dan PR. ALINDOJAYA SEMBADA tersebut tidak memenuhi unsur
Pasal 269 (2) Undang-undang Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998 tersebut

25
oleh karena itu juga keberatan tersebut harus dinyatakan tidak beralasan
dan harus pula ditolak ;

Menimbang, bahwa oleh karena keberatan PT. BANK CIC


INTERNASIONAL, Tbk., dan PT. ALINDOJAYA SEMBADA harus
ditolak, maka tidak ada alasan untuk tidak mengabulkan pengesahan
perjanjian perdamaian tertanggal 15 Agustus 2002 ;

Menimbang, bahwa mengenai imbalan jasa Pengurus, karena belum


ada pengajuan perhitungan dari Pengurus dan Hakim Pengawas, maka
akan ditetapkan kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman No.: M.09-HT.05.10 Tahun 1998 ;
Menimbang, bahwa mengenai ongkos perkara, sudah selayaknya
dibebankan kepada Pemohon ;

Memperhatikan : Pasal 265, 269 dan 273 UU No. 4 Tahun 1998


dan peraturan perundang-undangan lainnya yang ada kaitannya dengan
perkara in i;

M EM UTUSKAN:

- Menyatakan Perjanjian Perdamaian tertanggal 15 Agustus 2002


yang dibuat dan ditandatangani oleh Pem ohon Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT. BERNAS MADU SARI
(BMS) dan para Krediturnya adalah sah dan m engikat;

- M enghukum Pemohon Penundaan K ew ajiban Pem bayaran


Utang (PKPU) dan para krediturnya untuk mentaati Perjanjian
Perdamaian yang telah disepakati tersebut;
- Menyatakan imbalan Jasa pengums ditetapkan kemudian sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.:M.09-HT.05.10
Tahun 1998 ;
- Menghukum Pemohon membayar ongkos perkara yang hingga kini
ditaksir sebesar n ih il;

26
No. 03/PK PU /2002/PN .N iag a.Jkt.P st. jo No. ll/P a iIit/2 0 0 2 /
PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan :

1. Pertimbangan hukum Pengadilan Niaga untuk mengabulkan


permohonan kewajiban penundaan pembayaran utang sementara
(PKPUS) dari pemohon sudah tepat dan benar serta cukup sempurna
yaitu mendasarkan pada ketentuan pasal 217 ayat (6), 213 ayat (1)
dan 214 ayat (2) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan
menjadi Undang-undang Nomor : 4 Tahun 1998.

2. Hanya saja dalam putusan tersebut terdapat kesalahan ketik pada


pasal 217 F ayat (1) dan (2), sebab yang benar adalah pasal 217 E
ayat (1) dan (2) yang mengatur perihal pengangkatan pengurus yang
harus independen dan tidak memiliki benturan kepentingan.

3. Dalam putusan terlihat bahwa pemohon PKPU belum melampirkan


rencana perdamaian sebagaimana dimaksud dalam pasal 212, sesuai
dengan ketentuan pasal 213 ayat (2) Perpu Nomor : 1 Tahun 1998
jo Undang-undang Nomor : 4 Tahun 1998.

Hal ini dapat dibenarkan karena berdasarkan ketentuan pasal 249


Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor : 4 Tahun
1998, rencana perdamaian dapat dimajukan pada waktu mengajukan
permohonan PKPU atau setelah itu.

(Parwoto Wigjosumarto, SH.)

27
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT PEMOHON DITOLAK

MiU k
Perpustakaan
M a h k a m a h Agung - R i

HUKUM NIAGA

29
Ai I i M
nimAaiguqi'j*!
§fluSA dfirnejIrinM
TERMOHON MEMPUNYAI LEBIH DARI SATU KREDITUR
HINGGA SULIT MEMBAYAR HUTANG

• Permohonan Setianto N ataliputra sebagai Pemohon


terhadap Termohon PT. Intellegence Multimedia Solutions
berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

- Bahwa pada Tgl 28 Mei 2002 antara Pemohon dengan


Termohon telah melakukan perjanjian pinjaman uang
sebanyak Rp. 506.047,422; yang belum termasuk bunga;
- Bahwa atas pinjaman tersebut Pemohon sudah berkali-
kali melakukan penagihan, baik tertulis maupun secara
lisan, dan Termohon memberikan jawabannya Tgl 31
Januari 2003 yang menyatakan tidak mampu membayar
utang, hal mana Termohon seharusnya sudah membayar
paling lambat Tgl 30 Juli 2002;

- Bahwa disamping mempunyai hutang kepada Pemohon,


Termohon juga mempunyai hutang kepada 6 (enam)
kreditur.

• B erdasarkan alasan-alasan Pem ohon tersebut, p ih ak


Termohon mengajukan jawabannya sebagai berikut:

- Bahwa Termohon menolak semua dalil-dalil yang


diajukan Pemohon, sebab yang diajukan oleh Pemohon
tidak berdasarkan hukum dan salah alamat serta Pemohon
tidak punya hak untuk menagih dan Termohon juga tidak
punya hutang yang sudah jatuh tempo.

- Bahwa antara Pemohon dan Termohon dalam perjanjian


itu dalam kapasitasnya sebagai pribadi yang juga punya
saham di Termohon, oleh karenanya perjanjian tersebut
berlaku bagi kedua belah pihak;

31
- Untuk itu Termohon menolak menyatakan pailit yang
diajukan Pemohon.

• Pertimbangan hukum dan putusan


- Bahw a atas dasar Perjanjian antara Pemohon dan
Termohon yang telah menentukan Tgl 28 Mei 2002 harus
dibayar, namun hingga batas waktu Tgl 30 Juli 2002
belum juga dibayar, maka karenanya harus di konversi
dan Termohon dinyatakan cidra janji;
- Bahwa oleh karena Termohon bukan dalam pengertian
debitur pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 tahun 1998
tentang kepailitan, maka Permohonan Pemohon harus
ditolak dan dibebankan membayar biaya perkara ini
sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA


NO : 08/PAILIT/2003/PN.NIAGA/JKT.PST

DALAM PERKARA

Antara

Pemohon:
Setianto Nataliputra, pengusaha yang beralamat di Pulau Pelangi
1/30 RT 004/009, Kel. Kembangan U tara Kec. Kembangan,
Kotamadya Jakarta Barat, yang dalam hal ini diwakili oleh kuasanya
Yosef Sri Sasongko, SH dan Umar Hanafi, SH. selaku pengacara
dari kantor Hukum Soesilo Ariwibowo & Rekan yang beralamat di
Komplek Fatmawati Mas 1/11 Jin. R.S. Fatmawati Raya No. 20
Jakarta Selatan, yang berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 11
Maret 2003

32
Melawan

Termohon:
PT. Intellengence Multimedia Solutions, yang beralamat di Hotel
Sahid Jaya, Jaakarta, Jin. Jend. Sudirman Kav. 86 Jakarta.

33
DUDUK PERKARA

M enimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya


tertanggal 28 Maret 2003 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 28 Maret 2003 dibawah Nomor : 08/
Pailit/2003/PN. NIAGA.JKT.PST, mengajukan permohonan sebagai
berikut;

TERM OHON M EM ILIK I “HUTANG” YANG TIDAK DIBAYAR


1. Bahwa pada tanggal 28 Mei 2002, Pemohon dan Termohon telah
m elakukan ikatan hukum berdasarkan Perjanjian Pinjaman
(“Perjanjian”), dimana Pemohon bersedia memberikan pinjaman
uang kepada Termohon setinggi-tingginya hingga sebesar USD
200,000,- (dua ratuss ribu Dolar Amerika Serikat) dengan bunga
sebesar 24% (dua puluh empat persen) per tahun, sebagaimana diatur
dalam Perjanjian tersebut (bukti P-l).
2. Bahwa Pemohon telah melaksanakan kew ajibannya dengan
menyerahkan dan atau mengirimkan uang kepada Termohon dan
Termohon telah pula menerima uang pinjaman dari Pemohon
tersebut, sebagaimana pengiriman sebagai berikut:
2.1. Bilyet Giro Bank Bali Cabang Teluk Gong - Jakarta, Nomor :
AA155841, sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah),
yang telah diterima dan dicairkan oleh Termohon pada tanggal
24 April 2002 (Bukti P-2, Bukti P-3 dan Bukti P-4);
2.2. Bilyet Giro Bank Bali Capem Teluk Gong - Jakarta, Nomor :
AA155842, sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),
yang telah diterima dan dicairkan oleh Termohon pada tanggal
20 mei 2002 (bukti P-5, Bukti P-6 dan Bukti P-7);
2.3. Bilyet Giro Bank Bali, Nomor: AA155843 Cabang Teluk Gong
- Jakarta, sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), yang
telah diterima/dicairkan oleh Termohon pada tanggal 31 mei
2002 (Bukti P-8 dan Bukti P-9);

34
Sehingga total hutang Termohon kepada Pemohon berdasarkan
Perjanjian di atas adalah sebesar Rp. 450.000.000,- (empat ratus
lima puluh juta rupiah).

3. Bahwa selain pinjaman di atas, Termohon telah pula menambah


pinjamannya kepada Pemohon sebesar Rp. 56.047.422,- (lima puluh
enam juta empat puluh tujuh ribu empat ratus dua puluh dua ru­
piah), dengan rincian sebagai berikut:

3.1. Uang tunai sebesar Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta
rupiah) yang telah diterima Termohon pada tanggal 31 Agustus
2002 (bukti P -10);

3.2. Biaya tiket dan biaya-biaya perjalanan untuk Mr. Choi dan Mr.
Park Karyawan Termohon dari Korea Selatan, sebesar Rp. 11.
047.422,- (sebelas juta empat puluh tujuh ribu empat ratus dua
puluh dua rupiah) yang telah dibayarkan oleh Pemohon pada
tanggal 13 September 2002 (bukti P - ll dan Bukti P-12).

4. Bahwa dengan demikian terbukti, Termohon telah memiliki hutang


pokok belum termasuk bunga yang tidak dibayar kepada Pemohon
dengan total keseluruhan hutang sebesar Rp. 506.047.422,- (lima
ratus enam juta empat puluh tujuh ribu empat ratus dua puluh dua
rupiah).

5. Bahwa atas hutang Termohon kepada Pemohon tersebut, Pemohon


dan Kuasa Pemohon telah berkali-kali menegur Termohon baik
secara lisan maupun tertulis yang pada intinya untuk segera
melakukan pembayaran hutang kepada Pemohon, sebagaimana surat
Pemohon dan Kuasa Pemohon, sebagai berikut:
5.1. Surat Peringatan Kedua mengenai pinjaman yang belum
diselesaikan, tertanggal 15 Oktober 2002 dan surat telah
diterima Termohon pada tanggal 16 oktober 2002 (Bukti P-
13);

35
5:2. Surat Peringatan Ketiga mengenai pinjaman yang belum
diselesaikan, tertanggal 31 Oktober 2002 dan surat telah
diterima Termohon pada tanggal 15 Nopember 2002 (Bukti P-
14);
5.3. Surat Nomor : 135/PT. IMS/KHSA & R/XI/02, tertanggal 28
N opem ber 2002, perihal ; P anggilan/P em beritahuan
Pembayaran Pinjaman Termohon kepada Pemohon, dan surat
telah diterima oleh Termohon pada tanggal 28 Nopember 2002
(Bukti P -15);
5.4. Surat Nomor : 136/PT.IMS/KHSA & R/XI/02, tertanggal 7
Desember 2002, perihal : Somasi dan Undangan Pertemuan
untuk Segera Melakukan Pembayaran Atas Pinjaman Termohon
kepada Pemohon, dan surat telah diterima oleh Termohon
kepada Pemohon, dan surat telah diterima oleh Termohon pada
tanggal 17 Desember 2002 (Bukti P -16);

5.5. Surat N om or: 003/PT.IMS PXIMS/KHSA & R/I/03, tertanggal


6 Januari 2003, perihal : Jawaban Atas Surat Termohon
tertanggal 30-12-2002 (perihal Bukti P-19) dan Somasi Terakhir,
surat diterima oleh Termohon pada tanggal 6 Januari 2003
(Bukti P-17);
6. Bahwa atas teguran Pemohon tersebut, Termohon telah mengakui
hutang kepada Pemohon, namun tidak memberikan jawaban positif
atas kewajiban pelunasan pembayaran hutang sebagaimana surat
Termohon kepada Pemohon, sebagai berikut:
6.1. Surat Jawaban, tertanggal 29 Nopember 2002, yang telah
diterima Pemohon pada tanggal 3 Desember 2002 (Bukti P-
18);
6.2. Surat Usulan, tertanggal 30 Desember 2002, yang telah diterima
Pemohon pada tanggal 2 Januari 2003 (Bukti P-19);

36
6.3. Surat ketidakmampuan membayar hutang, tertanggal 20
Januari 2003, yang telah diterima Pemohon pada tanggal 21
Januari 2003 (bukti P-20);

6.4. Surat jawaban dari Termohon, tertanggal 31 Januari 2003, yang


m enegaskan surat dari Term ohon sebelum nya, yaitu
ketidakmampuan membayar hutangnya kepada Pemohon
(Bukti P-21);

Oleh karenanya, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, ditambah lagi


pengakuan Termohon sendiri, terbukti bahwa Termohon memiliki
hutang kepada Pemohon.

UTANG TERSEBUT SUDAH JATUH TEMPO DAN DAPAT


DITAGIH

7. Bahwa berdasarkan butir 2 Perjanjian, Termohon berkewajiban


melakukan pembayaran hutang termasuk bunga dimaksud kepada
Pemohon, selambat-lambatnya pada tanggal 30 Juli 2002. Dan jika
pembayaran ini tidak dilakukan, maka pinjaman tersebut akan
langsung dikonversi menjadi saham selambat-lambatnya satu
minggu setelah tanggal 30 Juli 2002 atau selambat-lambatnya tanggal
6 Agustus 2002 (periksa Bukti P -1, butir 4).
Akan tetapi, hingga permohonan ini diajukan, Termohon belum
melakukan pembayaran hutang dan belum/tidak juga melakukan
konversi saham dan melakukan perubahan anggaran dasarnya,
sehingga karenanya terbukti bahwa hutang tersebut telah jatuh tempo
dan dapat ditagih.

TERMOHON MEMILIKI LEBIH DARI SATU KREDITUR

8. Bahwa selain kewajiban hutang yang wajib dibayar oleh Termohon


kepada Pemohon, ternyata Termohon juga memiliki hutang kepada
pihak lain, yaitu ;

37
8.1. PT. Centrin Online Tbk., berkedudukan di Jakarta, beralamat
Gedung Menara Jamsostek, lantai 4, Jalan Gatot Subroto Kav.
38, Jakarta, sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah);

8.2. PT. Sahid Jaya Hotel Jakarta, berkedudukan di Jakarta,


beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 86, Jakarta, sebesar
Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);
8.3. PT. Speed Net, suatu perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan U ndang-U ndang R epublik Indonesia,
berkedudukan di Jakarta, beralamat di Menara Thamrin, Lantai
2, Jl. M.H. Thamrin kav. 3, Jakarta, sebesar USD 30.000 (tiga
puluh ribu Dollar Amerika Serikat);

8.4. Roonets CO., LTD., beralamat di Hyundai Tower 3rd Floor,


Sinchun Dong, Sangpa Gu, 130 735, Seoul, Korea Selatan,
sebesar USD 30.000 (tiga puluh ribu Dollar Amerika Serikat);

8.5. PT. Astra Sedaya Finance, suatu perseroan terbatas yang


didirikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia,
beralamat di Jl. R.S. Fatmawati Raya No. 9 Jakarta Selatan,
sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah);
8.6. Ir. Machnizam Machnin, beralamat di Jalan Bona Indah Blok
A No. 5, Jakarta Selatan, sebesar Rp. 13.000.000,- (tiga belas
juta rupiah);
9. B ahw a dengan dem ikian telah terbukti, bahw a Termohon
mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditur, dan ternyata tidak membayar
sedikitnya 1 (satu) hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
sehingga permohonan Pemohon ini telah mempunyai dasar dan
alasan hukum seperti dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1998.

38
PENGANGKATAN HAKIM PENGAWAS DAN KURATOR

10. Bahwa untuk melindungi hak dan kepentingan Pemohon serta untuk
m encegah agar Termohon tidak m elakukan tindakan atas
kekayaannya yang dapat merugikan hak dan kepentingan Pemohon
dalam rangka mendapatkan pembayaran penuh atas semua hutang
Termohon berdasarkan bukti-bukti di atas, maka mohon dalam
menjatuhkan putusan permohonan pailit ini, Bapak Ketua Pengadilan
negeri Jakarta Pusat, Cq. Pengadilan Niaga atau Majelis Hakim
Niaga yang memeriksa perkara ini berkenan untuk mengangkat dan
menunjuk seorang Hakim Pengawas dan Kurator yang terdaftar di
Pengadilan Niaga pasda Pengadilan Negeri Jakarta pusat, yang
independen dan tidak mempunyai benturan kepentingan baik kepada
Pemohon maupun Termohon sebagaimana dimaksud oleh Pasal 13
ayat (1) dan (3) UU Nomor : 4 Tahun 1998.

11. Bahwa sehubungan dengan permohonan ini dan sesuai pasal 180
Reglemen Indonesia yang diperbaharui dan pasal 6 ayat (5) UU
Kepailitan, Pemohon mohon agar Bapak ketua pengadilaan Niaga
pada pengadilaan Negeri Jaakarta Pusat yang terhormat berkenan
menyatakan putusannya atas permohonan kepailitan ini dilaksanakan
terlebih dahulu meskipun Termohon mengajukan suatu upaya hukum
terhadap putusan ini (uitvoerbaar bij vorraad).

12. Bahwa oleh karena pengajuan permohonan pernyataan pailit ini


didasarkan dan disebabkan karena tidak ditepatinya kewajiban
pembayaran hutang Termohon kepada Pemohon, maka sudah
selayaknya bila biaya perkara dibebankan kepada Termohon;

Oleh karena permohonan ini telah mengajukan sesuai dengan


ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998, yaitu : Debitur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu
utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
putusan Pengadilan yang berwenang...”, maka sangatlah beralasan Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dalam hal ini Majelis Hakim Niaga

39
untuk mengabulkan permohonan Pemohon dan menyatakan Termohon
dalam keadaan pailit.

Berdasakan uraian-uraian dan bukti-bukti sebagaimana telah


disebutkan di atas, maka pada tempatnya bila Bapak Ketua Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat atau Majelis Hakim Niaga yang menerima,
memeriksa, dan mengadili permohonan ini untuk memberikan putusan
sebagai berikut:

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Termohon (PT. Inteligence Multimedia Solutions)


dalam keadaan pailit dengan segala akibat hukumnya;

3. Menunjukkan dan mengangkat kurator dalam kepailitan ini yang


terdaftar di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Jakarta Pusat sebagai
Kurator dalam kepailitan;

4. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya perkara ini;

Atau

Mohon untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et


bono).
Menimbang, bahwa hari persidangan yang telah ditetapkan, para
pihak hadir masing-masing, Pemohon hadir Kuasanya yaitu Yosef Sri
Sasongko,SH dan U m ar Hanafi, SH berdasarkan Surat Kuasa Khusus
tanggal 11 Maret 2003, sedangkan Termohon hadir kuasanya yaitu Ade
Supandi, SH berdasarkan surat Kuasa Khusus tertanggal 8 April 2003,
sedangkan kreditur yang lain hadir yaitu : Priyanto, SH.MH selaku
National Litigation officer dari PT. ASTRA SEDAYA FINANCE,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 003/SK.Pailit/NL/PRY/K.FTM/
IV/03 tanggal 04 April 2003 dan Ir. M achizam M acchim selaku
Pribadi ;

40
Menimbang, bahwa setelah dibacakan surat permohonannya, yang
mana isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan dari Pemohon tersebut,


Termohon telah mengajukan tanggapannya secara tertulis pada tanggal
10 April 2003 yang pada pokoknya sebagai berikut;

I. UMUM

Bahwa Termohon menolak semua pernyataan yang diajukan oleh


Pem ohon dalam b u tir-b u tir perm ohonan tanpa te rk e cu ali
dikarenakan Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon
Tidak Berdasarkan Hukum dan Salah Alamat, mengingat bahwa
Pemohon tidak m empunyai hak untuk menagih yang dapat
dibuktikan secara sederhana dan Termohon tidak mempunyai hutang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sementara Kreditur lain
yang dinyatakan Pemohon tidak dapat dibuktikan, serta persyaratan
Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1998, Tidak Terpenuhi.

II. Tentang LOAN AGREEMENT, 28 May 2002 (Vide Bukti P -1)

1. Bahwa secara jelas dan nyata, dalam perjanjian tersebut di atas


antara Pemohon dengan Lee Byung Tae, kapsitas/kedudukan
dari Lee Byung Tae adalah sebagai PRIBADI yang bekerja
sebagai President Director dan juga mempunyai saham pada
Termohon (mohon dilihat secara seksama pada baris ke 2 dan 3
pada bukti P -l), dan sama sekali BUKAN dalam kapasitas/
kedudukan untuk dan atas nama atau mewakili Termohon;
(Bukti T-1,2,3)

2. Bahwa mengingat perjanjian tersebut dibuat antara Pemohon


dengan pribadi Lee Byung Tae, maka oleh karenanya dalam
perjanjian tersebut TIDAK dibubuhi Stempel Termohon,

41
sementara apabila Termohon membuat surat atau perjanjian
dengan pihak lain SELALU dibubuhi Stempel.

(Bukti T-4, 5 dan mohon dilihat Bukti T-26,27,29,30)

3. Bahwa perjanjian tersebut di atas yang dibuat antara Pemohon


dengan pribadi Lee Byung Tae, adalah sebagai Undang-Undang
yang berlaku bagi kedua belah pihak tersebut (Pasal 1338 KUH
Perdata) dan tidak membawa kerugian bagi pihak ketiga (Pasal
1340 KUH Perdata)
4. Bahwa mengingat kata-kata dari perjanjian tersebut di atas
sudah jelas, maka tidaklah diperkenankan untuk menyimpang
dari padanya dengan jalan penafsiran (pasal 1342 KUH
Perdata), sementara secara jelas-jelas Pemohon telah membuat
tafsiran sendiri untuk dijadikan sebagai dasar-dasar hukum
permohonan pernyataan pailit Pemohon;

5. Bahwa berdasarkan uraian di atas, terbukti secara sah dan


meyakinkan bahwa antara Pemohon dengan Termohon (PT.
Intelligence Multimedia Solutions) TIDAK PERNAH membuat
dan/menanda tangani LOAN AGREEMENT, 28 May 2002
(vide Bukti P-1), dan oleh karenanya permohonan pernyataan
pailit yang diajukan Pemohon terhadap Termohon adalah salah
alamat karena tidak berdasarkan hukum;

Bukti T-6,7
III. Antara Pemohon dengan Termohon tidak mempunyai hubungan
hukum sehigga Pemohon tidak dapat berkapasitas sebagai Kreditur
terhadap Termohon.
1. Bahwa setoran dan/pengiriman uang Pemohon (vide Bukti P-2
s/d 10) adalah sebagai tindak lanjut dari perjanjian (vide Bukti
P-l), yang dibuat antara Pemohon dengan pribadi Lee Byung
Tae (bukan dengan Termohon), yang apabila sampai dengan

42
tanggal 30 Juli 2002, Lee Byung Tae (pihak Pertama) tidak
mampu mengembalikannya, akan langsung dikonversikan
menjadi saham dan diperhitungkan dari saham milik pribadi
Lee Byung Tae.

2. Adapun biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon untuk


biaya tiket dan perjalanan untuk Mr. Choi dan Mr. Park (Vide
Bukti P-11), adalah sama sekali TANPA adanya persetujuan
sebelumnya dari Termohon, maka oleh karenanya Termohon
tidak dapat dikenakan beban untuk bertanggung jawab dan
membayar biaya tersebut (vide Bukti P -11), serta mengenai hal
ini mohon bukti-bukti dari Pemohon.

3. Bahwa secara jelas setoran dan/pengiriman uang oleh Pemohon


(vide Bukti P-2 s/d 9) adalah terbukti merupakan pinjaman
pribadi Lee Byung Tae dan sama sekali bukan pinjaman
Termohon.

4. Bahwa kemudian Pemohon ikut bergabung dengan Termohon


(PT. Intelligence Multimedia Solution) sejak bulan April 2002
dan sampai dengan saat ini belum ada secara resmi surat
pengunduran diri Pemohon kepada Termohon.
Bukti T-8 s/d 12

IV. Termohon tidak mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.

1. Bahwa sesuai dengan fakta yang dapat dibuktikan secara


sederhana, hubungan antara pihak Termohon dengan pihak
kreditur-kreditur lain sampai dengan saat ini masih berjalan
dengan baik dan sama sekali tidak mempunyai hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih, yaitu :

Dengan PT. Centrin Online Tbk


(Bukti T-13 s/d 18)

43
Dengan PT. Sahid Jaya Hotel Jakarta
(Bukti T-19)

Dengan PT. Speed Net


(Bukti T-20 s/d 27)

Dengan PT. Astra Sedaya Finance


(Bukti T-28 s/d 35)

Dan karenanya Termohon juga minta terhadap masalah kreditur-


kreditur tersebut di atas dibebankan pembuktian secara hukum pada
Pemohon dipersidangan.

2. Bahwa mengenai kreditur Iain (Roonets CO.,LTD), yang oleh


Pemohon dinyatakan bahwa adanya kewajiban hutang yang wajib
dibayar oleh Termohon adalah tidak benar, maka oleh karenanya
dengan ini Termohon juga minta terhadap masalah kreditur lain
(Roonets CO.,LTD) dibebankan pembuktian secara hukum pada
Pemohon di persidangan.

3. Bahwa sesuai dengan fakta yang dapat dibuktikan secara sederhana,


bahwa kreditur lain (Ir. Machnizam Machnin) adalah “Karyawan”
yang bekerja pada Termohon (PT. Intelligence Multimedia Solu­
tions) sejak bulan Februari 2002 sampai dengan bulan Agustus 2002,
adapun kapasitas dari Ir. Machnizam Machin sebagai salah satu
Kreditur adalah tidak berdasar dan terlalu dipaksakan, oleh karenanya
dibebankan pembuktian secara hukum pada Pemohon di persidangan.

V. Kreditur lain yang diajukan Pemohon Tidak Terbukti.

1. Bahwa Pemohon mengajukan PT. Centrin Online Tbk, PT.


Sahid Jaya Hotel Jakarta, PT. Speed Net, Roonets Co., LTD.,
PT. Astra Sedaya Finance dan Ir. Machizam Machin, sebagai
kreditur “tanpa” dapat membuktikan bahwa benar Termohon
masih memiliki hutang kreditur-kreditur tersebut, dan sesuai
dengan hukum pembuktian, maka Pemohon diwajibkan untuk
dapat membuktikan tagihan kreditur-kreditur tersebut ada

44
dengan cara menghadirkan kreditur-kreditur tersebut serta
menunjukkan bukti-bukti tagihan kepada Termohon.

2. Bahwa dalam hal Pemohon tidak dapat membuktikannya, maka


adalah sangat wajar dan beralasan apabila Majelis Hakim
mengesampingkaan dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon
sehubungan kreditur-kreditur lain, mengingat Pasal 1902 KUH
Perdata; Siapa yang mendalilkan wajib untuk membuktikan.
Dengan demikian Pemohon tidak dapat membuktikan bahwa
secara sederhana persyaratan untuk dapat dinyatakan pailit
sesuai dengan Pasal 1 ayat 1 di persidangan.

VI. Persyaratan dalam Pasal 1 Ayat 1jo. Pasal 6 ayat 3 Tidak Terpenuhi.

l'. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 UU


Kepailitan, Pemohon tidak dapat membuktikan secara sederhana
bahwa Termohon memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih kepada Pemohon yang telah m engajukan
permohonan pailit ini;

2. Bahwa sesuai dengan fakta-fakta dari Termohon yang telah


terbukti atau dalil-dalil, Pemohon tidak dapat dibuktikan secara
sederhana dalam persidangan (termasuk kapasitas Pemohon
sebagai kreditur yang sah ataupun menagih Pemohon yang harus
terbukti secara sederhana terhadap Termohon), maka adalah
wajar dan sangat beralasan aapabila Pengadilan N iaga
menyatakan bahwa persyaratan dalam pasal 1 ayat 1jo. Pasal 6
ayat 3 tidak terpenuhi;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan sebagaimana yang dikemukakan di


atas, maka sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang
Kepailitan (Staatblad Tahun 1905 Nomor 217 jo. Staatblad Tahun 1906
Nomor 348), sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Peraturan

45
Pemerintah Pengganti Undang-undang nomor 1 tahun 1998 tentang
perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan yang ditetapkan yang
menjadi Undang-Undang dengan UU No. 4 tahun 1998, selanjutnya
Termohon mohon agar kiranya M ajelis Hakim Pengadilan Niaga
Jak arta Pusat dalam perkara K epailitan No. 0 8 /P ailit/2 0 0 3 /
PN.NIAGA.JKT.PST., berkenan untuk memutuskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Menolak atau menyatakan tidak menerima permohonan pernyataan
pailit Pemohon seluruhnya tanpa terkecuali.
2. Menetapkan biaya perkara ditanggung oleh Pemohon.

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya,


Pemohon mengajukan bukti-bukti berupa fotocopy surat-surat yang telah
diberi materi yang cukup dan masing-masing diberi tanda sebagai
berikut:
1. Bukti P-1A : Perjanjian Pinjaman tertanggal 28 Mei 2002,
yang dibuat oleh dan antara Pemohon
dengan Termohon;.......................................
2. Bukti P-2 s/d P-10 : Lihat Daftar Alat Bukti Dan Keterangannya
tertanggal 28 Maret 2003;...........................

3. Bukti P -11 dan P -12 : Lihat Daftar Alat Bukti dan keterangannya
tertanggal 28 Maret 2003;...........................
4. Bukti P-18 s/d P-21 : Lihat Daftar Alat Bukti Dan Keterangannya
tertanggal 28 Maret 2003;...........................
5. Bukti P-22 : K artu Tanda Penduduk atas nama
Machnizam Machnin;...................................
6. Bukti P-23 : Surat Pernyataan Ir. Machizam Machnin,
tertanggal 14 April 2003;.............................

7. Bukti P-24 Bukti Gaji Ir. Machnizam Machnin dari


bulan Februari 2002, Maret 2002, April

46
2002, Mei 2002, Juni 2002, Juli 2002, dan
September 2002;..... ......................................

M enimbang, bahwa untuk mem perkuat dalil sangkalannya


Termohon mengajukan bukti berupa fotocopy surat-surat yang telah
diberi materi secukupnya dan masing-masing diberi tanda ; ................ .

1. Bukti T-l : Akta tanggal 17 Mei 2000, Nomor: 12 tentang Akta


Pendirian perseroan terbatas PT. Aromaladdin
Indonesia, yang dibuat di hadapan Ny. Tati Nurwati,
SH Notaris di Jakarta;..............................................
2. Bukti T-2 : Akta tanggal 22 Juni 2001, Nomor: 3, Tentang Akta
Perubahan PT. Intelligence Multimedia Solutions,
yang dibuat di hadapan Ny Zaenab, SH Notaris &
PPAT di D epok;.... .......-...........................................

3. Bukti T-3 : Akta tanggal 11 Maret 2002, Nomor : 3, Tentang


Akta Pernyataan Keputusan Rapat, yang dibuat di
hadapan Drs. Zarkasyi Nurdin, SH notaris & PPAT
di Jakarta Selatan;.........................................

4. Bukti T-4 : Surat Termohon tertanggal 30 Agustus 2002, yang


ditujukan kepada pihak Hotel Borobudur Jakarta;

5. Bukti T-5 : Surat Termohon tertanggal 21 Oktober 2002, yang


ditujukan kepada pihak Hotel Sahid Jaya Jakarta;

6. Bukti T-6 : Loan Agreement, yang dibuat antara Pemohon


dengan Lee Byung Tae, tertanggal 28 Mei 2002;

7. Bukti T-7 : Terjemahan dari Loan Agreement, yang dibuat


antara Termohon dengan Lee Byung Tae, tertanggal
28 Mei 2002, yang dibuat oleh Drs. Hendra Tanu
Atmadja, SH., MH., MIP., LLM., English and
M andarin A uthorized & Sworn T ran slato r
(governor’s Decrees No. 1190/82 No. 675/89);

47
8. Bukti T-8 : Email yang dibuat oleh Pemohon, tertanggal 6 Mei
2002, yang ditujukan kepada Lucas Jh. Shim;

Email yang dibuat Oleh Pemohon, tertanggal 3 Mei


20Q2, yang ditujukan kepada Erricho;

9. Bukti T-9 : Email yang dibuat oleh Pemohon, tertanggal 26 Juli


2002, yang ditujukan kepada Yulistiana Hans;

10. Bukti T-10 : Email yang dibuat oleh Pemohon, tertanggal 28


Agustus 2002, yang ditujukan kepada Yulis;

11. Bukti T-11 : Email yang dibuat oleh Pemohon, tertanggal 9 Sep­
tember 2002, yang ditujukan kepada BTL;
12. Bukti T-12 : Email yang dibuat oleh Pemohon, tertanggal 19
September 2002, yang ditujukan kepada Yulis;

13. Bukti T-13 Bukti Setoran, tertanggal 3-1-2003 sebesar Rp.


17.050.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening internet billing statement dari PT. centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan 8 Desember 2002
dan 10 Desember 2002;
14. Bukti T-14 : Bukti Setoran, tertanggal 29-1-2003 sebesar Rp.
8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening intenet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan 8 Desember 2003
(berdasarkan No. Pelanggan 10109177);

15. Bukti T-15 : Bukti Setoran, tertanggal 27-2-2003 sebesar Rp.


8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening internet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan 10 Januari 2003
(berdasarkan No. Pelanggan 10109177);

16. Bukti T-16 : Bukti Setoran, tertanggal274-2-2003 sebesar Rp.


8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan

48
rekening internet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan 8 Februari 2003
(berdasarkan No. Pelanggan 10109177);
17. BuktiT-17A : Bukti Setoran, tertanggal 10-3-2003 sebesar Rp.
8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening internet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan 10 Februari 2003
(berdasarkan No. Pelanggan 10109177);
18. Bukti T-17B : Bukti Setoran, tertanggall2-4-2003 sebesar Rp.
8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening internet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan bulan Maret
2003, dengan No. 4234066/22252 (berdasarkan
No. Pelanggan 10109177);
19. BuktiT-17C : Bukti Setoran, tertanggal 12-4-2003 sebesar Rp.
8.525.000, - sebagai bukti pembayaran atas tagihan
rekening internet billing statement dari PT. Centrin
Online Tbk untuk tanggal tagihan bulan M aret
2003, dengan No. 4234067/22253 (berdasarkan
No. Pelanggan 10109177);
20. Bukti T-18 : Surat Pemberitahuan dari Hotel Sahid Jaya Jakarta,
yang ditujukan kepada Termohon, dengan No. 155/
P-IV/nie03, tertanggal 9 April 2003, yang berisi
bahwa Termohon tidak memiliki hutang kepada
pihak Hotel sahid Jaya Jakarta, terhitung tanggal 9
April 2003;

21. Bukti T-19 Tanda Terima Sementara, yang dibuat oleh Pihak
PT. Speed Net, tertanggal 18-10-2002, tentang telah
diterimanya uang sebesar Rp. 50.000.000,- dan Cek
No. BAL 002705 senilai Rp. 50.000.000,- sebagai
pembayaran pelunasan sebagian dari hutang;

49
22. Bukti T-20 : Kwitansi, yang dibuat oleh Pihak PT. Speed Net,
tertanggal 21 Januari 2003, tentang telah
diterimanya uang sebesar US.$ 3.000 sebagai
pembayaran untuk periode bulan Januari 2003;

23. Bukti T-21 : Kwitansi, yang dibuat oleh Pihak PT. Speed Net,
tertanggal 17 Februari 2003, tentang telah
diterimanya uang sebesar US.$ 3.000 sebagai
pembayaran untuk periode bulan Februari 2003;
24. Bukti T-22 : Kwitansi, yang dibuat oleh Pihak PT. Speed Net,
tertanggal 17 Maret 2003, tentang telah diterimanya
uang sebesar US.$ 3.000 sebagai pembayaran
untuk periode bulan Maret 2003;

25. Bukti T-23 : Surat Pernyataan bersama antara PT. Astra Inter­
national TBK dengan Termohon (No. Perjanjian :
01.100.103.00.012246.98) tertanggal 26 Novem­
ber 2001), tentang pembelian 1 (satu) unit mobil
Toyota Kijang SX 1.8 1 Ton MB/2001, Warna
Kuning Metalik No. Rangka : MHF11KF70 -
10034821, No. Mesin : &K - 0456992;

26. Bukti T-24 : Perjanjian pembiayaan antara PT. Astra Sedaya


Finance dengan Termohon (juncto No. Perjanjian
: 01.100.103.00.012246.8) tertanggal 26 Novenber
2001, tentang pembayaran oleh PT. Astra Sedaya
Finance, atas pembelian 1 (satu) unti mobil Toyota
Kijang SX 1.8 1 Ton MB/2001, Warna Kuning
Metalik, No. Rangka: M HFllKf70-10034821, No.
Mesin : 7K-0456992;
27. Bukti T-25 : Kwitansi, tertanggal 05-09-2002, yang dikeluarkan
oleh PT. Astra Sedaya Finance, sebagai bukti
pem bayaran/pelunasan dari Term ohon (No.
Perjanjian: 01.100.103.00.012246.8) tertanggal 26

50
November 2001 atas 1 (satu) unti mobil Toyota
Kijang SX 1.8 1 Ton MB/2001, Warna Kuning
Metalik, No. Rangka : MHF11KF70-10034821,
No. Mesin : 7K-0456992;

28. Bukti T-26 Surat Pernyataan Bersama antara PT. Astra Inter­
national Tbk dengan Termohon (No. Perjanjian :
01.100.103.00. 012247.6) tertanggal 26 November
2001 atas 1 (satu) unit mobil Toyota Kijang SX
1.8 1 Ton MB/2001, Wama Kuning Metalik, No.
Rangka: MHF11KF70-10034821, No. M esin: 7K-
04569925;
29. Bukti T-27 perjanjian pembiayaan antara PT. Astra Sedaya
Finance dengan Termohon (juncto tertanggal 26
November 2001, tentang pembayaran oleh PT.
Astra Sedaya Finance, atas pembelian 1 (satu) unit
mobil Toyota Kijang SX 1.8 1 Ton M B/2001,
W arna K uning M etalik, No. R an g k a :
MHF11KF70-10034878, No. M esin: 7K-0458295;
30. Bukti T-28 B ukti Setoran, tertanggal 06-02-2003 dari
Termohon sebesar Rp. 3.877.500, sebagai bukti
pembayaran atas cicilan mobil Toyota Kijang SX
1.8 1 Ton MB/2001, warna Kuning Metalik, No.
Rangka : MHF11KF70-10034878, No. M esin :
7K -0458295 (juncto No. P erjan jian
01.100.103.00. 012247.6) tertanggal 26 November
2001 yang ke-15 (dari 36x cicilan, yang dimulai
tanggal 5 Desember 2001);
31. Bukti T-29 B ukti Setoran, tertanggal 06-02-2003 dari
Termohon sebesar Rp. 3.870.000, sebagai bukti
pembayaran atas cicilan mobil Toyota Kijang SX
1.8 1 Ton MB/2001, Wama Kuning Metalik, No.
Rangka : MHF11KF70-10034878, No. Mesin :

51
7K-0458295 (juncto No. P erjan jian
01.100.103.00. 012247.6) tertanggal 26 November
2001 yang ke-16 (dari 36x cicilan, yang dimulai
tanggal 5 Desember 2001);

32. Bukti T-30 : Bukti Setoran, tertan g g al 06-02-2003 dari


Termohon sebesar Rp. 3.908.500, sebagai bukti
pembayaran atas cicilan mobil Toyota Kijang SX
1.8 1 Ton MB/2001, warna Kuning metalik, No.
Rangka : MHF11KF70-10034878, No. Mesin :
7K-0458295 (juncto No. Perjanjian
01.100.103.00. 012247.6) tertanggal 26 November
2001 yang ke-17 (dari 36x cicilan, yang dimulai
tanggal 5 Desember 2001);
33. Bukti T-31 : D etails o f Salary (Juli 2002) atas nama Ir.
Machnizam Machnin;
34. Bukti T-32 : Email yang dibuat oleh Ir. Machnizan Machnin,
tertanggal 29 Juli 2002, yang ditujukan kepada
Yulistianan;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat putusan ini segala hal
yang tercatat dalam Berita Acara Persidangan dianggap sebagai bagian
dari putusan ini;

Menimbang, bahwa akhirnya para pihak mohon putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon


adalah seperti tersebut di atas;
Menimbang, bahwa alasan-alasan dari permohonan Pemohon pada
pokoknya adalah sebagai berikut:

- Bahwa, pada tanggal 28 Mei 2002, antara Pemohon dengan


Termohon telah mengadakan perjanjian pinjaman, dimana Pemohon

52
bersedia memberikan pinjaman uang kepada Termohon sebesar USD
200,000 (dua ratus ribu Dollar Amerika Serikat) dengan bunga 24%
per-tahun, dan Pemohon telah melaksanakan isi dari Perjanjian
tersebut di atas, dengan jumlah total Rp. 450.000.000,- (empat ratus
lima puluh juta rupiah);

- Bahwa, selain itu Termohon juga telah menambah pinjamannya


kepada Pemohon sebesar Rp. 56.047.422,- (lima puluh enam juta
empat puluh tujuh ribu empat ratus dua puluh dua rupiah), jadi
jum lah total hutang Termohon kepada Pemohon adalah Rp.
506.047.422,- ( lima ratus enam juta empat puluh tujuh ribu empat
ratus dua puluh dua rupiah);

- Bahwa, walaupun Pemohon telah menegur Termohon untuk


membayar utangnya tersebut, tetapi sampai permohonan ini diajukan
ternyata Termohon belum juga membayar utangnya;

Menimbang, bahwa Termohon dalam tanggapannya, pada pokoknya


telah menyatakan hal-hal sebagai berikut:

- Bahwa, di dalam Loan Agreement/Perjanjian yang didalilkan oleh


Pemohon tersebut di atas, kedudukan dari Lee Byung Tae adalah
sebagai pribadi yang bekerja sebagai President Director dan juga
mempunyai saham pada Termohon, dan bukan dalam kedudukan
untuk dan atas nama atau mewakili Termohon, jadi perjanjian tersebut
adalah dibuat antara Pemohon dengan pribadi Lee Byung Tae;

- Bahwa, berdasarkan kata-kata dari perjanjian tersebut di atas maka


tidaklah diperkenankan untuk membuat penafsiran dari kata-kata
dalam perjanjian tersebut, seperti yang telah dilakukan oleh Pemohon
dan kemudian menjadikan dasar untuk permohonan Pailit;

Bahwa, dalam perjanjian antara Pemohon dengan pribadi Lee Byung


Tae tersebut, dikatakan bila sampai dengan tanggal 30 Juli 2002
tidak dikembalikan, akan langsung dikonversikan menjadi saham
dan diperhitungkan dari saham milik pribadi LKee Byung Tae;

53
Bahwa, biaya-biaya yang akan dikeluarkan oleh Pemohon untuk
biaya tiket dan perjalanan adalah sama sekali tanpa adanya
persetujuan dari Termohon;

Bahwa, berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka persyaratan pasal


1 ayaat 1 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998, tidak terpenuhi;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil permohonannya


Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti yang bertanda P -l sampai
dengan P-24, sedangkan Termohon untuk menguatkan dalil sangkalannya
telah mengajukan surat-surat bukti yang bertanda T-i sampai dengan
T-32;

Menimbang, bahwa untuk menyatakan debitur pailit haruslah


dipenuhi ketentuan Pasal 1 ayatl Undang-Undang Kepailitan Nomor 4
Tahun 1998, yang pada pokonya menyatakan “debitur yang mempunyai
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan
Pengadilan yang berwenang”;

Menimbang, bahwa dalam permohonan pailit unsur-unsur dari Pasal


1 ayat 1 UU kepailitan yang harus dibuktikan adalah :
Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur;

Debitur tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih;
M enim bang, bahwa selanjutnya M ajelis H akim akan
mempertimbangkan apakah permohonan Pemohon tersebut di atas
memenuhi unsur-unsur dari Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1998 tentang kepailitan tersebut di atas, yaitu sebagai berikut;
Menimbang, bahwa surat bukti dari Pemohon yang bertanda P -l jo
surat bukti Termohon yang bertanda T-7, adalah Loan Agreement atau
perjanjian Pinjaman antara Pemohon dengan Termohon, yang mana pada
pokoknya Pemohon telah bersedia memberikan pinjaman uang kepada

54
Termohon setinggi-tingginya US$ 200,000 (dua ratus ribu dollar Amerika
Serikat), dan telah diterima oleh Termohon sejumlah Rp. 450.000.000,-
(empat ratus lima puluh juta rupiah) (vide surat bukti yang bertanda P-2
sampai dengan P-9);

Menimbang, bahwa di dalam Pasal/butir 2 dari Loan Agreement


tersebut di atas pada pokonya menyatakan, jika sampai dengan tanggal
30 Juli 2002 Termohon/pihak pertama tidak dapat mengembalikan jumlah
pokok pinjaman yang telah diterima beserta bunganya, maka pinjaman
tersebut akan dikonversi menjadi saham;
Bahwa, ternyata menurut dalil Pemohon sampai saat ini Termohon
belum melaksanakan pembayaran kewajibannya tersebut di atas, dan
hutang pokok Termohon kepada Pemohon sampai saat ini adalah Rp.
506.047.422,-;

Menimbang, bahwa tanggal 30 Juli 2002 (vide butir 2 Loan Agree­


ment tertanggal 28 mei 2002) adalah batas waktu terakhir bagi Termohon
untuk membayar atau mengembalikan pinjamannya, maka pinjaman
tersebut akan langsung dikonversi menjadi saham, in casu karena ternyata
Termohon telah tidak dapat mengembalikan pinjamannya tersebut di atas
pada tanggal 30 Juli 2002, maka pinjaman tersebut sesuai dengan yang
telah disepakati oleh para pihak yang telah menandatangani perjanjian
tersebut, maka pinjaman tersebut harus dikonversi menjadi saham;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka


Majelis Hakim berpendapat, tanggal 30 Juli 2002 bukanlah tanggal jatuh
tempo bagi Termohon untuk melunasi utangnya, tetapi terhitung tanggal
tersebut utang Termohon harus dikonversi menjadi saham, dan oleh
karena mana maka yang dapat dituntut oleh Pemohon adalah agar
Termohon melaksanakan kewajibannya sesuai dengan yang telah
diperjanjikan antara para pihak tersebut di dalam perjanjian antara
Pemohon dengan Termohon tersebut di atas (vide Pasal 1338 KUHPdt),
karena Termohon telah cidera janji;

55
Bahwa, berdasarkan hal tersebut di atas, maka Majelis Hakim
berpendapat Termohon in casu bukanlah termasuk di dalam pengertian
Debitur sebagai mana yang dimaksud oleh Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Kepailitan Nomor 4 tahun 1998, dan oleh karena persyaratan yang
ditentukan dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan Nomor 4
Tahun 1998 tidak terpenuhi dan tidak terbukti, maka Permohonan Pailit
yang diajukan oleh Pemohon harus ditolak;

Menimbang, bahwa dengan adanya penolakan tersebut, maka surat-


surat bukti dan eksistensi pada kreditur lainnya selain yang telah
dipertimbangkan di atas dalam perkara ini tidak perlu dipertimbangkan
lagi;

Menimbang, bahwa permohonan pernyataan Pailit ditolak, maka


ongkos perkara dibebankan kepada Pemohon;

M em perhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 4


Tahun 1998 tentang kepailitan dan peraturan perundang-undangan lain
yang berkaitan dengan perkara ini;

MEMUTUSKAN

Menolak permohonan Pernyataan Pailit dari Pemohon;

Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sejumlah


Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

56
No. 08/Pailit/2003/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A khir:

1. P engadilan N iaga dalam pertim bangan hukum nya telah


mempertimbangkan persyaratan pernyataan pailit sebagaimana
diatur dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 jo
Undang-undang Nomor : 4 Tahun 1998 yaitu :

1. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur.

2. Debitur tidak membayar sedikitnya satu utang.

3. Utang debitur telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

Dengan mendasarkan pada ketentuan pasal / butir 2 dari Law agree­


ment (bukti P-l), Pengadilan berpendapat bahwa termohon pailit
bukanlah debitur dari pemohon pailit, karena tanggal 30 Juli 2002
sebagaimana tersebut dalam bukti P-l tersebut, tidak dapat diartikan
sebagai tanggal jatuh waktu bagi termohon pailit sebagai debitur
untuk melunasi utangnya kepada pemohon pailit selaku kreditur,
karena apabila hal ini terjadi maka pinjaman tersebut dikonversi
menjadi saham.

2. Pertimbangan di atas bila dihubungkan dengan ketentuan pasal 1


ayat (1) Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor :
4 Tahun 1998, memang sudah tepat yaitu syarat pernyataan pailit
yang dimajukan pemohon pailit tidak terbukti.

Tetapi bila ditinjau isi perjanjian Law agreement (bukti P-l), bahwa
apabila pada tanggal 30 Juli 2002, termohon pailit tidak melunasi
hutangnya kepada pemohon pailit, maka hutangnya akan dikonversi
menjadi saham, dapatlah disimpulkan bahwa termohon pailit cidera
janji / wanprestasi. Karena itu tidak dapat diartikan sebagai
pengertian hutang seperti ditentukan oleh pasal 1 ayat (1) Perpu
Nomor: 1 Tahun 1998 j o Undang-undang Nomor : 4 Tahun 1998.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

57
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

PUTUSAN MAJELIS HAKIM :


M ENG ABU LKAN PERM OHONAN PEM OHON PA ILIT
TERHADAP TERMOHON CV. WIRA MUSTIKA INDAH DAN
TERMOHON II TANSR1BENUA1

Milik
Perpustakaan
M a h k a m a h Agung - Ri

HUKUM NIAGA

59
, - / ■ ; • ■■ '

' ■' W ' ■ -'v v --Y'-OW. -

>ii« i M
‘lio lu izu q ia4!
i -u.-A duioujIdfiM

-■ " r ;/i - ;
SECARA HUKUM PIHAK TERMOHON I, II, III DAN IV
BERKEWAJIBAN MEMBAYAR SECARA TANGGUNG-
RENTENG KEPADA PEMOHON

• Pemohon Samsung Corporation mengajukan permohonan


pailit terhadap Termohon I CV. Wira Mustika Indah,
Termohon II Tansri Benuai, Termohon III Soesanto Leo,
Termohon IV Yulia Lupolo, berdasarkan alasan-alasan
antara lain :

- Bahwa pada Tanggal 13 Januari 1998 Pemohon telah


menandatangani Perjanjian hutang dengan Termohon I,
II, dimana Termohon I merupakan sekutu dari Termohon
II, UI dan IV sebesar US$ 20.221,526;

- Bahwa pada bulan Oktober 2001 Pemohon menegur


Termohon I dan II agar melunasi pinjaman pokok sebesar
US$ 13,378, 615 yang sudah jatuh tempo dan dapat
ditagih;

Oleh karenanya hutang Termohon I, II, III dan IV sudah


jatuh tempo dan dapat ditagih maka mohon kepada PN.
Niaga untuk menjatuhkan putusan, bahwa Termohon-
Termohon tersebut telah jatuh pailit dengan segala akibat
hukumnya.

• Berdasarkan dalil-dalil yang diajukan oleh Pemohon, pihak


Termohon I, II, IV dan II mengajukan jawabannya masing-
masing yang antara lain :

- Agar majelis hakim menerima eksepsi Termohon pailit


I, Termohon III dan Term ohon IV dan m enolak
permohonan pailit dari Pemohon, sebab para Termohon
tidak pernah mengetahui adanya hubungan hukum/
prestasi dan transaksi dagang antara Cv. Wira Mustika

61
Indah dengan Pemohon pailit, serta tidak ada salah satu
dalilpun yang menyebutkan adanya dua/lebih kreditur
para termohon pailit yang telah jatuh tempo;

- Menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan


oleh Pemohon PT.Samsung Corporation.

• Pertimbangan Hukum dan Putusan :

- Bahwa Termohon I, II, dan para sekutunya Termohon III


dan IV telah tidak pernah lagi membayar dan melunasi
hutang-hutangnya kepada Pemohon, walau sudah
beberapa kali ditagih;

- M enyatakan Termohon CV. Wira M ustika Indah,


Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo
dan Termohon IV Yulia Lupolo Intan berada dalam
keadaan pailit;

Membebankan biaya perkara ini kepada Termohon I, II,


III dan IV secara tanggung renteng;

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA


NO. 01/PAILIT/2003/PN. NIAGA. JKT.PST

DALAM PERKARA

Antara

Pem ohon:

Samsung Coorporation, yang beralamat di 310,2- Ka, Taepyung-


po, Chung-ku, Seoul, Korea, yang dalam hal ini diwakili oleh Kuasa
Hukumnya yang berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 5

62
September 2002 antara lain :
Amir Samsudin, SH, MH;
Subani, SH, MH
Aji Sekarmaji, SH, LLM
Edinas Sikumbang, SH
Masing-masing pengacara dari Kantor Pengacara Amir Samsudin
& Partners yang beralamat di Menara Sudirman, Lantai 9 Jin. Jend.
Sudirman Kav. 60 Jakarta

Melawan

Termohon:

1. CV. Wira Mustika Indah


Beralamat di Jin. Cideng Timur.No. 1 A Jakarta Pusat yang
dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya antara lain :
Menanti Panjaitan, SH
Benemay, SH, MH
Keduanya Pengacara dan Penasehat Hukum pada Kantor
Pengacara Wira Yustitia Law Office, yang beralamat di Jin.
Cideng Timur No. 1-A Jakarta Pusat, yang berdasrkan surat
kuasa khusus Tgl 23 Januari 2003;

2. Tansri Benui
Beralamat di Jin. AM. Sangaji No. 2-C Jakarta Pusat, yang
dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya antara lain :
Agung Sri Purnomo, SH
Mudarwan Yusuf, SH
Keduanya Advokat dan Pengacara pada Kantor Law Office
Agung Sri Purnomo & Partner Advokat & Legal Consultan,
yang beralamat di Wisma Sejahtera 4th Floor, Suite 409 Jin.
Jend S. Parman Kav. 75 Slipi Jakarta 11410, berdasarkan surat
kuasa khusus No. 05/G-Pn-Jp/01-AP/03 Tgl 27 Januari 2003;

63
3. Soesanto Leo
Beralamat di Jin Wuluh Blok IV No. 14 RT/RW009/06 Kota
Bambu, Jakarta Barat, yang dalam hal ini diwakili oleh :
Menanti Panjaitan, SH
Benemay, SH, MH
Keduanya Pengacara dan Penasehat Hukum pada Kantor
Pengacara Wira Yustitia Law Office, beralamat di Jin. Cideng
Timur No. 1-A Jakarta Pusat, yang berdasarkan surat kuasa
khusus Tgl 23 Januari 2003.

4. Yulia Lupolo Intan


Beralamat di Jin. Wuluh, Blok IV, RT 009, RW 006 Kota Bambu,
Jakarta Barat, yang dalam hal ini diwakili kuasa hukumnya:
Menanti Panjaitan, SH
Benemay, SH, MH
Keduanya Pengacara dan Penasehat Hukum Pada Kantor
Pengacara Wira Yustitia Law Office, yang beralamat di Jin.
Cideng Timur No. 1-A Jakarta Pusat, yang berdasarkan surat
kuasa khusus Tgl 23 Januari 2003

64
DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat perkaranya tertanggal


16 Januari 2003 yang ditanda tangani oleh Kuasa Hukumnya tersebut,
perkara mana telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat di bawah Register Perkara :
0 1/PAILIT/2003/PN.NIAGA. JKT.PST, tanggal 17 Januari 2003
mengemukakan permohonannya yang berisi hal-hal sebagai b erik u t:

1. Pemohon adalah suatu perusahaan yang didirikan menurut hukum


Korea dan berkedudukan di Korea (Bukti P-la, P- lb dan P-2a, P-
2b);

2. B ahw a pada tan g g al 13 Januari 1998, Pem ohon telah


.i. menandatangani suatu perjanjian dengan Termohon I, Termohon II
(Sdr. Tansri Benui atau juga bernama Sdr, Tan Beng Hoei) dan
PT. Wira Griya Mustika atau disingkat PT. Wira (Bukti P-31 dan
P-3b);

3. Bahwa di dalam perjanjian tersebut (vide Bukti P-3a dan P-3b)


dinyatakan bahwa Termohon I, Termohon II dan PT. Wira, secara
bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak Wira” (vide Bukti P -
3b halaman pertama bagian atas);

4. Bahwa pada halaman pertama dari perjanjian yang ditandatangani


pada tanggal 13 Januari 1998 tersebut, secara tegas dinyatakan bahwa
Pemohon telah memberikan kredit jumlah uang yang cukup besar
dalam US Dollar kepada CV. Wira/Termohon I (vide Bukti P-3a
dan P-3b pada halaman pertama bahagian tengah)-,

5. Bahwa jum lah hutang Termohon I (yang secara yuridis juga


merupakan hutang para sekutu-sekutunya, yakni Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV) kepada Pemohon tersebut sampai
dengan tanggal 13 Januari 1998 sebesar US$ 20,221,526.00 (dua
puluh juta dua ratus dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh enam

65
dollar Amerika Serikat). Jumlah ini secara tegas diakui oleh
Termohon I dan Termohon II di dalam Agreement For Settlement of
Debt (Perjanjian Penyelesaian Utang) tanggal 6 April 1998 yang
dilegalisir oleh Trismorini Asmawel, SH.CN., notaris pengganti di
Jakrta (Bukti P-4a halaman 2 bagian bawah dan P-4b halaman 3
bagian atas) -,
6. Bahwa oleh karena Termohon III dan Termohon IV adalah para
sekutu (partners) di dalam CV. Wira Mustika Indah/Termohon I
(Bukti P-5 dan P-6), maka secara yuridis, hutang Termohon I dan
Termohon II kepada Pemohon tersebut di atas juga merupakan
hutang Termohon III dan Termohon IV.
D engan kata lain,m enurut hukum, Term ohon I,Term ohon
II,Term ohon III, Termohon IV, secara tan ggu n g renteng
berkewajiban untuk melunasi hutang tersebut kepada pemohon.
Adapun dasar hukumnya adalah p a s a l 1282 KUH perdata
juncto pasal 18 KUH Dagang.
Bunyi pasal 18 KUH perdata, selengkapnya adalah sebagai berikut:

“Tiada perikatan dianggap tanggung menanggung melainkan


jika hal itu dinyatakan secara tegas. Aturan ini hanya
dikecualikan dalam hal-hal dimana suatu perikatan, karena
kekuatan suatu penetapan undang-undang, dianggap
tanggung-renteng.

Bunyi pasal 18 KUH Dagang selengkapnya adalah sebagai berikut:

“Dalam persekutuan firma, adalah tiap-tiap sekutu tanggung


menanggung bertanggung jawab untuk sepenuhnya atas
segala perikatan dari persekutuan
7. Bahwa untuk mengembalikan pinjaman Termohon I, Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV kepada Pemohon, PT Wira Griya
Mustika yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Termohon II
(vide Bukti P-4b pada halaman 2 bagian bawah), telah membuat

66
perjanjian-perjanjian notariil sebagai berikut:

a) Akta Notariil No. 6 tanggal 3 April 1998 tentang “Kuasa Untuk


Menjual” dibuat di hadapan Trismorini Asmawel, SH. CN.,
notaris pengganti di Jakarta (Bukti P-7) ;

Di dalam akta No. 6 tanggal 3 April 1998 tersebut, PT. Wira


Griya Mustika memberi kuasa kepada PT. Samsung Develop­
ment untuk menjual 29 bidang tanah milik PT Wira Griya
Mustika, Perlu ditegaskan di sini bahwa mayoritas- saham-
saham PT. Samsung Development dimiliki oleh Pemohon (279
saham) dan 1 (satu) saham dimiliki oleh Sdr. Hee Won Kim.
Hal ini dapat dilihat dalam akta Notariil No. 17 tanggal 9 Maret
2001 tentang “Risalah Rapat PT Samsung Development” yang
dibuat di hadapan nataris Elliza Asmawel, SH. (Bukti P-8
halaman 5 dan 6);

b) Akta Notariil No. 7 tanggal 3 April 1998 tentang “Kuasa


Pengurusan”, dibuat di hadapan Trismorini Asmawel, SH.CN,
notaris untuk pengurusan sertifikat 29 bidang tanah tersebut di
atas;

c) . Akta Natariil No. 8 tanggal3 April 1998 tentang “Pernyataan”


dibuat di hadapan Trimosrini Asmawel, SH,CN., notaris
pengganti di Jakarta (Bukti P-10),

Di dalam akta notariil No. 8 tanggal 3 April 1998 tersebut, secara


jelas dan tegas, dinyatakan hal-hal, antara lain sebagai
berikut:

- PT. Wira Griya Mustika telah memberikan kuasa untuk


menjual, memindahkan dan/atau melepaskan hak atas tanah
(29 bidang tanah tersebut di atas) kepada PT Samsung De­
velopment ;

Kuasa yang diberikan di dalam akta notariil No. 8 tersebut


tidak dapat ditarik kembali dan tidak akan berakhir dengan

67
alasan-alasan terjadinya salah satu kejadian yang disebut
dalam Pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata atau oleh suatu sebab lain;

8. Bahwa berdasarkan akta-akta notariil sebagaimana disebut pada butir


7 (tujuh) di atas, kemudian dibuatlah Akta Jual Beli No. 25/Ciracas/
2000 tanggal 27 Maret 2000 yang dibuat di hadapan PPAT Martina
Warmansyah, SH. (Bukti P-11) yakni jual beli tanah dengan sertifikat
HGB No. 80/Ciracas (Bukti P-12) antara PT. Wira Mustika selaku
Penjual dan PT Samsung Development selaku Pembeli;

9. Bahwa berdasarkan Pasal 5 dari Agreement For Settlement of Debt/


Perjanjian penyelesaian hutang (vide bukti P-4a dari P-4b) harga
bidang-bidang tanah terseb u t (29 bidang tanah) adalah
Rp. 51.403.950.000,- (lima puluh satu milyar empat ratus tiga juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), belum termasuk biaya
pengurusan sertifikat HGB. Untuk lebih jelasnya, Pemohon
mengutip ketentuan Pasal 5 tersebut:

“Untuk maksud dari akta ini, pihak-pihak telah sepakat bahwa


harga jual dari tanah-tanah yang akan dialihkan kepada Pihak
Pertama, atau anak perusahaannya, atau pihak mana pun
ditunjuk oleh Pihak Pertama, adalah bernilai RP.
51.403.950.000,- (lima puluh satu milyar empat ratus tiga juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), belum termasuk biaya
pengurusan sertifikat HGB, jika termasuk biaya-biaya, maka
hargajual harus lebih tinggi dari angka tersebut di atas. Kedua
belah pihak setuju bahwa jumlah setara dalam mata uang US$
akan ditetapkan kemudian berdasarkan kesepakatan antara
pihak-pihak.
10. Bahwa pada tanggal 27 Maret 2000, nilai US$ terhadap rupiah
adalah US$ 1 = Rp. 7.512,- (Bukti P-13). Dengan demikian, harga
jual 29 bidang tanah (yang sekarang ini telah dibuatkan sertifikat
dengan sertifikat HGB No. 80/Ciracas) adalah :

68
Rp. 51.403.950.000,-: 7.512,-= 6.842.911 atau = US$6,842,911.00
(enam juta delapan ratus empat puluh dua ribu sembilan ratus sebelas
dollar Amerika Serikat);

11. Bahwa berdasarkan perhitungan pada butir 10 (sepuluh) tersebut di


atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada saat terjadinya transaksi
jual-beli tanah HGB No. 80/Ciracas, yakni pada tanggal 27 Maret
2000 (vide Bukti P - ll), “hutang pokok” Termohon I, Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV kepada Pemohon adalah :

US$ 20,221,526.00 d ik u ra n g i US$ 6,842,911.00 = US$


13,378,615.00 (tiga belas juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu
enam ratus lima belas dollar Amerika Serikat);

12. Bahwa pada bulan Oktober tahun 2001, Pemohon mulai menegor
atau memperingatkan Termohon I dan Termohon II untuk melunasi
pinjaman tersebut kepada Pemohon, dengan surat-surat peringatan
(tegoran) sebagai berikut:

a) Surat No. 1203/AS/01 tanggal 1 Oktober 2001 dari kuasa hukum


Pemohon, ditujukan kepada Termohon I/CV. Wira Mustika
Indah (Bukti P -14);

b) Surat No. 1205/AS/01 tanggal 1 Oktober 2001 dari kuasa hukum


Pemohon, ditujukan kepada Termohon II/sdr. Tansri Benui
(Bukti P-15);

13. Bahwa Termohon II, melalui kuasa hukumnya dengan suratnya No.
040/WYLO/S/X/01 tanggal 8 Oktober 2001 telah menanggapi surat
peringatan /tegoran dari kuasa hukum Pemohon (Bukti P -16). Surat
Termohon II No. 040/WYLO/S/01 tersebut, memberikan atau
m engungkapkan fakta-fak ta yang jika dilihat dari h ukum
pembuktian, mempunyai nilai yuridis, yakni:

a) Termohon II tidak menyangkal adanya fakta bahwa Termohon


I (CV Wira Mustika Indah) dan Termohon II (perlu ditegaskan

69
bahwa harta kekayaan CV dan sekutu-sekutu dalam CV secara
yuridis merupakan harta yang tidak terpisahkan) pada per 13
Januari 1998 mempunyai hutang kepada Pemohon sebesar US$
20,221,526 dikurangi dengan nilai atau harga jual bidang tanah
yang kemudian disertifikatkan menjadi sertifikat HGB No. 80/
Ciracas ;
bj Meskipun Termohon II menyangkal keabsahan pihak yang
mewakili Samsung Corporation dalam Agreement For Settle­
ment of Debt/Perjanjian Penyelesaian Hutang (Vide bukti P-
4a dan P-4b) dan yang mewakili Samsung Corporation dalam
perjanjian tanggal 13 Januari 1998 (Vide Bukti P-3a dan 3b),
penyangkalan yang dem ikian itu, secara yuridis tidak
mengakibatkan hapusnya hutang Termohon I, Termohon II
dan sekutu-sekutu lainnya (Termohon III dan Termohon IV)
kepada Pemohon, karena hutangnya sendiri tidak disangkal;

c) Secara yuridis penyangkalan terhadap keabsahan pihak yang


menandatangani/ mewakili dalam suatu perjanjian, semestinya
berasal atau datang dari pihak yang diwakili, yang dalam kasus
ini, semestinya berasal atau datang dari Samsung Corporation
(Pemohon) dan bukan dari Termohon II;

14. Bahwa Termohon I. melalui kuasa hukumnya, dengan suratnya No.


041/WYLO/S/X/01 tanggal 8 Oktober 2001 telah menanggapi surat
peringatan/tegoran dari kuasa hukum Pemohon (Bukti P-17). Dalam
suratnya tersebut, Sdr. Soesanto Leo (Termohon III) dalam
kapasitasnya sebagai Direktur CV Wira Mustika Indah (Termohon
I) menyatakan tidak mengetahui adanya Agreement For Settlement
tanggal 6 April 1998 dan Agreement 13 januari 1998 tersebut di
atas. Pernyataan Termohon I (CV Wira Mustika Indah yang diwakili
Direkturnya) yang demikian itu tidak perlu dipertimbangkan, karena
sekutu Termohon I yakni Termohon II (Sdr. Tansri Benui) telah
mengakuinya dan pengakuan ini berlaku sebagai pengakuan sekutu-
sekutu lainnya (Termohon II, Termohon III dan Termohon IV);

70
15. B ahwa sehubungan dengan surat peringatan (tegoran) tersebut, untuk
kedua kalinya, Pemohon melalui kuasa hukumnya, mengirim surat
kepada Termohon I dan Termohon I I :

a) Surat No. 1265/AS/01 tanggal 11 Oktober 2001 (Bukti P-18);


b) Surat No. 1266/AS/01 tanggal 11 Oktober 2001 (Bukti P -19)’
16. Bahwa kemudian, Termohon I dan Termohon II, melalui kuasa
hukumnya, telah memberikan jawabannya dengan surat-suratnya
sebagai berikut:

a) Surat No. 047/WYLO/S/XI/01 tanggal 2 Nopember 2001 (Bukti


P-20);
b) Surat No. 048AVYLO/S/XI/01 tanggal 2 Nopember 2001 (Bukti
P-21);

17. Bahwa dengan berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, secara


yuridis hutang pokok (principal) Termohon I, Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV kepada Pemohon sebesar VS$
13,378,615 (tiga belas juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu enam
ratus lima belas dollar Amerika Serikat) “telah jatuh tempo”, dengan
ketentuan bahwa mengenai bunga dan denda belum diperhitungkan;

18. Bahwa ternyata ada beberapa pihak-pihak yang juga merupakan


kreditur dari Termohon I dan Termohon II, Termohon III dan
Termohon IV (Tennohon 11, Termohon 11 dan Termohon IV adalah
para sekutu dalam Termohon I yang harta kekayaannya secara
hukum tidak terpisahkan dengan Termohon 1) dan hal ini dapat dilihat
di dalam Pengumuman Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) yang dimuat didalam surat kabar Media Indonesia, tanggal
31 Mei 2002 pada bagian yang memuat tentang “Daftar Debitur
Korporasi yang belum Direstrukturisasi" (Bukti P-22);
19. Bahwa oleh karena hutang Termohon I, Termohon II, Termohon III
dan Termohon IV telah jatuh tempo dan krediturnya lebih dari 1
(satu), Pemohon memohon kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan

71
Negeri Jakarta Pusat untuk menjatuhkan putusan yang menyatakan
Termohon I, Termohon II, Termohon III dan Termohon IV “pailit”
dengan segala akibat hukumnya;

20. Bahwa untuk menyelenggarakan pemgurusan harta pailit, Pemohon


dengan ini mengajukan permohonan kepada Pengadilan Niaga di
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menunjuk kurator di bawah
in i:

- Sdr. Yan Apul, SH


d/a. Kantor Advokat & Konsultan hukum “Yan Apul & Rekan”,
Menara Thamrin, Lantai 21, Suite 2102,
Jl. M.H. Thamrin, Kav. 3,
Jakarta 10250
21. Bahwa oleh karena Termohon I, Termohon II, Termohon III dan
Termohon IV telah dinyatakan jatuh pailit, maka untuk mengawasi
pelaksanaan pembagian harta pailit kepada para kreditur, Pemohon
mengajukan kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat untuk menunjuk dan mengangkat hakim pengawas;

Berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, Pemohon dengan ini


mohon kepada Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
untuk menjatuhkan putusan dalam perkara ini yang amarnya berbunyi
sebagai berikut :

M engadili:
1. M enerim a dan m engabulkan perm ohonan Pem ohon untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan Termohon I, Termohon II, Termohon III dan Termohon
IV, pailit dengan segala akibat hukumnya;

3. Menunjuk nama kurator dibawah ini untuk melakukan pengurusan


terhadap harta p ailit:

72
- Sdr. YanApul, SH
d/a. Kantor Advokat & Konsultan Hukum “YanApul & Rekan”,
Menara Thamrin, Lantai 21, Suite 2102
Jl. M.H. Thamrin, Kav 3,
Jakarta 10250

4. Menunjuk dan mengangkat hakim pengawas untuk melakukan


pengawasan terhadap pembagian harta-harta pailit tersebut;

5. Menyatakan biaya permohonan kepailitan ini dibebankan kepada


Termohon I, Termohon II, termohon III dan Termohon IV;

Menimbang, bahwa setelah dilakukan panggilan secara patut


menurut hukum, maka pada hari sidang pertama telah ditetapkan tanggal
24 januari 2003 Pemohon hadir dipersidangan yang diwakili oleh Kuasa
Hukumnya Subani, SH.MH., Aji Sekarmaji, SH.LLM.M. dan Edinas
Sikumbang, SH, masing-masing selaku pengacara dari Kantor Pengacara
Amir Syamsuddin & Partners, berdasarkan Surat Kuasa Khusus yanggal
6 Januari 2003 dengan No. Register 0007/PA/03, dan hadir pula
Termohon I, II, II dan IV yang diwakili oleh kuasa hukumnya SH,
Menanti Panjaitan, SH., Benemay, SH, MH, Para Pengacara dan
Penasihat Hukum, pada Kantor Pengacara Wira Yustitia Law Office,
akan tetapi surat kuasa belum siap ;

Menimbang, bahwa pada hari sidang kedua tanggal 29 Januari 2003


Pemohon hadir dipersidangan yang diwakili oleh Kuasa Hukumnya, dan
hadir pula Termohon I, III, IV yang diwakili oleh Kuasa Hukumnya SH,
Menanti Panjaitan, SH., Benemay, SH,MH, Para Pengacara, pada Kantor
Wira Yustitia Law Office beralamat di Jalan Cideng Timur 1-A,Jakarta
Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 23 Januari 2003. Untuk
Termohon II datang kuasa hukumnya Agung Sri Pumomo, SH dan
Mudrawan Yusuf, SH, Advokat dan Pengacara yang berdomisili hukum
di kantor Agung Sri Pumomo & Partner beralamat di Wisma Sejahtera 4
th Floor. Suite 409 Jalan Jenderal S. Parman Kav. 75 Slipi, Jakarta
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. 05/G-Pn-Jp/0! -AP/03 tanggal 27

73
Januari 2003, sedangkan untuk Kreditur lain pada tanggal 30 Januari
2003 hadir kuasanya Dien Kuswardhini, SH, Pegawai Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) beralamat di Wisma Bank Danamon, Lantai
15, Jalan Jenderal Sudirman Kavling 45-46 Jakarta, akan tetapi surat
kuasa belum siap dan surat kuasa tersebut diserahkan pada persidangan
berikutnya pada tanggal 4 Pebruari 2003 yaitu dengan Surat Kuasa
Khusus No. SRKA.-29/BPPN/0103 tanggal 13 Januari 2003;
Menimbang, bahwa selanjutnya pemeriksaan perkara dilanjutkan
dengan membacakan perm ohonan pem ohon yang isinya tetap
dipertahankan oleh Pemohon dan tidak ada perubahan;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan pailit dari Pemohon,


Termohon I, Termohon II dan Termohon III Tergugat I, Tergugat II,
Tergugat III dan Tergugat IV didalam surat Jawaban, masing-masing
untuk Tergugat I,Tergugat II, Tergugat III tertanggal 17 Januari 2002
dan tanggal 21 Januari 2002 serta Tergugat IV tertanggal 16 Januari 2002,
yang selain mengajukan jawaban penyangkalan juga telah mengajukan
Eksepsinya, sebagai berikut;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan pailit dari Pemohon,


Termohon I, Termohon III dan Termohon IV telah m engajukan
tangapannya, begitu pula dengan Termohon II telah mengajukan
tanggapannya yang masing-masing tertanggal 29 Januari 2003, sebagai
berikut:

1. TANGGAPAN DARI TERMOHON PAILIT I.

DALAM EKSEPSI:

1. Permohonan Pailit salah Menentukan Pihak (Error In


Persona)
Bahwa Termohon Pailit I menolak dan membantah dengan tegas
Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit, karena
Permohonan Pailit tersebut salah dalam menentukan pihak-

74
pihak yang berperkara, dengan alasan sebagai berikut:

1.1. Bahwa Permohonan Pailit 17 Januari 2003 yang telah


didaftar di Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat,
adalah cacat hukum karena Pemohon Pailit telah salah
dalam menarik dan menentukan pihak, sebagai pihak
Termohon Pailit dalam perkara a quo. Sebab berdasarkan
fakta dan keadaan hukum, bahwa Termohon pailit tidak
memiliki hubungan hukum/perikatan dan transaksi dagang
apapun dengan Pemohon Pailit, Termohon Pailit I,sebagai
suatu Perseroan Komanditer yang mempunyai struktur dan
kepengurusan (Direksi), tidak pernah mengetahui dan/atau
tidak pernah memberikan Kuasa kepada Tn. TANSRI
BENUI, untuk melakukan hubungan hukum/ perikatan
untuk menandatangani perjanjian-perjanjian, ataupun untuk
melakukan transaksi dagang apapun dengan Pemohon
Pailit;

1.2. Bahwa CV. WIRA MUSTIKA INDAH, in cassu Termohon


Pailit I, yang Anggaran Dasarnya didirikan berdasarkan
Akta No. 6 tanggal 7 Juni 1976, dibuat dihadapan Ny. S.S.
ABDOEL SJOEKOER, SH, Notaris/PPAT di Jakarta, yang
telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dibawah Register No.:2442, tanggal 9 Juni
1976, (Bukti T.l), yang dirobah dengan perobahan pada
tanggal 22 Juli 1994 dengan Akta No. 109, yang dibuat
dihadapan J.E. MAOGIMON, SH, Notaris/PPAT di Jakarta,
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dibawah Register No.: 701/1994, (Bukti T.2), tanggal 28
Juli 1994, dengan posisi sebagai berikut:

- Tn.Soesanto Leo, sebagai Direktur;


- Ny. Yulia Lupolo Intan, selaku Pesero Komanditer/
Pasif;

75
- Tn. Tansri B enui, selaku Pesero K om anditer/
Pasif;

1.3. Bahwa dengan posisi seperti tersebut di atas Tn. Tansri


Benui, sebagai Pesero Pasif tidak berwenang untuk
melakukan transaksi dan tindakan hukum apapun untuk
mengatasnamakan dirinya sebagai wakil dari CV. WIRA
MUSTIKA INDAH tersebut di atas. Bahkan pada tanggal
03 Pebruari 1998, Tn. Tansri Benui, telah mengundurkan
diri dari kedudukan sebagai Pesero Komanditer/pasif dari
CV. WIRA MUSTIKA INDAH, sebagaimana ternyata dari
naskah Pengeluaran P ersero Dan Perobahan Serta
Penetapan kembali Anggaran Dasar Perseroan Komanditer
CV. WIRA MUSTIKA INDAH (Bukti T.3);

1.4. Bahwa Termohon Pailit I seperti terbukti dalam beberapa


kali hubungan su rat m enyurat dengan Pem ohon
Pailit,seperti Surat No. 041/WYLO/S/01, tanggal 8 Oktober
2001 dan Surat No.: 048/W YLO/S/XI/01, tanggal 2
Nopember 2001, (Bukti T.4 dan T.5), telah menegaskan
dengan jelas, bahwa Termohon pailit I tidak pernah
mengetahui perihaladanya hubungan hukum/perikatan
berupa penandatanganan Surat Perjanjian, surat Pengakuan
Hutang antara CV. WIRA MUSTIKA INDAH dengan
pihak Pemohon Pailit;

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, terbukti dengan jelas


bahwa Termohon Pailit I in cassu CV. WIRA MUSTIKA INDAH,
tidak pernah melakukan hubungan hukum/prestasi dan transaksi
dagang apapun dengan pihak Pemohon Pailit. Dengan demikian
Pemohon Pailit dari Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit I adalah
cacat hukum karena salah dalam menentukan pihak ;

76
2. Permohonan Pailit Kabur (Obscuur Libel)

2.1. Bahwa Permohonan Pailit yang diajukan Pemohon Pailit


kabur dan tidak jelas, oleh karena Pemohon Pailit
mencampuradukkan tanggung jawab hukum Perseroan
Komanditer (CV) dengan tanggung jawab hukum pribadi-
pribadi pesero pasif pada CV dan tidak menjelaskan secara
rinci tentang tanggungjawab masing-masing Termohon
pailit;
2.2. Bahwa Permohonan Pailit yang diajukan pemohon pailit
tidak menyebutkan secara jelas kreditur lain dari Pemohon
Pailit, sedangkan Permohonan Pailit dapat diajukan apabila
ada 2 (dua) atau lebih kreditur, sebagaimana disyaratkan
dalam pasal 1, ayat (1) Undang-undang No. 4 tahun 1998
tentang kepailitan, yang menyebabkan Permohonan Pailit
dari Pemohon pailit menjadi kabur;

2.3. Bahwa permohonan Pailit yang diajukan Pemohon Pailit


tidak menguraikan secara jelas, perihal jatuh tempo hutang
yang didalilkan Pemohon pailit terhadap Termohon pailit
I, yang menyebabkan Permohonan Pailit tersebut menjadi
kabur;

3. Perm ohonan P ailit Tidak Dapat D ikabulkan Secara


Sederhana
Bahw a Perm ohonan P ailit dari Pem onon P ailit tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat
(3) Undang-undang No. 4 tahun 1998tentang Kepailitan.
Dimana pasal 6 ayat (3) tersebut mensyaratkan tentang
adanya pembuktian secara sederhana, dalam arti bahw a
perkara a quo tidak sederhana, sebab masalah tidaknya hutang
pihak Termohon p ailit kepada Pem ohon P ailit, m asih
disengketakan di Pengadilan negeri Jakarta Selatan dalam
Perkara No. 262/Pdt,G/2002/PN.JKT.TIM., (Bukti T.6 dan T.7),

77
dimana kedua perkara tersebut belum mempunyai kekuatan
hukum tetap. Dengan demikian Permohonan Pailit yang
diajukan oleh Pem ohon P ailit tidaklah sederhana
Pembuktiannya. Bahwa oleh karena pembuktiannya tidak
sederhana membuktikan pula bahwa Permohonan Pailit yang
diajukan oleh Pemohon Pailit dalam perkara a quo bukan
kewenangan Penagdilan Niaga, melainkan kewenangan
Pengadilan N egeri;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Termohon Pailit I
memohon kepada pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sebelum
memeriksa Pokok Perkara terhadap perkara a quo, berkenan untuk
menerima Eksepsi pailit dan memutus sebagai berikut:

1. Menolak Permohonan Pailit dari permohonan pailit;

2. Menyatakan Permohonan Pailit dari Pemohon Pailit tidak dapat


diterim a;

3. Menyatakan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak berwenang


untuk memeriksa dan mengadili Permohonan Pailit ini ;

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang diuraikan dalam Eksepsi adalah merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pokok perkara ini;
2. Bahwa Termohon Pailit menolak dengan tegas keseluruhan dalil-
dalil dari Pemohon Pailit, kecuali terhadap hal-hal yang diakui
kebenarannya secara tegas oleh Termohon Pailit I;

3. Bahwa sebagaimana Termohon Pailit I dalilkan dalam Eksepsi,


dimana Termohon Pailit I tidak pernah mengetahui adanya hubungan
hukum/prestasi dan transaksi dagang antara CV. WIRA MUSTIKA
INDAH in cassu Termohon Pailit I dengan Pemohon Pailit, namun
membaca dan mencermati dalil-dalil Pemohon Pailit, Permohonan
Pailit tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud

78
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
kepailitan, yaitu:

- Adanya Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur ;

- Tidak membayar sedikitnya saru hutang;

- Hutang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

4. Bahwa secara jelas dan keseluruhan dalil-dalil Pemohon Pailit dari


Pemohon Pailit, tidak satu dalilpun yang menguraikan adanya dua
atau lebih Kreditur para Termohon Pailit yang telah jatuh tempo,
dengan demikian mnembuktikan secara jelas, bahwa Permohonan
Pailit dari Pemohon pailit tidak berdasar hukum, oleh karenanya
Permohonan Pailit yang demikian haruslah ditolak atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

5. Bahwa demikian juga tentang hutang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih tempo, dalam Permohonan Pailit dari Pemohon Pailit
tidak satu dalilpun yang menjelaskan dan meguraikan tentang kapan
hutang dari para Termohon Pailit tersebut jauth tempo dan berapa
jumlah hutang yang sebenarnya, yang ditetapkan secara bersama-
sama antara Kreditur dengan Debitur, bukan jumlah hutang yang
ditetapkan secara sepihak oleh Pemohon Pailit. Dengan demikian
Perm ohonan P ailit dari Pemohon P ailit harus d ito lak dan
dikesam pingkan karena alasan-alasan untukm engajukan
Permohonan Pailit sebagaimana disyaratkan Pasal 1 (1) Undang-
undang No. 4 Tahun 1998 tidak dipenuhi;

TANGGAPAN DARI TERMOHON PAILIT III.

DALAM EKSEPSI:
Bahwa Termohon pailit III menolak dan membantah dengan tegas
Permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit dengan alasan
Eksepsi sebagai berikut:

79
1. Permohonan Pailit Salah menentukan Pihak (Error In Persona).

Alasan dan Keberatan Pertama :

Bahwa Termohon Pailit III, baik selaku pribadi maupun selaku


D irektur CV. WIRA M USTIKA INDAH, yang m empunyai
Anggaran Dasar (AD) dengan Akta No. 6 tanggal 7 Juni 1976, dibuat
dihadapan Ny. S.S. Adoel Sjoekoer, SH, Notaris/PPAT di Jakarta,
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dibawah Register N o.: 2442, tanggal 7 Juni 1976, yang dirobah
dengan perobahan pada tanggal 22 Juli 1994 dengan Akta No. 109,
yang dibuat dihadapan J.E. MAOGIMON, SH. Notaris/PPAT di
Jakarta, yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dibawah Register No.: 701/1994, tanggal 28 Juli 1994,
dengan posisi sebagai berikut:

1. Tn. Soesanto Leo sebagai Direktur ;

2. Ny. Yulia Lupolo Intan, selaku Pesero Komanditer/pasif,


(Vide Bukti T. i dan T.2);

3. Tn. Tansri Benui, selaku Pesero Komanditer/pasif (Vide Bukti


T.l dan T.2).

Bahwa Termohon pailit III tidak pernah m engetahui adanya


hubungan hukum/perikatan dan transaksi dagang antara CV. WIRA
MUSTIKA INDAH Pemohon Pailit, apalagi melakukan hubungan
hukum/perikatan dan transaksi dagang dengan Pemohon Pailit, hal
ini telah beberapa kali Termohon Pailit DI tegaskan kepada Pemohon pailit;

Alasan dan keberatan Kedua.

Bahwa penegasan Termohon Pailit III, perihal tidak pernah


mengetahui dan melakukan hubungan hukum/prestasi dan transaksi
dagang dengan Pemohon Pailit, secara jelas dan dapat dibuktikan
melalui surat m enyurat antara Termohon p ailit III dengan
Pemohonan Pailit seperti ternyata dari Surat No. : 041/WYLO/S/

80
XI/2001, tanggal 2 Nopember 2001, (Vide Bukti T.4 dan T.5), yang
menjelaskan bahwa Termohon Pailit III tidak pernah mengetahui-
perihal adanya hubungan hukum/prestasi dantransaksi dagang
berupa penandatanganan Surat Perjanjian, Surat Pengakuan Hutang
antara CV. Wira Mustika Indah dengan pihak Pemohon Pailit;

Alasan dan Keberatan Ketiga.

Bahwa dengan tidak pernahnya Termohon Pailit III megetahui dan


melakukan hubungan hukum/prestasi dan transaksi dagang dengan
Pemohon Pailit, sehingga tidak beralasan dan hams dikesampingkan
dalil Pemohon Pailit yang menempatkan Termohon pailit III sebagai
pihak dalam perkara a quo;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas dan terbukti bahwa Pemohon


Pailit telah salah dan keliru dalam menentukan pihak sebagai pihak
Termohon Pailit dalam perkara a quo.
Dengan demikian Permohonan Pailit dari Pemohon pailit kepada
Termohon Pailit III adalah cacat hukum karena salah menentukan pihak;

2. Permohonan Pailit Kabur (Obscuur Libul).

2.1. Bahwa Permohonan Pailit mencampuradukan tanggung jawab


hukum Perseroan Komanditer (CV) dan tidak menjelaskan
secara rinci tentang tanggung jawab masing-masing Termohon
Pailit;

2.2. Bahwa Permohonan Pailit yang diajukan Pemohon Pailit tidak


menyebutkan secara jelas kreditur lain selain dari Pemohon
Pailit, sedangkan Permohonan Pailit dapat diajukan apabila ada
2 (dua) atau lebih Kreditur, sebagaimana disyaratkan dalam
Pasal 1, ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, yang menyebabkan Permohonan pailit dari pemohon
Pailit menjadi kabur;

81
2.3. Bahwa Permohonan pailit yang diajukan Pemohon pailit tidak
menguraikan secara jelas, perihal jatuh tempo hutang yang
didalilkan Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit I, yang
menyebabkan Permohonan pailit tersebut menjadi kabur;

Permohonan pailit tidak Dapat Dibuktikan Secara Sederhana.

Bahwa Permohonan pailit dari pemohon pailit tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan. Dimana Pasal 6 ayat
(3) tersebut mensyaratkan tentang adanya pembuktian secara
sederhana dalam arti bahwa perkara a quo tidak sederhana, sebab
masalah ada tidaknya hutang para pihak Termohon Pailit kepada
pemohon pailit, masih disengketakan di Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dalam perkara No. 290/Pdt.G/2001/PN.JKT.SEL., dan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur dalam perkara No. 262/Pdt.G/2002/
PN.JKT.TIM., dimana kedua perkara tersebut saat ini masih sedang
berjalan, dalam arti bahwa kedua perkara tersebut belum mempunyai
kekuatan hukum tetap. Dengan demikian Permohonan pailit yang
diajukan oleh Pemohon Pailit tidaklah sederhana Pembuktiannya.
Bahwa oleh karena pembuktiannya tidak sederhana membuktikan
pula bahwa Permohonan pailit yang diajukan oleh pemohon pailit
dalam perkara a quo bukan kewenangan Pengadilan Niaga,
melainkan kewenangan Pengadilan Negeri;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Termohon Pailit I
memohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sebelum
memeriksa Pokok Perkara terhadap perkara a quo, berkenan
untuk meminta Eksepsi Termohon Pailit dan memutuskan sebagai
berik u t:

1. Menolak Permohonan Pailit dari pemohon Pailit;

2. Menyatakan Permohonan pailit dari pemohon pailit tidak dapat


diterima;
3. Menyatakan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak berwenang
untuk memeriksa dan mengadili Permohonan pailit ini;

DALAM POKOK PERKARA

1. B ah wa hal-hal yang diuraikan dalam eksepsi adalah merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pokok perkara ini;

2. Bahwa Termohon Pailit menolak dengan tegas keseluruhan dalil-


dalil dari Pemohon pailit, kecuali terhadap hal-hal yang diakui
kebenarannya secara tegas oleh Termohon Pailit III;

3. Bahwa sebagaimana Termohon Pailit III dalilkan dalam eksepsi,


dimana Termohon pailit III tidak pernah mengetahui adanya
hubungan hukum/prestasi dan transaksi dagang antara CV. WIRA
MUSTIKA INDAH in cassu Termohon pailit I dengan pemohon
pailit, namun membaca dan mencerminkan dalil-dalil Pemohon
Pailit, Permohonan pailit tersebut tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.
4 Tahun 1998 tentang kepailitan, yaitu :

- Adanya Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur;

- Tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo;

- Hutang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

4. Bahwa secara jelas dalam keseluruhan dalil-dalil Permohonan Pailit


dari pemohon pailit, tidak satu dalilpun yang menguraikan adanya
dua atau lebih Kreditur para Termohon Pailit yang jatuh tempo,
dengan demikian membuktikan secara jelas, bahwa Permohonan
Pailit dari Pemohon Pailit tidak berdasar hukum, oleh karenanya
Permohonan Pailit yang demikian haruslah ditolak atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;

83
TANGGAPAN DARI TERMOHON PAILIT IV.

DALAM EKSEPSI:
Bahwa Termohon Pailit IV menolak dan membantah dengan tegas
Permohonan Pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit dengan alasan-
alasan sebagai berikut:
1. Permohonan Pailit Salah Menentukan Pihak (Error in Persona).

Alasan dan Keberatan Pertama :

Bahwa Termohon IV, baik selaku pribadi maupun selaku Pesero


Pasif CV WIRA MUSTIKA INDAH, yang mempunyai Anggaran
dasar (AD) dengan Akta No. 6 tanggal 7 Juni 1976, dibuat dihadapan
Ny. S.S. Abdoel Sjoekoer, SH, Notaris PPAT di Jakarta, yang telah
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dibawah Register No.: 2442, tanggal 9 Juni 1976, yang dirobah
dengan perobahan pada tanggal 22 Juli 1994 dengan Akta No. 109,
yang dibuat dihadapan J.E. Maogimon,SH.Notaris/PPAT di Jakarta,
yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat Register No.: 701/1994, tanggal 28 Juli 1994, dengan posisi
sebagai berikut:

1. Tn. Soesanto Leo, sebagai Direktur;

2. Ny. Yulia Lupolo Intan, selaku Pesero Komanditer/Pasif;

3. Tn. Tansri Benui, selaku Pesero Komanditer/Pasif ,(Vide Bukti


T.l dan T. 2)
Bahwa Termohon pailit IV dalam posisi dan kedudukan sebagai
Pesero Komanditer/Pasif CV. MUSTIKA INDAH tersebut, tidak
pemah mengetahui adanya hubungan hukum/prestasi dan transaksi
dagang dan tindakan hukum apapun dengan Pemohon ;

84
Alasan Keberatan K edu a:

Bahwa dengan tidak pernah mengetahui adanya hubungan hukum/


prestasi dan transaksi dagang antara CV. WIRA MUSTIKA INDAH
dengan Pemohon pailit, sehingga tidak beralasan dan harus
dikesampingkan dalil Pemohon pailit yang menetapkan Termohon
pailit IV sebagai pihak dalam perkara a quo;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas dan terbukti bahwa


pemohon pailit telah salah dan keliru dalam menentukan pihak
sebagai pihak Termohon Pailit dalam perkara a quo. Dengan
demikian Permohonan pailit dari pemohon Pailit kepada Termohon
pailit IV adalah cacat hukum, oleh karenanya Permohonan Pailit
dari pemohon pailit tersebut haruslah ditolak atau setidak-tidaknya
dinyatakan tidak dapat diterima;

2. Permohonan pailit Kabur (Obscuur libel).

2.1. Bahwa Permohonan pailit yang diajukan Pemohon pailit kabur


dan tidak jelas, oleh karena Pemohon pailit mencampuradukan
tanggung jawab hukum Perseroan Komanditer (CV) dengan
tanggung jawab hukum pribadi-pribadi pesero pasif pada CV
dan tidak menjelaskan secara rinci tanggung jawab masing-
masing Termohon p ailit;
2.2. Bahwa Permohonan Pailit yang diajukan Pemohon Pailit tidak
menyebutkan secara jelas kreditur lain selain dari Pemohon
pailit, sedangkan pemohon pailit dapat diajukan apabila ada 2
(dua) atau lebih kreditur, sebagaimana disy aratkan dalam Pasal
1, ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
K epailitan, yang m enyebabkan Permohonan P ailit dari
Pemohon Pailit menjadi kabur ;

2.3. Bahwa Permohonan Pailit yang diajukan Pemohon pailit tidak


menguraikan secara jelas, perihal jatuh tempo hutang yang
didalilkan Pemohon Pailit terhadap Termohon pailit I, yang
menyebabkan Permohonan Pailit tersebut menjadi kabur;

85
3. Perm ohonan Pailit Tidak D apat D ibuktikan Secara Sederhana.

Bahwa Permohonan pailit dari Pemohon pailit tidak memenuhi


ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan. Dimana pasal 6 ayat
(3) tersebut mensyaratkan tentang adanya pembuktian secara
sederhana, dalam arti bahwa perkara a quo tidak sederhana, sebab
masalah ada tidaknya hutang pihak Termohon pailit kepada Pemohon
Pailit, masih disengketakan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dalam perkara No. 290/Pdt.G/2001/PN.JKT.SEL., dan Pengadilan
N egeri Jakarta Timur dalam perkara No. 262/Pdt.G /2002/
PN.JKT.TIM., dimana perkara tersebut saat ini masih sedang
berjalan, dalam arti bahwa kedua perkara tersebut belum mempunyai
kekuatan hukum tetap. Dengan demikian Permohonan Pailit
yang diajukan oleh Pem ohon p ailit tid ak lah Sederhana
Pem buktiannya. Dengan dem ikian Perm ohonan Pailit yang
diajukan oleh Pemohon pailit tidaklah sederhana Pembuktiannya.
Bahwa oleh karena pembuktiannya tidak sederhana membuktikan
pula bahwa Permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit
dalam perkara a quo bukan kewenangan Pengadilan Niaga,
melainkan kewenangan Pengadilan N egeri;
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Termohon pailit IV
memohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, sebelum
memeriksa Pokok Perkara terhadap perkara a quo, berkenan
untuk m enerim a Eksepsi Termohon pailit dan m emutuskan
sebagai berikut:

1. Menolak Permohonan Pailit dari pemohon pailit;

2. Menyatakan Permohonan pailit dari pemohon pailit tidak dapat


diterima;

3. Menyatakan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak berwenang


untuk memeriksa dan mengadili Permohonan pailit in i;

86
DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa hal-hal yang diuraikan dalam eksepsi adalah merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Pokok perkara i n i ;

2. Bahwa Termohon Pailit menolak dengan tegas keseluruhan dalil-


dalil dari Pemohon pailit, kecuali terhadap hal-hal yang diakui
kebenarannya secara tegas oleh Termohon Pailit IV;

3. Bahwa sebagaimana Termohon Pailit IV dalilkan dalam eksepsi,


dimana Termohon pailit IV tidak pernah mengetahui adanya
hubungan hukum/prestasi dan transaksi dagang antara CV. WIRA
MUSTIKA INDAH in cassu Termohon Pailit I dengan Pemohon
Pailit, namun membaca dan mencermati dalil-dalil Pemohon Pailit,
Permohonan Pailit tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan, yaitu :

- Adanya Debitur mempunyai dua atau lebih Kreditur;

- Tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo;


- Hutang tersebut jatuh tempo dan dapat ditagih.

4. Bahwa secara jelas dalam keseluruhan dalil-dalil Permohonan Pailit


dari pemohon pailit, tidak satu dalilpun yang menguraikan adanya
dua atau lebih Kreditur para Termohon Pailit yang jatuh tempo,
dengan demikian membuktikan secara jelas, bahwa Permohonan
Pailit dari Pemohon Pailit tidak berdasar hukum, oleh karenanya
Permohonan Pailit yang demikian haruslah ditolak atau setidak-
tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima;
5. Bahwa demikian juga tentang hutang yang telah jar empo dan
dapat ditagih tempo, dalam Permohonan Pailit dari Pemohon pailit
tidak satu dalil pun yang menjelaskan dan menguraikan tentang
kapan hutang dari para Termohon pailit tersebut jatuh tempo. Dengan
demikian Permohonan Pailit dari Pemohon Pailit harus ditolak dan

87
dikesam pingkan karena alasan -alasan untuk m engajukan
Permohonan Pailit sebagaimana disyaratkan Pasal 1 (1) Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 tidak dipenuhi;

M aka, berdasarkan alasan-alasan penolakan dan bukti-bukti tersebut di


atas, dengan ini para termohon Pailit memohon agar Majelis hakim yang
memeriksa dan mengadili Perkara Permohonan kepailitan ini berkenan
untuk memutus sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI :
- Menerima Eksepsi Termohon Pailit I. termohon pailit III dan
Termohon Pailit IV;

DALAM POKOK PERKARA :

1. Menolak Permohonan Pailit dari Pemohon Pailit:


2. Menghukum Pemohon pailit untuk membayar biaya perkara;

TANGGAPAN TERMOHON II.

DALAM EKSEPSI :
1. Bahwa permohonan Pemohon dalam permohonan kepailitan a quo
tidak diuraikan secara jelas mengenai nilai hutang, tanggal jatuh
tempo maupun Kreditnya sebagaimana yang disyaratkan dalam Pasal
1 ayat (1) Perpu Nomor: i Tahun 1998 yang teiah ditetapkan menjadi
Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998.
Debitur dapat dinyatakan pailit apabila memenuhi syarat-syarat :

1. Adanya utang;
2. Satu dari utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

3. Adanya 2 Kreditur atau lebih.

88
2. Bahwa Termohon menolak dalil permohonan pailit dalam butir 18
yang menyatakan bahwa Termohon II juga mempunyai hutang
sebagaimana dalam pengumuman Badan Penyehatan Perbankan
Nasional yang dimuat dalam surat kabar Media Indonesia tanggal
31 Mei 2002 pada bagian yang memuat tentang daftar debitur
Korporasi yang belum direstruksisasi, dan Termohon II tidak pernah
terhutang sebagaimana dalam pengumuman Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) tersebut. Dengan demikian syarat
adanya dua Kreditur atau lebih sebagaimana ketentuan Pasal 1 ayat
(1) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 mengenai Kepailitan tidak
terpenuhi;

3. Bahwa permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon adalah kabar


(Obscuur Libel) karena dalam permohonan tersebut kedudukan
antara Termohon II maupun Termohon I, termohon III maupun
Termohon IV tidak diuraikan secara jelas dan rinci baik mengenai
tanggung jawabnya maupun jumlah utang dari masing-masing
Termohon. Tetapi dapam permohonan tersebut Pemohon telah
mencampur adukkan tanggung jawab antara pribadi-pribadi dengan
Komanditer’

4. Bahwa permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon tidak


sederhana sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 tentang kepailitan;

Karena hutang yang dimaksud oleh Pemohon pailit sampai saat ini
masih disengketakan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur dalam
Perkara Perdata No. 262/PDT.G/2002/PN.JKT.TIM, tertanggal 25
Oktober 2002 dan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dalam
Perkara Perdata No. 290/PDT.G/2001/PN.JAK.SEL. yang sekarang
masih dalam proses berjalan dan belum mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, dengan demikian permohonan pailit dari pemohon
tersebut haruslah ditolak;

89
Dengan tidak sederhananya perkara a quo Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo dan
perkara ini menjadi kewenangan Pengadilan Negeri;

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, termohon II mohon


kepada Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebelum
memeriksa pokok perkara terhadap perkara a quo memberi putusan
terlebih dahulu terhadap eksepsi sebagai berikut:

1. Menolak permohonan pailit dari Pemohon

2. Atau menyatakan permohonan pailit tidak dapat diterima;

3. Pengadilan Niaga Jakarta tidak berwenang memeriksa dan


mengadili perkara a quo;

DALAM POKOK P E R K A R A :

1. Bahwa semua apa yang tertuang dalam eksepsi mohon dianggap


bagian dari pokok perkara;

2. Termohon menolak semua dalil-dalil yang dimuat oleh Pemohon


dalam permohonannya kecuali secara tegas diakui oleh Pemohon;

3. Bahwa permohonan Pemohon kabur (Obscuur Libel) karena


berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 tahun 1998 yang telah
ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang
Nomor : 4 Tahun 1998. Debitur dapat dinyatakan pailit apabila
memenuhi syarat-syarat:

1. Adanya utang;

2. Satu dari utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

3. Adanya 2 Kreditur atau lebih;

90
A.d.1.2 Adanya utang dan atau dari utang tersebut telah jatuh
tempo dan dapat ditagih.

Utang sebagaimana didalilkan oleh pemohon tersebut bukanlah utang


sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun
1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1998, karena tidak bersumber dari perjanjian pinjam meminjam uang;

Bahwa Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi


Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor : 4 tahun 1998 tidak
memberikan pengertian tersendiri tentang apa yang dimaksud dengan
utang dalam kaitannya dengan kepailitan;
Bahwa dalam penjelasan pasal 1 ayat (1) tersebut hanya menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan utang dalam pasal ini adalah utang pokok
atau bunganya;

Bahwa dengan adanya kata “utang pokok atau bunganya” menimbulkan


suatu pemikiran bahwa yang dimaksud “utang” dalam pasal 1 ayat (1)
tersebut adalah utang yang bersumber dari pinjam meminjam “utang
pokok dan bunga” hanyalah timbul dari perjanjian pinjam meminjam
uang, bahwa akan tetapi dalam penjelasan Pasal 1 tersebut disebutkan
bahwa “utang atau bunganya” yang berarti dapat berupa utang, sehingga
dapat disrtikan lain, atau bunganya yang memeng tidak bisa ditafsirkan
lain kecuali buanga uang;

Bahwa selain itu pengertian utang dalam Pasal 1 tidak bisa ditafsirkan
lain/berbeda dengan penafsiran utang dalam pasal-pasl lain dalam
undang-undang yang sama in cassu Perpu Nomor: 1 Tahun 1998 yang
telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan Undang-Undang
Nomor : 4 Tahun 1998, karena selain cara penafsiran yang demikian
yang dem ikian tidak lazim, juga akan menyulitkan penerapan/
pelaksanaan Undang-Undang itu sendiri;

Bahwa dalam Surat Perjanjian tanggal 13 Januari 2003 antara Pemohon


dan Termohon tidak ada satu klausul pun yang mengatur mengenai
pembayaran dari Termohon kepada Pemohon, yang dijadikan dasar

91
permohonan Pailit tersebut. Maka tanggal jatuh tempo dan dapat ditagih
sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun
1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1998, tidak terpenuhi dan karenanya permohonan pailit harus ditolak;

Ad.3 Adanya 2 Kreditur atau lebih.

Bahwa Pemohon dalam permohonannya mendalilkan :

18. Bahwa ternyata ada beberapa pihak-pihak yang juga


merupakan kreditur dari Termohon I dan Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV adalah para sekutu dalam
Termohon I yang harta kekayaannya secara hukum tidak
terpisahkan dengan Termohon 1) dan hal ini dapat dilihat
di dalam Pengumuman Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) yang dimuat di dalam surat kabar Media
Indonesia, tanggal 31 Mei 2002 pada bagian yang memuat
ten tan g “D aftar D ebitur K orp o rasi yang Belum
Direstrukturisasi” (Bukti P-22);

Bahwa Termohon II selaku Direktur CV. WIRA MUSTIKA INDAH,


yang anggaran dasar (AD) dengan Akta No. 6 tanggal 7 Juni 1976, dibuat
dihadapan Ny. S.S. Abdoel Sjoekoer, SH. Notaris/PPAT di Jakarta, yang
telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dibawah Register No. 2442, tanggal 9 Juni 1976 yang dirubah dengan
perubahan terakhir pada tanggal 22 Juli 1994 dengan Akta No. 109, yang
dibuat dihadapan J.E. Maogimon, SH. Notaris/PPAT di Jakarta, yang
telah didaftarkan dikepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dibawah
Register No. 701/1994, tanggal 28 Juli 1994;

Bahwa berdasarkan fakta dan keadaan hukum yang sebenarnya, perseroan


Komanditer (CV) yang melakukan hubungan hukum dan transaksi
dagang dengan Pemohon dan CV. WIRA MUSTIKA INDAH, yang
anggaran dasarnya dibuat dengan No. 6, tanggal 3 Desember 1986
dihadapan Ny. S.S. Abdoel Sjoekoer, SH., Notaris/PPAT di Jakarta

92
“Pengeluaran Dan Pemasukan Persero Serta Perubahan dan Penetapan
Kembali Anggaran dasar Perseroan Komanditer CV. WIRA MUSTIKA
INDAH berkedudukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1995”. Dimana
struktur kepengurusannya adalah sebagai berikut:

- Tn. Tansri Benui, selaku Direktur;


Ny. Ng Po Jok, selaku Pesero Pasif.

Bahwa berdasarkan fakta dan bukti P3 pihak yang mengadakan hubungan


hukum (dagang) hanya Pemohon dan Termohon saja;

Bahwa oleh karena Pemohon hanya menjadi Kreditur terhadap Termohon


II saja, sedangkan dalam permohonan tidak ternyata adanya Kreditur
lain selain Pemohon, maka Termohon II hanya memiliki 1 (satu) Kreditur
in cassu Pemohon menjadi Kreditur dari Termohon II, maka syarat adanya
2 (d u a) atau lebih Kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat
(1) Perpu N om or: 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-
Undang dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tidak terpenuhi,
oleh karena itu permohonan pailit dari Pemohon harus ditolak;

Berdasarkan uraian tersebut di atas, permohonan pailit yang diajukan


oleh Pemohon kepada Pengadilan Niaga Jakarta tidak memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan, maka Termohon mohon kepada Majelis Hakim yang
menyidangkan perkara ini memutus sebagai berikut:

DALAM EK SEPSI:

- Menerima eksepsi dari Termohon II;

DALAM POKOK PERKARA:

- Menyatakan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tidak berwenang untuk


memeriksa dan memutuskan perkara permohonan ini;

- Menolak permohonan pernyataan pailit yang diaj ukan oleh Pemohon


yaitu PT. SAMSUNG CORPORATION;

93
Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara;

Apalagi Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta berpendapat lain


mohon putusan yang seadil-adilnya;

Menimbang, bahwa Kreditur lain tidak mengajukan tanggapannya


atas permohonan pemohon oleh karena Kreditur lain baru hadir pada
persidangan hari Selasa tanggal 4 Pebruari 2003;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonannya, Pemohon
telah melampirkan surat-surat bukti yang telah dilegalisir dan telah
disesuaikan dengan aslinya, bukti-bukti mana diberi tanda P -l sampai
dengan P-22, yaitu:
1. Bukti P -la : Fotocopy Berupa Notarial Certificate, Articles of
Incorporation Samsung Corporation, (sesuai
dengan asli);

2. Bukti P -lb : terjemahan dari Bukti P- la di atas .(asli);

3. Bukti P-2a : Fotocopy Notarial Certificate, Registered No.


2001-3543.
Daehan Law and Notary Office. Company Reg­
ister. (sesuai asli);

4. Bukti -2b Terjemahan Bukti P-2a di atas, (asli);

5. Bukti P-3a Fotocopy Agreement dates as of Januari 13,1998.


(sesuai asli);

6. Bukti P-3b Fotocopy Terjemahan bukti P-3a di atas dan/atau


Perjanjian tertanggal 13 januari 1998 atau Para
Termohon dengan Pemohon .(sesuai asli);

7. Bukti P-4a Fotocopy Agreement For Settlement of Debt, date


: 6 ^ April 1998. (sesuai asli);

8. Bukti P-4a : Terjemahan Bukti P-4a di atas dan/atau Perjanjian


Penyelesaian Utang tertanggal 6 April 1998 antara

94
Pemohon dan Para Termohon yang ditanda
tangani dihadapan Notaris Pengganti di Jakarta
Trismorini Asmawel, SH, CN. (asli);
9. Bukti P-5 Fotocopy Akte Nomor 109 tanggal 22 Juli 1994
tentang Pemasukan, Pengeluaran Perseroan,
Perubahan dan Penetapan Kembali Anggaran
Dasar Perseroan Komanditer Cv. Wira Mustika
Indah yang dibuat dihadapan Joenoes Endeng
Maogimon, SH, Notaris di Jakarta, (sesuai copy);
10. Bukti P-6 Fotocopy Surat No. 858/07773/VIII/2002 tanggal
20-8-02 dari Kepala Sudin Perindustrian dan
Perdagangan Kotamadya Jakarta Pusat, Hal:
Salinan Data Perusahaan, (sesuai asli);
11. Bukti P-7 Fotocopy Akte No. 6 tanggal 3 April 1998 tentang
Kuasa Menjual yang dibuat dihadapan Trismorini
Asmawel, Sarjana Hukum, Candidat Notaris,
Notaris Pengganti dari Haji Asmawel Amin,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, (sesuai copy);

12. Bukti P-8 Fotocopy Akta Risalah Rapat PT. Samsung De­
velopment No. 17 tanggal 9 maret 2001 yang
dibuat dihadapan Elliza Asmawel, Sarjana Hakim,
Notaris di Jakarta, (sesuai asli);
13. Bukti P-9 Foto copy Kuasa Pengurusan No. 7 tanggal 3 April
1998 yang dibuat dihadapan Trismorini Asmawel,
Sarjana Hukum, Candidat N otaris, N otaris
Pengganti di Jakarta (sesuai asli);
14. Bukti P-10 Fotocopy AKte Pernyataan No. 8 tanggal 3 April
1998 yang dibuat dihadapan Trismorini Asmawel,
Sarjana Hukum, Candidat N otaris, N otaris
Pengganti dari Haji Asmawel Amin, Sarjana
Hukum, Notaris di Jakarta, (sesuai asli);

95
15. Bukti P-11 : Fotocopy Akte Jual Beli No. 25/Ciracas/200
tanggal 27 Maret 2000 yang dibuat dihadapan
Martina Warmansyah, Sarjana Hukum/PPAT.
(sesuai asli);

16. Bukti P-12 : Fotocopy Sertifikat HGB No. 80 Desa Ciracas,


atas nama PT. Samsung D evelopm ent yang
dikeluarkan K epala K antor Pertanahan
Kotamadya Jakarta Timur, (sesuai a sli);

17. Bukti P-13 : Fotocopy Surat dari Bank Indonesia No.4/28/


DPD/DR tanggal 5 Agustus 2002 kepada Amir
Syamsuddin & Partners, (sesuai asli) ;

18. Bukti P-14 : Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &
Partners No. 1203/AS/01 tanggal 1 Oktober 2001
kepada CV. Wira Mustika Indah, h a l: Peringatan,
(sesuai asli);

19. Bukti P-15 : Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &
Partners No. 1203/AS/01 tanggal 1 Oktober 2001
kepada Sdr. Tansri Benui (Sdr. Tan), hal :
Peringatan (sesuai asli);

20. Bukti P-16 : Fotocopy Surat dari Kuasa Hukum Sdr. Tansri
Benui No. 040AVYLO/S/X/01 tanggal 8 Oktober
2001 kepada Amir Syamsuddin & Partners, H al:
Tanggapan atas surat kuasa No. 1205/AS/01.
(sesuai asli);

21. Bukti P-17 : Fotocopy Surat dari Kuasa Hukum CV. Wira
Mustika Indah No. 041/WYLO/S/X/01 tanggal 8
Oktober 2001 kepada Amir Syamsuddin & Part­
ners, h a l: Tanggapan atas surat No. 1205/AS/01.
(sesuai asli);

96
22. Bukti P-18 Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &
Partnet, tanggal 11 Oktober 2001 kepada Kuasa
Hukum CV. Wira Mustika Indah No. 1265/AS/
01 tanggal 11 Oktober 2001, (sesuai a sli);
23. Bukti P-19 Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &
Partners, No. 1266/AS/01, tanggal 11 Oktober
2001 kepada Kuasa Hukum Sdr. Tansri Benui, hal
Tanggapan terhadap surat Rekan 040/WYLO/S/
X/01 tanggal 8 Oktober 2001. (sesuai asli);
24. Bukti P-20 Fotocopy Surat dari Kuasa Hukum Sdr. Tansri
Benui No. 047/W Y LO /S/X /01 tanggal 02
Nopember kepada Amir Syamsyddin & Partner,
Hal: Tanggapan atas surat No. 1266/AS/01
tanggal 11 Oktober 2001. (sesuai asli);
25. Bukti P-21 Fotocopy Surat dari Kuasa Hukum CV. Wira
Mustika Indah No. 048/WYLO/S/X/01 tanggal
02 Nopember kepada Amir Syamsuddin & Part­
ners, h a l: Tanggapan atas surat No. 1265/AS/01
tanggal 11 Oktober 2001. (sesuai asli);
26. Bukti P-22 Fotocopy Surat Kabar Harian Media Indonesia
No. 7886 Tahun XXXIII terbitan hari Jum’at, 31
Mei 2002. (sesuai asli);

Menimbang, bahwa Termohon I, III, IV juga untuk menguatkan


dalil-dalil sangkalannya telah mengajukan bukti-bukti surat yang di beri
tanda T-l sampai dengan T-10, yaitu;

1. Bukti T-l Fotocopy Anggaran dasar CV. WIRA MUSTIKA


INDAH dengan Akta No. 6, tanggal 7 Juni 1976,
yang dibuat dihadapan Ny. S.S. Abdoel Sjoekoer,
SH, Notaris/PPAT di Jakarta, (sesuai asli);

97
2. Bukti T-2 : Fotocopy Perobahan Anggaran Dasar CV. WIRA
MUSTIKA INDAH dengan Akta No. 109. tanggal
2 Juni 1994, dihadapan J.E. Mogimon, SH,
Notaris/PPAT di Jakarta (sesuai asli);

3. Bukti T-3 : Fotocopy Naskah Pengeluaran Pesero Pesero Dan


Perobahan Serta Penetapan Kembali Anggaran
dasar P erseroan K om anditer CV. W IRA
MUSTIKA INDAH, pada tanggal 03 Pebruari
1998. (sesuai asli);

4. Bukti T-4 : Fotocopy Surat No. 041AVYLO/S/X/01,. tanggal


8 Oktober 2001, yaitu Surat dari Kuasa Hukum
Termohon Pailit I. (sesuai asli);

5. Bukti T-5 : Fotocopy suratNo.:048/WYLO/S/XI/01, tanggal


2 Nopember 2001, yaitu Surat dari Kuasa Hukum
Termohon pailit.(sesuai asli);

6. Bukti T-6 : Fotocopy Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


Selatan, dalam perkara No. 290/Pdt.G/2001/
PN.JKT Sel., antara Pemohon pailit dengan Para
Termohon Pailit, (sesuai asli);

7. Bukti T-7 : Fotocopy Surat Bantahan terhadap pengumuman


koran Media Indonesia tanggal 10 Juni 2002
(Bisnis Indonesia), (sesuai asli);

8. Bukti T-8 : Fotocopy Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


Selatan, dalam Perkara No.: 272/Pdt.G/2002/
PN.JKT.SEL., antara CV. WIRA MUSTIKA
INDAH, in cassu Termohon Pailit I dengan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Dalam
putusannya tertanggal 19 D esem ber 2002,
M enghukum Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) untuk membayar ganti rugi

98
kepada Term ohon P ailit I seb esar Rp.
7.500.000.000,- (tujuh milyar lima ratus juta ru­
piah). (sesuai asli);

9. Bukti T-9 : Fotocopy P erkara No.: 3 8 8 /P d t.G /2 0 0 2 /


PN.JKT.SEL., antara CV. WIRA M USTIKA
INDAH, in cassu Termohon Pailit I dengan BPPN,
yang Ex. PT. Bank Danamon Tbk. (sesuai asli);

10. Bukti T-10 : Fotocopy putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta,


No.: 849/Pdt./1999/PT.DKI„ tanggal 16 Mei
2000, dalam perkara antara : PT. W IR A
MUSTIKA INDAH melawan PRIMA EXPRESS
BANK, (sesuai asli);

Menimbang, bahwa demikian juga Termohon II, untuk mendukung


akan kebenaran dalil-dalil sangkalannya, juga telah mengajukan bukti-
buktinya berupa surat-surat yang diberi tanda T.II-la sampai dengan T.
11, yaitu, sebagai berikut:

1. Bukti T.II-la : Fotocopy Gugatan perkara perdata Nomor : 343/


Pdt.G/2002/PNJA K SEL tanggal 4 Juli 2002
antara Tansri Benui melawan BPPN, (sesuai asli);
2. Bukti T.II. lb : Fotocopy Gugatan perkara perdata N om or.: 552/
Pdt.G/2002/PN.JAKSEL tanggal 3 Oktober 2002
antara Tansri Benui Cs melawan BPPN, (sesuai
asli);

3. Bukti T.II. lc : Fotocopy Gugatan perkara perdata Nomor : 32/


Pdt.G/2002/PN.JAKSEL tanggal 23 O ktober
2003, antara Tansri Benui Cs melawan BPPN,
(sesuai asli);
4. Bukti T.II,2a : Fotocopy Gugatan perkara perdata Nomor : 262/
Pdt.G/2002/PN.JAKSEL tanggal 25 O ktober

99
2002 antara PT. Wira Griya Mustika melawan PT.
Samsung Development (sesuai asli);

5. Bukti T.II.2b : Fotocopy Putusan Pengadilan Negeri Jakarta


Selatan No.: 290/Pdt.G/2001/PN. JAKSEL,
antara PT. Wira Griya Mustika melawan Seng Min
Yi, SH. dan PT. Samsung Development, (sesuai
asli);

6. Bukti T.II.3a : Fotocopy Agreement dated of Januari 13, 1998.


(sesuai asli);

7. Bukti T.II.3b : Fotocopy Agreement dated of Januari 13, 1998.


(sesuai asli);

8. Bukti T.II 4a : Terjemahan bukti TII-3a dan bukti II-3b. (asli);

9. Bukti T.II5a : Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &


Partners No. 1203/AS/01 tanggal 1 Oktober 2001
kepada sdr. Tansri Benui. (sesuai asli);

10. Bukti T.II.5b : Fotocopy Surat Dari Kuasa Hukum Sdr. Tansri
Benui No.: 040AVYLO/S/X/01 tanggal 8 Oktober
2001 kepada Amir Syamsuddin dan Partners,
(sesuai asli);

11. Bukti T.II.6a : Fotocopy Surat dari Kantor Amir Syamsuddin &
Partners No. 1266/AS/01 tanggal 12 Oktober
2001 kepada Kuasa Hukum Sdr. Tansri Benui.
(sesuai asli);

12. Bukti T.II6b : Fotocopy Surat dari Kuasa Hukum Sdr. Tansri
Benui No.: 047/WYLO/S/X/01 tanggal 2 Novem­
ber 2001 kepada Amir Syamsuddin & Partners,
(sesuai asli);

13. Bukti T.II.7 : Fotocopy Akta P endirian A nggaran Dasar


CV.Wira M ustika Indah No. 6, tanggal 3

100
Desember 1986 yang direkturnya Tn. Tansri
Benui. (sesuai asli);

14. Bukti T.II.8 : Fotocopy Surat Pengeluaran dan Pemasukan


Pesero serta Perobahan dan Penetapan Kembali
Angaran Dasar Peseroan Komanditer CV. Wira
Mustika Indah berkedudukan di Jakarta tertanggal
12 mei 1995.
K om anditer CV. W ira M ustika Indah
berkedudukan di Jakarta tertanggal 12 Mei 1995.
(sesuai asli);

15. Bukti T.II.9 Fotocopy Surat Keterangan No. 006/Ket/N/L/2003


dari Notaris Ny. Anisah Abubakar, SH. tertanggal
27 januari 2003. (sesuai asli);

16. Bukti T.II. 10 : Fotocopy Export Sales Contrac Date, (sesuai asli);

17. B uktiT.II.il : Fotocopy Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta,


No. 849/Pdt/1999/PT.DKI., tanggal 16 Mei 2000,
dalam perkara antara : PT. WIRA MUSTIKA
INDAH melawan PRIMA EXPRESS BANK,
(sesuai asli);

Menimbang, bahwa Kreditur lain, untuk mendukung akan kebenaran


dalil-dalil sangkalannya, juga telah mengajukan bukti-buktinya berupa
surat-surat yang diberi tanda KL. 1 sampai dengan KL. 15, sebagai
berikut:

1. Bukti KL-1 Fotocopy Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan


Hutang dengan Pemberian Jaminan No. 90
tanggal 22 Agustus 1995 yang dibuat dihadapan
James Herman Rahardjo, SH., Notaris di Jakarta
(sesuai asli);

101
2. Bukti KL-2 Fotocopy Akta Perubahan II No. 128 tanggal 18
Agustus 1997 yang dibuat dihadapan Misahardi
Wilamarta, SH., Noataris di Jakarta, (sesuai asli);

3. Bukti KL-3 Fotocopy Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan


Berhutang No. 197 tanggal 15 Nopember 1993
yang dibuat dihadapan Drs. Hanifa Halim SH.,
Notaris di Jakarta, (sesuai asli);

4. Bukti KL-4 Fotocopy Akta Pengakuan Hutang No. 198


tanggal 15 Nopember 1993 yang dibuat dihadapan
Drs. Hanifa Halim, SH., Notaris di Jakarta, (sesuai
asli);

5. Bukti KL-5 Fotocopy Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan


Berhutang No. 201 tanggal 25 Nopember 1993
yang dibuat dihadapan Drs. Hanifa Halim, SH.,
Notaris di Jakarta, (sesuai asli);

6. Bukti KL-6 Fotocopy Akta Pengakuan Hutang No. 202


Tanggal 15 N opem ber 1993 yang dibuat
dihadapan Drs. Hanifa Halim, SH., Notaris
diJakarta. (sesuai asli);

7. Bukti KL-7 Fotocopy Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan


Berhutang No. 3 tanggal IJuni 1994 yang dibuat
dihadapan Drs. Hanifa Halim, SH., Notaris di
Jakarta.(sesuai asli);

8. Bukti KL-8 Fotocopy Akta Pengakuan Hutang No. 4 tanggal


1 Juni 1994 yang dibuat dihadapan Drs. Hanifa
Halim, SH., Notaris di Jakarta, (sesuai asli);

9. Bukti Kl-9 Fotocopy Akta Perjanjian Kredit dan Pengakuan


berhutang (perpanjangan dan penambahan) No.
57 ta n g g al.6 Septem ber 1994 yang dibuat

102
dihadapan Drs. Hanifa Halim, SH., Notaris di
Jakarta, (sesuai asli);

10. Bukti KL-10 : Fotocopy Akta Perjanjian Perpanjangan Waktu


Kredit No. BDI/GP/PPWK/095/1196 tanggl 15
Nopember 1996 yang dibuat dibawah tangan,
bermaterai cukup, (sesuai asli);

11. Bukti KL-11 : Fotocopy Akta Perjanjian Perpanjangan Waktu


Letter of Credit (Usance L/C) No. BD I/G P/
PPWK/095A/1196 tanggal 15 Nopember 1996
yang dibuat dibawah tangan, bermaterai cukup,
(sesuai asli);
12. Bukti KL-12 : Fotocopy Akta Perjanjian No. 4 tanggal 7 Januari
1997 yang dibuat dihadapan Silvia Veronica, SH.,
Notaris di Jakarta (sesuai asli);

13. Bukti KL-13 : Fotocopy Akta Perjanjian Waktu Kredit No. BDI/
GP/PPWK/129/1197 tanggal 14 November 1997
yang dibuat dibawah tangan, bermaterai cukup,
(sesuai asli);

14. Bukti KL-14 : Fotocopy Akta Perjanjian Perpanjangan Waktu


Kredit No. BDI/GP/PPWK/130/1197 tanggal 14
November 1997 yang dibuat dibawah tangan,
bermaterai cukup (sesuai asli);

15. Bukti KL-15 : Fotocopy Akta Perubahan No. 017/SB/PK/V/96


tanggal 11 April 1997 yang dibuat dibawah
tangan, bermaterai cukup, (sesuai asli);

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat isi putusan ini maka


segala sesuatu yang terjadi dipersidangan telah tercatat dalam berita acara
persidangan dan dianggap termasuk dalam putusan ini;

103
Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak mengajukan suatu
apapun lagi kecuali mohon putusan;

TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan dari Pemohon
adalah sebagaimana tersebut di atas;

M enim bang, bahw a Perm ohonan terseb u t didaftarkan di


Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
pada tanggal 17 Januari 2003 yang oleh karena telah memenuhi
persyaratan administratif maka Permohonan tersebut telah mendapatkan
Nomor Register : 01/Pailit/2003.P.N. Niaga,Jkt.Pst;
Menimbang, bahwa yang menjadi alasan Permohonan Pemohon
pada pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Adanya utang Debitur sebesar USD 13,378,615 (tiga belas juta tiga
rstus tujuh puluh delapan ribu enam ratus lima belas dolar Amerika
serikat) yang timbul sebagai akibat dari ditanda tanganinya
Perjanjian antara Pemohon dengan Termohon I, termohon II pada
tanggal 13 januari 1998 dan Perjanjian Penyelesaian Utang tanggai
6 April 1998 dimana dengan dibelinya sejumlah steel wire rods dan/
atau cooks dari Pemohon oleh Termohon I, dan Termohon II maka
berarti Termohon I, termohon II telah berutang pada Pemohon sejak
tanggal 13 Jaunari 1998 sejumlah USD 20,221,526.00 (Dua puluh
juta dua ratus dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh enam dolar
Amerika Serikat);

2. Bahwa utang sebesar USD 20,221,526.00 (Dua puluh juta dua ratus
dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh enam dolar Amerika Serikat)
sebagaimana tersebut di atas telah diakui oleh Termohon I dan
Termohon II dalam Agreement For Setllement of Debt (Perjanjian
Penyelesaian Utang) yang dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak
tanggal 6 april 1998 dihadapan Trismorini Asmawel, SH,CN, Notaris
Pengganti di Jakarta;

104
3. Bahwa untuk mengembalikan utang sebagaimana tersebut pada No.
1 Dan No. 2 di atas maka PT Wira Griya Mustika yang saham
mayoritasnya dimiliki oleh termohon II telah membuat dan menanda
tangani;

- Akta Notariil No. 6 tanggal 3 April 1998 tentang Kuasa Untuk


Menjual dihadapan Trismorini Asmawel, SH,CN, Notaris
Pengganti di Jakarta yang memberi Kuasa pada PT Samsung
Development untuk menjual 29 (dua puluh sembilan) bidang
tanah milik PT. Wira Griya Mustika;

- Akta Notaril No. 7 tanggal 3 April 1998 tentang Kuasa


Pengurusan dihadapan Trismorini Asmawel, SH, CN, Notaris
Pengganti di Jakarta mengenai pemberian K uasa untuk
pengurusan sertifikat 29 (dua puluh sembilan) bidang tanah
milik PT. Wira Griya Mustika;

- Akta Notariil No. 8 tanggal 3 April 1998 tentang Pernyataan


bahwa PT. Wira Griya Mustika telah memberikan Kuasa pada
PT Samsung Development untuk menjual, memindahkan dan/
atau melepaskan hak atas 29 (dua puluh sembilan) bidang tanah
milik PT. Wira Griya Mustika, Kuasa mana tidak dapat ditarik
kembali dan dibuat serta di tanda tangani dihadapan Trismorini
. Asmawel,SH,CN, Notaris Pengganti di Jakarta;

4. Bahwa berdasar Akta-Akta Notariil sebagaimana tersebut pada No.


3 di atas maka telah dibuat Akta Jual Beli No. 25/Ciracas/2000
tanggal 27 Maret 2000 yang dibuat dihadapan PPAT M artina
Warmansyah, SH dimana PT Samsung Development telah membeli
tanah dengan sertifikat HGB No. 80/Ciracas (yang merupakan
sertifikat bagi 29 bidang tanah sebagaimana telah disebut pada No.
2 dan No.3 di atas) dari PT Wira Griya Mustika dengan nilai Rp.
51.403.950.000,- (lima puluh satu milyar empat ratus tiga juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) yang jika dinilai dengan nilai
. kurs Dollar Amerika Serikat tanggal 27 Maret 2000 itu (USD l =Rp.

105
7.512,-) adalah setara dengan USD 6,842,911.00 (enam juta delapan
ratus empat puluh dua ribu sembilan ratus sebelas Dollar Amerika),
sehingga sisa utang para Termohon (Termohon I, Termohon II,
Termohon III dan Termohon IV) adalah USD 20,221,526.00 (Dua
puluh juta dua ratus dua puluh satu ribu lima ratus dua puluh enam
dolar Amerika Serikat)- USD 6,842,911.00 (enamjuta delapan ratus
empat puluh dua ribu sembilan ratus sebelas Dollar Amerika ) =
USD 13,378,615 (tiga belas juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu
enam ratus lima belas dollar Amerika Serikat);
5. Bahwa menurut Pasal 1282 KUHPdt jo Pasal 18 KUHD dengan
ditanda tanganinya perjanjian sebagaimana tersebut pada No. 1 dan
No. 2 di atas maka secara yuridis Termohon IIP maupun Termohon
IV selaku sekutu dari Termohon I terikat pula pada perjanjian-
perjanjian tersebut;
6. Bahwa terhadap sisa utang sebesarUSD 13,378,615 (tiga belas juta
tiga ratus tujuh puluh delapan ribu enam ratus lima belas dolar
Amerika Serikat) sebagaimana telah diuraikan dalam No. 1 dan No.
4 di atas tidak pernah lagi dilunasi oleh Termohon I dan Termohon
II walaupun Pemohon telah melakukan 2 (dua) kali peringatan secara
tertulis tanggal 1 Oktober 2001 melalui surat No. 1203/AS/01 dan
Surat No.l205/AS/01, tanggal 11 Oktober 2001 melalui Surat No.
1265/AS/01 dan surat No. 1266/AS/01 akan tetapi hingga
Permohonan Pernyataan Pailit ini diajukan ke Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat Termohon I, Termohon II beserta para sekutunya yaitu
Termohon III dan Termohon IV tidak pernah mau melunasinya pada
Pemohon dan disamping itu pula para Termohon tersebut juga
mempunyai utang pada Kreditur Lain yaitu Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) sehingga adalah beralasan secara sah
menurut badan hukum bagi^Pemohon untuk mohon pada Majelis
Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat agar Termohon I, Termohon
II beserta sekutunya yaitu Termohon III dan Termohon IV dinyatakan
Pailit dengan segala akibat hukumnya ;

106
Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil Permohonannya
ini Pemohon telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa photo copy
surat-surat yang telah dimaterai dan telah disesuaikan dengan aslinya
dimuka Majelis Hakim, bukti mana bertanda P -1.a, P -1.b,P-2.a,P-2.b,P-
3.a yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-3.A, P-3.b yang
pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-4.A, P-4.a yang pada dasarnya
bersamaam dengan bukti TII-3.B, P-4.B yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti TII-4.B, P-6, P-8 s/d P-14, P-15 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti TII-5.A, P-16 yang pada dasarnya bersamaan
dengan TII-5.B, P-17 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T.4,
P -18, P -19 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-6.A, P-20
yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-6, P-21 yang pada
dasarnya bersamaan dengan bukti T-5 dan P-22 sedangkan untuk bukti
P-5 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-2, P-7 walaupun telah
dimaterai secukupnya namun tidak dapat disesuaikan dengan aslinya
dimuka persidangan;

Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil permohonannya


ini Pemohon telah menghadirkan Kreditur Lain pada tahap pembuktian
pada tanggal 30 Januari 2003 dimana Kreditur Lain ini melalui Kuasa
Hukumnya yaitu Sdri. Dien Kuswardhini, SH. berdasar Surat Kuasa
Khusus No. SRKA-29/BPPN/0103 telah pula mengajukan bukti berupa
Photo copy surat-surat yang telah dimaterai dan telah pula disesuaikan
dengan aslinya dimuka Majelis Hakim, bukti mana bertanda KL. 1 sampai
dengan KL. 15;

Menimbang, bahwa terhadap Permohonan tersebut maka Debitur/


Termohon I, Termohon III dan Termohon IV melalui Kuasa Hukumnya
telah mengajukan Tanggapannya secara tertulis pada tanggal 29 Januari
2003 dengan Nomor Surat: 018/WYLO/TP/I/03 yang pada pokoknya
berisikan hal-hal sebagai berikut:

107
D A L A M EK SE PSI

1. Permohonan Pailit salah menentukan pihak/EVror in Persona,


karena;
- Termohon I selaku suatu Perseroan Komanditer tidak pemah
mengetahui dan/atau tidak pemah memberikan Kuasa pada
Termohon II selaku Pesero Komanditer/Pasif untuk melakukan
hubungan hukum/perikatan dalam menanda tangani perjanjian-
perjanjian ataupun melakukan transaksi dagang apapun juga
dengan Pemohon, apalagi sejak tanggal 3 Pebruari 1998 telah
m engundurkan diri dari kedudukannya selaku Pesero
Komanditer/Pasif dari Termohon I, karenanya Termohon I tidak
memiliki hubungan hukum/perikatan dengan Pemohon Pailit;

2. Permohonan Pailit kabur/Obscuur Libel, karena:


- Pemohon telah mencampur adukkan antara tanggung jawab
hukum perseroan komanditer (CV) dengan tanggung jawab
hukum pribadi pesero pasifnya;
- Pemohon tidak menyebutkan secara jelas tentang adanya
Kreditur Lain dalam Permohonannya ini sedangkan hal tersebut
dipersyaratkan oleh Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998
yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan ;
- Pemohon tidak menyebutkan secara jelas tentang adanya Jatuh
Tempo dalam Permohonannya ini sedangkan hal tersebut
dipersyaratkan oleh Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998
yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan;
3. Permohonan Pailit tidak dapat dibuktikan secara sederhana, karena :
- adanya sengketa tentang berutang atau tidaknya para Termohon
Pailit pada Pemohon Pailit masih berada dalam pemeriksaan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.

108
Perkara 290/Pdt.G/2001/PN. JKT. SEL dan Pengadilan Negeri
Jakarta Timur dibawah No.Perkara 262/Pdt.G/2002/PN. JKT.
TIM sehingga dapat dikatakan bahwa pembuktiannya tidak
sederhana, karenanya Permohonan Pernyataan Pailit yang
diajukan oleh Pemohon bukan m erupakan kew enangan
Pengadilan Niaga akan tetapi merupakan kewenangan dari
Pengadilan Negeri;

DALAM POKOK PERKARA


- Karena Termohon I selaku suatu Perseroan Komanditer tidak pernah
m engetahui dan/atau tidak pernah memberikan K uasa pada
Termohon II selaku Pesero Komanditer/Pasif untuk melakukan
hubungan hukum/perikatan dalam menanda tangani perjanjian-
perjanjian ataupun melakukan transaksi dagang apapun juga dengan
Pemohon maka berarti Permohonan ini tidak memenuhi ketentuan
Pasal 1 Ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan
menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan Yaitu :

adanya Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur;


- Tidak membayar sedikitnya satu utang;
- hutang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih;
Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil Tanggapannya ini
Termohon I, Termohon III dan Termohon IV telah mengajukan bukti-
bukti tertulis berupa photo copy surat-surat yang telah dim aterai
secukupnya dan telah pula disesuaikan dengan aslinya dimuka Majelis
Hakim, bukti mana tertanda T-l s/d T-3, T-4 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti P -17, T-5 yang pada dasarnya bersamaan dengan
bukti P-12, T-6 s/d T-9 serta T-10 yang pada dasarnya bersamaan dengan
bukti TII-11;

Menimbang, bahwa terhadap Permohonan tersebut maka Debitur/


Termohon II, melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan Tanggapannya
secara tertulis pada tanggal 29 Januari 2003 yang pada pokoknya
berisikan hal-hal sebagai berikut:

109
D A L A M E K SE PSI

1. Bahwa Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon tidak


menguraikan secara jelas mengenai nilai utang, tanggal jatuh tempo
maupun krediturnya sehingga bertentangan dengan Pasal 1 ayat (1)
Perpu No. i Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No.
4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

2. Bahwa Termohon II menolak dalil Pemohon sebagaimana tercantum


dalam butir 18 Permohonannya karena Termohon II tidak pernah
berhutang sebagaimana dimaksud dalam pengumuman yang
dikeluarkan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)/
Kreditur Lain pada surat kabar harian MEDIA INDONESIA tanggal
31 Mei 2002 hingga karenanya bertentangan dengan Pasal 1 ayat
(1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan ;

3. Bahwa dalam Permohonan Pernyataan Pailitnya ini Pemohon telah


m encam pur adukan antara tanggung jaw ab pribadi dengan
Komanditer;

4. Dengan adanya sengketa tentang berutang atau tidaknya para


Termohon Pailit pada Pemohon Pailit masih berada dalam
pemeriksaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
dibawah No. Perkara 290/Pdt.G/2001/PN.JKT.SELdan Pengadilan
Negeri Jakarta Timur dibawah No. Perkara 262/Pdt.G/2002/
PN.JKT.TIM maka Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan
oleh Pemohon bukan merupakan kewenangan Pengadilan Niaga
akan tetapi merupakan kewenangan Pengadilan Negeri karena
pembuktiannya tidak sederhana;

DALAM POKOK PERKARA


Bahwa Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon tidak
menguraikan secara jelas mengenai nilai utang, tanggal jatuh tempo
maupun krediturnya sehingga bertentangan dengan Pasal 1 ayat (1) Perpu

110
No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan;

Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil Permohonannya


ini termohon II telah mengajukan bukti-bukti tertulis berupa photo copy
surat-surat yang telah dimaterai dan telah pula disesuaikan dengan aslinya
dimuka Majelis Hakim, bukti mana bertanda TII-l.A, TII-l.B, TII-l.C,
TII-2.A, TII-2.B, TII-3.A yang pada dasarnya bersamaan dengan P-3.a,
TII-3.B yanga pada dasarnya bersamaan dengan P-4.b, TII-4.A yang pada
dasarnya bersamaan dengan P-3.b dan P-4.b, TH-5.Ayang pada dasamya
bersamaan dengan bukti P -19, TII-6.B yang pada dasamya bersamaan
dengan P-20, TII-7 s/d TII-10, TII-11 yang pada dasamya bersamaan
dengan T-10;

M enimbang, bahwa m enurut Pasal 1888 KUHPdt kekuatan


pembuktian dengan sutu tulisan terletak pada akta aslinya . Bila akta
aslinya ada, maka salinan serta kutipan hanya dapat dipercaya sepanjang
salinan dan kutipan tersebut sesuai dengan aslinya yang senantiasa dapat
diperintahkan untuk ditunjukkan;

Menimbang, bahwa akan tetapi selanjutnya Pasal 1888 KUHPdt


tersebut diatas dapat dikendalikan berdasarkan ketentuan Pasal 1889
KUHPdt dan Pasal 1890 KUHPdt yang merupakan dasar hukum pula
bagi Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI No. 701 K/Sip/Pdt/1074
tanggal 1 April 1976 yang menegaskan ;ebih lanjut bahwa photo copy
dapat diterima sebagai alat bukti apabila photo copy tersebut disertai
dengan keterangan atau dengan jalan apapun secara sah dari mana photo
copy tersebut sesuai dengan aslinya dan merupakan dasar hukum dari
yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI. No. 3038 K/Sip/Pdt/1981
tanggal 18 September 1986 yang menyatakan bahwa meskipun surat bukti
tersebut hanya photo copy tetapi hal ini tidak menyebabkan surat bukti
tersebut mempunyai kekuatan bukti sama sekali melainkan dianggap
sebagai petunjuk;

111
Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum
sebagaimana tersebut di atas maka terhadap bukti P-5 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti T-2, P-7 walaupun telah dimaterai secukupnya
namun tidak dapat disesuaikan dengan aslinya dimuka persidangan adalah
sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk mempertimbangkannya
dalam putusan ini karena diperkuat dengan bukti-bukti lainnya yang
diajukan oleh Penggugat, apalagi terbukti bahwa bukti P-5 ternyata pada
dasarnya bersamaan dengan bukti T-2;

Menimbang, bahwa terhadap Tanggapan para Debitur/Termohon I,


Termohon II, Termohon III dan Termohon IV sebagaimana tersebut di
atas maka Majelis Hakim memberikan pertimbangan hukumnya sebagai
berikut:

DALAM EKSEPSI:
Menimbang, bahwa dalil Termohon I, Termohon II, Termohon III
dan Termohon IV yang menyatakan karena adanya sengketa tentang
berutang atau tidaknya para Termohon Pailit pada Pemohon Pailit masih
berada dalam pemeriksaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan dibawah No. Perkara 290/Pdt.G /2001/PN .JK T.SEL dan
Pengadilan Negeri Jakarta Timur dibawah No. Perkara 262/Pdt.G/2002/
PN.JKT.TIM sehingga dapat dikatakan bahwa pembuktiannya tidak
sederhana, karenanya Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh
Pemohon bukan merupakan kewenangan Pengadilan Niaga akan tetapi
merupakan kewenangan dari Pengadilan Negeri merupakan suatu Eksepsi
yang berkaitan dengan masalah kewenangan;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan azas hukum Lex
Specialis Derogat Lex Generalis maka mengenai masalah kewenangan
ini telah diatur dalam Bab Ke tiga tentang Pengadilan Niaga yaitu pada
Pasal 280 ayat (i) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan
menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dimana Pasal 280
ayat (I) tersebut menyatakan bahwa “Permohonan Pernyataan Pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana dimaksud dalam

112
Bab ke satu dan Bab ke dua diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan
Niaga yang berada di Lingkungan Peradilan Umum”;

Menimbang, bahwa selanjutnya penjelasan dari Pasal 280 ayat (1)


Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan menyatakan bahwa dengan adanya
ketentuan ini maka semua Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang yang diajukan setelah berlakunya Undang-
Undang tentang Kepailitan sebagaimana diubah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti undang-undang ini hanya dapat diajukan kepada
Pengadilan Niaga;

Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan Pasal 28 Perpu No. 1


Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan selanjutnya dinyatakan bahwa “sekedar tuntutan-
tuntutan hukum yang sedang bergantung selama pernyataan pailit
bertujuan memperoleh pemenuhan suatu perikatan dari harta pailit maka
perkaranya harus ditangguhkan setelah pernyataan pailit diucapkan,
sedangkan perkara itu hanyalah akan diteruskan apabila pencocokan
piutang yang bersangkutan dibantah. Dalam hal yang demikian ini,
maka siapa yang melakukan pembantahan itu, menjadi pihak dalam
perkara tersebut sebagai pengganti si pailit.

Menimbang, bahwa selanjutnya dengan memperhatikan Tanggapan


poin ke-3 dari Termohon I, termohon III dan Termohon IV yang pada
dasarnya bersamaan dengan Tanggapan point ke-4 dari Termohon II
sebagaimana tersebut di atas maka berdasarkan azaz hukum Lex Specialis
Derogat Lex Generalis, ketentuan Pasal 280 ayat (1) jo Pasal 28 Perpu
No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan adanya sengketa tentang berutang atau tidaknya
para Termohon Pailit pada Pemohon Pailit masih berada dalam
pemeriksaan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah
No. Perkara 290/Pdt.G/2001/PN.JKT.SEL (vide bukti T-6 yang pada
dasarnya bersamaan dengan bukti TII-2.b) dan Pengadilan Negeri Jakarta
Timur dibawah No. Perkara 262/Pdt.G/2002/PN.JKT.TIM (vide bukti

113
T-7 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-2.a) sebagaimana
didalilkan dalam tanggapan ini walaupun disertai pula dengan bukti T-
8, T-9, T-10 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-11, TII-
l.a, TII-l.b, TII-l.c tidaklah menghilangkan atau mengesampingkan
kewenangan dari Pengadilan Niaga, dalam hal ini adalah Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat, untuk mengadili, memeriksa dan memutus Perkara
Permohonan Pernyataan Pailit ini (vide Pasal 280 ayat (1) jo Pasal 2
ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

Menimbang, bahwa selanjutnya berdasarkan Pasal 28 Perpu No. 1


Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan sebagaimana telah diuraikan di atas pemeriksaan
terhadap perkara yang masih berada dalam pemeriksaan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No. Perkara 290/Pdt.G/2001/
PN.JKT.SEL (vide bukti T-6 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti
TII-2.b) dan Pengadilan Negeri Jakarta Timur dibawah No. Perkara 262/
Pdt.G/2002/PN. JKT.TIM (vide bukti T-7 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti TII-2.a) maupun perkara perkara lain yang ada kaitannya
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Perkara Permohonan Pernyataan
Pailit ini yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap (vide bukti T-
10) yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-11) juga harus
ditangguhkan setelah pernyataan pailit diucapkan, sedangkan perkara
itu hanyalah akan diteruskan apabila pencocokan piutang yang
bersangkutan dibantah. Dalam hal yang demikian ini, maka siapa yang
melakukan pembantahan itu, menjadi pihak dalam perkara tersebut
sebagai penggantinya di Pailit:
Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum
yang disertai dasar hukum sebagaimana tersebut di atas maka adalah
sah menutur hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak Eksepsi
mengenai kewenangan mengadili dari Pengadilan Niaga yang diajukan
oleh para Debitur/Termohon I, termohon II, termohon III maupun
Termohon IV karena tidak berdasar menurut hukum;

114
Menimbang, bahwa setelah memperhatikan isi selanjutnya Eksepsi
yang diajukan oleh para Debitur/ Termohon I, Termohon II, Termohon
III maupun Termohon IV maka dengan mendasarkan dari Pasal 1 ayat
(1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan maka Majelis Hakim berpendapat bahwa
isi selanjutnya dari Eksepsi tersebut telah menyangkut pokok perkara
oleh karenanya adalah sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk
mempertimbangkannya bersama dengan pokok perkara yang akan
dipertimbangkan dibawah i n i;

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun


1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan dinyatakan bahwa Debitur yang mempunyai dua atau lebih
Kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan
yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas
Perm ohonannya sendiri m aupun atas perm intaan seorang atau
krediturnya;

Menimbang, bahwa cara untuk membuktikan apakah suatu


Permohonan Pernyataan Pailit telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat
(1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan sebagaimana tersebut di atas diatur dalam
Pasal 6 ayat (3) Perpu No. 1 tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi
UU No. 4 Tahun 1998 tantang Kepailitan dimana suatu Permohonan
Pernyataan Pailit harus di kabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan
yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan Pailit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa cara untuk membuktikan apakah suatu


Permohonan Pernyataan Pailit telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat
(1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 6 ayat

115
(3) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan tersebut yaitu dengan cara sederhana
dilakukan dengan cara-cara yang diatur dalam Hukum Acara Perdata
Indonesia, yaitu dengan memakai ketentuan Pasal 163 HIR jo Pasal 164
HIR yang dapat diberlakukan dalam perkara ini berdasarkan ketentuan
Pasal 284 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan
menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 163 jo Pasal 164
HIR yang diberlakukan dalam perkara ini menurut Pasal 284 ayat (T)
Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan dikatakan bahwa barang siapa yang
mendalilkan mempunyai hak atau mengajukan suatu peristiwa untuk
menegaskan haknya atau untuk membantah adanya hak orang lain
haruslah membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut sehingga
dengan demikian sudah sharusnya para Debitur/Termohon I, Termohon
II, Termohon III dan Termohon IV mengajukan bukti-bukti yang dapat
mendukung dalil-dalil Tanggapannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-3.a yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti TII-3.A, yang pada dasarnya bersamaan dengan
bukti TII-4.A, bukti P-4.a yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti
TII-3.B, P-4.b yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-4.A, P-
5 s/d P-12, T-l s/d T-5, TII-7 s/d T1I-10 maka dengari memperhatikan
ketentuan Pasal 1282 KUHPdt jis Pasal 1642 KUHPdt jis Pasal 1811
KUHPdt Jis Pasal 18 KUHD terbukti bahwa adalah benar menurut hukum
bahwa Termohon I, Termohon II, Termohon III dan Termohon IV adalah
Debitur sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998
yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan dan tidak terdapat adanya Error in Persona maupun Obscuur
Libel dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini walaupun Termohon I,
Termohon II, Termohon III dan Termohon IV dalam Tanggapannya telah
mengajukan Eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa mereka
(Termohon I, Termohon II, Termohon III dan Termohon IV) tidak

116
mempunyai hubungan hukum dengan Pemohon Pailit dan tidak pula
terikat atas tindakan yang telah dilakukan antara satu dengan lainnya
hingga karenanya menyatakan pula bahwa telah terjadi Error in Persona
maupun Obscuur Libel dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini karena
selain atas Tanggapan dari Termohon I, Termohon II, Termohon III
dan Termohon IV tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup
sebagaimana dipersyaratkan oleh Pasal 163 HIR jo Pasal 164 HIR yang
diberlakukan dalam perkara Perm ohonan Pernyataan P a ilit ini
berdasarkan Pasal 284 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian
disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan juga
berdasarkan Pasal 18 KUHD yang menunjuk pula pada ketentuan Pasal
1282 KUHpdt, Pasal 1642 KUHPdt dan Pasal 1811 KUHPdt dan berlaku
baik bagi firma maupun Perseroan Komanditer dimana Pasal 18 KUHD
tersebut menyatakan bahwa “Dalam perseroan firma tiap-tiap persero
bertangung jawab secara renteng untuk seluruhnya atas perikatan
perseroannya” ;

Menimbang, bahwa selanjutnya khususnya bagi termohon II yaitu


sdr Tansri Benui yang walaupun menurut Tanggapan T-l poin 1.3 telah
mengundurkan diri pada tanggal 3 Pebruari 1998 akan^tetapi dengan
memperhatikan isi dari bukti T-3 pada poin 8 yang merupakan bukti
yang diajukan baik oleh TI, T ill dan TIV dan adanya pengakuan y
Termohon II dalam Tanggapan terulisnya tanggal 29 Januari 2003 poin
Ad. 1.3 halaman 4 (“...Bahwa oleh karena Pemohon hanya menjadi
Kreditur terhadap Termohon II saja, sedangkan dalam permohonan
tidak ternyata...... dst’’) maka dengan memperhatikan ketentuan Pasal
163 HIR jo Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam perkara Permohonan
Pjemyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 tahun 1998 tentang
Kepailitan juga berdasarkan Pasal 18 KUHD yang menunjuk pula pada
ketentuan Pasal 1282 KUHPdt, Pasall642 KUHPdt dan Pasal 1811
KUHPdt dan berlaku baik bagi firma maupun Perseroan Komanditer
dimana Pasal 18 KUHD tersebut menyatakan bahwa “dalam perseroan
firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung renteng

117
untuk seluruhnya atas perikatan perseroannya’’ merupakan bukti yang
kuat bahwa Termohon II tetap merupakan D ebitur dalam Permohonan
Pernyataan Pailit ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-l.a, P-I.b, P-2.a, P-2b, P-
3.a yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-3.A, P-3.b yang
pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-4.A, bukti P-4.a yang pada
dasarnya bersamaan denganbukti TII-3.B, P-4.b yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti TII-4.A, P-5 sampai daengan P -12, T-J sampai
dengan T-5, TII-7 sampai dengan TII-10, P-14, P-15 yang pada dasarnya
bersamaan dengan TII-5.A, P -16 yang pada dasarnya bersamaan dengan
bukti TII-5.B, P-17 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-4, P-
18, P-19 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-6.A, P-20 yang
pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-6.B, P-21 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti T-5 dan bukti P-22 terbukti bahwa adalah benar
menurut bahwa Pemohon yang mengajukan Permohonan Pernyataan
Pailit ini adalah K reditur sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (1) Perpu
No. 1 tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dan tidak terdapat adanya Error in
Persona maupun Obscuur dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini
walaupun Termohon I, Termohon II, Termohon III dan termohon IV
dalam Tanggapannya tertanggal 29 Januari 2003 telah mengajukan
Eksepsi yang pada pokoknya menyatakan bahwa mereka (Termohon I,
Termohon II, Termohon III dan Termohon IV) tidak mempunyai
hubungan hukum dengan Pemohon Pailit dan tidak pula terikat atas
tindakan yang telah dilakukan antara satu dengan lainnya hingga
karenanya menyatakan pula bahwa telah terjadi Error in Persona maupun
Obscuur Libel dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini karena selain
atas Tanggapan dari Termohon Permohonan Pernyataan Pailit ini karena
atas Tanggapan dari TermohonI, Termohon II, Termohon III dan
Termohon IV tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup
sebagaimana dipersyaratkan oleh Pasal 163 HIR jo Pasal 164 HIR yang
diberlakukan dalam perkara Permohonan Pailit ini berdasarkan Pasal
284 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi

118
UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan juga berdasarkan Pasal 18
KUHD yang menunjuk pula pada ketentuan Pasal 1282 KUHPdt, Pasal
KUHPdt 1811 KUHpdt dan berlaku baik bagi firma maupun Perseroan
Komanditer dimana Pasal 18 KUHD tersebut menyatakan bahwa “dalam
perseroan firma tiap-tiap persero bertanggung jawab secara tanggung
jawab renteng untuk seluruhnya atas perikatan perseroannya”',

Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum


sebelumnya termasuk pertimbangan hukum Majelis Hakim atas Eksepsi
mengenai kewenangan Pengadilan Niaga sebagaimana tersebut di atas
maka berdasarkan Pasal 163 HIR jo Pasal 164 HIR yang diberlakukan
dalam perkara Permohonan Pernyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284
ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan dalam hal ini bukti P-22, KL-1
sampai dengan KL_15 merupakan bukti yang cukup sah menurut hukum
bahwa selain memenuhi unsur adanya Debitur maupun Kreditur, maka
Permohonan Pernyataan Pailit ini telah pula memenuhi unsur adanya
satu kreditur lagi, yang dalam praktek di Pengadilan Niaga disebut
sebagai Kreditur Lain, yaitu Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) selaku pihak yang mewakili bank-bank dimana para Debitur
(Termohon I, Termohon II, Termohon III dan termohon IV) berutang,
yaitu :

1. PT. Bank Prima Ekspress;

2. PT. Lippo Bank Tbk;

3. PT. Bank Tiara Asia;

4. PT. Bank Umum Nasional;


5. PT. Bank Dharmala;

6. PT. Bank Central Dagang;

7. PT. Bank Umum Servitia;

8. PT. Bank Bali;

119
9. PT. Sahid Gajah Perkasa Bank;
10. PT. Bank Surya;
11. PT. Executive International Bank;

12. PT. Bank Sembada Artanugroho;

13. PT. Bank Danahutama;

14. PT. Bank Delta;


15. PT. Bank Danamon;

16. PT Supreme Bank/Bank Metropolitan.

Menimbang, bahwa kini Majelis Hakim akan mempertimbangkan


apakah Permohonan Pernyataan Pailit ini juga telah memenuhi adanya
unsur utang sebagaimana dipersyaratkan oleh Pasal 1 ayat (1) Perpu No.
1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan ;

M enimbang, bahwa dengan memperhatikan pertim bangan-


pertimbangan hukum sebelumnya yang diambil berdasarkan adanya fakta
hukum yang terungkap dalam persidangan serta adanya bukti-bukti yang
diajukan oleh para pihak dihubungkan pula dengan isi Pasal 1 ayat (I)
Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan terlihat bahwa terdapat adanya suatu
hubungan hukum antara Pemohon (Kreditur) dengan Termohon I.
Termohon II, Termohon III dan Termohon IV (para Debitur), yaitu
hubungan hukum perikatan atau suatu ikatan dalam bidang hukum harta
benda (Vermogens Recht) antara 2 (dua) orang/pihak atau lebih dimana
orang/ pihak yang satu berhak atas sesuatu (dalam hal ini adalah Kreditur)
sedangkan orang/pihak yang lain (dalam hal ini adalah Debitur) wajib
melaksanakannya, obyeknya tertentu dan subyeknyapun tertentu pula
dimana jika pihak yang mempunyai kewajiban itu (dalam hal ini adalah
Debitur) tidak melaksanakan kewajiban tadi akan menimbulkan apa yang
disebut dengan utang, yakni kewajiban yang dinyatakan atau dapat

120
dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia ataupun
mata uang asing, baik secara langsung maupun kontinjen/tidak langsung
yang timbul karena perjanjian atau Undang-Undang dan yang wajib
dipenuhi oleh Debitur. Bila tidak dipenuhi memberikan hak kepada
Kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya dari harta kekayaan
Debitur;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-3.a yang pada dasarnya


bersamaan dengan bukti TII-3.A, P-3.b yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti TII-4.A, P-4.a yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti
TII-3.B, P-4.b yang pada dasarnya bersamaan dengana bukti TII-5.A,
P-16 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti TII-5.B, P-17 yang
pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-4, P-18, P_19 yang pada
dasarnya bersamaan dengan bukti TII-g.A, P-20 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti TII-6.B, P-21 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti T-5 dan dengan mengambil alih pula pertimbangan hukum
sebelumnya terbukti adalah benar menutur hukum bahwa Termohon I,
Termohon II, Termohon III dan Termohon IV selaku para Debitur
memiliki utang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih pada
mereka secara tanggung renteng sebesar USD 13,378,615 (tiga belas
juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu enam ratus lima belas dolar
Amerika Serikat ) yang timbul sebagai akibat dari ditandatanganinya
Perjanjian antara Pemohon dengan Termohon I, Termohon II pada tanggal
13januari 1998 dan Perjanjian Penyelesaian Utang tanggal 6 April 1998
dimana dengan dibelinya sejumlah steel wire rods dan/atau cooks dari
Pemohon oleh Termohon I, dan Termohon II maka berarti Termohon I,
Termohon II telah berutang pada Pemohon sejak tanggal 13 Januari 1998
sejumlah USD 20,221,526.00 ( Dua puluh juta dua ratus dua puluh satu
ribu lima ratus dua puluh enam dolar Amerika Serikat) dimana utang
sebesar USD 20,221,526.00 (Dua puluh juta dua ratus dua puluh satu
ribu lima ratus dua puluh enam dolar Amerika Serikat) sebagaimana
tersebut di atas telah diakui oleh Termohon I dan Termohon II dalam
Agreement For Setllemen of Debt (Perjanjian Penyelesaian Utang) yang

121
dibuat dan ditanda tangani oleh para pihak tanggal 6 April 1998 dihadapan
Trismorini Asmawel, SH, CN, Notaris Pengganti di Jakarta ;

- Akta Notariil No. 6 tanggal 3 April 1998 tentang Kuasa U ntuk


M e n ju a l dihadapan Trism orini Asmawel, SH, CN, N otaris
Pengganti di Jakarta yang memberi Kuasa pada PT. Samsung De­
velopment untuk menjual 29 (dua puluh sembilan) bidang tanah
milik PT. Wira Griya Mustika;
Akta Notariil No. 7 tanggal 3 April 1998 tentang Kuasa Pengurusan
dihadapan Trismorini Asmawel, SH, CN, Notaris Pengganti di
Jakarta mengenai pemberian Kuasa untuk pengurusan sertifikat 29
(dua puluh sembilan) bidang tanah milik PT. Wira Griya Mustika ;

- Akta Notariil No. 8 tanggal 3 April 1998 tentang P ernyataan


bahwa PT. Wira Griya Mustika telah memberikan Kuasa pada
PT Samsung Development untuk menjual, memindahkan dan/atau
melepaaskan hak atas 29 (Dua puluh sembilan) bidang tanah milik
PT Wira Griya Mustika, Kuasa mana tidak dapat ditarik kembali
dan d ib u at serta ditanda tangani dihadapan T rism orini
Asmawel,SH,CN Notaris Pengganti di Jakarta;

Bahwa berdasar Akta-akta Notariil sebagaimana tersebut di atas


maka telah dibuat Akta Jual Beli No. 25/Ciracas/2000 tanggal 27 Maret
2000 yang dibuat dihadapan PPAT Martina Warmansyah, SH dimana
PT Samsung Development telah membeli tanah dengan sertifikat HGB
No. 80/Ciracas (yang merupakan sertifikat bagi 29 (Dua puluh sembilan)
bidang tanah sebagaimana telah disebut pada No.2 dan No. 3 di atas)
dari PT Wira Griya Mustika dengan nilai Rp. 51.403.950.000,- (lima
puluh satu milyar empat ratus tiga juta sembilan ratus lima puluh ribu
rupiah) yang jika dinilai dengan nilai kurs Dollar Amerika Serikat tanggal
27 M aret 2000 itu (USD l=Rp.7.512,-) adalah setara dengan USD
6,842,911.00 (enam juta delapan ratus empat puluh dua ribu sembilan
ratus sebelas Dollar Amerika), sehingga sisa utang para Termohon
(TermohonI, Termohon II, Termohon III dan termohon IV) adalah USD

122
20,221,526.00 (Dua puluh juta dua ratus dua puluh satu ribu lima ratus
dua puluh enam dolar Amerika Serikat)-USD 6,842,911.00 (enam juta
delapan ratus empat puluh enam dolar Amerika Serikat) -USD 13,378,615
(tiga belas juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu enam ratus lima belas
dolar Amerika Serikat);

Bahwa menurut Pasal 18 KUHD yang menunjuk pula pada Pasal


1282 KUHPdt,1642 KUHPdt dan pasal 1811 KUHPdt maka dengan
ditanda tanganinya perjanjian sebagaimana tersebut pada No. 1 dan No.2
di atas maka secara yuridis Termohon III maupun Termohon IV selaku
dari sekutu dari Termohon I terikat pula pada perjanjian-peijanjian tersebut;

Bahwa terhadap sisa utang sebesar USD 13,378,615 ( tiga belas juta
tiga ratus tujuh puluh delapan ribu enam ratus lima belas dolar Amerika
Serikat) sebagaimana telah diuraikan dalam No. 1 dan No. 4 di atas tidak
pernah lagi dilunasi oleh Termohon I dan Termohon II walaupun
Pemohon telah melakukan 2 (dua) kali peringatan secara tertulis tanggal
1 Oktober 2001 melalui Surat No. 1203/AS/01 dan Surat No. 1205/AS/
01, tanggal 11 Oktober 2001 melalui Surat No. 1265/AS/01 dan Surat
No. 1266/AS/01;

Menimbang, bahwa dari bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak


baik dari pihak Pemohon Pernyataan Pailit maupun dari Pihak para
Termohon Pernyataan Pailit yaitu Termohon I, Termohon II, Termohon
III dan Termhohon IV sebagaimana telah dipakai sebagai bahan
pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas terbukti bahwa cara u n tu k
m em b u k tik an apakah suatu Permohonan Pernyataan Pailit telah
memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1 Tahun 1998 yang
kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan
sebagaimana tersebut di atas adalah telah sesuai dengan Pasal 6 ayat (3)
Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tagun 1998 tentang Kepailitan dimana suatu Permohonan Pernyataan
Pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan Pailit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1) telah terpenuhi;

123
Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum-
pertimbangan hukum sebelumnya maka Permohonan Pernyataan Pailit
ini telah memenuhi unsur Pasal 1 ayat (1) Perpu No. ITahun 1998 yang
kemudian disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan,
hingga karenanya adalah sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan para Debitur, yaitu Termohon I CV Wira Mustika Indah,
Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon
IV Yulia Lupolo Intan berada dalam keadaan Pailit;

Menimbang, bahwa oleh karena para Debitur, yaitu Termohon I


CV Wira Mustika Indah, Termohon II Yansri Benui, Termohon III
Soesanto Leo dan Termohon IV Yulia Lupolo Intan dinyatakan berada
dalam keadaan Pailit sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya
maka berdasarkan Pasal 90 Perpu No. 1 tahun 1998 yang kemudian
disahkan menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan seluruh harta
kekayaan para Debitur, yaitu Termohon I CV Wira Mustika Indah,
Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon
IV Yulia Lupolo Intan berada dalam sitaan umum;
Menimbang, bahwa oleh karena para Debitur, yaitu Termohon I CV
Wira Mustika Indah, Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto
Leo dan Termohon IV Yulia Lupolo Intan dinyatakan berada dalam
keadaan Pailit sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya maka
berdasarkan Pasal 22 Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan
menjadi UU No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan para Debitur, yaitu
termohon I CV Wira Mustika Indah, Termohon II Tansri Benui, Termohon
III Soesanto Leo dan Termohon IV Yulia Lupolo Intan tidak lagi berhak
atas hartanya yang sejak putusan ini diucapkan menjadi budel atau harta pailit;

M enim bang, bahwa oleh karena hal-hal sebagaim ana telah


dipertimbangkan di atas maka berdasarkan Pasal 13 ayat (1) a dan ayat
(1) b Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No.
4 Tahun 1998 tentang Kepailitan perlu ditunjuk seorang Hakim Pengawas
yang berasal dari Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat serta seorang
Kurator;

124
Menimbang, bahwa berdasarkan pengamatan Majelis Hakim
Kurator yang namanya tercantum dalam Permohonan Pernyataan Pailit
yaitu Sdr. Yan Apul, SH dengan alamat Kantor Advokat & Konsultan
Hukum “Yan Apul & Rekan “ beralamat di Menara Thamrin, Lantai 21,
Suite 2102, Jalan MH. Thamrin, Kav 3, Jakarta 10250 ternyata tidak
mempunyai benturan kepentingan, baik dengan pihak Pem ohon
(Kreditur) maupun dengan Termohon I CV. Wira M ustika Indah,
Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon
IV Yulia Lupolo Intan (para Debitur); karenanya adalah beralasan secara
sah menurut hukum lagi bagi Majelis Hakim untuk menunjuk sdr.
Yan Apul, SH dengan alamat Kantor Advokat & Konsultan Hukum
“Yan Apul & Rekan” beralamat di Menara Thamrin, Lantai 21, Suite
2102, Jalan MH Thamrin, Kav 3, Jakarta 10250 selaku Kurator dari
Termohon I CV Wira M ustika Indah, Termohon II Tansri Benui,
Termohon III Soesanto Leo dan Termohon IV Yulia Lupolo Intan (para
Debitur);

Menimbang, bahwa mengenai imbalan Kurator dan biaya kepailitan


akan ditetapkan kemudian dengan berpedoman pada keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.09-HT.Q5.10-Th.l998
tanggal 22 September 1998 setelah Kurator bersangkutan menjalankan
tugasnya selaku Kurator dalam Perkara Permohonan Pernyataan
Pailit ini ;

Menimbang, bahwa oleh karena Permohonan Pernyataan Pailit ini


dikabulkan maka sebagai kosekuensinya yuridis serta berdasarkan pada
azas keadilan dan kepatutan maka Termohon I, Termohon II, Termohon
III dan Termohon IV selaku pihak yang dinyatakan berada dalam keadaan
pailit/pihak yang dikalahkan harus membayar biaya perkara yang
besarnya sebagaimana tertera dalam amar putusan dibawah ini;

Mengingat Pasal 163 HIR jo Pasal 164 HIR, Pasal 18 KUHD yang
menunjuk Pasal 1282 KUHPdt, Pasal 1642 KUHPdt jis Pasal 1811
KUHPdtjis Pasal 1888 KUHPdt s/d Pasal 1890 KUHPdt jis Pasal 1 ayat
(1) jis Pasal 2 jis Pasal 6 ayat (3) jis Pasal 13 ayat (1) a dan ayat (1) jis

125
Pasal 22 jis Pasal 28 jis Pasal 90 jis Pasal 280 ayat (1) Pasal 284 ayat (1)
Perpu No. 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi UU No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan dan ketentuan-ketentuan lain yang
bersangkutan;

MEMUTUSKAN

DALAM EKSEPSI

M enolak Eksepsi dari Termohon I CV Wira M ustika Indah,


Termohon II Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon
IV Yulia Lupolo Intan (para Debitur);

DALAM POKOK PERKARA

- Mengabulkan permohonan pernyataan pailit dari Pemohon untuk


seluruhnya;

- Menyatakan Termohon I CV Wira Mustika Indah, Termohon II


Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon IV Yulia
Lupolo Intan berada dalam keadaan Pailit;

- Menunjuk ERWIN MANGATASU MALAU, SH, MH. selaku


Hakim Pengawas;

- Mengangkat Sdr. YAN APUL SH dengan alamat Kantor Advokat


& Konsultan Hukum “Yan Apul & Rekan” beralamat di Menara
Thamrin, Lantai 21, Suite 2102, Jalan MH Thamrin, Kav 3, Jakarta
10250 selaku Kurator;

- M enetapkan imbalan jasa bagi Kurator dan kepailitan akan


ditetapkan kemudian dengan berpedoman pada Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. M.09-HT.05.10-Th. 1998
tanggal 22 September 1998 setelah Kurator yang bersangkutan
selesai menjalankan tugasnya selaku Kurator dalam Perkara
Permohonan Pernyataan Pailit;

126
Membebankan Termohon I CV Wira Mustika Indah, Termohon II
Tansri Benui, Termohon III Soesanto Leo dan Termohon IV Yulia
Lupolo Intan untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah) secara tanggung renteng;

127
No. 0 l/Pailit/2003/PN.NiagaJkt.Pst.
Catatan A khir:
1. Pengadilan Niaga dalam pertimbangan hukumnya mendasarkan pada
ketentuan pasal 18 KUHD yang menentukan bahwa dalam perseroan
firma, tiap-tiap pesero bertanggung jawab secara tanggung renteng
untuk seluruhnya atas perikatan perseroannya.
Subjek hukum dalam perkara ini adalah badan hukum yang berbentuk
firma, dimana perseronya terdiri dari pesero aktif yang sekaligus
sebagai pengurus perseroan firma, dan pesero pasif (komanditer)
sebagai pesero yang menyetorkan sejumlah modal tertentu kepada
perseroan firma. Tanggung jawab pesero memang secara tanggung
renteng tetapi perlu dipertimbangkan bahwa pesero aktiflah yang
bertanggungjawab penuh / seluruhnya atas segala perikatan perseroan,
sedang pesero komanditer hanyalah bertanggungjawab sebesar
modal yang telah disetorkan kepada perseroan firma. Karena itu pesero
komanditer dapat dinilai sebagai pesero yang bertanggungjawab atas
perikatan perseroan, kecuali sepanjang modal yang telah disetorkan
kepada perseroan yang tidak meliputi harta pribadinya. Sehingga
karenanya ia tidak tepat apabila ditarik sebagai subjek hukum
termohon pailit.
2. Pengadilan Niaga telah memperluas batasan pengertian “ utang “
yang dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) Perpu. Nomor 1 Tahun 1998
jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 yaitu meliputi kewajiban
yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang. Hal ini
tidak sesuai dengan penjelasan pasal 1 ayat (1) yang mengartikan
utang yang tidak dibayar adalah hutang pokok atau bunganya.
Perluasan arti hutang ini diadopsi dalam Undang-undang Nomor
37 Tahun 2004, pasal 1 angka 6 yang menyatakan bahwa utang
adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

128
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

PUTUSAN M AJELIS HAKIM :


- MENOLAK PERMOHONAN PEMOHON

Mi l i k
Perpustakaan
Mahkamah Agung - RI

HUKUM NIAGA

129
TERMOHON PT. BALI PERKASA SUKSES DISAMPING
PUNYA HUTANG KEPADA PEMOHON JUGA
MEMPUNYAI HUTANG KE BPPN

• Pem ohon PT. Astria Raya Bank (DLK), PT. Bank


Androm eda (TLBA) dan PT. Bank Dwipa Sem esta
mengajukan pemailitan terhadap PT. Bali Perkasa Sukses
(PT. BPS) berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:

- Bahwa Termohon mempunyai hutang kepada Pemohon


sebesar US$ 1.199.512,37 Dolar Amerika, dim ana
berd asark an pasal 13 B utir 13, 2.17 P erjan jian
Restrukturisasi Hutang yang dibuat di Notaris dengan
No. 11 Tanggal 11 Mei 2002, Termohon harus melunasi
hutang-hutangnya kepada Pemohon paling lambat satu
bulan sebelum berakhirnya tugas Tim Likuidasi;

- Bahwa disamping punya hutang kepada Pemohon,


Termohon juga mempunyai hutang kepada BPPN sebesar
US$ 9.265,769,21 hal ini terbukti bahwa Termohon
mempunyai dua Kreditur dan tidak membayar minimal
satu hutang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih,
sebagaimana diatur dalam Pasal 1Ayat 1 UU No. 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan;

- Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas mohon


agar PT. Bali Perkasa Sukses dinyatakan pailit dengan
segala akibat hukumnya.

• Berdasarkan dalil-dalil yang diajukan Pemohon, pihak


Termohon mengajukan jawabannya sebagai berikut:

- Bahwa Termohon menolak permohonan Pemohon, sebab


Pemohon bukan kreditur, tidak punya hak untuk menagih,
Termohon tidak mempunyai hutang yang sudah jatuh

131
tempo dan dapat ditagih, hal ini berdasarkan Pasal 7.2,
8.1 Drave A, B dan periode pembayaran bunga perjanjian
Restrukturisasi, yaitu suku bunga dihitung sejak tanggai
Perjanjian dan pembayaran bunga pertama dilakukan
tanggal 30 Juni 2005, serta bulan dimulai tahun 2005
s/d 2012;
- Untuk itu mohon permohonan Pemohon ditolak seluruhnya.
® Pertimbangan Hukum dan Putusan :

- Berdasarkan Pasal 6,7 Perjanjian Restrukturisasi Hutang


No. 11 Tanggal 7 Mei 2002, ditentukan, bahwa Termohon
baru diwajibkan untuk membayar hutang pokok dan
bunganya terhitung sejak tanggai 30 Juni 2005 dan
berakhir tanggal 7 Mei 2012, maka untuk itu menolak
permohonan Para Pemohon;

Menghukum para Pemohon untuk membayar biaya


perkara sebesar Rp. 5.000.000,- lima juta rupiah).

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT


NO : 03/PAILIT/2003/PN. NIAGA, JKT. PST
DALAM PERKARA

Antara
Pem ohon:

1. Pemohon I, Tim Likuidasi PT. Astria Raya Bank


Yang beralamat di Jin. Panglima Polim Raya No. 105-106 H &
I Jakarta Selatan;

2. Pemohon II, Tim Likuidasi PT. Bank Andromeda


Yang beralamat di Wisma Barito Pacifik Lantai 4 Jin. Jend. S.
Parman Kav. 62-63 Jakarta 11410;

132
3. Pemohon III, Tim Likuidasi PT. Bank Dwipa Semesta

Yang beralamat di Prince Center Building, Jin. Jend. Sudirman


Kav. 3-4 Jakarta 10220;
Dalam perkara ini, masing-masing diwakili oleh kuasanya :
Media Warman, SH.
Septarius Kahar, SH.
Irwanul Fitri, SH.
Yuherman Richard, SH.
Semuanya adalah Advokat dan Pengacara pada kantor Media
Warman & Partnest, yang beralamat di Jin. Biak No. 7 Lantai 3
Roxy, Jakarta Pusat yang berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 3 Februari 2003.

Melawan

Termohon :
PT, Bali Perkasa Sukses
Beralamat di Jin. P. Diponegoro No. 66 Jakarta Pusat, yang dalam
hal ini memilih domisili hukum di Kantor Pengacara dan konsultan
Hukum pada Firma Hukum BT. Partnership yang diwakili oleh :
1. Rahmat Bastian, SH.
2. Kurniadi Sulistyono, SH.
3. Asean Marsini, SH., LLM.
4. Heryatmita, SH.
Kesemuanya beralamat di BRI Tower II Lantai 14 Jin. Jend.
Sudirman No. 45 Jakarta dengan surat kuasa khusus tanggal 14
Februari 2003.

133
DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan Surat Permohonannya


tertanggal 17 Februari 2003 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat tanggal 19 Februari 2003 No. 03/PAILIT/2003 PN.
Niaga. JKT.PST, telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa PEMOHON I adalah TIM LIKUIDASI dari PT. ASTKIA


KARYA BANK (DL), suatu Badan Hukum Bank yang berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal 1
November 1997, Nomor 527/KMK.017/1997, telah dicabut izin
usahanya, dan berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa PT. ASTRIA RAYA BANK (DL) No. 106,
tertanggal 18 Desember 1997, yang dibuat di hadapan Maria Andiani
Kidarsa, SH. Notaris di Jakarta (Bukti P-l), telah dibentuk Tim
Likuidasi dan terakhir susunan Tim Likuidasi diubah dengan Surat
Bank Indonesia Nomor : 31/I655/UPPB/ADP, tertanggal 19 Maret
1999 (Bukti P-2);
2. Bahwa Pemohon II adalah TIM LIKUIDASI dari PT. BANK
ANDROMEDA (DL), suatu Badan Hukum Bank yang berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tertanggal I
November 1997, Nomor : 528/KMK. 107/1997, telah dicabut izin
usahanya dan berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa PT. BANK ANDROMEDA (DL) No. 24,
tertanggal 17 November 1997, yang dibuat di hadapan Mudofir Hadi,
SH. Notaris di Jakarta (Bukti P-3), dan Susunan Tim Likuidasi yang
disetujui Bank Indonesia yaitu dengan Surat Bank Indonesia
tertanggal 17 November 1997 Nomor : 30/1866/UPB2/ADB2.
(Bukti P-4);
3. Bahwa Pemohon III adalah TIM LIKUIDASI dari PT. BANK
DWIPA SEMESTA (D L), suatu Badan H ukum Bank yang
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
tertanggal 1 November 1997, Nomor : 538/KMK.017/1997, telah

134
dicabut izin usahanya dan berdasarkan Berita Acara Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa PT, BANK DWIPA SEMESTA (DL)
No. 7, tanggal 3 Desember 1997, yang dibuat di hadapan Marina
Soewama, SH. CN. Pengganti Refizal, SH. Notaris di Jakarta (Bukti
P-5), dan berkaitan dengan Surat Bank Indonesia Nomor : 30/308/
UPB3/ADB3/Rahasia tertanggal 2 Desember 1997 (Bukti P-6);

4. Bahwa berdasarkan Perjanjian Restrukturisasi hutang yang dibuat


di hadapan Lily Harjati Soedowo, SH. Notaris di Jakarta, di bawah
akta nomor 11 tertanggal 7 Mei 2002, Termohon mempunyai
hutang kepada Para Pemohon dengan perincian sebagai berikut
(Bukti P-7);

4.1. Kepada Pemohon I

- Tranche IB US $134,826.68

- Tranche 2B US $83,234,63

Jumlah hutang kepada Pemohon I US $ 218,061.31

4.2. Kepada Pemohon II

- Tranche IB US $472,001.68

- Tranche 2B US $291,338.07

Jumlah hutang kepada Pemohon II US $ 763,389.75

4.3. Kepada Pemohon III

- Tranche IB US $134,826.68

- Tranche 2B US $83,234,63

Jumlah hutang kepada Pemohon III US $218,061.31

Jumlah Total hutang Kepada Para Pemohon US $ 1,199,512.37

Terhitung Satu Juta Seratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Lima


Ratus Dua Belas Point Tiga Puluh Dollar Amerika

135
5. Bahwa sehubungan dengan Perjanjian Restrukturisasi hutang yang
dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta di
bawah akta nomor 11 tertanggal 7 Mei 2002 tersebut di atas antara
TERMOHON dengan PARA PEMOHON, telah dibuat:

5.1. Akta Penetapan Obligasi Konvensi No. 12, tanggal 7 Mei 2002,
dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(Bukti P-8);
5.2. Akta Pengakuan hutang No. 13, tanggal 17 Mei 2002,
dibuat di hadapan Lily Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (Bukti
P -9);
5.3. Akta Pengakuan hutang No. 14, tanggal 7 Mei 2002, dibuat di
hadapan Lily Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (Bukti P10);

5.4. Akta Pernyataan dan Kesanggupan No. 20 tanggal 7 Mei 2002,


dibuat di hadapan Lily Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (Bukti
P -ll);
6. Bahwa keseluruhan dari akta-akta pada poin 5.1 sampai dengan poin
5.4 tersebut di atas, adalah berasal dan merupakan kelanjutan d a ri:

6.1. Akta Perjanjian Kredit Investasi No. 81, tanggal 18 Mei 1993,
yang dibuat di hadapan Mudofir, Hadi, SH. Notaris di Jakarta
(Bukti P-12);

6.2. Akta Addendum atas Perjanjian Kredit Investasi No. 4, tanggal


11 Oktober 1995, yang dibuat di hadapan Isyana Wisnuwardhani
Sadjarwo, SH. pengganti Mudofir Hadi, SH. Notaris di Jakarta
(Bukti P-13);

TENTANG UTANG YANG TELAH JATUH TEMPO DAN DAPAT


DITAGIH.

7. B ahw a b erdasarkan pasal 13 B ukti 13,2.17. P erjanjian


Restrukturisasi hutang yang dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo,

136
SH. Notaris di Jakarta di bawah akta nomor 11 tertanggal 7 Mei
2002 tersebut, Termohon harus melunasi hutangnya kepada Para
Pemohon paling lambat 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya masa
tugas Tim Likuidasi;

Untuk lebih jelasnya kami kutip ketentuan Pasal 13 butir 13.2.17.


tersebut, yang menyebutkan :
“13.2.17. hutang Porsi BDL harus dilunasi antara lain
dengan cara refinance oleh debitur selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya
tugas Tim Likuidasi dari masing-masing kreditur
BDL, dan bagi kreditur baru pengganti BDL wajib
mengikuti syarat dan kondisi yang ditentukan
dalam perjanjian ini”.

8. Bahwa Pasal 12 angka 1 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999


Tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran Likuidasi Bank dengan
tegas menyatakan :
“Pelaksanaan Likuidasi Bank wajib dilaksanakan paling lambat
5 (lima) tahun terhitung sejak dibentuknya Tim Likuidasi” .

9. Berdasarkan ketentuan Pasal 12 angka 1 Peraturan Pemerintah No.


25 Tahun 1999 tersebut di atas masa Likuidasi PT. Astria Raya Bank
(DL) telah berakhir pada tanggal 18 Desember 2002, karena Tim
Likuidasi terbentuk berdasarkan Berita Acara Rapat U m um
Pemegang Saham Luar Biasa PT. ASTRIA RAYA BANK (DL)
No. 106, tertanggal 18 Desember 1997, yang dibuat di hadapan Maria
Andriani Kidarsa, SH. Notaris di Jakarta;
10. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 angka 1 Peraturan
Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tersebut di atas, masa Likuidasi
PT. BANK ANDROMEDA (DL) telah berakhir pada tanggal 17
November 2002, karena Tim Likuidasi terbentuk berdasarkan Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. BANK AN-

137
DROMEDA (DL) No. 24, tertanggal 27 November 1997, yang
dibuat di hadapan Mudofir Hadi, SH. Notaris di Jakarta;

11. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 12 angka 1 Peraturan


Pemerintah No. 25 Tahun 1999 tersebut di atas, maka likuidasi PT.
BANK DWIPA SEMESTA (DL) telah berakhir pada tanggal 3
Desember 2002, karena Tim Likuidasi terbentuk berdasarkan Berita
Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT. BANK
DWIPA SEMESTA (Dalam Likuidasi) No. 7, tertanggal 3 Desember
1997, yang dibuat di hadapan Marina Seowama, SH. CN. Pengganti
Refizal, SH. Notaris di Jakarta;
12. Bahwa sesuai dengan uraian-uraian pada point 7 (tujuh) sampai
dengan point 11 (sebelas) tersebut di atas, maka jelas terbukti secara
umum berdasarkan P a sa l 13 b u tir 13.2.17. P erjanjian
Restrukturisasi hutang yang dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo,
SH. Notaris di Jakarta di bawah akta nomor 11 tertanggal 7 Mei
2002, hutang Termohon kepada Para Pemohon telah ja tu h tempo
dan dapat ditagih;

13. Bahwa Pemohon I dan Pemohon II melalui Kuasa Hukum telah


mensomasi Termohon untuk menyelesaikan kewajibannya kepada
Pemohon I dan Pemohon II sebanyak 2 (dua) kali, tetapi Termohon
tetap tidak melaksanakan kewajibannya kepada Pemohon I dan
Pemohon II (Bukti P-14 dan Bukti P-15);

14. Bahwa Pemohon II melalui Surat No. 053/TLBA/2002 tertanggal


23 Oktober 2002 perihal : Kewajiban Saudara pada Bank-Bank
Likuidasi, juga telah memperingatkan Termohon melalui peringatan
tertulis untuk melaksanakan kewajiban kepada Pemohon II, tetapi
Termohon ju g a tidak m elaksanakan kew ajibannya kepada
Pemohon II (Bukti P-16);

15. Bahwa oleh karena Termohon tidak melaksanakan kewajibannya


sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan Perjanjian Aquo,
maka Pemohon I melalui surat No. 012/TL-Astria/I/03 tertanggal

138
31 Januari 2003 telah membatalkan Perjanjian Restrukturisasi hutang
yang dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
di bawah akta nomor 11 tertanggal 7 Mei 2002 tersebut (Bukti P-
17);
16. Bahwa oleh karena Termohon tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan Perjanjian Aquo,
maka Pemohon II melalui surat No. 009/TLBA/I/2003 tanggal 31
Januari 2003 perihal Pemutusan Perjanjian Resrukturisasi, telah
membatalkan Perjanjian Restrukturisasi hutang yang dibuat di
hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta di bawah akta
nomor 11 tertanggal 7 Mei 2002 tersebut (Bukti P-18);
17. Bahwa oleh karena Termohon tidak melaksanakan kewajibannya
sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan Perjanjian Aquo,
maka Pemohon III melalui surat No. 03/TL/BD/I/03 tertanggal 31
Januari 2003 perihal Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi, telah
membatalkan Perjanjian Restrukturisasi hutang yang dibuat di
hadapan Lily H arjati Soedew o, SH. N otaris di Ja k a rta
di bawah akta nom or 11 tertanggal 17 Mei 2002 terseb u t
(Bukti P-19);

18. Bahwa dengan dibatalkannya Perjanjian Restrukturisasi hutang oleh


Para Pemohon, maka berdasarkan ketentuan Pasal 18 butir 18.1 dan
butir 18.2 perjanjian aquo, berakhir hukum sejak saat pembatalan
perjanjian UTANG TERMOHON KEPADA PARA PEMOHON
TELAH JATUH TEMPO PAN DAPAT DITAGIH;

Untuk lebih jelasnya kami kutip ketentuan Pasal 18 Perjanjian


Restrukturisasi hutang tersebut, yang menyatakan :

“Dalam hal terjadinya pemutusan Perjanjian ini sebagaimana


dimaksud Pasal 17.1. atau Pasal 17.2. di atas, maka Para
Kreditur atas keputusannya sendiri berhak :

18.1.1 Untuk menetapkan setiap dan seluruh jumlah hutang

139
D ebitur yang masih terh u tan g pada P a ra K red itu r
secara seketika dan sekaligus lunas berikut bunganya.

18.1.2. U ntuk m enuntut D ebitur dan/atau setiap pihak yang


m e m p u n y a i- k e w a jib a n k e p a d a P a r a K r e d itu r
berdasarkan perjanjian ini dan/atau setiap dan seluruh
p e r ja n jia n y an g d ib u a t d a n d ita n d a ta n g a n i
berdasarkan perjanjian ini, u n tuk seketika m em bayar
ju m la h h u tan g yang m asih te rh u ta n g d a n belum
dibayar lunas, tetapi tidak terbatas pada setiap dan
seluruh ongkos/biaya/honorarium yang dikeluarkan/
dibayarkan oleh P ara K red itu r di dalam m enjalankan
hak-haknya” .

M EN GENA L ADANYA KEW AJIBAN Term ohon TERH A D A P


KREDITUR LAIN.
19. Bahwa di samping hutang kepada Para Pemohon yang merupakan
3 (tiga) Kreditur Term ohon, ternyata Termohon mempunyai
kew ajiban terhadap K reditur lain, yaitu kepada BADAN
PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL, hutang mana adalah
sebesar : US$ 9,265,759.21 (sembilan juta dua ratus enam puluh
lima ribu tujuh ratus lima puluh sembilan point dua puluh satu
Dollar Amerika).
20. Bahwa sesuai dengan uraian-uraian pada point 5 (lima) sampai
dengan point 19 (sembilan belas) tersebut di atas maka telah terbukti
menurut hukum :
“ Bahwa Termohon mempunyai sekurang-kurangnya 2 (dua)
k red itu r dan tidak m em bayar m inim al 1 (satu) hutang yang
telah ja tu h tem po dan d a p a t d itag ih sehingga m em enuhi
ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan, dan karenanya Termohon d apat dinyatakan
pailit” .

140
Untuk lebih jelasnya kami kutip isi ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1998, sebagai berikut:

“(1). Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan


tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah
jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit sesuai
dengan putusan yang berw enang seb agaim an a
dimaksud dalam Pasal 2...”

“(3). Perm ohonan pernyataan pailit harus dikabulkan


apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti
secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan
pailit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
telah terpenuhi... dst...”.

21. Bahwa Pemohon memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa


dan menangani perkara ini, untuk mengangkat Kurator Nuzul Arifin,
SH dari Kantor Hukum “NUZUL & REKAN” yang beralamat di
Gedung Senatama, Lantai 2/217, Jl. Kwitang Raya No. 6 Jakarta
Pusat, sebagai Kurator untuk mengurus dan atau membereskan harta
pailit.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon dengan ini memohon


kepada Mejelis Hakim yang memeriksa dan menangani perkara ini pada
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat berkenaan memutuskan dan menetapkan
sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan pernyataan pailit PARA


Pemohon untuk seluruhnya.

2. Menyatakan Termohon (PT. BALI PERKASA SUKSES) dalam


keadaan pailit.

3. Menetapkan Kurator Nuzul Arifin, SH dari Kantor H ukum


“NUZUL & REKAN” yang beralamat di Gedung Senatama, Lt. 2/
217. Jl. Kwitang Raya No. 6, Jakarta Pusat, sebagai Kurator
Termohon.

141
4. Menghukum Termohon membayar seluruh hutangnya kepada Para
Pemohon, dengan total sampai dengan tanggal 31 Januari 2003
sebesar:

Atas Tagihan Pemohon I USS 218.061.31

Atas Tagihan Pemohon II US $ 763.389.75

Atas Tagihan Pemohon III US$ 218,601.31

Jum lah US $ 1,199,512.37

Terbilang Satu Ju ta Seratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu


Lima Ratus Dua Belas P oint Tiga Puluh I\iju h Dollar Amerika.

Dan bunganya beserta denda suku bunga akan tetap berjalan sampai
dibayarkan lunas oleh Termohon.
5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang timbul
menurut hukum

Atau bilamana Pengadilan Niaga berpendapat lain, maka P ara Pemohon


mohon putusan yang seadil-adilnya dan patut menurut hukum (Ex. Aquo
et Bono).

Menimbang, bahwa pada hari-hari persidangan yang telah ditentukan


untuk Pemohon hadir kuasanya : 1, Media Warman, SH. 2. Septarius
Kahar, SH. 3. Irwanul Fitri, SH. Dan 4. Yuherman Richard, SH. Untuk
Term ohon hadir kuasanya : Rahmat Bastian, SH. berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 25 Februari 2003;
Menimbang, bahwa di persidangan telah dibacakan Permohonan
Pem ohon yang mana isi dan maksudnya tetap dipertahankan oleh
Pemohon;
Menimbang, bahwa Termohon telah mengajukan tanggapannya /
jawaban dengan suratnya tertanggal 4 Maret 2003, yang pada pokoknya
sebagai berikut:
A. Umum

Termohon menolak semua pernyataan yang diajukan oleh Para


Pem ohon dalam b u tir-b u tir perm ohonan tanpa te rk e cu ali
dikarenakan Para Pemohon tidak berkapasitas sebagai Kreditur, Para
Pemohon tidak mempunyai hak untuk menagih yang dapat
dibuktikan secara sederhana, Termohon tidak mempunyai hutang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, Kreditur lain yang
dinyatakan Para Pemohon tidak dapat dibuktikan, serta persyaratan
dalam Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1998 tidak terpenuhi.

B. Surat Kuasa Para Pemohon Tidak Sah.

1. Bahwa Para Pemohon mengajukan permohonan pernyataan


palit dengan memberikan surat khusus kepada Media Warman
& Partners, masing-masing tertanggal:

1. 3 Februari 2003 No. 10/SK-MH/II/03 yang diberikan oleh


Pemohon I;

2. 3 Februari 2003 No. 12/SK-MH/II/03 yang diberikan oleh


Pemohon II; dan

3. 3 Februari 2003 No. ll/SK-MH/II/03 yang diberikan oleh


Pemohon III.

(selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Surat Kuasa Para


Pemohon”).
2. Bahwa Surat Kuasa Para Pemohon tersebut telah memberikan
kuasa secara KHUSUS untuk dan atas nama serta mewakili,
masing-masing Pemohon I, Pemohon II, atau Pemohon III untuk:

“Mewakili Pemberi Kuasa mengajukan permohonan pailit


terhadap PT. Bali Perkasa Sukses, berkedudukan di Jakarta
kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sehubungan dengan

143
Perjanjian Restrukturisasi hutang No. 11 tanggal 7 Mei 2002
yang dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris
di Jakarta, serta perjanjian-perjanjian lain yang berkaitan
dengan perjanjian itu”.

3. Namun nampaknya Para Pemohon (Pemberi Kuasa) ataupun Kuasa


Para Pemohon lalai, lupa atau tidak menyadari bahwa Perjanjian
Restrukturisasi hutang No. 11 tanggal 7 Mei 2002 yang dibuat di
hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta, serta
perjanjian-perjanjian lain yang berkaitan dengan perjanjian itu, telah
DIPUTUSKAN atau DIBATALKAN oleh Para Pemohon sendiri
SEBELUM TANGGAL MASING-MASING SURAT KUASA
diberikan yaitu pada tanggal 31 Januari 2003 sesuai dengan surat-
surat yang ditandatangani oleh Para Pemohon sendiri (vide Bukti
P-17, P-18 dan P-19 Para Pemohon).
4. Dengan demikian Surat Kuasa yang sifatnya KHUSUS mendasarkan
perbuatan Penerima Kuasa pada Perjanjian Restrukturisasi hutang
No. 11 tanggal 7 Mei 2002 yang dibuat di hadapan Lily Harjati
Soedewo, SH. Notaris di Jakarta, serta perjanjian-perjanjian lain
yang berkaitan dengan perjanjian itu, menjadi tidak sah karena
dikeluarkan setelah tanggal 31 Januari 2003. Semestinya Para
Pemohon lebih jeli dalam menandatangani Surat Kuasa.

C. Para Pemohon Tidak Berkapasitas Sebagai Kreditur.


1. Para Pemohon BPPN selalu dirujuk sebagai Para Kreditur dan
sebaliknya pengertian Para Kreditur dalam Perjanjian Restrukturisasi
selalu merujuk pada Para Pemohon dan BPPN terutama dalam pasal
kapasitas para pihak (Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(vide halaman 7 Bukti T-l), yang isi selengkapnya kami kutip
sebagai berikut:
“...untuk selanjutnya PT. ASTRIA RAYA BANK (dalam likuidasi),
PT. BANK ANDROMEDA (dalam likuidasi), dan PT. BANK

144
DWIPA SEMESTA (dalam likuidasi) tersebut secara bersama-sama
disebut BDL)”;

“...untuk selanjutnya BPPN dan BDL secara bersama-sama disebut


Para Kreditur”;

2. Termohon telah secara tegas mengakui dan menegaskan tersebut


telah diterima oleh Para Kreditur bahwa berdasarkan Pasal 4.1,
Termohon sesungguhnya terhutang kepada Para Kreditur dan
bukan semata-mata kepada BDL (vide halaman 46 Butir T -l) ;

3. Dalam Perjanjian Restrukturisasi, BDL dan BPPN adalah satu


kesatuan kreditur yang tidak terpisahkan dan tidak dapat bertindak
sendiri-sendiri ataupun masing-masing karena itulah seluruh hak
maupun kapasitas yang ada selalu merujuk kepada Para Kreditur
yaitu :

3.1. Hak m em utuskan P erjan jian R estru k tu risasi dengan


pemberitahuan tertulis kepada Termohon yang dilakukan 7
(tujuh) hari kalender sebelumnya, dalam hal terjadinya satu atau
lebih Peristiwa Cidera Janji Termohon (vide Pasal 17.1 halaman
104, Bukti T-l);

3.2. H ak m em utuskan P erjanjian R estru k tu risasi den g an


pemberitahuan tertulis kepada Termohon yang dilakukan 7
(tujuh) hari sebelumnya, apabila menurut perhitungan Para
Kreditur Peristiwa Cidera Janji Termohon dimaksud terus
berlanjut untuk jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari
kalender terhitung sejak tanggal surat peringatan, dan apabila
menurut Para Kreditur, Termohon tidak atau belum memenuhi
kewajibannya, atau tidak mampu untuk memperbaiki atau
memulihkan Peristiwa Cidera Janji tersebut (vide Pasal 17.2,
halaman 105, Bukti T-l); termasuk
3.3. Hak untuk menetapkan setiap dan seluruh Jumlah hutang
Termohon yang masih terhutang kepada Para Kreditur secara

145
seketika dan sekaligus lunas berikut bunga dan denda (vide Pasal
18.1, halaman 106, Bukti T-l), berikut hak untuk menuntut (i)
Debitur dan/atau (ii) setiap pihak yang mempunyai kewajiban
kepada P ara K red itu r berdasarkan (ii. 1) P erjan jian
Restmkturisasi dan/atau (ii.b) setiap dan selumh perjanjian yang
dibuat dan ditandatangani berdasarkan P erjan jian
Restrukturisasi; untuk seketika membayar Jumlah hutang yang
masih terhutang dan belum dibayar lunas.

4. Seluruh hak-hak tersebut hanya dapat dilakukan oleh Para Kreditur


yang terdiri atas BDL dan BPPN sesuai ketentuan dimana pengertian
P a ra K re d itu r adalah BPPN dan BDL secara bersama-sama
(vide halaman 7 Bukti 71). Tidak pernah diatur ataupun disepakati
oleh para pihak bahwa hak-hak tersebut dapat dilakukan oleh BPPN
atau BDL secara sendiri-sendiri. Demikian pula halnya dalam
Perjanjian Oblikasi Konversi, setiap dan seluruh hak-hak kreditur
selalu diberikan kepada Para Kreditur yang terdiri atas BDL dan
BPPN sesuai ketentuan dim ana pengertian P a r a K re d itu r
adalah BPPN dan BDL secara bersama-sama (vide halaman 8
Bukti T-2).

5. Dengan demikian dapat disimpulkan secara mudah dan jelas bahwa


Para Pemohon kekurangan pihak yakni BPPN untuk dapat
menyatakan diri mereka sebagai Para Kreditur yang sah sehingga
berhak mengajukan permohonan.

D. Pemohon Tidak M emiliki K apasitas Sah U ntuk M elakukan


Penagihan Dengan Sah Sehingga hutang Belum Ja tu h Tempo
dan D apat Ditagih.

1. Bahwa Termohon dinyatakan lalai dan ditagih pertama kali


melalui Surat yang dikirimkan oleh Pemohon II pada tanggal
23 Oktober 2002 No. 053/TLBA/2002 (vide B ukti P-16 Para
Pem ohon) yang isinya menyatakan Termohon melakukan
wanprestasi atas dasar keterlambatan pembayaran kupon bunga

146
obligasi konversi untuk tanggal pembayaran bunga 30 September
2002 dengan merujuk pasal 12.2 Perjanjian Obligasi Konversi
sebagai dasarnya. Surat ini dijadikan dasar bagi Para Pemohon
untuk selanjutnya berturut-turut mengirimkan :

1.1. Surat No. 02/MW-SOM/I/03 tanggal 6 Januari 2003 perihal


Somasi (vide Bukti P-14 Para Pemohon);

1.2. Surat No. 011/MW-SOM/I/03 tanggal 6 Januari 2003


perihal Somasi ke II (vide Bukti P -15 Para Pemohon);

1.3. Surat No. 012/TL-Astria/I/03 tanggal 31 Januari 2003


perihal Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi hutang (vide
Bukti P -17 Para Pemohon);

1.4. Surat No. 009/TLBA/2003 tanggal 31 Januari 2003 perihal


Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi (vide Bukti P -18 Para
Pemohon); dan

1.5. Surat No. 03/TL/.BD/I/2003 tanggal 31 Januari 2003


perihal Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi (vide Bukti
P -19 Para Pemohon).

Dengan demikian apabila surat yang menyatakan Termohon


pertama kali lalai atau wanprestasi adalah tidak sah maka
seluruh surat-surat yang berhubungan, menguntungkan atau
mendasarkan hak Para Pemohon kepada surat pernyataan lalai
tersebut menjadi tidak sah atau setidak-tidaknya belum memiliki
legitimasi untuk dikeluarkan.

2. Bahwa dalam surat Pemohon II tanggal 23 Oktober 2002


No. 053/TLBA/2002 tersebut, Pemohon II telah mencampur
adukkan pembayaran kupon bunga tanggal 30 September 2002
kepada Pemohon II saja, dengan pembayaran kupon bunga
untuk tanggal yang sama kepada Para Pemohon yang lalu
kemudian justru dijadikan dasar penagihan atas pembayaran

147
hutang pokok dan bunga berdasarkan Perjanjian Obligasi
Konvensi, padahal Pemohon II tidak memiliki wewenang untuk
melakukan penagihan hutang pokok dan bunga karena :

2.1. Menurut Pasal 20.1.1. Perjanjian Obligasi Konversi {vide


halaman 117, Bukti T-2), Termohon baru dapat dikatakan
wanprestasi atau cidera janji apabila terdapat kegagalan/
kelalaian melakukan pembayaran tepat pada waktunya atau
hutang atau kewajiban pembayaran lain kepada Para
KREDITUR berdasarkan Perjanjian Obligasi Konversi.
Selanjutnya berdasarkan definisi pada halaman 8 Perjanjian
Obligasi Konversi yang dimaksud Para KREDITUR
adalah BPPN dan BDL (Para Pemohon) secara bersama-
sama sehingga jelas Pemohon II sam a sekali tidak
berwenang.
2.2. Pemohon II dalam surat tersebut menyatakan mewakili
Pemohon I dan Pemohon III serta menembuskan surat
tersebut kepada BPPN, padahal tidak ada satu pasalpun
dalam Perjanjian Obligasi Konversi yang memberikan
wewenang atau hak bagi Pemohon II untuk melakukan
tindakan tersebut mewakili ataupun atas nama Pemohon I
dan Pemohon III karena Pemohon II bukan agen ataupun
kuasa dari Pemohon I dan Pemohon III maupun dari Para
KREDITUR. Pemohon I dan Pemohon III tidak pernah
mengirimkan surat tentang kelalaian tersebut sehingga
Pemohon I dan Pemohon III masih belum berhak untuk
menagih ataupun memutuskan Perjanjian Restrukturisasi
(vide Bukti P-17 dan Bukti P-19 yang dilakukan Para
Pemohon).
2.3. Pem ohon II telah m elakukan w anprestasi dengan
mewajibkan Termohon membayar kupon bunga tanggal
20 September 2002, kepada Pemohon II sendiri, padahal
Pasal 12.1. Perjanjian Obligasi Konversi (vide halaman 85,
Bukti T-2) justru mewajibkan Termohon untuk membayar
hanya kepada Para KREDITUR, dan Termohon dengan
itikad baik telah menjelaskan hal tersebut dalam surat
tertanggal 30 Oktober 2002 (vide Bukti T-3).

2.4. Pemohon II dalam paragraf kedua surat yang sama telah


m encam purkan alasan w anprestasi, semula karena
pembayaran kupon bunga kemudian menjadi karena
terhutangnya hutang porsi BDL mengingat, menurut
Pemohon II, masa tugas Tim Likuidasi masing-masing
BDL yang akan segera berakhir per November 2002 dan
lagi-lagi Pemohon II mengatas namakan Pemohon I dan
Pemohon II secara bersama-sama. Padahal tindakan ini
bertentangan dengan perjanjian yang ada, baik Perjanjian
Restrukturisasi maupun Perjanjian Obligasi Konversi;

Pasal 12.2.17 dari Perjanjian Restrukturisasi.

“hutang porsi BDL harus dilunasi antara lain dengan cara


refinance oleh Debitur selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum berakhirnya tugas Tim Likuidasi dari masing-
masing kreditur BDL, dan bagi kreditur baru pengganti
BDL wajib mengikuti syarat dan kondisi yang ditentukan
dalam Perjanjian ini.

Pasal 17.2.17 dari Perjanjian Obligasi Konversi

“hutang porsi BDL harus dilunasi antara lain dengan cara


refinance oleh Debitur selambat-lambatnya 1 (satu) bulan
sebelum berakhirnya tugas Tim Likuidasi dari masing-
masing kreditur BDL, dan bagi kreditur baru pengganti
BDL wajib mengikuti syarat dan kondisi yang ditentukan
dalam Perjanjian ini.”

2.5. Hal ini karena tugas Tim Likuidasi dari masing-masing


kreditur BDL masih BELUM BERAKHIR sesuai hukum

149
yang berlaku di Indonesia dan bukti-bukti yang diajukan
Termohon untuk memperkuat kenyataan hukum yang
sebenarnya pada butir berikut. Lagi pula Termohon tidak
pernah m enerim a Surat Kuasa dari Pemohon I dan
Pemohon III yang mewakilkan tindakan hukumnya kepada
Pemohon II.
2.6. Kemudian Pemohon II telah menjawab surat Termohon
tanggal 30 Oktober 2002 tersebut dengan surat tertanggal
12 November 2002 No. 059/TLBA/2002 (vide Bukti T-4)
namun surat Pemohon II ini telah melanggar ketentuan
pasal 25 Perjanjian Obligasi Konversi yang menyatakan
bahwa semua pemberitahuan kepada Termohon dianggap
dibuat secara sah jika dilakukan secara tertulis dan dikirim
kepada PT. Bali Perkasa Sukses, Jalan Raden Saleh Nomor
48 Jakarta 1033 Up.: tuan Heru Subroto. Sedangkan surat
tersebut ditujukan kepada PT. Bali Perkasasukses, Jalan
Diponegoro No. 66 Jakarta 10320 Up.: Lioe Freddy.

Bahwa Pasal 13.2.17 dari Perjanjian Restrukturisasi dan Pasal


17.2.17 dari Perjanjian Obligasi Konversi menyatakan tanggal
jatuh tempo adalah 1 (satu) bulan sebelum berakhirnya tugas
Tim Likuidasi dari masing-masing kreditur BDL dan cara
pelunasan adalah dengan refinance atau pembiayaan kembali
oleh kreditur selain BDL karena hal-hal berikut:

3.1. Pasal 10.1 P erjan jian O bligasi K onversi, dim ana


dinyatakan Obligasi Konversi seri I pertama kali akan jatuh
tempo pada tanggal 30 Juni 2005.

3.2. Pasal 5.1. Perjanjian Restrukturisasi, dimana dinyatakasn


sebagian hutang Pokok BDL telah direstrukturisasi dengan
cara penjualan kembali dengan masa tenggang pembayaran
angsuran pokok (grace period) selama 3 (tiga) tahun
sejak tanggal Perjanjian Restrukturisasi sehingga berarti
baru akan pertama kali jatuh tempo pada tanggal 30
Juni 2005.

3.3. Sehingga pengertian seluruh pasal-pasal tersebut adalah


apabila sebelum tanggal 30 Juni 2005, tugas Tim Likuidasi
dinyatakan secara hukum berakhir dengan mengacu pada
Peraturan Perbankan dan Undang-Undang Perseroan
Terbatas, maka Penggugat harus mencarikan kreditur lain
untuk mengambil-alih hutang Porsi BDL dengan cara
refinancing.

3.4. Tugas Tim Likuidasi m asing-masing BDL B ELU M


BERAKHIR pada saat didaftarkannya gugatan ini karena
secara hukum :

3.4.1. Sudah menjadi fakta umum (factum noir) bahwa


Tim Likuidasi 16 BDL (termasuk Tim Likuidasi
Para Tergugat) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 1999 juncto Surat Keputusan
(SK) D ir BI No. 32/53/K E P/D IR telah
diperpanjang 180 hari masa pelaksanaan tugasnya
sejak November - Desember 2002 lalu (vide Bukti
T-5) yang menyatakan : M enurut penjelasan
tertulis Deputi Gubernur BI Anwar Nasution, pada
rapat tertutup dengan Subperbankan Komisi IX
DPS, Selasa (25/2) menyebutkan berdasarkan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 1999
juncto Surat Keputusan (SK) Dir BI No. 32/53/
KEP/DIR, Maka pelaksanaan tugas Tim Likudasi
BI (Tim Likudasi 16 BDL) diperpanjang 180 hari
sejak November-Desember 2002 lalu.”

3.4.2. Pernyataan tentang perpanjangan masa tugas ini


ju g a dinyatakan dalam P enjelasan D ew an
G ubernur Bank Indonesia pada Rapat K erja

151
dengan Komisi IX DPR RI tanggal 20 November
2002 (vide halaman b Bukti T-6) yang menyatakan :

“Mengingat 16 BDL yang dicabut izin usahanya


pada tanggal 1 November 1997, pembentukan TL
oleh RUPS dilakukan pada bulan November-
Desember 1997, maka sesuai ketentuan tersebut
di atas masa kerja TL BDL akan berakhir sekitar
bulan November-Desember 2002 atau sek itar
bulan M ei-Juni 2003 apabila dilak san ak an
lelang setelah ak h ir likuidasi.”

Dengan demikian dikarenakan Para Pemohon


telah menyatakan mewakili Tim Likuidasi yang
m asing-m asing sah bertugas m em ilih ja lu r
kepailitan ini yang intinya bertujuan untuk menjual
harta-kekayaan yang menjadi budel pailit milik
Termohon dengan cara lelang, maka dapat
dipastikan m asa tugas Tim L ikuidasi Para
Pemohon sebenarnya telah diperpanjang sesuai
bukt-bukti di atas.

3.4.3. Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun


1995 tentang Perseroan Terbatas, Tim Likuidasi
suatu badan hukum Perseroan Terbatas wajib
untuk mempertanggungjawabkan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas yang
mengangkatnya agar dapat diterima segala laporan
tentang likuidasi yang telah dilakukan sebelum
masa tugasnya secara hukum efektif berakhir (vide
T-6). Dikarenakan badan hukum Para Tergugat
adalah Perseroan T erbatas maka hingga
dikeluarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham yang telah menerima pertanggungjawaban
Tim Likuidasi dan menyatakan likuidasi sah
berakhir m ak a:

3.4.3.1. Untuk Tergugat I, Berita Acara Rapat


Umum Pemegang Saham Luar Biasa
PT. Astria Raya Bank (DL) No. 106
tanggal 18 Desember 1997, dibuat di
hadapan Maria Andriani Kidarsa, SH.
Notaris di Jakarta yang mengangkat Tim
Likuidasi Tergugat I MASIH EFEKTIF
BERLAKU.
3.4.3.2. Untuk Tergugat II, Berita Acara Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa
PT. Bank A ndrom eda (DL) No. 24
tanggal 17 November 1997, dibuat di
hadapan Mudafir Hadi, SH. Notaris di
Jakarta yang mengangkat Tim Likuidasi
Tergugat II M ASIH E F E K T IF
BERLAKU.

3.4.3.3. Untuk tergugat II, Berita Acara Rapat


Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT.
Bank Dwipa Semesta (DL) No. 7 tanggal
3 Desember 1997, dibuat di hadapan
Maria Soewarma, SH. CN., pengganti
Refizal, SH. Notaris di Jakarta yang
mengangkat Tim Likuidasi Tergugat III
MASIH EFEKTIF BERLAKU.

4. Pada dasarnya secara logika hukum, seluruh surat-surat


yang dikirimkan oleh Tergugat I, Tergugat II, atau Tergugat
III setelah bulan Desember 2002 termasuk surat kuasa yang
diberikan kepada pihak ketiga atau kuasa hukum, atau
surat-surat yang mengatasnamakan Tim Likuidasi Para

153
Tergugat (vide B ukti P-14 sampai P-19 P ara Pemohon)
adalah batal demi hukum apabila benar (quod non) Tim
Likuidasi telah berakhir masa tugasnya pada bulan
November-Desember 2002 dan tidak pernah diperpanjang
masa tugasnya oleh Bank Indonesia. K onsekuensi
hukumnya adalah Para Pemohon belum sah memiliki hak
tagih terhadap Termohon.

4. Dengan demikian terbukti Para Pemohon tidak memiliki


kapasitas sah untuk melakukan penagihan yang mana adalah
salah satu syarat agar hutang Termohon menjadi secara
sederhana telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Termohon tidak m empunyai hutang yang telah ja tu h tempo dan


d ap at ditagih.
1. Bahwa sesuai fakta yang dibuktikan secara sederhana.
Termohon baru saja menandatangani Perjanjian Restrukturisasi
hutang dengan Para Kreditur yang terdiri atas 4 (empat) kreditur.
Sedangkan Para Pemohon hanyalah 3 (tiga) diantara 4 (empat)
anggota Para Kreditur yang telah sepakat dalam suatu perjanjian
yang dibuat dalam Akta Notaris No. 11 tanggal 7 Mei 2002
yang dibuat oleh Ny. Lily Harjati Soedewo, SH., Notaris di
Jakarta yang diangkat secara sah berdasarkan SK Menteri
Kehakiman RI Tanggal 1 Oktober 1998 No. C-228.HT.03.02-
HTH. 1998 (selanjurnya disebut “Perjanjian Restrukturisasi” ).
2. Sesuai fakta yang dibuktikan secara sederhana, apabila hanya
3 (tiga) diantara 4 (empat) anggota Para K reditur yang
melakukan tindakan hukum, maka 3 (tiga) anggota Para
Kreditur tersebut tidak berhak dan tidak sah untuk menyatakan
diri memiliki kapasitas sebagai Para Kreditur dan memiliki hak
untuk m enagih TANPA m endapat persetujuan B adan
Penyehatan Perbankan Nasional sebagai kreditur yang memiliki
porsi tagihan 10 (sepuluh) kali lebih besar dari jumlah yang
dinyatakan secara sepihak oleh 3 (tiga) diantara 4 (empat)
anggota Para Kreditur tersebut.

3. Dengan demikian tidak sah apabila tindakan hukum hanya


dilakukan oleh 3 (tiga) anggota Para Kreditur saja, karena
definisi Para Kreditur berdasarkan referensi butir penjelasan
pada halaman 7 Perjanjian Restrukturisasi:

“Untuk selanjutnya BPPN dan BDL (yang terdiri atas 3 (tiga)


Bank Dalam Likuidasi tersebut) secara bersama-sama disebut
Para Kreditur” .

4. Oleh karena itu, tidak sah pula tindakan 3 (tiga) BDL tersebut
yang secara kasat mata bertentangan dengan pasal-pasal 16.1. L,
jo. 17.1. jo. 18.1. jo. 18.2. Perjanjian Restrukturisasi, karena di
dalam pasal tersebut hanya Para K RED ITU R YANG
MEMILIKI HAK-HAK yang diberikan dalam Perjanjian
Restrukturisasi.

5. Dengan demikian, masih berjalannya Restrukturisasi hutang


dengan seluruh 4 (empat) anggota Para Kreditur tidak dapat
dikesampingkan hanya dengan tindakan hukum yang tidak sah
dari 3 (tiga) anggota Para Kreditur, yang keabsahannya masih
memerlukan pembuktian dalam sidang perdata biasa.

6. Bahwa dikarenakan Restrukturisasi hutang masih berjalan maka


sesuai kesepakatan Para Pihak (Termohon, Para Pemohon dan
BPPN) mengenai tata-cara restrukturisasi sesuai Perjanjian
Restrukturisasi Termohon tidak mempunyai hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih saat Para Pemohon mendaftarkan
permohonan pernyataan pailitnya pada tanggal 19 Februari
2003;

6.1. Berdasarkan Pasal 5.1. Perjanjian Restrukturisasi, hutang


Bunga kepada Para Kreditur telah dibayar tunai sebelum
tanggal penandatangan Perjanjian Restrukturisasi tersebut,

155
yaitu sebelum tanggal 7 Mei 2002 (vide Pasal 5.1. halaman
46 Bukti T-l).
6.2. Berdasarkan Pasal 5.1. Perjanjian Restrukturisasi, hutang
Pokok telah direstrukturisasi dalam 2 (dua) tranche yang
terdiri atas :
6.2.1. Tranche 1, yang terdiri dari (a) Tranche 1 A yang
merupakan restrukturisasi sebagian hutang Pokok
BPPN dan (b) Tranche IB yang merupakan
restrukturisasi sebagian hutang pokok pertama
telah diberikan masa tenggang tidak melakukan
pembayaran dahulu (grace period) selama 3 (tiga)
tahun sejak tanggal 7 Mei 2002 berdasarkan Pasal
6.1. Perjanjian Restrukturisasi (vide halaman 49,
Bukti T-l) yang mana harus dilakukan bersama-
sam a dengan pem bayaran angsuran bunga
kapitalisasi pertama, yaitu pada tanggal 30 Juni
2005 (vide halaman 50, B utir T-l), dan

6.2.2. Tranche 2, yang terdiri dari Tranche 2A merupakan


restrukturisasi sebagian hutang Pokok BPPN dan
Tranche 2B merupakan restrukturisasi sebagian
hutang Pokok BDL, dengan cara menerbitkan
O bligasi K onversi yang akan diatur dalam
perjanjian tersendiri, yaitu Perjanjian Obligasi
Konversi tersebut di atas (bukti T-2).

6.3. Berdasarkan Pasal 7.2. (Ketentuan Bunga) Perjanjian


Restrukturisasi, Para Pihak telah sepakat bahwa :

“Perhitungan suku bunga akan dihitung sejak tanggal


Perjanjian ini, dan pembayaran bunga pertama akan
dilakukan pada tanggal 30 Juni 2005.” Dengan demikian
tidak ada kewajiban pembayaran bunga yang jatuh tempo
dan dapat ditagih hingga tanggal 30 Juni 2005.
6.4. H al ini ditegaskan pula pada Pasal 8.1. (P eriode
Pembayaran Bunga) Perjanjian Restrukturisasi, dimana
Para Pihak telah sepakat bahwa :

“Terhadap Tranche lAdan Tranche IB, Debitur diwajibkan


membayar bunga kepada Para Kreditur setiap 3 (tiga) bulan
sekali (triwulan) dimulai pada tahun dua ribu lima (2005)
sampai tahun dua ribu dua belas (2012).”

Dengan demikian jelas bahwa kewajiban pembayaran


bunga pertama baru timbul pada tahun 2005.

6.5. Bahwa Para Pihak telah sepakat mengenai tata-cara


pembayaran/pelunasan sesuai Tanggal Jatuh Tempo dan
Tanggal Pem bayaran sesuai ketentuan P erjan jian
Restrukturisasi bahwa :

6.5.1. Berdasarkan ketentuan pasal 1.1.26 Perjanjian


Restrukturisasi (vide halaman 40 Bukti T-l),
Tanggal Jatuh Tempo berarti suatu tanggal dimana
Termohon hanya wajib untuk membayar/melunasi
kewajiban Tranche 1A, Trance IB, Tranche 2Adan
Tranche 2B yang masih tertunggak. Dengan
demikian berdasarkan Perjanjian Restrukturisasi,
kewajiban Penggugat baru akan jatuh tem po
apabila Penggugat memiliki kewajiban untuk
melunasi Tranche IA, Tranche IB, Tranche 2A
dan Trance 2B sekaligus.

6.5.2. Berdasarkan ketentuan pasal 1.1.27 Perjanjian


Restrukturisasi (vide halaman 40 B ukti T -l),
Tanggal Pembayaran berarti suatu tanggal dimana
D ebitur w ajib untuk m em bayar/m elunasi
kewajiban pokok dan bunga dari Tranche 1A dan
Tranche IB yang jatuh pada setiap tanggal-tanggal
tiga puluh satu Maret (31-3), tiga puluh Juni (30-

157
6), tiga puluh September (30-9), dan tiga puluh
satu Desember (31-12) setiap tahunnya, atau
sebagaimana ditentukan dalam pasal 6 dan pasal
7 Perjanjian Restrukturisasi. Dengan demikian
berdasarkan Perjanjian Restrukturisasi, Penggugat
baru wajib melakukan pembayaran pada tanggal-
tanggal dimana kewajiban pokok dan Bunga
Tranche IA dan Tranche IB harus dilunasi pada
tanggal-tanggal tersebut di atas setiap tahunnya.

6.6. Sehingga dengan demikian, hutang Termohon hanya wajib


untuk dibayar kepada Para Kreditur dan bukan kepada Para
Pemohon belaka namun kewajiban kepada Para Kreditur
tersebut pada saat pendaftaran permohonan pernyataan
pailit ini tanggal 19 Februari 2003 Belum Timbul Serta
Belum Jatuh Tempo Dan Dapat Ditagih. Para pemohon
dengan itikad tidak baik telah nyata-nyata melakukan
wanprestasi dengan mengirimkan surat-surat tersebut di
atas yang tid ak dapat d ip ertanggungjaw abkan
kebenarannya secara hukum yang bertujuan untuk
mendapatkan pelunasan secara lebih awal, dipercepat dan
ek sk lu sif tanpa m engindahkan isi dari P erjan jian
Restrukturisasi itu sendiri. Padahal baik hutang pokok
maupun bunga Termohon kepada Para Kreditur baru akan
jatuh tempo pada tanggal 30 Juni 2005 sesuai isi dari
Perjanjian Restrukturisasi.

6.7. Bahwa tidak dapat dibenarkan secara hukum dan sepihak,


tindakan Para Pemohon yang mencoba memutuskan
Perjanjian R estrukturisasi hanya untuk tujuan yang
mengindahkan ketentuan-ketentuan di dalamnya yang
berlaku sebagai undang-undang bagi Para K reditur
(termasuk Para Pemohon) dan Termohon. Atas tindakan
sewenang-wenang tersebut. Termohon telah mendaftarkan
gugatan perdata di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat untuk meminta ganti kerugian atas wanprestasi Para
Pemohon.

6.8. Bahwa sesuai prinsip exceptio non adimpleti contractus


yang telah menjadi yurisprudensi dalam perkeara-perkara
kepailitan, hak m enagih Para Pemohon tidak dapat
dibuktikan secara sederhana apabila Para Pem ohon
mendapatkannya melalui cara-cara yang melawan hukum
atau berdasarkan suatu wanprestasi terhadap kesepakatan
dalam perjanjian hutang (Perjanjian Restrukturisasi dan
Perjanjian Obligasi Konversi dalam perkara a quo).

F. Kreditur lain yang diajukan Para Pemohon tidak terbukti

1. Bahwa Para Pemohon mengajukan BPPN sebagai Kreditur lain


tanpa dapat membuktikan bahwa benar Termohon masih
memiliki hutang kepada BPPN dan sesuai hukum pembuktian
maka Para Pemohon wajib membuktikan tagihan Kreditur lain
tersebut ada dengan cara menghadirkan BPPN ke persidangan
dan menunjukkan bukti-bukti tagihan terhadap Termohon.

2. Dalam hal Para Pemohon tidak dapat membuktikannya, maka


wajar dan beralasan apabila Majelis Hakim mengesampingkan
dalil-dalil Para Pemohon sehubungan Kreditur Lain karena
berdasarkan pasal 1902 KUHPer, barang siapa mendalilkan
wajib membuktikan. Dengan demikian Para Pemohon tidak
dapat membuktikan secara sederhana persyaratan untuk
dinyatakan pailit sesuai pasal 1 ayat 1 di persidangan.

G. Persyaratan dalam Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 tidak


terpenuhi

1. Bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 UU


Kepailitan, Para Pemohon tidak dapat membuktikan secara

159
sederhana bahwa Termohon memiliki dua atau lebih kreditur
dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh
waktu dan dapat ditagih kepada Para Pemohon yang telah
mengajukan permohonan pailit ini.

2. Bahwa sesuai fakta-fakta dari Termohon yang telah terbukti


atau dalil-dalil Para Pemohon yang tidak dapat dibuktikan secara
sederhana dalam persidangan (term asuk kapasitas Para
Pemohon sebagai kreditur yang sah ataupun hak menagih Para
Pemohon yang harus terbukti secara sederhana) maka wajar
dan beralasan apabila Pengadilan Niaga menyatakan bahwa
persyaratan daslam Pasal 1 ayat 1 jo. Pasal 6 ayat 3 tidak
terpenuhi atau sekurang-kurangnya hingga didapatkan putusan
pengadilan perdata yang dapat membuktikan dalil-dalil Para
Pemohon selengkapnya.

Berdasarkan alasan-alasan sebagaimana dikemukakan di atas, maka


sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Kepailitan
(Staatsblad Tahun 1905 Nomor 217 Juncto Staatsblad Tahun 1906 Nomor
348), sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-Undang tentang Kepailitan yang ditetapkan
menjadi Undang-Undang dengan UU No. 4 Tahun 1998, selanjutnya
Pemohon mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Negeri/Niaga
Jakarta Pusat dalam perkara kepailitan No. 03/Pailit/2003/PN.Niaga/
Jkt.Pst. untuk memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Menolak atau menyatakan tidak menerima permohonan pernyataan


pailit Para Pemohon seluruhnya tanpa terkecuali.

2. Menetapkan biaya perkara ditanggung oleh Para Pemohon.

Menimbang, bahwa Pemohon selanjutnya mengajukan tanggapan


atas tanggapan Termohon dengan surat tanggapannya tertanggal 10 Maret
2003;

160
Menimbang, bahwa Termohon selanjutnya m engajukan pula
tanggapan atas tanggapan Pemohon dengan surat tanggapannya
tertanggal 12 Maret 2003;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil permohonannya


Pemohon telah mengajukan bukti-bukti surat berupa : Foto copy yang
telah dicocokkan dengan aslinya maupun foto copy tanpa asli dan masing-
masing dibubuhi materai cukup dan diberi tanda bukti oleh Pemohon
yaitu :
1. P -l : Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
para Pemegang Saham PT. ASTRIA RAYA BANK (DL)
No. 106 tanggal 18 Desember 1997, yang dibuat di hadapan
Maria Andriani Kidarsa, SH. Notaris di Jakarta (Sesuai
dengan Ali).

2. P-2 : Surat Bank Indonesia Nomor: 31/1655/UPPB/AdP,


tertanggal 19 Maret 1999 (Sesuai dengan Asli).

3. P-3 : Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa


PT. BANK ANDROMEDA (DL) No. 24, tertanggal 17
November 1997, yang dibuat di hadapan Mudofir Hadi,
SH. Notaris di Jakarta (Sesuai dengan Asli).

4. P-4 : Surat Bank Indonesia tertanggal 17 November 1997


Nomor: 30/1866/UPB2)AdB2 (Sesuai dengan Asli).

5. P-5 : Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa


PT. BANK DWIPA SEMESTA (Dalam Likuidasi) No. 7
tanggal 3 Desember 1997, yang dibuat di hadapan Marina
Soewama, SH. CN. Pengganti Refizal, SH. Notaris di
Jakarta (Sesuai dengan Asli).

6. P-6 : Surat Bank Indonesia Nomor : 30/308/UPB3/AdB3/


Rahasia tertanggal 2 Desember 1999 (Sesuai dengan
Asli).

161
7. P-7 : Perjanjian Restrukturisasi hutang yang dibuat di hadapan
Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta di bawah akta
nomor 11 tanggal 7 Mei 2002 (Sesuai dengan Asli).

8. P-8 : Akta Penerbitan Obligasi Konversi No. 12 tanggal 7 Mei


2002, dibuat di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris
di jakarta (Sesuai dengan Asli).
9. P-9 : Akta Pengakuan hutang No. 13 tanggal 7 Mei 2002, dibuat
di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(Sesuai dengan Asli).
10. P -10: Akta Pengakuan hutang No. 14 tanggal 7 Mei 2002, dibuat
di hadapan Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(Sesuai dengan Asli).

11. P -ll: Akta Pernyataan dan Kesanggupan No. 20 tanggal 7 Mei


2002, dibuat di hadapan Lily Hardjati Soedewo, SH.
Notaris di Jakarta (Sesuai dengan Asli).

12. P-12: Akta Perjanjian Kredit Investasi No. 81, tanggal 18 Mei
1993, yang dibuat di hadapan Mudofir Hadi, SH. Notaris
di Jakarta (Sesuai dengan Asli).

13. P-13: Akta Addendum atas Perjanjian Kredit Investasi No. 4,


tanggal 11 Oktober 1995, yang dibuat di hadapan Isyana
Wisniwardhani Sadjarmo, SH. pengganti Mudofir Hadi,
SH. Notaris di Jakarta (Sesuai dengan Asli).

14. P -14: Surat No. 02/MW-SOM/I/03 tanggal 6 Januari 2003 perihal


Somasi (Sesuai dengan Asli).
15. P-15: Surat No. 011/MW-SOM/I/03 tanggal 6 Januari 2003
perihal Somasi ke II (Sesuai dengan Asli).
16. P -16: Surat No 053/TLBA/2002 tanggal 23 Oktober 2002 perihal
: Kewajiban Saudara pada Bank-Bank Likuidasi (Sesuai
dengan Asli).

162
17. P-17: Surat No. 012/TL-Astria/I/03 tanggal 31 Januari 2003
perihal Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi (Sesuai
dengan Asli).

18. P -18: Surat No. 009/TLBA/I/2003 tanggal 31 Januari 2003


perihal Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi (Sesuai
dengan Asli).

19. P -19: Surat No. 03/TL/BD/I/2003 tanggal 31 Januari 2003 perihal


Pemutusan Perjanjian Restrukturisasi (Foto Copy tanpa Asli).

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil-dalil tanggapannya


Termohon telah mengajukan bukti-bukti surat berupa : foto copy yang
dicocokkan dengan aslinya maupun foto copy tanpa asli dan masing-
masing dibubuhi materai cukup dan diberi tanda bukti oleh Termohon
yaitu :

1. Bukti T-l : Akta Perjanjian Restrukturisasi hutang No. 12,


tertanggal 7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan Ny.
Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai
dengan asli).

2. Bukti T-2: Akta Perjanjian Penerbitan Obligasi Konversi No. 12,


tertanggal 7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan Ny.
Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai
dengan asli).

3. Bukti T-3 : Surat dari Termohon tertanggal 30 Oktober 2002


kepada Pemohon II (fotocopy dari fotocopy).

4. Bukti T-4 : Surat dari Pemohon II No. 059/TLBA/2002 tertanggal


12 November 2002, perihal: Kewajiban Saudara pada
B ank-B ank D alam Likuidasi (fotocopy dari
fotocopy).

5. Bukti T-5 : Koran Kompas tanggal 26 Februari 2003 halaman 13


tentang Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1999

163
juncto Surat Keputusan (SK) Dir BI No. 32/t3/Kep/
D ir tentang Pengakuan B ank Indonesia atas
Perpanjangan Pelaksanaan Tugas Tim Likuidasi (Tim
Likuidasi 16 BDL) (sesuai dengan asli).

6. Bukti T-6 : Penjelasan Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam


Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR RI tertanggal
20 N ovem ber 2002, terutam a penjelasan pada
halaman 4 (sesuai dengan asli).

7. Bukti T-7 : Undang-Undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan


Terbatas terutama pasal 118 (sesuai dengan asli).

L am piran A. : Akta Pernyataan Keputusan Rapat Termohon


No. 16 tertanggal 8 September 2000, yang dibuat
di hadapan Ny. Agnes Angelika, SH. Notaris di
Jakarta (sesuai dengan asli).

B. : Akta Perbaikan No. 4, tertanggal 2 Februari 2001


atas Akta No. 16, tertanggal 8 September 2000,
yang dibuat di hadapan Ny. Agnes Angelika, SH.
Notaris di Jakarta (sesuai dengan asli).

C. : Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi


M anusia Republik Indonesia No. C-00793
HT.01.04.TH.2001 tentang Persetujuan Akta
Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas
(sesuai dengan asli).

D. : Akta Pernyataan Keputusan Segenap Pemegang


Saham Diluar Rapat Termohon No. 3, tertanggal
7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan Ny. Lily
Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai
dengan asli).

E. : Akta Jual Beli Saham No. 4, tertanggal 7 Mei 2002,

164
yang dibuat di hadapan Ny. Lily Haijati Soedewo,
SH. Notaris di Jakarta (sesuai dengan asli).

F. Akta Jual Beli Saham No. 5, tertanggal 7 Mei


2002, yang dibuat di hadapan Ny. Lily Harjati
Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai dengan
asli).

G. : Akta Jual Beli Saham No. 6, tertanggal 7 Mei


2002, yang dibuat di hadapan Ny. Lily Harjati
Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai dengan
asli).
H. : Akta Penyimpanan (Depot) No. 7, tertanggal 7
Mei 2002, yang dibuat di hadapan Ny. Lily
Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai
dengan asli).

I. : Akta Penyimpangan (Depot) No. 8, tertanggal


7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan Ny. Lily
Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta (sesuai
dengan asli).

J. : Akta Berita Acara Rapat Termohon No. 9,


tertanggal 7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan
Ny. Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(sesuai dengan asli).
K. Akta Berita Acara Rapat Termohon No. 10.
tertanggal 7 Mei 2002, yang dibuat di hadapan
Ny. Lily Harjati Soedewo, SH. Notaris di Jakarta
(sesuai dengan asli).
8. Bukti T-8 : Salinan Gugaran Perdata No. 85/2003 PN.Jkt.Pst.
(sesuai dengan salinan).

165
Menimbang, bahwa selanjutnya telah terjadi peristiwa-peristiwa
seperti telah berlaku di persidangan sebagaimana telah dicatat dalam
Berita Acara dan untuk mempersingkat putusan, maka Berita Acara
tersebut dianggap pula termasuk dalam Putusan ini;

Menimbang, bahwa akhirnya kedua belah pihak mohon putusan;

TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan para Pemohon
adalah sebagaimana tersebut di atas;
Menimbang, bahwa para Pemohon telah mendalilkan bahwa
Termohon telah mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih kepada para Pemohon dan kreditur lain dan hingga kini belum
dibayar oleh Termohon meskipun para Pemohon telah menegur
Termohon untuk membayarnya, oleh karena itu para Pemohon memohon
agar Termohon dinyatakan pailit;

Menimbang, bahwa Termohon telah menyangkal dalil permohonan


para Pemohon dengan mengemukakan hal-hal yang pada pokoknya
sebagai berikut:

1. Bahwa Surat Kuasa para Pemohon kepada para Kuasa Hukumnya


tertanggal 3 Februari 2003 dalam perkara a quo seharusnya
dinyatakan tidak sah karena para Pemohon memberikan kuasa
tersebut setelah masa keija para Pemohon selaku Tim Likuidasi telah
berakhir pada bulan N ovem ber 2002 dan D esem ber 2002,
sebagaimana telah didalilkan oleh para Pemohon, padahal masa kerja
para Pemohon selaku Tim Likuidasi Bank dalam likuidasi (BDL)
sesuai dengan Peraturan Pemerintah N om or: 25 Tahun 1999 juncto
Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor : 32/53/Kep/Dir
telah diperpanjang selama 180 (seratus delapan puluh) hari terhitung
sejak bulan November 2002 dan Desember 2002;

2. Bahwa para Pemohon tidak mempunyai kapasitas sebagai kreditur

166
Termohon tanpa mengikutsertakan pihak Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN), sebab yang disebut sebagai kreditur
Termohon adalah para Pemohon bersama-sama dengan BPPN dan
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan menurut Perjanjian
Restrukturisasi dan Perjanjian Penerbitan Obligasi Konversi yang
disepakati oleh para Pemohon dan Termohon;

3. Bahwa Termohon mengakui secara tegas hutang-hutang Termohon


kepada para Kreditur tersebut, akan tetapi hutang-hutang tersebut
belum ja tu h tem po dan dapat ditag ih , sebab P e rjan jian
Restrukturisasi masih tetap berlaku secara sah;

Menimbang, bahwa untuk meneguhkan dalil permohonannya, para


Pemohon telah mengajukan surat-surat bukti yang diberi tanda P1 s/d
P19 sebagaimana telah disebutkan dan diuraikan di atas;

M enim bang, bahw a Term ohon untuk m eneguhkan dalil


sangkalannya telah mengajukan surat bukti yang diberi tanda T-l s/d T-
8 sebagaimana telah disebutkan dan diuraikan pula di atas;

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara


ini adalah :

1. Apakah benar surat kuasa yang diberikan oleh para Pemohon kepada
para Kuasa Hukumnya tidak sah;

2. Apakah benar para Pemohon tidak mempunyai kapasitas sebagai


Kreditur Termohon;

3. Apakah benar hutang Termohon kepada para Kreditur telah jatuh


tempo dan dapat ditagih (is due and payable);

Menimbang, bahwa apakah benar pemberian kuasa yang dilakukan


oleh para Pemohon kepada para Kuasa Hukumnya tidak sah;

Menimbang, bahwa para Pemohon telah mendalilkan bahwa sesuai


dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1999 telah ditetapkan
masa kerja para Pemohon selaku Tim Likuidator Bank Dalam Likuidasi

167
(BDL) hanya berlaku selama 5 (lima) tahun sejak diangkat, maka
dengan demikian masa kerja para Pemohon telah berakhir pada bulan
November 2002 dan Desember 2002;

Menimbang, bahwa meskipun masa kerja para Pemohon selaku Tim


Likuidator Bank Dalam Likuidasi (BDL) hanya dibatasi selama 5 (lima)
tahun sejak diangkat sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 25
Tahun 1999, akan tetapi Termohon telah membenarkan dalam dalilnya
bahwa masa kerja para Pemohon selaku Tim Likuidasi Bank Dalam
Likuidasi telah diperpanjang selama 180 (seratus delapan puluh) hari
sejak November 2002 dan Desember 2002, berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1999 juncto Surat Keputusan Direktur
Bank Indonesia (BI) Nomor : 23/53/Kep/Dir, sebagaimana disebutkan
juga dalam surat bukti T-5 dan T-6 yang diajukan oleh Termohon, maka
jelaslah bahwa dengan adanya perpanjangan masa kerja para Pemohon
selaku Tim Likuidasi Bank Dalam Likuidasi (BDL) tersebut telah
memberi hak dan kewenangan kepada Tim Likuidator tersebut untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum dalam rangka pemberesan harta
kekayaan (asset) Bank Dalam Likuidasi (in.casu PT. Astria Raya Bank,
PT. Bank Andromeda; PT. Bank Dwipa Semesta); dan dengan demikian
dalam rangka pemberesan asset Bank Dalam Likuidasi dalam perkara a
quo para Pemohon berhak melakukan tindakan-tindakan hukum termasuk
memberi kuasa kepada orang lain yang mempunyai kapasitas untuk itu
termasuk kepada Kuasa Hukumnya dalam rangka pemberesan asset
tersebut; oleh karena itu pula pemberian kuasa oleh para Pemohon kepada
para Kuasa Hukumnya berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : 10/
SK-MW/n/03; Nomor : 1l/SK-MW/II/03 dan Nomor : 12/SK-MW/II/
03, masing-masing tertanggal 03 Februari 2003 dalam perkara a quo
adalah cukup beralasan dan sah menurut hukum; dan dengan demikian
keberatan Termohon tentang Surat Kuasa Khusus para Pemohon kepada
para Kuasa Hukumnya dalam perka a quo harus dinyatakan tidak
beralasan dan harus ditolak;

168
Menimbang, bahwa apakah benar para Pemohon tidak mempunyai
kapasitas sebagai Kreditur;
Menimbang, bahwa Termohon telah mendalilkan bahwa sesuai
Perjanjian Restrukturisasi dan Perjanjian Penerbitan Obligasi Konversi
telah ditetapkan bahwa Bank Dalam Likuidasi (BDL) dan Badan
Penyehatan Perbankan nasional (BPPN) adalah para kreditur Termohon
secara bersam a-sam a dan m erupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan, sehingga dengan tidak diikutsertakannya BPPN dalam
perkara a quo menjadikan para Pemohon tidak mempunyai kapasitas
sebagai kreditur Termohon;
Menimbang, bahwa sesuai dengan Perjanjian Restrukturisasi hutang
Nomor : 11, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P-7 yang sama dengan bukti T 1)
telah disebutkan para pihak-pihak dalam perjanjian adalah Para Pemohon
dan BPPN secara bersama-sama sebagai para kreditur dan Termohon
selaku Debitur; dan penyebutan tersebut adalah penegasan posisi para
pihak dalam perjanjian tersebut;
Menimbang, bahwa pasal 2.1. Perjanjian Restrukturisasi hutang
(bukti P7; T1 dan pasal 2.1. Perjanjian Penerbitan Obligasi Konversi
(bukti P8; T2) telah menentukan bahwa para pihak dalam perjanjian
tersebut (Para Pemohon dan BPPN serta Termohon) baik secara bersama-
sama maupun sendiri-sendiri dapat membuat persyaratan-persyaratan
atau ketentuan-ketentuan yang wajib untuk dipenuhi oleh Termohon;
oleh karena itu para Pemohon dan BPPN, baik secara bersama-sasma
maupun sendiri-sendiri dapat melakukan tindakan-tindakan hukum yang
berkaitan dengan kewajiba-kewajiban Termohon kepada para Pemohon
dan BPPN; oleh karena itu pula tindakan para Termohon dalam perkara
a quo tanpa mengikutsertakan BPPN selaku pihak Pemohon dalam
perkara a quo adalah tetap dalam kapasitasnya selaku Kreditur dari
Termohon selaku Debitur; dan dengan demikian dalil Termohon yang
mendalilkan bahwa Para Pemohon tidak dalam kapasitasnya selaku
Kreditur dalam perkara a quo harus dinyatakan tidak beralasan dan harus
pula ditolak, mengingat juga Termohon telah secara tegas mengakui
hutang-hutangnya kepada para Pemohon dan BPPN;

169
Menimbang, bahwa apakah benar hutang-hutang Termohon kepada
para Pemohon telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

Menimbang, bahwa Para Pemohon telah mendalilkan bahwa dengan


adanya Peraturan Pemerintah Nomor: 25 tahun 1999 tersebut maka sesuai
Perjanjian Restrukturisasi hutang N om or: 11 tanggal 7 Mei 2002 tersebut
hutang-hutang Termohon kepada para Pemohon dan BPPN harus dilunasi
dengan cara Refinance paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa kerja
para Pemohon selaku Tim Likuidator Bank Dalam Likuidasi dalam
perkara a quo berakhir; dan oleh karena Termohon telah lalu memenuhi
kewajibannya kepada para Pemohon, maka para Pemohon telah
membatalkan Perjanjian Restrukturisasi hutang Nomor : 11, tanggal 7
Mei 2002 tersebut, dan dengan adanya pem batalan Perjanjian
Restrukturisasi tersebut maka Termohon wajib untuk melunasi seluruh
hutang-hutangnya secara sekaligus;
Menimbang, bahwa Termohon telah membenarkan dan mengakui
telah mempunyai hutang kepada para Pemohon dan BPPN, akan tetapi
hutang-hutang tersebut belum jatuh tempo sebab sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1999 juncto Surat Keputusan Direktur
Bank Indonesia (BI) Nomor : 32/53/Kep/Dir ternyata masa kerja para
Pem ohon selaku Tim L ukuidator Bank D alam Likuidasi telah
diperpanjang selama 180 (seratus delapan puluh) hari terhitung sejak
November 2002 dan Desember 2002; oleh karena itu Termohon belum
mempunyai kewajiban untuk membayar hutang-hutangnya kepada para
Pemohon dan BPPN sebab sesuai Perjanjian Restrukturisasi hutang
kewajiban Termohon untuk membayar hutang-hutangnya baru akan
dimulai pada tanggal 30-6-2005 dan berakhir tahun 2012;
Menimbang, bahwa berdasarkan jawab menjawab yang telah
diajukan oleh para Pemohon dan Termohon dalam perkara a quo dapat
disimpulkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor L 25 Tahun 1999
tersebut telah diundangkan setelah para Pemohon ditunjuk dan diangkat
sebagai Tim Likuidator Bank Dalam Likuidasi (BDL) dalam perkara a
quo dan Perjanjian Restrukturusasi hutang Nomor : 11, tanggal 7 Mei

170
2002 (bukti P7;T1) telah dibuat setelah adanya Peraturan Pemerintah
Nomor : 25 tahun 1999 tersebut; dan itu berarti bahwa Para Pemohon
telah mengetahui bahwa masa kerja para Pemohon selaku Tim likuidator
Bank Dalam Likuidasi hanyalah 5 (lima) tahun sejak diangkat dan dapat
diperpanjang oleh Bank Indonesia untuk jangka waktu 180 (seratus
delapan puluh) hari; dan ternyata dalam posisi demikian Para Pemohon
dan Termohon telah menyepakati Perjanjian Restrukturisasi hutang
N om or: 11, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P7, T 1) dan Perjanjian Penerbitan
Obilgasi Konversi Nomor; 12, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P8, T2) sebagai
penyelesaian (settlemen) hutang-hutang Termohon kepada para Pemohon
dan BPPN;Menimbang, bahwa oleh karena Perjanjian Restruktursasi
hutang Nomor : 11, tanggal 7 Meo 2002 (bukti P7, T l) tersebut dibuat
dalam masa kerja para pemohon selaku Tim Likuidator Bank Dalam
Likuidasi dalam Perkara a quo, maka Perjanjian Restrukturisasi Nomor
: 11, tanggal 7 Mei 2002 tersebut adalah sah dan mengikat para pemohon
dan BPPN serta Termohon;

Menimbang, pasal 17.1 Perjanjian Restrukturisasi Nomor : 11,


tanggal 7 Mei 2002 (bukti P7, T l) tersebut telah menentukan bahwa
dalam hal Termohon melakukan cidera janji, (wanprestasi), maka para
pemohon atas pertimbangannya sendiri dapat memutuskan Perjanjian
Restrukturisasi Nomor : 11, tanggal 7 Mei 2002 tersebut;

Menimbang, bahwa pasal 16.2 Perjanjian Retrukturisasi Nomor 11,


tanggal 7 Mei 2002 (bukti P7, T l) tersebut telah menentukan bahwa
untuk membuktikan adanya cidera janji (wanprestasi) cukup dibuktikan
dengan lewatnya waktu Termohon memenuhi kewajibannya kepada para
Pemohon dan BPPN;

Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 6 dan pasal 7 Perjanjian


Restruskturisasi hutang Nomor : 11, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P7, T l)
tersebut di peroleh fakta bahwa Termohon baru akan diwajibkan untuk
membayar hutang pokok dan bunga (maturedy date) terhitung sejak
tanggal 30 Juni 2005 dan akan berakhir pada tanggal 7 Mei 2012;

171
Menimbang, bahwa pembatasan masa kerja para Pemohon sebagai
Tim Likuidator Bank Dalam Likuidasi sebagaimana ditentukan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor : 25 tahun 1999 ternyata tidak termasuk
sebagai suatu clausula yang disepakati dalam Perjanjian Restrukturisasi
tersebut, oleh karena itu tuntutan para Pemohon agar Termohon melunasi
hutang-hutangnya kepada para Pemohon sebagaimana juga telah dibatasi
selama 5 (lima) tahun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 25
Tahun 1999 tersebut tidak dapat dibenarkan oleh karena Perjanjian
Restrukturisas hutang Nomor : 11, tanggal 7 Mei 2002 tersebut telah
ditetapkan oleh Pemerintah RI dan telah disepakati sebagai bentuk
penyelesaian (settlement) hutang piutang antara Bank Dalam Likuidasi
yang diwakili oleh para Pemohon selaku Tim Likuidator, BPPN dan
Termohon; dan dengan demikian percepatan (accelaration) jatuh tempo
hutang-hutang Termohon kepada para Pemohon dan BPPN dengan alasan
Termohon telah lalai memenuhi kewajibanya kepada para Pemohon 1
(satu) bulan sebelum masa kerja para Pemohon berakhir berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor : 25 Tahun 1999 tersebut dan juga
pembatalan atau pengakhiran Perjanjian Restrukturisasi hutang Nomor
11, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P17, P18, P19) tersebut tidak dapat
dibenarkan; dan dengan demikian juga hutang-hutang Termohon kepada para
Pemohon dan BPPN harus dinyatakan belum jatuh tempo dan dapat ditagih;

Menimbang, bahwa oleh karena hutang Termohon kepada Para


Pemohon dan BPPN belum jatuh tempo dan dapat ditagih, maka unsur
pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 jo Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor: 1Tahun 1998 tidak terpenuhi;

Menimbang, bahwa oleh karena unsur pasal 1 ayat (1) Undang-


Undang Nomor : 4 Tahun 1998 jo Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 tidak terpenuhi, maka permohonan
para Pemohon harus dinyatakan tidak beralasan dan harus pula ditolak;
dan dengan demikian juga surat-surat bukti lain yang diajukan dalam
perkara ini tidak perlu dipertimbangkan lagi;

172
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon harus
ditolak, maka biaya yang timbul dalam perkara ini sudah sepantasnya
dibebankan kepada para Pemohon;

Mengingat dan memperhatikan Undang-Undang Nomor 4 Tahun


1998 jo Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1998, khususnya pasal 1 ayat 1;

M E N G A D IL I:
Menolak permohonannya para Pemohon;

Menghukum para Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar


Rp. 5.000.00,- (lima juta rupiah);

173
No. 03/Pailit/2003/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A k h ir:

1. Dalam perkara ini pemohon pernyataan pailit terdiri 3 subjek hukum


sebagai kreditur yaitu: Tim Likuidasi PT. Astria Raya Bank (BDL),
Tim Likuidasi PT. Bank Andromedia (TLBA) dan Tim Likuidasi
PT. Bank Dwipa Semesta (dalam Likuidasi).

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo


Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, ditentukan bahwa debitur
yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih
dinyatakan pailit.

Atas dasar ketentuan pasal 1 ayat (1) tersebut, untuk mempermudah


proses pembuktian, semestinya cukup salah satu dari ketiga kreditur
tersebut sebagai pemohon pernyataan pailit, sedang dua kreditur
lainnya bertindak sebagai dua atau lebih kreditur tanpa melibatkan
BPPN sebagai kreditur.

2. P engadilan N iaga dalam pertim bangan hukum nya tidak


mempertimbangkan persyaratan pernyataan pailit sebagaimana
diatur dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998 da pasal 6 ayat (3) tentang pembuktian
secara sederhana. Pengadilan hanya mempertimbangkan dan
menganalisa materi perkara tanpa pertim bangan acara lebih
dahulu.

Pemohon mendalilkan telah membatalkan perjanjian rekstrukturisasi


No. 11, tanggal 7 Mei 2002 (bukti P7, T-l) sedang termohon pailit
membantahnya. Sehingga timbulah sengketa sah dan tidaknya
pembatalan perjanjian itu, sekaligus berakibat adanya sengketa jatuh
waktu dan dapat ditagihnya utang.

174
Sengketa ini proses pembuktiannya tidak sederhana sebagaimana
dimaksud pasal 6 ayat (3) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998, kerena itu berarti bukan kewenangan
Pengadilan Niaga. Karena proses pembuktiannya tidak sederhana
maka proses perkaranya melalui gugatan (kontensius) yang menjadi
kewenangan Pengadilan Negeri.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

175
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

PUTUSAN M AJELIS HAKIM :


PENGADILAN NIAGA DI INDONESIA TIDAK BERWENANG
UNTUK MEMERIKSA DAN MEMUTUS PERKARA

Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - {

HUKUM NIAGA

177
A i I i U.
n f; *;>}«1« uq ‘j *i
*1

gfiugA rlfimejirisM
PERMOHONAN PEMAILITAN TERHADAP PERUSAHAAN
ASING YANG MENJALANKAN USAHANYA DI INDONESIA

• Pemohon Nyom an Soerabratha SH dan Ir. M arcus


Pramono S. mengajukan pemailitian terhadap The Ostrich
Meat & Marketing Co (Australia) Ltd, dengan alasan
sebagai berikut:

- Bahwa Termohon Pailit tidak memenuhi kewajiban untuk


membayarkan keuntungan tetap setiap tahun dalam
jangka waktu 10 tahun kepada para Pemohon Pailit,
m eskipun para Pem ohon P ailit telah b eru sah a
menagihnya sesuai dengan perjanjian yang dibuat oleh
kedua belah pihak.

- Bahwa disam ping mempunyai utang kepada P ara


Pem ohon P ailit, ternyata Term ohon P ailit ju g a
mempunyai utang kepada Kreditur lain.

• M ajelis Hakim Pengadilan N iaga menetapkan bahw a


permohonan para Pemohon Pailit dalam perkara ini tidak
dapat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Niaga di
Indonesia atau dengan perkataan lain, Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang
untuk memeriksa dan memutus perkara ini (pasal 2 ayat (4)
PERPU No. I tahun 1998 Jo UU No. 4 tahun 1998).

179
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT
NO. 30/PAILIT/2002/PN. NIAGA/JKT.PST.

DALAM PERKARA

antara

Pemohon:
1. Nyoman Soerabratha, Kewarganegaraan Indonesia, Beralamat
di Jalan Damai Raya Blok C No. 15 Rt. 005/05, Petukangan
Indah, Jakarta Selatan.
2. Ir. M arcus Pram ono S, K ew arganegaraan Indonesia,
Beralamat di Jalan H. Nawi Raya No. 58 Rt. 010/002, Kelurahan
Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan.

Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya :

1. Yuhelson, SH.
2. Dewi Susianti, SH.
3. Pandji Heraspati, SH, MH.
Pengacara pada Kantor Pengacara dan Penasehat Hukum Bramm
& Associates, berkedudukan di Jakarta, beralamat di Jalan Gading
Kirana Timur Blok A 13 No. 29 Kelapa Gading, Jakarta 14240.

terhadap

Termohon:
The Ostrich Meas & Marketing Co (Australia) Ltd, beralamat
di Ground Floor I, Altona Street Westperth, Western Australia 6005.

180
DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Pemohon mengajukan permohonan pailit


terhadap Termohon melalui surat tertanggal 02 Oktober 2002, terdaftar
di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal
07 Oktober 2002 dalam register perkara Nomor : 30/Pailit/2002/
PN.Niaga/Jkt.Pst.;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon dimaksud di atas


didasarkan atas alasan sebagai berikut:

A. TERMOHON PAILIT MEMPUNYAI UTANG YANG TELAH


JATUH TEMPO DAN DAPAT DITAGIH KEPADA PARA
PEMOHON PAILIT

1. Bahwa Termohon Pailit adalah suatu perusahaan yang berkedudukan


di Australia, bergerak dalam bidang peternakan Burung Unta yang
dikenal dengan nama “O s t r i c h Termohon Pailit menjalankan
kegiatan usahanya dengan mempromosikan dan memasarkan
kegiatan usahanya di kawasan Asia, termasuk di Indonesia,
sebagaimana diiklankan oleh Termohon Pailit pada Harian Kompas
tertanggal 6 Juli 1999 (Bukti P-l)\

2. Bahwa dalam kegiatan usahanya tersebut, Termohon Pailit telah


menawarkan suatu usaha kerjasama kepada masyarakat, termasuk
kepada Para Pemohon Pailit yaitu usaha kerjasama pembagian
keuntungan atas peternakan Burung Unta (Ostrich) yang dipelihara
dan dikembangbiakkan oleh Termohon Pailit di darah Pinjarra, Perth,
Australia Barat (selanjutnya disebut dengan “Usaha Kerjasama
Peternakan Burung Unta”)-,

3. Bahwa bentuk penawaran yang dipromosikan oleh Termohon Pailit


dalam Usaha K erjasam a Peternakan Burung Unta tersebut,
adalah brupa jaminan penuh atas keuntungan tetap yang akan
diperoleh setiap tahun dalam jangka waktu 10 tahun, dengan

181
pilihan yang dijanjikan dalam Brosur Penawaran sebagai berikut
(Bukti P-2)\
- P aket M ature Breeder, terdiri dari sepasang Mature Breeder,
yaitu Burung Unta yang berusia lebih dari 4 tahun. Harga per
paket adalah sebesar AUD 42.000 (empat puluh dua ribu Dol­
lar Australia). Adapun pendapatan rata-rata per tahun
Iebihkurang sebesar 57,20% dengan garansi total pendapatan
selama 10 tahun sebesar AUD 240.240 (dua ratus empat puluh
ribu dua ratus empat puluh Dollar Australia)',
- Paket Young Breeder, terdiri dari sepasang Young Breeder,
yaitu Burung Unta yang berusia antara 30 bulan sampai 4 tahun.
Harga per paket AUD 28.000 (dua puluh delapan ribu Dollar
Australia). Adapun pendapatan rata-rata per tahun lebih kurang
sebesar 53,20% dengan garansi total pendapatan selama 10
tahun sebesr AUD 148.960 (seratus empat puluh delapan ribu
sembilan ratus enam puluh Dollar Australia)',
- P aket Juvenile, terdiri dari sepasang Juvenile yaitu Burung
Unta yang berusia antara 13 sampai 24 bulan. Harga per paket
AUD 18.000 (delapan belas ribu Dollar Australia). Adapun
pendapatan rata-rata per tahun lebih kurang sebesar 51,10%
dengan garansi total pendapatan selama 10 tahun sebesar AUD
91.980 (sembilan puluh satu ribu sembilan ratus delapan puluh
Dollar Australia)',
4. Bahwa berdasarkan promosi serta jaminan yang ditawarkan oleh
Termohon Pailit, maka Para Pemohon Pailit bersedia melakukan
U saha Kerjasama Peternakan Burung Unta tersebut dengan
Termohon Pailit, sebagaimana terbukti dengan ditandatanganinya
Perjanjian Kerjasama sebagai berikut:
- Perjanjian Kerjasama antara Pemohon Pailit I dengan Termohon
Pailit atas pembelian Paket Juveniles Ostrich, berdasarkan
Agreement For The Sale of Ostriches Ref: ECH/JVL/9501/

182
01697 OM-99-G-0102 tertanggal 12 Juli 1999 (selanjutnya
disebut “Perjanjian Kerjasama 1”), berikut bukti/kwitansi
pembayaran No. JK 133 tertanggal 30 Juli 1999, sebesar AUD
18.000. (Bukti P-3A dan Bukti P-3B)\

- Perjanjian K erjasam a antara Pemohon Pailit II dengan


Termohon Pailit atas pembelian Paket M ature Breeders,
berdasarkan Agreement For The Sale of Ostriches Ref: ECH/
JVL/9501/01697 OM-99-G-0197 tertanggal 9 Juli 1999,
(selanjutnya disebut “Perjanjian Kerjasama II”), berikut bukti/
kwitansi pembayaran No. JK 107 tertanggal 15 Juli 1999, sebesr
AUD 42.000 (Bukti P-4A dan Bukti P-4B),
5. Bahwa berdasarkan Perjanjian K erjasam a I dan P erjanjian
Kerjasama II tersebut di atas, maka demi hukum Termohon Pailit
berkewajiban untuk membayarkan keuntungan tetap setiap tahun
dalam jangka waktu 10 tahun kepada Para Pemohon Pailit,
berdasarkan jadwal sebagai berikut:

- Berdasarkan Perjanjian Kerjasama I, Pemohon Pailit I berhak


memperoleh keuntungan tetap dari Termohon Pailit setiap tahun,
berdasarkan jadwal pembayaran sebagai berikut (vide Bukti
P-3A).

183
Paket Juveniles O strich:

Jumlah
Tahun Jatuh Tempo
Pembayaran
1 - -

2 1.800 26 Juli 2001


3 3.060 26 Juli 2002
4 6.480 26 Juli 2003
5 9.720 26 Juli 2004
6 11.160 26 Juli 2005
7 12.960 26 Juli 2006
8 14.400 26 Juli 2007
9 16.200 26 Juli 2008
10 16.200 26 Juli 2009

Berdasarkan Perjanjian Kerjasama II, Pemohon Pailit II berhak


memperoleh keuntungan tetap dari Termohon Pailit setiap tahun,
berdasarkan jadwal pembayaran sebagai berikut (vide Bukti P-
4A)

Paket Mature Breeders:

Jumlah
Tahun Jatuh Tempo
Pembayaran
1 2.940 9 Juli 2000
2 5.040 9 Juli 2001
3 7.560 9 Juli 2002
4 14.700 9 Juli 2003
5 21.000 9 Juli 2004
6 29.400 9 Juli 2005
7 33.600 9 Juli 2006
8 37.800 9 Juli 2007
9 42.000 9 Juli 2008
10 46.200 9 Juli 2009
6. Bahwa akan tetapi pada saat kewajiban Termohon Pailit kepada Para
Pemohon Pailit jatuh tempo yaitu :

6.1) Kepada Pemohon P a ilit!

- Tanggal 26 Juli 2001, Termohon Pailit wajib membayar


keuntungan tahun kedua kepada Pemohon Pailit I, sebesar
AUD 1.800 (seribu delapan ratus Dollar Australia)',
* C a ta ta n : Tahun pertam a Pem ohon P ailit tidak berhak m em peroleh keuntungan;

- Tanggal 26 Juli 2002, Termohon Pailit wajib membayar


keuntungan tahun ketiga kepada Pemohon Pailit I, sebesar
AUD 3.060 (tiga ribu enam puluh Dollar Australia)',
6.2) Kepada Pemohon Pailit II

- Tanggal 9 Juli 2000, Termohon Pailit wajib membayar


keuntungan tahun pertama kepada Pemohon Pailit II,
sebesar 2.940 (dua ribu sembilan ratus empat puluh Dol­
lar Australia);
- Tanggal 9 Juli 2001, Termohon Pailit wajib membayar
keuntungan tahun pertama kepada Pemohon Pailit II,
sebesar AUD 5.040 (lima ribu empat puluh Dollar Aus­
tralia);
- Tanggal 9 Juli 2002, Termohon Pailit wajib membayar
keuntungan tahun ketiga kepada Pemohon Pailit II, sebesar
AUD 7.560 (tujuh ribu lima ratus enam puluh Dollar Aus­
tralia);
Akan tetapi Termohon Pailit tidak bersedia membayar semua
kewajibannya tersebut kepada Para Pemohon Pailit, meskipun
Para Pemohon Pailit telah berusaha menagihnya, bahkan
Termohon Pailit berusaha untuk menghindar dari kewajibannya
tersebut;

185
7. Bahwa berhubung karena kewajiban Termohon Pailit tersebut telah
jatuh tempo dan dapat ditagih, tetapi Termohon Pailit tetap tidak
bersedia membayarkan kewajibannya dengan berbagai alasan yang
tidak masuk akal, sehingga menyebabkan semua kewajiban
Termohon Pailit baik hutang pokok, bunga dan lain-lainnya menjadi
jatuh tempo dan wajib dibayarkan (due and payable). Kewajiban
Termohon Pailit tersebut merupakan hutang yang telah jatuh tempo
dan dapat ditagih dan harus dibayarkan oleh Termohon Pailit kepada
Para Pemohon Pailit. Adapun rincian jumlah hutang Termohon Pailit
kepada Para Pemohon Palit adalah sebagai berikut

7.1) Utang Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit I adalah sebesar


AUD 24.993 (dua puluh empat ribu sembulan ratus sembilan
puluh tiga Dollar Australia) yang terdiri d a ri:
Utang Pokok sebesar AUD 18.000.
- Pembayaran keuntungan tahun kedua sebesar AUD 1.800.
- Pembayaran keuntungan tahun ketiga sebesar AUD 3.060.
- Bunga atas Utang Pokok dan Pembayaran keuntungan
sebesar AUD 2.133.

7.2) hutang Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit II adalah sebesar


AUD 65.083,20 ( enam puluh lima ribu delapan puluh tiga
Dollar Australia koma 20 sen) yang terdiri d a ri:
- Utang Pokok sebesar AUD 42.000.
- Pembayaran keuntungan tahun Pertama sebesar AUD
2,940.
- Pembayaran keuntungan tahun kedua sebesar AUD 5.040.
- Pembayaran keuntungan tahun ketiga sebesar AUD 7.560.
- Bunga atas hutang Pokok dan Pembayaran keuntungan
sebesar AUD 7.543,20.

8. Bahwa atas hhutang Termohon Pailit kepada Para Pemohon Pailit


yang sudah jatuh tempo tersebut, maka Para Pemohon Pailit telah
mengingatkan berulangkali dengan memberikan teguran (somasi)

186
kepada Termohon Pailit agar segera melunasi hhutangnya tersebut
kepada Para Pemohon Pailit, sebagaimana terbukti d a r i:

8.1) Somasi Pertama, dari Para Pemohon Pailit berdasarkan surat


No. 35/B&A-LO/IX/02 yang dikirimkan kepada Termohon
Pailit untuk alamat di Australia dan surat No. 36/B&A-LO/IX/
02 untuk alamat di Indonesia, masing-masing tertanggal 9 Sep­
tember 2002 (Bukti P-5A dan P-6B);

8.2) Somasi Kedua, dari Para Pemohon Pailitaberdasarkan surat No.


37/B&A-LO/IX/02 yang dikirimkan kepada Termohon Pailit
untuk alamat di Australia dan surat No. 38/B&A-LO/IX/02
untuk alamat di Indonesia, masing-masing tertanggal 13 Sep­
tember 2002 (Bukti P-6A dan P-6B);

9. Bahwa meskipun sudah ditegur dan diingatkan baik secara lisan


maupun tertulis, akan tetapi Termohon Pailit tidak membayar
hutangnya tersebut, bahkan sampai diajukannya Permohonan Pailit
ini kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat, Termohon Pailit belum
juga membayar semua hutangnya tersebut kepada Para Pemohon
Pailit, sehingga dikhawatirkan Termohon Pailit tidak lagi mempunyai
kemampuan untuk melunasi seluruh hutangnya tersebut kepada Para
Pemohon Pailit dan jika hal ini dibiarkan terus-menerus, maka
tentunya akan menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Para
Pemohon Pailit, sehingga wajarlah kiranya Termohon Pailit
dinyatakan PAILIT.

Majelis Hakim Yang Terhormat,

Berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas terbukti secara jelas dan terang


bahwa Termohon Pailit mempunyai hutang Yang Telah Ja tu h Tempo
kepada Para Pemohon Pailit, sehingga walaupun Termohon Pailit tidak
bertempat tinggal dalam wilayah Republik Indonesia, tetapi Termohon
Pailit dapat dinyatakan pailit karena telah menjalankan usahanya dalam
wilayah Republik Indonesia, hal mana sejalan dengan ketentuan Pasal 2

187
ayat 4 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan yang
menyatakan sebagai berikut:
“(4) Dalam hal dibitur tidak bertempat kedudukan dalam wilayah
Republik Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya
dalam wilayah Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang
memutuskan adalah Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat kedudukan hukum kantor debitur menjalankan profesi
atau usahanya.”
Bahwa “Pengadilan” yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 4 tersebut adalah
Pengadilan Niaga sebagaimana ditegaskan dalam Penjelasan pasal 1 ayat
1 Undang-Undang Kepailitan yang menyatakan sebagai berikut:

“Yang dimaksud dengan Pengadilan adalah Pengadilan Niaga


yang merupakan pengkhususan pengadilan di bidang perniagaan
ya n g dibentuk dalam lingkungan Peradilan Umum yan g
selanjutnya diatur dalam BAB KETIGA Undang-Undang ini”.

Selain dari pada itu, perlu juga kami sampaikan kepada Majelis Hakim
Yang Terhormat bahwa berdasarkan ketentuan Hukum Korporasi
(Hukum Perseroan) yang berlaku di Australia yaitu CORPORATION
ACT 2002, ditentukan bahwa Negara Australia mengakui dan dapat
melakukan eksekusi atas Putusan Kepailitan dari Pengadilan Negara lain,
sepanjang ada Perjanjian Bilateral antara negara Australia dengan negara
lain tersebut, di mana antara Negara Australia dengan Negara Republik
Indonesia telah ada Perjanjian Bilateral tersebut, sebagaimana terbukti
dalam AUSTRALIAN TREATY SERIES 1993 No. 19 {Bukti P-7 A dan
P-7B);
Dengan demikian, maka berdasarkan ketentuan Hukum Kepailitan di
Indonesia yang diatur daslam UU No. 4 Tahun 1998, Termohon Pailit
dapat dinyatakan pailit, dan putusan pailit tersebut diakui dan dapat
dieksekusi di Negara Australia berdasarkan CORPORATION ACT 2001
dan AUSTRALIAN TREATY SERIES 1993 NO. 19.

188
B. T E R M O H O N P A IL IT JU G A M E M PU N Y A I H U T A N G
KEPADA K REDITUR LAIN

10. Bahwa disamping mempunyai hutang kepada Para Pemohon Pailit,


ternyata Termohon Pailit juga mempunyai hhutang kepada kreditur
lain berupa kewajiban Termohon Pailit untuk m em bayarkan
keuntungan atas Perjanjian Usaha Kerjasama Peternakan Burung
Unta, yaitu kepada :

10.1) Agus D harm adi, bertempat tinggal di Jl, Wiradama R-


18, Jatiwaringin, Jakarta Timur sebesar AUD 75.040 ( tujuh
puluh lima ribu empat puluh Dollar Australia ) belum
termasuk bunga;

10.2) David Seieiman, bertempat tinggal di Jl. Kemang Melati


2,BlokLN o. 16, Kemang Pratama 2, Bekasi, sebesar AUD
37.520 ( tiga puluh rujuh ribu lima ratus dua puluh Dollar
Australia) belum termasuk bunga;
10.3) D jubaedah Rahm at, bertempat tinggal di Jl. Java Mandala
V/E-18, Pancoran, Jakarta Selatan, sebesar AUD 57.540
{lima puluh rujuh ribu lima ratus empat puluh Dollar Aus­
tralia) belum termasuk bunga;
10.4) Edi Suhadi, bertempat tinggal di Jl. Griya 11, Bumi
Pasanggrahan Mas, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan,
sebesar AUD 22.860 (dua puluh dua ribu delapan ratus
enam puluh Dollar Australia) belum termasuk bunga;
10.5) Enny Setiastuti, bertempat tinggal di Jl. Karang Asem
Raya C 8 No. 12, Jakarta Selatan, sebesar AUD 37.520
(tiga puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh D ollar
Australia) belum termasuk bunga;
10.6) Gunawan, bertempat tinggal di Jl. Pluit Mas IL/B Mp. 4b,
Jakarta Utara, sebesar AUD 57.540 ( lima puluh tujuh ribu

189
lima ratus empat puluh Dollar Australia) belum termasuk
bunga;

10.7) Lisda Surjadi, bertempat tinggal di Jl. Pulomas Utara II


A/7, Jakarta Timur, sebesar AUD 57.540 (lima puluh tujuh
ribu lima ratus empat puluh Dollar Australia) belum
termasuk bunga;

10.8) Oktadyaz Amran, bertempat tinggal di Jl. Puspa XII Blok


H No. 4 Bekasi, Jawa Barat, sebesar AUD 37.520 (tiga
puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh Dollar Australia)
belum termasuk bunga;

10.9) Sutana Sugiarto, bertempat tinggal di Jl. Azalea X, Blok


A7 No. 5, Taman Kedoya Barat, Jakarta Barat, sebesar
AUD 57.540 (lima puluh tujuh ribu lima ratus empat puluh
Dollar Australia) belum termasuk bunga;
10.10) T. Arie Widawati, bertempat tinggal di Jl. Raya Pasar
Minggu No. 29, Pancoran, Jakarta Selatan, sebesar AUD
37.520 (tiga puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh Dollar
Australia) belum termasuk bunga;
Perlu kami sampaikan bahwa kesepuluh kreditur tersebut diwakili oleh
kuasa hukumnya dari Kantor Pengacara LUCAS, SH & PARTNER, yang
beralamat di Wisma Metropolitan I Lt. 14, Jl. Jend. Sudirman Kav. 29-
31 Jakarta.
Bahwa dengan demikian terbukti secara sederhana atau sumir bahwa
Termohon Pailit mempunyai dua Kreditur atau lebih dan terdapat satu
hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Dengan demikian
Permohonan Pernyataan Pailit dari Para Pemohon Pailit telah mempunyai
dasar dan alasan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1)
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan;

Maka

190
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut di atas, dengan
ini Para Pemohon Pailit memohon dengan hormat kepada K etua
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat atau Majelis Hakim yang menangani
perkara ini agar berkenan memeriksa dan memutus sebagai b e rik u t:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Para Pemohon Pailit untuk


seluruhnya;

2. M enyatakan Term ohon P ailit (THE O STR IC H M EA T &


MARKETING Co. (Australia Ltd.), berkedudukan di Australia,
beralamat Ground Floor, 1 Altona Street West Perth, W estern
Australia 6005 dan menjalankan usahanya di Negara Republik In­
donesia dengan alamat Wisma Tugu Wahid Hasyim, lantai 7, Jalan
KH. Wahid Yasim No. 100-102 Jakarta, Pailit dengan segala akibat
hukumnya;

3. Menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan


Niaga Jakarta Pusat dalam kepailitan Termohon Pailit;

4. Menunjuk dan mengangkat Sdr. Tommy S. Siregar, SH., LL.M,


beralamat di Plaza Bapindo Citibank Tower, lantai 20, Jalan Jend.
Sudirm an Kav. 54-55, Jakarta, selaku KURATOR d alam
kapasitas Termohon Pailit atau selaku Pengurus jika masuk dalam
PKPU;

5. Menghukum Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara.

Atau

Apabila Majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-


adilnya (ExAeque Et Bond).

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan


untuk pemohon hadir kuasanya bernama Yuhelson, SH, Dewi Susianti,
SH dan Pandji Heraspati, SH.MH. berdasar Surat Kuasa Khusus tanggal
9 Agustus 2002, sedangkan Termohon Pailit tidak hadir dalam
persidangan sekalipun telah dipanggil secara patut menurut hukum dan

191
tidak juga menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakilnya yang sah
menurut hukum;
M enim bang, bahwa telah hadir kreditur-kreditur lain dalam
persidangan yang diwakili oleh kuasa hukumnya yang sah menurut
hukum berdasar Surat Kuasa Khusus sebagaimana terlampir dalam berkas
perkara;
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum dari kreditur-kreditur lain
menyampaikan tanggapan atas permohonan Para Pemohon Pailit yang
isinya sebagai berikut;
I. Bahwa Para Kreditur dengan ini menyatakan sependapat
dengan seluruh dalil yang dikemukakan oleh Para Pemohon
dalam Permohonan Pernyataan Pailit.

II. Bahw a Para K reditur dengan ini m enyatakan bahwa


Termohon mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih kepada Para Kreditur dengan penjelasan sebagai
b eriku t:

1. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0144, tanggal 11 Mei 1999
untuk pembelian paket atas satu pasang “young breeder
ostriches” senilai AUD 28.000 (Bukti K-1A) berikut dengan
bukti/kwitansi pembayaran No. JK67 tertanggal 12 Mei 1999
(Bukti K-1B) dan Agreement For The Sale, Of Ostriches Ref:
ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0151, tanggal 27 Mei 1999
(Bukti K-1C), untuk pembelian paket atas satu pasang “young
breeder ostriches” senilai AUD 28.000 berikut dengan bukti/
kwitansi pembayaran No. JK84 tertanggal 4 Juni 1999 (Bukti
K-ID), keduanya dibuat oleh dan antara Termohon dengan
Agus Darmadi terbukti bahwa Termohon mempunyai hhutang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Agus Darmadi
dengan total hutang sebesar AUD 75.040 (tujuh puluh lima

192
empat puluh Dollar Australia), dengan perincian sebagai
berikut:

a. Berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref.


ECH\JVLA9501\01697 OM-99-G-0144, tanggal 11 Mei
1999, sebagai berikut:

- hutang Pokok sebesar AUD 28.000..

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah


jatuh tempo pada tanggal 7 Mei 2000).

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh


tempo pada tanggal 7 Mei 2001).

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 4.480 (telah jatuh


tempo pada tanggal 7 Mei 2002).

b. Berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:


ECH\JVL\95Q 1\01697 OM-99-G-0151, tanggal 27 Mei
1999, sebagai berikut:

- hutang Pokok sebesar AUD 28.000.

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah


jatuh tempo pada tanggal 27 Mei 2000)

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Mei 2001)

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 4.480 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Mei 2002)

2. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref


: ECH\JVL\9501\0 1697 OM-99-G-0189, tanggal 8 Juli 1999
(Bukti K-2A) untuk pembelian paket atas satu pasang “young
breeder ostriches: senilai AUD 28.000, yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan David Soleiman berikut dengan bukti/
kwitansi pembayaran No. JK110 tertanggal 27 Juli 1999 (Bukti

193
K-2B) terbukti bahwa Termohon mempunyai hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih kepada DAVID SOLEIMAN
dengan total hutang sebesar AUD 37.520 (tiga puluh tujuh ribu
lima ratus dua puluh Dollar Australia^ dengan perincian sebagai
berikut:

- hutang Pokok sebesar AUD 28.000

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah jatuh


tempo pada tanggal 20 Juli 2000)

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh


tempo pada tanggal 20 Juli 2001)

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 4.480 (telah jatuh


tempo pada tanggal 20 Juli 2002)

Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale O f Ostriches Ref:


ECHVJVL\9501\01697 OM-99-G-0229, tanggal 30 Juli 1999
(Bukti K-3A) untuk pembelian paket atas satu pasang “mature
breeder ostriches: senilai AUD 42.000, yang dibuat dengan
bukti/kwitansi pembayaran No. JK 150 tertanggal 3 Septem­
ber 1999 (Bukti K-3B) terbukti bahwa Termohon mempunyai
hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada
D jubaedah R ahm at dengan total hutang sebesar
AUD 57.540 (lima puluh ribu lima ratus empat puluh Dollar
Australia), dengan perincian sebagai berikut:
- Hutang Pokok sebesar AUD 42.000

- Angsuran tahun peitama sebesar AUD 2.940 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Agustus 2000)

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 5.040 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Agustus 2001)

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 7.560 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Agustus 2002)
4. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale O f Ostriches
Ref: ECH\JVLA9501\ 0 1697 OM-98-G-0117, tanggal 15
Februari 1999 (Bukti K-4A), untuk pembelian paket atas satu
pasang “juveniles” senilai AUD 18.000, yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan EDI SUHADI berikut dengan bukti/
kwitansi pembayaran No. JK59 tertanggal 22 April 1999 (Bukti
K-4B) terbukti bahwa Termohon mempunyai hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih kepada EDI SUHADI dengan
total hutang sebesar AUD 22.860 (dua puluh dua ribu delapan
ratus enam puluh Dollar Australia dengan perincian sebagai
berikut:

Hutang Pokok sebesar AUD 18.000

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 1.800 (telah jatuh


tempo pada tanggal 16 Maret 2001)

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 3.060 (telah jatuh


tempo pada tanggal 16 Maret 2002)

5. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale O f Ostriches Ref:


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0148, tanggal 18 Mei 1999
(Bukti K-5A), untuk pembelian paket atas satu pasang “young
breeder ostriches” senilai AUD 28.000, yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan Enny Setiastuty berikut dengan bukti/
kwitansi pembayaran No. JK82 tertanggal 27 Mei 1999 (Bukti
K-5B) terbukti bahwa Termohon mempunyai hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Enny Setiastuty dengan
total hutang sebesar AUS 37.520 (tiga puluh tujuh ribu lima
ratus dua puluh Dollar Australia), dengan perincian sebagai
berikut:

- Hutang Pokok sebesar AUD 28.000

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah jatuh


tempo pada tanggal 18 Mei 2000)

195
- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh
tempo pada tanggal 18 Mei 2001)

Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 4.480 (telah jatuh


tempo pada tanggal 18 Mei 2002).

6. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:


ECH\JVL\9501X01697 OM-99-G-0141, tanggal 30 April 1999
(Bukti K-6A), untuk pembelian paket atas satu pasang
“mature breeder Ostriches” senilai AUD 42.000, yang dibuat
oleh dan antara Termohon dengan Gunawan berikut dengan
bukti/kwitansi pembayaran No. JK77 tertanggal 4 Juni 1999
(Bukti K-6B) terbukti bahwa Termohon mempunyai hutang
yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Gunawan
dengan total hutang sebesar AUD 57.540 (lima puluh tujuh ribu
lima ratus empat puluh Dollar Australia) dengan perincian
sebagai berikut:

- Hutang Pokok sebesar AUD 42.000

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 2.940 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Mei 2000)

Angsuran tahun kedua sebesar AUD 5.040 (telah jatuh


tempo pada tanggal 27 Mei 2001)
- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 7.560 (telah jatuh
tempo pada tanggal 27 Mei 2002)

7. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0188, tanggal 8 Juli 1999
(Bukti K-7A), untuk pembelian paket atas satu pasang “mature
breeder ostriches: senilai AUD 42.000, yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan Lisda Surjadi berikut dengan bukti/
kwitansi pembayaran No. JK106 tertanggal 17 Juli 1999 (Bukti
K-7B) terbukti bahwa Termohon mempunyai hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Lisda Surjadi

196
dengan total hutang sebesar AUD 57.540 (lima puluh tujuh ribu
lima ratus empat puluh Dollar Australia), dengan perincian
sebagai berikut:
- Hutang Pokok sebesar AUD 42.000

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 2.940 (telah jatuh


tempo pada tanggal 8 Juli 2000)

Angsuran tahun kedua sebesar AUD 5.040 (telah jatuh


tempo pada tanggal 8 Juli 2001)

Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 7.560 (telah jatuh


tempo pada tanggal 8 Juli 2002)

8. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0192, tanggal 12 Juli 1999
(Bukti K-8A), untuk pembelian paket atas satu pasang “young
breeder ostriches” senilai AUD 28.000, yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan Oktadyaz Amran berikut dengan
bukti/kwitansi pembayaran tertanggal 14 Desember 1999
(Bukti K-8B) bukti bahwa Termohon mempunyai hutang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih kepada Oktadyas Amran
dengan total hutang sebesar AUD 33.040 (tiga puluh tiga ribu
empat puluh Dollar Australia), dengan perincian sebagai
berikut:

- Hutang Pokok sebesar AUD 28.000


- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 28.000

- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah jatuh


tempo pada tanggal 14 Desember 2000)

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh


tempo pada tanggal 14 Desember 2001)
9. Bahwa berdasarkan Agreement For The Sale Of Ostriches Ref:
ECH\JVL\9501X01697 OM-99-G-0179, tanggal 6 Juli 1999

197
(Bukti K-9A), untuk pembelian paket atas satu pasang
“mature breeder ostriches” senilai 42.000 yang dibuat oleh dan
antara Termohon dengan Sutana Sugiarto dengan total hutang
sebesar AUD 57.540 (lima puluh tujuh ribu lima ratus empat
puluh Dollar Australia), dengan perincian sebagai berikut:
- Hutang Pokok sebesar AUD 42.000
- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 2.940 (telah jatuh
tempo pada tanggal 6 Juli 2000)
- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 5.040 (telah jatuh
tempo pada tanggal 6 Juli 2001)
10. Bahwa berdasarkan Agreement Fot The Sale Of Ostriches
Ref : ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0213, tanggal 14 Juli
1999 (Bukti K-10A), untuk pembelian paket atas satu pasang
“young breeder ostriches: senilai AUD 28.000 yang dibuat oleh
dan antara Termohon dengan T. ARIE WIDAWATI berikut
dengan bukti/kwitansi pembayaran No. JK 143 tertanggal 3
September 1999 (Bukti K-10B) terbukti bahwa Termohon
mempunyai hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
kepada T. Arie Widawati dengan total hutang sebesar AUD
37.520 (tiga puluh tujuh ribu lima ratus dua puluh Dollar
Australia), dengan perincian sebagai berikut:
- hutang Pokok sebesar AUD 28.000
- Angsuran tahun pertama sebesar AUD 1.820 (telah jatuh
tempo pada tanggal 26 Agustus 2000)

- Angsuran tahun kedua sebesar AUD 3.220 (telah jatuh


tempo pada tanggal 26 Agustus 2001)

- Angsuran tahun ketiga sebesar AUD 4.480 (telah jatuh


tempo pada tanggal 26 Agustus 2002)

198
III. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka secara sederhana
atau sumir telah terbukti bahwa Para Kreditur merupakan kreditur
dari Termohon dan dengan demikian pula terbukti bahwa Termohon
mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya
satu hutang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih sebagaimana
dimaksud pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan.

IV. Bahwa oleh karena telah terpenuhinya syarat-syarat formal dan


subtansial untuk dapat dinyatakan pailit diri Termohon berdasarkan
ketentuan pasal I ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan maka sangat layak dan berdasarkan hukum
apabila Termohon dinyatakan PAILIT.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan tersebut di atas, dengan


ini PARA KREDITUR memohon dengan hormat kepada K etua
Pengadilan Niaga Jakartas Pusat atau Majelis Hakim yang manangani
perkara aquo agar berkenan untuk memeriksa dan memutus sebagai
berikut:

1. Menerima dan mengabulkan permohonan PARA PEMOHON untuk


seluruhnya;

2. Menyatakan Termohon (THE OSTRICH MEAT & MARKETING


Co. (Australia Ltd.), berkedudukan di Australia, beralamat Ground
Floor, I Altona Street West Perth, Western Australia 6005 dan
menjalankan usahanya di Negara Republik Indonesia dengan alamat
Wisma Tugu Wahid Hasyim, lantai 7, Jalan KH. Wahid Hasyim No.
100-102 Jakarta, PAILIT dengan segala akibat hukumnya;
3. Menunjuk dan mengangkat Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat dalam kepailitan Termohon;
4. Menunjuk dan mengangkat KURATOR dalam kepailitan Termohon;

5. Mengukum Termohon untuk membayar biaya perkara. ;:

199
Atau

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-


adilnya (Ex Aequo Et Bono).

Menimbang, bahwa Para Pemohon Pailit mengajukan bukti-bukti


surat dalam persidangan yang diberi tanda sebagai berikut:

1. Iklan pada Harian Umum Kompas tertanggal 6 Juli 1999; (Bukti


P-l);

2. Brosur Termohon Pailit, yang diedarkan kepada masyarakat dalam


angka menjalankan usahanya di Indonesia (Bukti P-2);

3. Perjanjian Kerjasama antara Termohon Pailit dengan Pemohon Pailit


I, R ef : ECH/JVL/950I/O1697 OM-99-G-0191 tertanggal 12 Juli
1999; (Bukti P-3A);

4. Bukti kwitansi/Penerimaan pembayaran dari Pemohon Pailit I


kepada Termohon Pailit, No. JK 133 tertanggal 30 Juli 1999, sebesar
AUD 18.000; (Bukti P-3B)

5. Perjanjian Kerjasama antara Termohon Pailit dengan Pemohon Pailit


II, R ef : ECH/JVL/9501/01697 OM-99-G-0197 tertanggal 9 Juli
1999; (Bukti P-4A)

6. Bukti kwitansi/penerimaan pembayaran dari Pemohon Pailit II


kepada Termohon Pailit, No. JK 107 tertanggal 15 Juli 1999, sebesar
AUD 42.000; (Bukti P-4B)

7. Surat Teguran Para Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit (Somasi)


No. 35/B&A-LO/IX/02 tanggal 9 September 2002, untuk alamat
Termohon Pailit di Australia; (Bukti P-5A)

8. B ukti Pengiriman Teguran dari Para Pemohon Pailit kepada


Termohon Pailit (Somasi), No. 35/B&A-LO/IX/02 tanggal 9
September 2002, untuk alamat Termohon Pailit di Australia; (Bukti
P-5B)

200
9. Surat Teguran dari Para Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit
(Somasi) No. 36/B&A-LO/IX/02 tanggal 9 September 2002, untuk
alamat Termohon Pailit di Indonesia; (Bukti P-5C)

10. Bukti Pengiriman Teguran dari Para Pemohon Pailit kepada


Termohon Pailit (Somasi), No. 367B&A-LO/IX/02 tanggal 9
September 2002, untuk alamat Termohon Pailit di Indonesia; (Bukti
P-5D)

11. Surat Teguran II dari Para Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit
(Somasi) No. 37/B&A-LO/IX/02 tanggal 13 September 2002, untuk
alamat Termohon Pailit di Australia; (Bukti P-6A)

12. Bukti Pengiriman Teguran dari Para Pemohon Pailit kepada


Termohon Pailit (Somasi) II, No. 37/B&A-LO/IX/02 tanggal 13
September 2002, untuk alamat Termohon Pailit di Australia; (Bukti
P-6B)

13. Surat Teguran II dari Para Pemohon Pailit kepada Termohon Pailit
(Somasi) No. 38/B&A-LO/IX/02 tanggal 13 September 2002, untuk
alamat Termohon Pailit di Indonesia; (Bukti P-6C)

14. Bukti Pengiriman Teguran dari Para Pemohon Pailit kepada


Termohon Pailit (Somasi) II, No. 38/B&A-LO/IX/02 tanggal 13
September 2002 untuk alamat Termohon PAILIT di Indonesia;
(Bukti P-6D)

15. Ketentuan mengenai hukum korporasi di Australia (Corporation Act


2001) Divisi 9 yang mengatur mengenai pengakuan terhadap
putusan Pengadilan Negara lain oleh Pengadilan Australia; (Bukti
P-7A)

16. Perjanjian Bilateral antara Australia dan Republik Indonesia,


tanggal 29 Juli 1993 (Australian Treaty Series 1993 No. 19?; (Bukti
P-7B)

201
Menimbang, bahwa Kreditur-kreditur lain mengajukan surat-surat
bukti dengan tanda:
Bukti K-1A : Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :
ECH\JVL\9501\0 1697 OM-99-G-0144, tanggal 11
Mei 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-1B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JE67 tertanggal


12 Mei 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-1C : Asli Agreement For The Sale Of Ostriches Ref :


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0151, tanggal 27
Mei 1999, telah dinazegellen.
Bukti K-1D : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK84 tertanggal
4 Juni 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-2A : Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :


ECH\JVL\9501X01697 OM-99-G-0189, tanggal 8 Juli
1999, telah dinazegellen.

Bukti K-2B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK110 tertanggal


27 Juli 1999, telah dinazegellen.

Bukti K3A : Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :


ECHXJVLX9501X01697 OM-99-G-0229, tanggal 30
Juli 1999, telah dinazegellen.
Bukti K-3B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK150 tertanggal
3 September 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-4A : Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :1


ECHXJVLX9501X01697 OM-99-G-0117, tanggal 15
Februari 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-4B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK59 tertanggal


22 April 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-5A : Asli Agreement Fot The Sale O f ostriches Ref :


ECHXJVLX9501X01697 OM-99-G-0148, tanggal 18

202
Mei 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-5B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. Jk82 tertanggal


27 Mei 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-6A : Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0141, tanggal 30
april 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-6B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK77 tertanggal


4 Juni 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-7A : Asli Agreement Fot The Sale O f Ostriches Ref :


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0188, tanggal 8 Juli
1999, telah dinazegellen.

Bukti K-7B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK 196 tertanggal


15 Juli 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-8A : Asli Agreement For The Sale Of Ostriches R ef :


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0192, tanggal 12
Juli 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-8B : Asli bukti/kw itansi pem bayaran tertanggal 14


Desember 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-9A : Asli Agreement For The Sale O f Ostriches Ref :


ECH\JVL\9501\01697 OM-99-G-0179, tanggal 6 Juli
1999, telah dinazegellen.

Bukti K-9B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK102 tertanggal


12 Juli 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-10A: Asli Agreement Fot The Sale Of Ostriches Ref :


ECH\JVLA950 1\01697 OM-99-G-0213, tanggal 14
Juli 1999, telah dinazegellen.

Bukti K-10B : Asli bukti/kwitansi pembayaran No. JK143 tertanggal


3 September 1999, telah dinazegellen.

203
Menimbang, surat-surat bukti tersebut di atas telah bermeterai cukup
dan telah dicocokkan dengan surat-surat aslinya dalam persidangan;

Menimbang, bahwa pihak-pihak yang hadir dalam persidangan


m enyatakan tidak m engajukan sesuatu apapun lagi dan mohon
putusan;
Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam putusan ini
selanjutnya ditunjuk kepada Berita Acara Sidang yang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan Para Pemohon


Pailit adalah agar Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat menyatakan Termohon Pailit dengan segala akibat hukumnya;

Menimbang, bahwa baik dalam posita maupun dalam petitum


permohonannya, Pemohon menyatakan bahwa Termohon Pailit adalah
suatu perusahaan yang berkedudukan di Australia, beralamat di Ground
Floor, 1 Altona Street West Perth, Western Australia 6005 yang bergerak
dalam bidang pemeliharaan dan pengembangbiakan burung Unta
(Ostrich) bertempat di daerah Pinjarra, Perth, Australia Barat;

Bahwa, didalilkan juga oleh Para Pemohon Pailit bahwa kegiatan


usasha Termohon Pailit sebagaimana dimaksud di atas oleh Termohon
Pailit dipromosikan di kawasan Asia termasuk di Indonesia. Khusus untuk
di Indonesia dipromosikan dan dipasarkan melalui Iklah di Harian
Kompas tertanggal 6 Juli 1999 (Bukti P-l); Namun demikian dalam surat
permohonannya Para Pemohon Pailit juga menyatakan bahwa Termohon
Pailit menjalankan kegiatan usahanya di Negara Republik Indonesia
dengan alamat di Wisma Tugu Wahid Hasykm No. 100-102 Jakarta;

Menimbang, bahwa Termohon Pailit tidak pernah hadir dalam


persidangan sekalipun telah dipanggil secara patut menurut hukum dan
ketidakhadirannya tersebut tidak pula disertai suatu alasan yang sah

204
menurut hukum, karenanya perkara ini akan diputus tanpa hadirnya
Termohon Pailit;

Menimbang, bahwa oleh karena Para Pemohon Pailit mendalilkan


bahwa Termohon Pailit adalah suatu perusahaan yang berkedudukan di
A ustralia dan bidang usahanya yang berupa pem eliharaan dan
pengembangbiakan Burung Unta juga dilakukan di Australia, sedangkan
untuk keperluan menjalankan usahanya di Indonesia Termohon
menyatakasn memiliki alamat di Wisma Tugu Wahid Hasyim, lantai 7,
Jalan KH. Wahid Hasyim No. 100-102 Jakarta, maka atas dasar fakta
tersebut majelis memandang perlu untuk mempertimbangkan lebih dulu
tentang kewenangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dalam memutuskan perkara ini;

Bahwa, pertimbangan di atas dipandang perlu karen adanya


ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan ayat (4) PERPU Nomor 1 Tahun 1998 Jo
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

Menimbang, bahwa Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa: Putusan


atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, ditetapkan oleh
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan
hukum debitur;

Menimbang, bahwa Pasal 2 ayat (4) menyebutkan bahwa : “Dalam


hal debitur tidak bertempat kedudukan dalam wilayah Republik
Indonesia tetapi menjalankan profesi atau usahanya dalam wilayah
Republik Indonesia, Pengadilan yang berwenang memutuskan adalah
Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan hukum
kantor debitur menjalankasn profesi atau usahanya;

Menimbang, bahwa Pengadilan yang dimaksud di sini adalah


Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri;

Menimbang, bahwa berdasar surat permohonan Para Pemohon Pailit,


tempat kedudukan debitur (Termohon Pailit) adalah di Australia (diluar

205
wilayah Hukum Republik Indonesia); K egiatan u sah a d e b itu r
(Termohon Pailit) yang bergerak dalam bidang peternakan Burung Unta
dengan nama “Ostrich” (Pemeliharaan dan Pengembangbiakan Burung
Unta) juga dilaksanakan diluar wilayah Hukum Republik Indonesia,
tepatnya di daerah Pinjarra, Perth, Australia Barat;
Menimbang, bahwa fakta di atas setelah dihubungkan dengan
ketentuan Pasal 2 ayat (1) PERPU Nomor : 1 Tahun 1998 Jo. Undang-
Undang N om or: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, Majelis berpendapat
bahwa kewenangan untuk memeriksa dan memutus permohonan Para
Pemohon Pailit dalam perkara ini tidak berada pada Pengadilan Niaga
di Indonesia, karena tempat kedudukan Debitur (Termohon Pailit) tidak
berada dalam Wilayah Republik Indonesia;
Menimbang, bahwa namun demikian dengan adanya dalil Para
Pem ohon Pailit yang m engatakan bahw a Termohon P ailit juga
menjalankan kegiatan usaha di Indonesia dengan alamat di Wisma Tugu
Wahid Hasyim, lantai 7, Jalan KH. Wahid Hasyim No. 100-102 Jakarta,
maka atas dasar dalil ini dipandang perlu untuk mempertimbangkan
apakah permohonan Para Pemohon Pailit dalam perkara ini dapat
diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat;

B ahw a, dalam surat perm ohonannya Para Pemohon P ailit


menyebutkan bahwa kegiatan usaha yang dilakukan oleh Termohon Pailit
di Indonesia dengan alamat di atas adalah kegiatan mempromosikan dan
memasarkan kegiatan usaha Termohon yang ada di daerah Pinjara, Perth,
A ustralia Barat yang bergerak dalam bidang pem eliharaan dan
pengembangbiakan burung unta (“Ostrich”);
Menimbang, bahwa karena Para Pemohon Pailit mendalilkan
Termohon Pailit menjalankan kegiatan usahanya di Negara Republik
Indonesia dengan alamat sebagaimana disebutkan di atas, maka tentang
kebenaran adanya kegiatan usaha Termohon di Indonesia dan kedudukan
kantornya sebagaimana didalilkan oleh Para Pemohon Pailit harus
dibuktikan lebih dulu oleh Para Pemohon Pailit;

206
Menimbang, bahwa Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat telah memanggil Termohon Pailit melalui alamatnya yang
ada di Jakarta, juga menyampaikan panggilan langsung m elalui
alamatnya yang ada di Australia dan melalui Pengumuman di Koran
Harian Bisnis Indonesia tanggal 25 Oktober 2002, akan tetapi Termohon
Pailit tidak datang menghadap dalam sidang di Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat;

Menimbang, bahwa berdasar relas panggilan yang dibuat oleh Juru


Sita Pengadilan Niaga Jakarta Pusat terbukti Termohon Pailit tidak
memilik kantor pada alamat sebagaimana disebut oleh Para Pemohon
Pailit dalam surat permohonannya; Atau pada alamat dimaksud terbukti
tidak diketemukan ada Termohon Pailit melakukan kegiatan usaha
sebagaimana didalilkan oleh Para Pemohon Pailit;

Menimbang, bahwa selain itu, untuk membuktikan kebenaran


dalilnya yang mengatakan bahwa Termohon Pailit melakukan kegiatan
usasha O strich di Indonesia, Para Pem ohon P ailit harus dapat
membuktikannya, paling tidak dengan cara mengajukan bukti bahwa
Termohon Pailit memiliki ijin usaha Ostrich di Indonesia dari pejabat
yang berwenang di Indonesia; Tapi ternyata bukti dimaksud tidak
diajukan dalam persidangan oleh Para Pemohon Pailit, karenanya secara
hukum harus dinyatakan Termohon Pailit tidak memiliki kegiatan usaha
di Indonesia;

Menimbang, bahwa Daftar Bukti yang terlampir dalam surat


permohonan Para Pemohon Pailit menyebutkan bahwa Surat Bukti P-l
adalah iklan pada Harian Umum Kompas tanggal 6 Juli 1999 dan Surat
Bukti P-2 adalah Brosur Termohon Pailit yang diedarkan kepada
masyarakat; Kedua surat bukti ini telah bermeterai cukup dan sesuai
dengan surat aslinya sehingga dapat dipertimbangkan dalam putusan ini;

Bahwa, pada kedua surat bukti dimaksud di atas tertera tulisan yang
berbunyi: Agen Tunggal di Indonesia “PT. Garanti Ostricom Jayatama:
Wisma Tugu Wahid Hasyim, Lantai 7 Jl. KH. Wahid Hasyim No. 100-
102 Jakarta 10340;

207
Menimbang, bahwa dengan demikian berdasar surat bukti P -1 dan
P-2 terbukti yang beralamat di Wisma Tugu Wahid Hasyim, Lantai 7 Jl.
KH. Wahid Hasyim No. 100-102 Jakarta 10340 adalah “PT. Garanti
Ostricom Jayatama: (Agen Tunggal di Indonesia);

Menimbang, bahwa namun demikian dalam persidangan tidak


terbukti PT dimaksud di atas mempunyai hubungan dengan Termohon
Pailit yang berkedudukan di Australia; lagi pula dalam persidangan juga
tidak terbukti apakah PT tersebut di atas benar-benar ada di Indonesia
dan tidak juga terbukti dalam persidangan apakah keberadaannya telah
memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas;
Menimbang, bahwa oleh karena tentang ketiga hal di atas tidak dapat
dibuktikan dalam persidangan oleh Para Pemohon Pailit, lagi pula dalam
pertimbangan di atas telah dinyatakan Termohon Pailit tidak terbukti
mempunyai kegiatan usaha di Indonesia karena tidak terbukti mempunyai
ijin usaha dari Pejabat yang berwenang, maka Wisma Tugu Wahid
Hasyim, Lantai 7 Jl. KH. Wahid Hasyim No. 100-1002 Jakarta 10340
sebagaimana didalilkan oleh Para Pemohon Pailit sebagai alamat Kantor
Termohon Pailit di Indonesia harus dinyatakan tidak terbukti sebagai
alamat kantor Termohon Pailit di Indonesia.

Menimbang, bahwa berdasar perimbangan di atas dan setelah


dihubungkan dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) PERPU Nomor 1 tahun
1998 jo. Undang-Undang Nomor : 4 tahun 1998 tentang Kepailitan,
Majelis berpendapat, permohonan Para Pemohon Pailit dalam perkara
ini tidak dapat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Niaga di Indone­
sia atau dengan perkataan lain, Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat tidak berwenang untuk mem eriksa dan memutus
permohonan Para Pemohon Pailit dalam perkara ini;

Menimbang, oleh karena itu permohonan Para Pemohon Pailit dalam


perkara ini harus dinyatakan tidak dapat diterima;

208
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Para Pemohon Pailit
dalam perkara ini telah dinyatakan tidak dapat diterim a, maka
permohonan Para Pemohon Pailit yang meminta agar ditunjuk Hakim
Pengawas dan diangkat Kurator sebagaimana tersebut dalam petitum
pada angka 3 dan 4 menjadi tidak relevan lagi sehingga harus
dikesampingkan;

Menimbang, bahwa oleh karena Pengadilan Niaga telah menyatakan


permohonan Para Pemohon Pailit tidak dapat diterima maka menurut
hukum biaya (ongkos) perkara harus dibebankan seluruhnya kepada Para
Pemohon Pailit secara tanggung renteng, yang besarnya akan disebutkan
nanti dalam amar putusan ini;

Meningat dan memperhatikan ketentuan dalam PERPU Nomor 1


Tahun 1998 tentang Perubahan atas ketentuan dalam Faillisements-
Verordening sebagaimana diatur dalam Staatsblaad Tahun 1905 Nomor
217 Jo. Staatsblaad Tahun 1906 Nomor 348 yang telah disahkan dengan
Undang-Undang No. 4 tahun 1998 tentang Kepailitan, khususnya
ketentuan dalam pasal 4 ayat (1) dan ayat(4), dan peraturan-peraturan
lain yang berkaitan;

MENGADILI:

1. Menyatakan permohonan Para Pemohon Pailit tidak dapat diterima;

2. Menghukum Para Pemohon Pailit secara tanggung renteng untuk


membayar ongkos perkara sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta
rupiah).

209
No.30/Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A k h ir:

1. Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyatakan


dirinya tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara karena
menyangkut kewenangan mengadili (yurisdiksi) pengadilan sesuai
dengan tempat kedudukan termohon pailit.

2. Pasal 284 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang


Nomor 4 Tahun 1998 menentukan bahwa kecuali ditentukan lain
dengan Undang-undang, hukum acara perdata yang berlaku
diterapkan pula terhadap pengadilan Niaga.

Masalah kewenangan mengadili diatur dalam pasal 118 HIR, akan


tetapi karena Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor
4 Tahun 1998 mengatur secara khusus tentang kewenangan
mengadili, maka Pengadilan Niaga sudah tepat apabila menggunakan
hukum acara dalam perkara kepailitan sesuai dengan asas hukum :
lex specialis derogat lex generali.

3. Pasal 2 ayat (4) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang


Nomor 4 Tahun 1998, menyebutkan “ menjalankan profesi atau
usahanya “ dalam wilayah Republik Indonesia, tetapi dalam
penjelasannya hanya dinyatakan “ cukup jelas “. Karena itu bisa
menjadi sengketa dan beda interpretasi, apa itu batasan profesi dan
usaha. Tanpa batasan ini bisa berakibat tidak ada kepastian hukum.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

210
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

PUTUSAN M AJELIS HAKIM :


MENOLAK PERMOHONAN PAILIT DARI PEMOHON POLAR
CO M PLETIO NS EN G IN EERIN G INC. KARENA TIDAK
TERBUKTI SECARA HUKUM
Mi l i k
'Perpustakaan
s*
Mahkamah Agung -

HUKUM NIAGA
; A i '•

A iii M

> r • uuui:/. (l»;mu>lriuM

■ H
PENOLAKAN PEMILITAN PERUSAHAAN OLEH
PENGADILAN KARENA TIDAK TERPENUHINYA
UNSUR-UNSUR PEMAILITAN

• Pemohon Polar Completions Engineering Inc. mengajukan


permohonan pemailitan terhadap PT. Kayra Witawasana,
dengan alasan sebagai berikut:

- Bahwa Pemohon telah menunjuk Termohon sebagai agen


tunggalnya, berdasarkan Letter of Appointment of A u­
thorized And Sole Agency (Surat penunjukkan sebagai
Agen Tunggal) tanggal 23 Maret 2000 yang berlaku
selama 1 (satu) tahun, dan berakhir pada tanggal 23 Maret
2001.
- Bahwa setelah berakhirnya masa penunjukkan sebagai
agen tunggal tersebut, akan dilakukan negosiasi
berkenaan dengan kelanjutan hubungan tersebut dalam
bentuk perjanjian secara formal.

- Selama diskusi tersebut berlangsung, Pemohon terus


memenuhi permintaan Termohon dalam mensuplai
produk-produk Pemohon yang dipasarkan oleh Termohon
Pemohon mengeluarkan/menerbitkan Invoice kepada
Term ohon, Invoice terseb u t harus dipenuhi dan
dibayarkan oleh Termohon dalam waktu tertentu sejak
dikeluarkannnya Invoice tersebut.

- Termohon tidak membayar Invoice Pemohon walaupun


telah berulang kali ditagih dan hal tersebut merupakan
bukti tidak dibayarnya utang-utang Termohon tersebut.

- Bahwa disamping utang Termohon kepada Pemohon


yang telah jatuh tempo dan hams dibayar, Termohon juga
mempunyai utang kepada kreditur lainnya.

213
• Berdasarkan fakta-fakta selama persidangan Pemohon tidak
dapat membuktikan adanya Kreditur lain, yang terbukti
hanyalah adanya 1 kreditur saja yaitu Pemohon (pasal 1 ayat
(l)PER PU N o. 1 tahun 1998 jo. UU No. 4 Tahun 1998)

• Majelis Hakim menolak permohonan pailit dari Pemohon,


karena tidak terbukti secara hukum.

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT


N0.33/PAILIT/2002/PN. NIAGA/JKT.PST.
DALAM PERKARA

antara
Pemohon:
Completion Engineering Inc, Berkedudukan di 4800-27 th Street,
S.E. Calgary, Albarta, T2B 3M4, Canada.
Dalam hal ini diwakili kuasanya :
1. Hafzan Taher, SH.
2. Nira Sari Nazarudin, SH.MH.
Advocat dan Pengacara pada Kantor Hukum Soemadipradja &
Taher, Beralamat di Wisma GKBI suite 905, Jalan Jenderal Sudirman
No. 28 Jakarta Pusat

Terhadap

Termohon :
PT. Karya Hitawasana, berkantor di Jalan Ungaran No. 22 Jakarta
Selatan.

214
DUDUK PERKARA:

M enim bang, bahwa Pemohon dengan surat perm ohonannya


tertanggal 4 Nopember 2002, yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat pada hari itu juga dalam register No. 33/Pailit/2002/
PN. Niaga. Jkt.Pst., mengajukan permohonan sebagai berikut:

A. Tentang Hubungan Pemohon dan Termohon

1. Bahwa Pemohon adalah suatu perusahaan yang didirikan


menurut hukum Prop. Alberta, Canada dan bergerak dibidang
manufakturing dan penjualan produk-produk serta persediaan
untuk penyelesaian sumur yang digunakan dalam kegiatan
produksi minyak bumi dan gas alam;

2. Bahwa dalam memasarkan produknya di Indonesia, Pemohon


telah menunjuk Termohon sebagai agen tunggalnya berdasar
Letter of Appointment of Authorized and Sole Agency (Surat
Penunjukan sebagai Agen Tunggal) tanggal 23 Maret 2000, yang
berlaku selama 1 (satu) tahun, karenanya berakhir pada tanggal
23 Maret 2001 (bukti P-l);

3. Bahwa setelah berakhirnya masa penunjukkan sebagai agen


tunggal dsb. Pemohon dan Termohon melalui perusahaan
afiliasinya di Indonesia telah melakukan perundingan berkenaan
dengan kelanjutan hubungan tersebut dengan bentuk serta
struktur hubungan yang akan dituangkan dalam perjanjian yang
lebih formal;

B. Tentang hutang Termohon kepada Pemohon

4. Selama diskusi tersebut masih berlangsung, maka Pemohon


terus memenuhi permintaan Termohon dalam mensuplai
produk-produk Pemohon yang dipasarkan oleh Termohon, dan
sebagaimana biasanya atas setiap permintaan/pemesanan,
Pemohon mengeluarkan Penawaran Harga International (quo-

215
tation). Atas quotation yang diterima Termohon tersebut,
Termohon kemudian menerbitkan Pemesanan Pembelian (Pur­
chase Order). Selanjutnya atas barang-barang yang telah sesuai
dengan purchase order tsb. Pem ohon m engeluarkan/
menerbitkan Invoice kepada Termohon. Invoice tersebut harus
dipenuhi dan dibayar oleh Termohon dalam waktu tertentu sejak
dikeluarkan Invoice terkait;

5. Bahwa sampai dengan saat ini, Termohon telah berhutang dan


tidak membayar Invoice Pemohon sebagai berikut: (bukti P-
2(i) s/d (xii) ) Atas seluruhnya berjumlah US$ 668,372.50.
Seluruh hutang-hutang Tersebut telah jatuh tempo dan harus
dibayar secara sekaligus dan seketika oleh Termohon;

N o. Q uatation P u r c h e se In v o ic e Tanggal Ju m lah W ak tu


O rder T enggang

(>) X Q -2 1 0 8 9 0 5 1/K H W /P C E X I -2 1089-0 19-11- U S $ 2 4 4 ,7 9 4 .5 0 4 5 hari


/V m /0 1 (R .l) 2001

(ii) X Q -2 1 1 5 7 0 0 5 9 /K H W /P C X I-2 1 I7 5 -0 14-02- U S $ 6 ,7 3 1 .0 0 4 5 hari


E /X I/01 2002

(iii) X Q -2 2 0 5 3 006 9 /K H W /P C X I-2 2 0 5 3 -0 0 4 -0 3 - U S $ 3 ,3 8 7 .8 5 3 0 hari


E /X I/2 0 0 2 2002

(iv) X Q -2 1 2 8 8 006 5 /K H W /P C X I -2 1288-0 2 2 -0 4 - U S $ 3 1 ,4 3 5 .1 5 3 0 hari


E /II/02 2002

(v) X Q -2 2 0 4 7 0 0 5 5 -A /K H W /P X I-2 2 0 4 7 -0 2 8 -0 3 - U S $ 7 5 0 .9 0 3 0 hari


C E/III/02 2002

(vi) X Q -2 2 0 7 9 007 2 /K H W /P C X I-2 2 0 7 9 -0 19-04- U S $ 2 ,1 9 5 .0 0 3 0 hari


E/III/02 2002

(vii) X Q -2 1 2 8 9 0 0 7 1/K H W /PG X I -2 1289 2 2 -0 4 - U S $ 1 0 ,2 4 9 .3 0 3 0 hari


E /III/02 2002

(v iii) X Q -2 2 1 0 6 007 5 /K H W /P C X I -2 2 106-0 3 0 -0 4 - U S $ 5 ,1 2 5 6 5 3 0 hari


E /IV /2 0 0 2 2002

(ix) X Q -2 1 2 0 2 00 6 7 /K H W /P C X I -2 1202-0 0 3 -0 5 - U S $ 2 9 6 ,6 9 5 .0 0 3 0 hari


E /III/02 2002

216
N o. Q u a ta tio n P u r c h e se In v o ic e Tanggal Jum lah Tenggpnc
O rder W ak tu

(x) X Q -2 2 0 9 2 0 0 7 6 /K H W /P C X I-2 2 0 9 2 -0 1 5 -0 5 - U S $ 4 1 ,9 6 5 .15 3 0 hari


E /V /0 2 2002

(xi) X Q -2 2 0 6 4 0 0 8 2 /K H W /P C X I-2 2 0 6 4 -0 3 0 -0 7 - U S $ 4 ,2 3 0 .7 0 3 0 hari


E /V I/0 2 2002

(xii) X Q -2 2 1 4 6 078 /K H W /P C X I -2 2 146-0 13-08- U S $ 2 0 ,8 1 2 .3 0 3 0 hari


E /V /0 2 2002

6. Bahwa Pemohon telah berulang kali menagih, menegur dan


m em peringati Termohon agar m emenuhi kew ajibannya
tersebut, namun tidak diindahkan oleh Termohon dan hal
tersebut merupakan bukti tidak dibayarnya hutang-hutang
Termohon tersebut;

C. Tentang Hutang Termohon kepada Kreditur lainnya

7. Bahwa disamping hutang Termohon kepada Pemohon yang


telah jatuh tempo dan harus dibayar secara sekaligus dan
seketika oleh Termohon tersebut, Termohon juga mempunyai
hutang kepada kreditur lainnya, yaitu kepada : PT. Precission
Drilling Services (Indonesia) beralamat di Graha Elnusa Build­
ing, Lantai 4, Jl.TB. Simatupang Kav. IB, Jakarta 12560;

8. Bahwa berdasarkan fakta dan bukti di atas terbukti unsur-unsur


Pasal 1 ayat 1 UU Kepailitan telah terpenuhi ;

Bahwa oleh karena itu Pemohon mohon agar Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memberikan putusan sbb;

1. M enerim a dan m engabulkan perm ohonan Pem ohon untuk


seluruhnya;

2. Menyatakan Termohon PT. Karya Hitawasana berada dalam keadaan


pailit dengan segala akibat hukumnya;

217
3. Mengangkat seorang Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;

4. M engangkat Sdr. Syarif Bastaman dari K antor Bastaman &


Partners, beralamat di Surya Building Lt.7 JL. MH. Thamrin Kav.
9 Jakarta 10350 sebagai Kurator;
5. Menghukum Termohon membayar biaya perkara;
Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditetapkan
para pihak hadir masing-masing, Pemohon hadir kuasanya Nira Sari
Nazarudin, SH.,L.LM. dan Ahmad Djosan, SH. Sedangkan Termohon
diwakili oleh kuasanya Merah Darwin, SH. Dkk. Penasehat Hukum pada
kantor Hutabarat, Halim & Rekan, berkantor di Wisma 46-Kota BNI,
lantai 34, Ruang 3401-3042 Jl. Jend. Sudirman Kav. 1 Jakarta Pusat,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 Nopember 2002, sedangkan
Kreditur lain PT. Precission Drilling Services (Indonesia) diwakili oleh
Agus Djuarta, karyawannya, berkantor di GrahaElnusa Building, Lantai
4, JL. TB. Simatupang Kav. IB Jakarta 12560, berdasarkan surat kuasa
khusus tanggal 13 Nopember 2002;

Menimbang, bahwa setelah dibacakan permohonannya, Pemohon


menyatakan tetap pada permohonannya dengan mengajukan perbaikan
permohonan sebagaimana tercatat dalam berita acara sidang tanggal 12
Nopember 2002;

Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon tersebut


Termohon mengajukan tanggapannya secara tertulis pada tanggal 14
Nopember 2002, yang pada pokoknya mengajukan penolakan sebagai
berikut;
I. Bahwa PT. Precision merupakan kreditur “gadungan’ dan merupakan
Pemohon itu sendiri, karena :

a. PT. Precision adalah perusahaan afiliasi dari Pemohon, baik


kepem ilikan saham maupun kepengurusan dari kedua
perusahaan ini adalah pihak yang sama;

218
b. A ntara Pem ohon dan PT. P recision terdapat kesatuan
pengendalian kepengurusan yaitu Mr. Dale Edwin Tremblay
dan Mr. M ichael J.McNulty keduanya menjabat sebagai
pengurus dan pengambil keputusan kedua perusahaan tersebut;

c. Upaya pengalihan tagihan oleh Pemohon kepada PT. Precision


hanyalah merupakan rakayasa agar terdapat dua kreditur dari
Termohon;

II. PT. Precision dan Pemohon merupakan pihak yang tidak beritikat
baik, karena :

a. Pengalihan tagihan baru diberitahukan dengan surat tanggal 23


Oktober 2002 kepada Termohon pada tanggal 4 Nopember
2002, bersam aan dengan hari pendaftaran perm ohonan
kepailitan dan hal tersebut telah Termohon mintakan klarifikasi
m elalui kuasa hukum nya kepada Pem ohon dan PT.
Precision,dengan surat No: 1694/KHW-2020/XI/02/RMW-CL
tertanggal 7 Nopember 2002;

b. Merekayasa agar sy arat: mempunyai dua atau lebih kreditur


(vide pasal 1 ayat l Undang-Undang Kepailitan) terpenuhi;

III. Pengalihan piutang tidak berdasarkan peristiwa perdata/obligatoir


(obligatoire overeenkomst) yang sah, karena berdasarkan pasal 584
KUH Perdata, apabila suatu pengalihan hak tanpa levering, maka
penerima hak tersebut belum mempunyai hak kepemilikan yang sah
atas barang tersebut, sebaliknya apabila suatu levering tidak dibuat
berdasarkan peristiwa perdata yang sah, maka transaksi pengalihan
hak milik tersebut dengan sendirinya juga tidak sah dan batal demi
hukum;

IV. Pengalihan piutang tidak memenuhi pasal 613 KUH Perdata, karena
berdasar pasal tersebut diisyaratkan bahwa transaksi pengalihan
piutang (cessie) harus dilaksanakan secara tertulis yang harus ditanda
tangani oleh cedent dan cessionaris dalam suatu perjanjian yang

219
dibuat untuk itu dengan syarat:
a. Pengalihan tagihan tersebut diberitahukan secara resmi kepada
debitur;
b. Cessie tersebut diakui atau disetujui secara tertulis oleh debitur;

Bahwa, debitur (Termohon) tidak pemah diberitahu secara resmi


melalui juru sita dan Termohon tidak pernah menyetujui atau
mengakui pengalihan piutang tersebut, bahkan secara tegas
menolak keabsahannya;
V. Pemohon bukan merupakan kreditur Termohon, karena hubungan
hukum antara kedua hubungan keagenan dengan prinsipalnya (vide
bukti Letter of Appointment of Authorized and Sole Agency yang
ditanda tangani Pemohon di Canada tanggal 23 Maret 2000;

Bahwa, struktur hukum, hubungan keagenan berbeda dengan


distribusi, karena agen adalah pihak yang berwenang untuk mewakili
dan bertindak untuk dan atas nama prinsipal, sedangkan distributor
adalah pihak yang melakukan penjualan barang untuk tujuan sebagai
mana telah ditentukan dalam perjanjian antara distributor dengan
prinsipal di dalam suatu wilayah, untuk atas namanya sendiri dan
atas tanggung jawab sendiri;
Bahwa, agen sama sekali tidak melaksanakan pembelian (dalam arti
jual beli lepas) dari prinsipal, melainkan hanya mendistribusikan
dan pendapatan yang diterima agen adalah komisi hasil penjualan
kepada konsumen (end-user), sehingga agen tidak berhutang kepada
prinsipal melainkan konsumenlah yang berhutang;

Bahwa, oleh karena Termohon adalah agen tunggal dari Pemohon,


berdasarkan pengertian keagenan di atas, Term ohon tidak
mempunyai utang kepada Pemohon ;

VI. Pemohon dan Termohon telah mempunyai perjanjian bahwa tidak


ada jatuh tempo untuk melakukan pembayaran, karena pembayaran

220
dari custom er atau end-user kepada Termohon sepenuhnya
tergantung dari kemampuan dan kredibilitas pelanggaran atau
customer, sehingga Termohon tidak dapat memastikan kapan
sipelanggan atau customer akan membayar, hal mana resiko ini
merupakan hal diluar tanggung jawab Termohon;

Bahw a, pembayaran Termohon kepada Pemohon (hal ini juga tidak


mengenal jangka waktu yang pasti), karena dalam hubungan
keagenan terjadi proses pendebitan dan pengkreditan secara terus
menerus antara prinsipal dengan agen dengan memperhitungkan
kewajiban pembayaran komisi oleh Pemohon kepada Termohon;

VII. Tidak adanya peringatan atau somasi terlebih dahulu dari Pemohon,
padahal berdasar Hukum Perdata Indonesia, somasi adalah mutlak
dipenuhi kreditur untuk memberi peringatan secara tertulis agar
dalam jangka waktu tertentu debitur wajib melakukan pembayaran
kepada krediturnya, sehingga apabila kreditur belum mengirimkan
somasi kepada debitur, maka demi hukum kewajiban pembayaran
yang diklaim oleh kreditur harus dianggap belum dapat ditagih;

Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Termohon memohon kepada


Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk
memutuskan :

1. Menolak permohonan Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara;


Menimbang, bahwa terhadap permohonan Pemohon di atas, kreditur
lain (PT. Precision Drilling Services -Indonesia) memberikan tanggapan
tertanggal 14 Nopember 2002 beserta lampiran-lampiran yang pada
pokoknya mmbenarkan dalil permohonan Pemohon :

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil-dalil permohonannya,


Pemohon mengajukan bukti-bukti berupa foto copy surat-surat yang telah
ditempeli materai yang cukup dan masing-masing diberi tanda sebagai
berikut:

221
P- i : Letter of Appointment and Sole Agency (Surat Penunjukan
sebagai Agen Tunggal) tertanggal 23 Maret 2000.

P-2 (i) : - Price Quotation No. QX-21089 revisi tanggal 9 Mei


2001, revisi 3 dan revisi 4 tanggal 10 Juli 2001.

- P urchase O rder No. 051/K H W /PC E/V III/01


tanggal 31 Agustus 2001 yang diperbaiki tanggal 23
September 2001, dan,

Invoice No. XI-21089-0 tanggal 19 November 2001


dengan jumlah tagihan sebesar US & 244,794.50.

P-2 (ii) : - Price Quotation No. XQ-21157 (revisi 2) tanggal 20


November 2001.
- Purchase Order No. 059/KHW/PCE/XI/01 tanggal 20
Nopember 2001 dan

- Invoice No. XI-211557-0 tanggal 14 Februari 2002


dengan jumlah tagihan sebesar US$ 6,731.00.

P-2 (iii) : - Price Quotation No. XQ-22053 tanggal 19 Februari


yang telah direvisi tanggal 20 Februari 2002;

- Purchase Order No. 069/KHW/PCE/II/2002 tanggal


18 Februari 2002;

- Invoice No. XI-22053-0 tanggal 4 Maret 2002 dengan


nilai tagihan sbesar US$ 3,387.85.
P-2 (iv) : - Price Quotation No. XQ-21288 27 Desember 2001
yang diperbaiki tanggal 6 Februari 2002;

- Purchase Order No. 065/KHW/PCE/II/02 tanggal 25


Februari 2002;

- Invoice No. X I-21188-0 tanggal 22 M aret 2002


dengan nilai tagihan sebesar US$31,435.15

222
P-2 (v) : Price Quotation No. XQ-22047 perbaikan 1 dan
perbaikan 2 tanggal 25 Februari 2002;

Purchase Order No.055-A/KHW/PCE/IIIA)2 tanggal


5 Maret 2002;

Invoice No. XI-22047-0 tanggal 28 M aret 2002


dengan nilai tagihan sebesar US$750.90
P-2 (vi) : Price Quotation No. XQ-22079 tanggal 5 Maret 2002
yang telah di perbaiki

Purchase Order No. 072-A7KHW/PCE/III/02 tanggal


25 Maret 2002;

Invoice No. XI-22079-0 tanggal 19 M aret 2002


dengan nilai tagihan sebesar US$ 195.00
P-2 (vii): Price Quotation No. XQ-21289 tanggal 27 Desember
2001 yang diperbaiki tanggal 14 Februari 2002;

Purchase Order No. 07 l/KHW/PCE/III/02 tanggal 18


Maret 2002;

Invoice No. XI-21289-0 tanggal 22 April 2002 dengan


nilai tagihan sebesar US$10,249.30
P-2 (viii): Price Quatation No.XQ-22106 tanggal 4 April 2002;

Purchase Order No.075/KHW/PCE/IV/2002 tanggal


19 April 2002;

Invoice No.XI-22106-0 tanggal 30 April 2002 dengan


nilai tagihan sebesar US$5,125.65

P-2 (ix) : Price Quotation No. XQ-21202 revisi 1 tanggal 9


Oktober 2001, revisi 2 tanggal 28 Desember 2001 dan
revisi 3 tanggal 3 Januari 2002;

223
- Purchase Order No.067/KHW/PCE/III/02 tanggal 20
Februari 2002;
- Invoice No.XI-21202-0 tanggal 3 Mei 2002 dengan
nilai tagihan sebesar US$ 296,695.00
P-2 (x) : - Price Quotation No. XQ-22092 tanggal 13 Maret
2002;
- Purchase Oeder No. 076/KHW/PCE/V/02 tanggal 14
Mei 2002;
Invoice No. XI-22092-0 tanggal 15 Mei 2002 dengan
nilai tagihan sebesar US$41,965.15.

P-2 (xi) : - Price Quotation No. XQ-22064 tanggal 22 Februari


2002 ;
- Purchase Order No. 082/KHW/PCE/VI/02 tanggal 14
Juni 2002;

Invoice No. XI-22064-0 tanggal 30 Juli 2002 dengan


nilai tagihan sebesar US$4,230.70

P-2(xii) : - Price Quotation No.078/KHW/PCE/V/02 tanggal 9


Mei 2002;

- Invoice No. XI-22146-0 tanggal 13 Agustus 2002


dengan nilai tagihan sebesar US$20,812.30.
Bahwa bukti foto copy di atas telah diperiksa ternyata hanya berupa
foto copy tidak ada surat aslinya;

M enim bang, bahwa untuk m em perkuat dalil sangkalannya


Termohon mengajukan bukti berupa foto copy surat surat yang ditempeli
materai secukupnya Dan masing-masing di beri tanda :
T- 1 : Surat tertanggal 23 Oktober 2002 yang ditanda tangani oleh
Pemohon dan PT. PRECISION DRILLING SERVICES
(PT. Precision);

224
T-2 Invoice No. Xi-22009-0 tertanggal 18 Januari 2002 dengan
nilai sebesar US$9,583.25

T-3 Surat G ugatan nomor perkara No. 522/Pdt.G /2002/


PNJkt.Sel tertanggal 17 September 2002;
T-4 E-mail dan Faksimili tentang ringkasan penelitian badan
hukum (Corporate searches summary) dikeluarkan Osier,
Hoskin & Harcourt pada tanggal 12 September 2002,
halaman 2;

T-5 Akta Pernyataan Keputusan Rapat Pemegang Saham PT,


Northland Energy Services Indonesia No. 42 tanggal 27
Agustus 2001 dibuat dihadapan Titi Indrasari, Notaris di
Jakarta;
T-6 E-mail dan Faksimili dari Osier, Hoskin & Harcourt tanpa
tanggal, halaman 3;

T-7 E-mail dan Faksimili tentang ringkasan penelitian badan


hukum (corporate sarches summery) dikeluarkan Osier,
Hoskin & Harcourt pada tanggal 12 September 2001,
halaman 1;

T-8 E-mail tanggal 24 Juni 2002, dari PT. Precision drilling


perihal RFQ untuk Daouble Grip retrievable Packer;

T-9 E-mail tanggal 11 Desember 2001, dari PT. Precision,


perihal perjanjian distributor
T - 10 Surat tanggal 23 Juli 2002, dari PT. Precision, kepada Bp.
Michael Steven;
T - 11 Surat tanggal 19 September 2002, dari PT. Precision,
kepada PT. Karya Hitawasana;

T - 12 Surat Kuasa Termohon Tgl 6 Nopember 2002, No. Ref.:


1683/KHW-0202/XI/02/MPH-CL;

225
T - 13 : Surat Pemberitahuan panggilan sidang perkara permohonan
pailit No. 33/Pailit/2002/PN.NIAGA JKT.PST., tertanggal
05 Nov 2002;
T - 14 : Surat kuasa Term ohon tgl 7 N opem ber 2002,
No.ReF.: 1694/KHW-0202/XI/02/RMW-CL;

T - 15 : AmplopSurat tgl 23 Oktober 2001, berupa amplop kertas


minyak warna coklat;
T - 16 : Letter of Appointment of Authorized and Sole Agency di
tanda tangani Pemohon di Kanada pada tanggal 23 Maret
2000 ;
T - 17 : Surat Pernyataan tertanggal 4 April 2002, yang dikeluarkan
oleh Pemohon 2 (dua) tahun sejak dimulainya hubungan
keagenan tunggal kepada PT. Expan Nusantara.
T - 18 : Surat Pernyataan tertan g g al 9 Januari 2001, yang
dikeluarkan Pemohon kepada Pertamina Drilling Services
Dir. Hulu.

T - 19 : Surat Pernyataan tertanggal 16 Mei 2002, yang dikeluarkan


Pemohon kepada Pertamina DOH NAD-Sumbangut.

T - 20a. : Surat Keterangan Pendaftaran Nomor.: 1453/BUP-3/1/02


tertanggal 8 Januari 2002 yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;

T - 20b : Surat Tanda Pendaftaran Sebagai agen Tunggal Barang


Produksi Luar Negeri Nomor: 1454/STP-LN/BUP-3/1/
2002; tertanggal 8 Januari 2002, dikeluarkan oleh Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri;

T - 20c : Lampiran Surat Tanda Pendaftaran Nomor 1454/STP-LN/


BUP-3/I/2002 tertanggal 8 Januari 2002 ;

T - 21 : E-mail dari Pemohon kepada Termohon tertanggal 19


September 2002;

226
T -22 E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 22 Desember
2000;

T -23 : E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 14 Februari


2001, perihal balasan RFQ No. Q-040678-0000-0000-
0052;
T -2 4 : E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 12 Oktober
2001, perihal Balasan :Fw: Komplain Keterlambatan
Pengiriman dari Caltex;

T -25 : E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 15 Januari


2002, perihal balasan : Letter of Recommendation;

T -2 6 : E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 30 Januari


2002, perihal Balasan:22020-Kondour Liners;

T - 27 : Invoice No. X I-21064-0 yang diterbitkan oleh Polar


Completions Engineering Inc. (Pemohon) tertanggal 18
Juni 2001;

T - 28a : Invoice No. INT0411 yang diterbitkan oleh Polar Completions


Engineering Inc. (Pemohon) tertanggal 17 Mei 2001;

T - 28b : Surat Perintah Pembayaran dari PT Karya Hitawasana


(Termohon) kepada Bank Central Asia Cabang Utama
Wisma GKBI tertanggal 4 Januari 2002;

T -2 9 : Invoice No. XI-21044-2 tertanggal 9 Oktober 2001 yang


diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon);

T - 30a : Invoice No. 22009-0 tertanggal 31 Januari 2002 yang


diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon);

T - 30b : Surat perintah Pembayaran dari PT Karya Hitawasana


(Termohon) kepada Bank Central Asia Cabang Utama

227
GKBI tertanggal 2 September 2002 dan Letter of Authori­
zation dari Bank Central Asia tertanggal 3 September 2002;

T - 31 : Invoice No. XI-21242-0 tertanggal 6 Desember 2001 yang


diterbitkan oleh Polar Completions Inc. (Pemohon) (vide:
Bukti P-3b);
T -32a : Invoice No. XI-21137-0 tertanggal 30 Juli 2001 yang
diterbitkan oleh Polar Completions Inc. (Pemohon)(vide:
Bukti P-5b juncto P-5a);

T -32b ; Surat Perintah Pembayaran dari PT. Karya Hitawasana


(Termohon) kepada Bank Central Asia Cabang Utama
Wisma GKBI tertanggal 25 Juli 2002 dan Letter of
Authorization dari Bank Central Asia tertanggal 25 Juli 2002;

T -3 3 a : Invoice No. XI-21176-0 tertanggal 26 Nopember 2001


yang diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon);

T -33b : Surat Perintah Pembayaran dari PT. Karya Hitawasana


(Termohon) kepada Bank Central Asia Cabang Utama
Wisma GKBI tertanggal 31 Mei 2002;

T -3 4 : Invoice No. X I-21053-1 tertanggal 24 September 2001


yang diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon);

T -35 : Invoice No. X I-21070-0 tertanggal 26 Oktober 2001 yang


diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon)

T-36 Invoice No. XI-21148-0 tertanggal 28 September 2001


yang diterbitkan oleh Polar Completions Engineering Inc.
(Pemohon);

T -37 : E-mail dari Pemohon kepada Termohon tertanggal 5


Agustus 2002, perihal Receipt of Payment;

228
T -38 E-mail Pemohon kepada Termohon tertanggal 12 Septem­
ber 2002 perihal RE:Pembayaran 22009-1;
T -39 E-mail dari Pemohon kepada Termohon tertanggal 4 Juni
2002 perihal RE:Pembayaran;

T -4 0 Syarat-syarat Penjualan (Condotional of Sale) dari Quota­


tion No. XQ-22106 tertanggal 4 April 2002;

T - 41 Faksimili dari PT. Karya Hitawasana (Termohon) kepada


UNOCAI INDONESIA COMPANY UNOCAL) tertanggal
21 Oktober 2002;

T -42 Invoice No. KHW/JKT/2002/0078 tertanggal 12 September


2002, yang dikeluarkan PT. Karya Hitawasana (Termohon)
kepada UNOCAL;

T -43 Surat No. 06.01.03/219 dari UNOCAL kepada PT. Karya


Hitawasana (Termohon) tertanggal 8 Oktober 2002 perihal
faktur No. KHW/JKT/2002/0078;

T -44 Surat No. 073/SRT-TAC-BSP/JKT/III/2002 tertanggal 6


Maret 2002 dari PT. Putra Kencana Basilam Petrogas
(BA SILA M ) sebagai end-user kepada PT. K ary a
Hitawasana (Termohon) perihal pembayaran invoice;

T -45 Surat No. 073/SRT-TAC-BSP/JKT/VI/2002 tertanggal 12


Juni 2002 dari PT. PUTRA KENCANA BA SILA M
PETROGAS sebagai end-user kepada PT. K ary a
Hitawasana, perihal pembayaran invoice;

T -46 Surat No. 116/SRT-TAC-BSP/JKT/X2002 tertanggal 1


O ktober 2002 dari BA SILAM kepada PT. K ary a
Hitawasana, perihal Outstanding Invoice Re: JBM O-
107115 &JDM-110002;

T -47 Bukti pembayaran Termohon kepada Pemohon atas tagihan


BASILAM tertanggal 4 Februari 2002;

229
T - 48 : Akta Pernyataan Keputusan rapat PT. Karya Hitawasana
No. 144 tertanggal 27 Agustus 1999, dibuat oleh Ny. Ratna
Komala Komar, SH, Notaris;

Bahwa bukti foto copy surat-surat tersebut telah diperiksa ternyata sesuai
dengan surat aslinya, kecuali bukti bertanda T-5, 9, 12, 14, 44, 45, 46
dan 48 hanya berupa foto copynya saja;
Menimbang, bahwa kreditur lain (PT. Precisions Drilling Services)
juga telah mengajukan bukti foto copy surat perjanjian Jual Beli Piutang
antara POLAR dan PT. PRECISION, tanggal 23 Oktober 2002, yang
mana bukti tersebut bermaterai cukup dan telah diperiksa ternyata sesuai
dengan surat aslinya;
Menimbang bahwa untuk mempersingkat putusan ini segala hal yang
tercatat dalam berita acara persidangan dianggap sebagai bagian dari
putusan ini;
Menimbang bahwa akhirnya para pihak mohon putusan;

TENTANG HUKUM1NYA
Menimbang bahwa maksud dan inti permohonan pemohon adalah
mohon agar Termohon dinyatakan pailit;

Menimbang, bahwa mempailitkan debitur harus memenuhi syarat


debitur tersebut mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih (vide
pasal layat 1 PERPUNo. 1 Tahun 1998 jo. Undang-Undang No. 4Tahun
1998);
M enimbang bahwa Pemohon mendalilkan bahwa Termohon
mempunyai hutang kepada Pemohon berupa kewajiban membayar
invoice yang keseluruhannya berjumlah US$ 668,372.50 yang telah jatuh
tempo dan belum dibayar Termohon;
Menimbang, bahwa Termohon menolak dalil Pemohon tersebut dan
dalam tanggapannya pada penolakan kelima m endalilkan bahwa

230
Pemohon bukan merupakan kreditur dari Termohon (vide hal. 31
tanggapan termohon);

Menimbang bahwa Pengadilan menilai bahwa berdasar bukti


bertanda P-l Termohon merupakan Agen Tunggal yang memasarkan
produk Pemohon, dan berdasar bukti bertanda P-2(i) s/d P-2 (xii)
Termohon mempunyai kewajiban untuk membayar US$ 668,372.50
kepada Pemohon yang mana timbul dari Purchase Order dan invoicenya;

M enimbang bahwa walaupun berdasar bukti P -l Term ohon


merupakan Agen Tunggal dari Pemohon akan tetapi apabila Termohon
tidak mem enuhi kew ajibannya kepada Pem ohon m aka sesuai
Jurisprudens! MARI, kewajiban yang dapat dinilai dengan uang maka
kewajiban tersebut dapat dikualifikasikan sebagai hutang, sehingga
kedudukan Termohon sebagai Agen Tunggal incasu menjadi Debitur
danPemohon menjadi Kreditur;

Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya halaman


2 memerinci kewajiban Termohon dalam daftar tabel yang didukung
bukti P-2 (i) s/d (xii) invoice tanggal 19 September 2001 s/d 13 Agustus
2002, sedangkan bantahan Termohon dalam daftar tabel (tanggapan
Termohon halaman 44) mencantumkan invoice tanggal 18 Juni 2001 s/
d 12 Oktober 2001, sehingga tidak relevan dengan dalil Pemohon;

Menimbang, bahwa agen harus tetap bertanggung jawab kepada


prinsipal atas pembayaran pelanggan atau customer, karena agen
mendapatkan keuntungan berupa komisi dari prinsipalnya, sehingga
tanggung jawab tersebut merupakan hutang yang harus dipenuhi oleh
agen incasu Termohon;

Menimbang, bahwa dari penilaian dan pertimbangan hukum di atas


maka terbutki Termohon mempunyai hutang kepada Pemohon, sedang
jum lah pasti berapa hutang Termohon kepada Pemohon d alam
permohonan kepailitan tidaklah merupakan hal yang prinsip, sebab dalam
Pasal 1 ayat (1) Undang Undang kepailitan hanya diisyaratkan adanya
hutang tanpa menyebut batasan jumlah hutang tertentu;

231
Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan apakah
Termohon mempunyai 2 (dua) kreditur atau lebih;

M enimbang bahwa Pemohon mendalilkan bahwa Termohon


mempunyai 2 kreditur, yaitu selain Pemohon juga ada kreditur lain, PT.
Precision Drilling Services (Indonesia), yang beralamat di Graha Elnusa
Building, Lantai 4, JL. TB. Simatupang Kav. IB jakarta 12560, dan dalam
persidangan Kreditur lain tersebut membenarkan dalil Pemohon yang
secara langsung maupun tidak langsung dikendalikan oleh pihak yang
sama dari segi kepemilikan saham dan kepengurusan kedua perusahaan
tersebut (vide tanggapan Termohon halaman 5);

M enimbang, bahwa terhadap 2 (dua) versi hukum tersebut


Pengadilan mempertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa Pemohon dalam surat permohonannya halaman


2 butir 3 mendalilkan “Bahwa setelah berakhirnya masa penunjukkan
sebagai agen tunggal tersebut, Pemohon dan Termohon melalui
perusahaan afiliasinya di Indonesia telah melakukan perundingan.... dst;
Menimbang bahwa sesuai bukti Termohon bertanda T-10 berupa
surat PT. Precision yang ditujukan kepada pihak ketiga (Kresna Securi­
ties) tanggal 23 Juli 2002, yang di tanda tangani oleh Wakil Predisen &
Manager Umum PT. Precision dan bukti T-11 berupa surat PT. Precision
kepada PT. Karya Hitawasana (Termohon) tanggal 19 September 2002,
yan di tanda tangani oleh Direktur Operasi Daerah Asia Pasifik, ternyata
dari kedua bukti tersebut menunjuk rancangan perjanjian baru
keagamaan yang dipergunakan oleh PT. Karya Hitawasana dan Polar
Completions Engineering Inc. serta Perjanjian Perwakilan antara
Polar dan PT. Karya Hitawasana.
Bahwa dari bukti T-10 dan T -ll tersebut membuktikan adanya
hubungan antara PT. Precision dengan Polar (Pemohon) dan apabila hal
tersebut dihubungkan dengan bukti bertanda T-5 (Akta Pernyataan
K eputusan Pem egang Saham PT. N orthland Energy Services
Indonesia) ternyata PT. Northland Energy Services Indonesia mengubah

232
nama perseroan menjadi PT. Precision Drilling Services (Indonesia)-
vide halaman 3 bukti tsb;

Menimbang bahwa dalam bukti T-5 tersebut menunjuk Tuan Michael


Joseph McNulty sebagai Komisaris PT. Precision Drilling Services (In­
donesia)- vide bukti T-5 halaman 5 dan 9, yang ternyata Tuan Michael
Joseph McNulty tersebut juga sebagai Direktur Polar Completions
Engineering Inc. yang menanda tangani sebagai Pemberi Kuasa dari
Pemohon (vide Surat Kuasa Pemohon tanggal 17 Oktober 2002);

Menimbang, bahwa penilaian bukti-bukti Termohon tersebut terlihat


terafiliasi antara Pemohon (Polar) dengan Kreditur lain (PT. Precision),
belum lagi dari masalah hubungan kepemilikan saham, hasil penelitian
badan hukum oleh Osier. Hoskin & Harcourt LLP tertanggal 12 Sep­
tember 2002 (vide bukti T-4) yang menyebutkan Precision mempunyai
100 % saham biasa POLAR;

Menimbang bahwa selain pertimbangan hukum di atas, Pengadilan


juga menilai bahwa pemberitahuan pengalihan piutang tidak diberitahu
secara resmi/sah kepada Termohon sebagai debiturnya, hak mana baik
Pemohon (Polar) sebagai kreditur lama maupun Kreditur Lain (PT. Pre-
cision) sebagai kreditur baru dalam persidangan tidak berhasil
membuktikan bahwa pemberitahuan aquo telah dilakukan secara resmi/
sah dan kapan diberitahukan;

Menimbang bahwa berdasar bukti T-3 berupa gugatan perdata antara


Termohon (sebagai Penggugat) melawan Pemohon (sebagai Tergugati)
dan PT. Precision Drilling Servise (sebagai Tergugat III) register perkara
No. 522/Pdt.G/2002/PN.JAK-SEL tertanggal 17 September 2002 di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, membuktikan bahwa setelah gugatan
aquo didaftarkan barulah terjadi pengalihan piutang Pemohon (POLAR)
kepada PT. Precision pada tanggal 23 Oktober 2002, dan pengalihan
piutang aquo terjadi setelah Pem ohon berencana m engajukan
permohonan pailit terhadap PT. Karya Hitawasana, karena Surat Kuasa
Khusus kepasa kuasanya dibuat dan ditanda tangani tanggal 17 Oktober
2002, sehingga menjadi bukti persangkutan bahwa pengalihan piutang

233
aquo bertujuan untuk memenuhi persyaratan pengajuan permohonan
pailit terhadap termohon agar memiliki 2 (dua) kreditur, dan hal tersebut
membuktikan itikad tidak baik Pemohon;

Menimbang bahwa berdasar penilaian dan pertimbangan hukum di


atas maka pengalihan piutang dari Pemohon kepada PT. Precision Drill­
ing Services (Indonesia) adalah cacat hukum dan menjadikan pengalihan
piutang tersebut mempunyai hak tagihan (piutang) dan bukan merupakan
kreditur lain dari Termohon;
Menimbang bahwa baik dalam surat permohonannya maupun
selama persidangan Pemohon tidak dapat membuktikan adanya kreditur
lain, sehingga dalam permohonan ini yang terbukti hanyalah adanya 1
(satu) kreditur saja yaitu Pemohon, karenanya permohonan Pemohon
tidak memenuhi ketentuan Pasal 1 yat (1) PERPU No. 1 Tahun 1998 jo.
UU No. 4 Tahun 1998, yaitu syarat adanya dua atau lebih kreditur, maka
permohonan Pemohon tidak beralasan dan berdasar hukum karenanya
haruslah ditolak;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan Pemohon ditolak dan


Pemohon berada pada pihak yang kalah, maka haruslah dihukum untuk
membayar biaya perkara ini;

Menimbang bahwa terhadap bukti-bukti lain yang diajukan para


pihak selain yang telah dipertimbangkan di atas, oleh karena Pengadilan
menilai bukti-bukti tersebut tidak ada relevansinya dengan perkara ini
maka haruslah dikesampingkan;

Memperhatikan ketentuan hukum dan perundang undangan yang


berkaitan dengan perkara ini:

M EN G A D IL I:

1. Menolak permohonan pailit dari Pemohon

2. Membebani Pemohon untuk membayar beaya permohonan ini


sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

234
No. 33/Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A khir:
1. Pengadilan Niaga berpendapat bahwa hubungan hukum antara
perusahaan induk (prinsipal) dengan perusahaan agen, dapat dinilai
sebagai hubungan hukum antara kreditur dan debitur. H al ini
didasarkan pada yurisprudensi yang pada pokoknya menyatakan
kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dikwalifisir sebagai
hutang sebagimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor
1 tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998.

2. Untuk membuktikan adanya kewajiban / prestasi perusahaan agen


sebagai termohon pailit kepada perusahaan induk sebagai pemohon
pailit, sebenarnya tidak sederhana, sebab perjanjian antara keduanya
bukanlah perjanjian hutang piutang berupa uang, tetapi berupa jasa.
Sehingga karenanya Pengadilan Niaga tidak dapat menerapkan
ketentuan pasal 6 ayat (3) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-
undang Nomor 4 Tahun 1998.

3. Kenyataan diatas terbukti dari pertimbangan Pengadilan Niaga yang


menilai bahwa peralihan tagihan piutang dari Pemohon kepada PT.
Precision Drilling Services adalah cacat hukum berdasarkan bukti
persangkaan, sehingga Pengadilan menyimpulkan Pemohon tidak
mempunyai kreditur lain, sebagai salah satu syarat dari pernyataan
pailit yaitu dua atau lebih kreditur.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

235
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

M ENGABULKAN:
PEMOHONAN PT. SWADHARMA SURYA FINANCE

HUKUM NIAGA

237
f "> A iV i W A ' JI;
TIDAK DAPAT M EM ENUHI KEWAJIBAN UTANGNYA
PT. DJON RIO DIPAILITKAN M ITRA USAHANYA

® Pemohon PT. Sw adharm a Surya Finance, mengajukan


permohonan pemailitan terhadap PT. Djon Rio, dengan alasan
sebagai berikut:

- Adanya hutang yang jatuh tempo dan dapat ditagih.


Bahwa perjanjian anjak hutang antara Pemohon dan
Termohon sudah jatuh tempo, namun Termohon tidak
m elunasi/tidak membayar kepada Pemohon sesuai
kesepakatan yang ada dalam perjanjian anjak piutangnya,
walaupun Pemohon telah menegur, baik lisan maupun
tertulis kepada Termohon.

- Adanya kreditur lain. Bahwa disamping Termohon


mempunyai utang kepada Pemohon, juga mempunyai
utang serupa kepada pihak lain.

- Tennohon mempunyai 2 (dua) kreditur lain dan tidak


membayar sedikitnya 1 (satu) hutang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih.

• Bahwa berdasarkan pasal 1 ayat (1) PERPU NO. I


Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai Undang-
undang dengan UU NO 4 Tahun 1998, Majelis hakim
mengabulkan permohonan Pemohon karena telah
memenuhi unsur-unsur dalam pasal 1 ayat (1) UU
NO. 4 Tahun 1998.

239
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT
NO. 34/PAILIT/2002/PN.NIAGA/JKT.PST

DALAM PERKARA

antara

Pemohon : PT. Sw adharm a Surya Finance, Beralamat di Wisma


Kyoi Prince Lantai 14, Jalan Jenderal Sudirman Kav 3-4,
Jakarta 10220.

Dalam hal ini diwakili kuasanya :

1. Suharti, SH
2. Rusdah Syarif, SH.

Advocat dan Pengacara berkantor digedung Oil Centre It.


3 Jaalan MH. Thamrin NO. 55 Jakarta Pusat.

Terhadap

Term ohon:

PT. Djon Rio, beralamat di Jalan Mangga No. 27, Tanjung Priok
dan/atau Jalan Sunter Paradise Tahap II Blok A.Kav. 56 Jakarta Utara.

240
DUDUK P E R K A R A :

Menimbang, bahwa pemohon dengan surat permohonan Pailitnya


yang didaftarkan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat pada tanggal: 20 Nopember 2002, dengan Register Nomor : 34/
PAILIT/2002/PN.NIAGA/JKT.PST, mengajukan permohonan Pailit
terhadap Termohon dengan alasan sebagai berikut:

I. Adanya Hutang Yang Jatuh Tempo dan Dapat ditagih ;

1.1. Bahwa Pemohon adalah perusahaan yang bergerak dan


merupakan lembaga pem biayaan dengan kegiatan usaha
pembiayaan secara sewa guna usaha, anjak piutang pembiayaan
komsumen dan kartu kredit, satu dan lainnya sesuai dengan
Akte Pernyataan Keputusan Rapat PT. SWADARMA SURYA
FINANCE No. 89 dan No. 90 tanggal 12 Desember 1997 yang
dibuat dihadapan Ny. Sumardilah oriana Roosdilan, S.H.,
Notaris di Jakarta, yang telah diumumkan dalam Berita Negara
R.I No. 85 Tahun 1999, Tambahan BNRI tanggal 26 Maret 1999
No. 25 dan Tanda daftar Perusahaan yang berlaku hingga tanggal
19 Desember 2004 (bukti P -1);

1.2. Bahwa hubungan hukum antara Pemohon dan Termohon terjadi


dengan ditanda tanganinya Perjanjian Anjak Piutang (Perjanjian
Factoring) No. SSF/Fac/93/DC/26 pada tanggal 5 September
1995 dengan jangkaa waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
perjajian ditanda tangani (Bukti P-2);

1.3. Bahwa Perjanjian Anjak Piutang tersebut telah jatuh tempo pada
tanggal 5 September 1996, namun Termohon tidak melunasi/
tidak membayar kepada Pemohon sesuai kesepakatan yang ada
dalam Perjanjian Anjak Piutang (vide bukti P-2) walaupun
Pemohon telah menegur, baik lisan maupun tertulis kepada
Termohon, antara lain dengan surat tanggal 29 Agustus 2000
dan 29 September 2000 (bukti P-3 dan P-4);

241
1.4. Bahwa sesuai ketentuan pasal 10 Perjanjian Anjak Piutang (vide
Bukti P-2), Termohon wajib dikenakan denda keterlambatan
sebesar 1% (satu permil) perhari dari setiap (seluruh) kewajiban
yang belum dipenuhi, yang dihitung sejak tanggal harus
dipenuhinya kewajiban tersebut oleh Termohon;

1.5. Bahwa berdasarkan uraian di atas, jumlah utang Termohon


kepada pemohon sampai pada bulan Juni 2002 adalah sebesar
Rp. 31.692.307.313,- (tiga puluh satu m ilyar enam ratus
sembilan puluh dua juta tiga ratus tujuh ribu tiga ratus tiga belas
rupiah), sesuai dengan daftar tunggakan yang harus dibayar PT.
Djon Rio per-Juni 2002 (bukti P-3);
2. Adanya kreditur Lain ;
Bahwa disamping Termohon mempunyai utang kepada pemohon,
juga mempunyai utang serupa yang berasal dari Perjanjian Anjak
Piutang kepada:

- PT. BNI MULTI FINANCE, beralamat di Arthaloka Building


Lantai 13 Suite 1.30-1304, Jl. Jend. Sudirman No. 2 Jakarta
10220 (bukti P-6);

3. Bahwa berdasarkan uraian di atas, terbukti menurut hukum bahwa


Termohon mempunyai 2 (dua) kreditur lain dan tidak membayar
sedikitnya 1 (satu) hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
satu dan lainnya sesuai ketentuan pasal 1 ayat 1 dari Undang-Undang
No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, dan karenanya berdasarkan
pasal 6 ayat 3 dari Undang-Undang Kepailitan adalah patut dan adil
jika Termohon dinyatakan Paailit;

Maka berdasarkan uraian di atas, kiranya Majelis Hakim Niaga


sependapat dengan kami dan berkenan memberikan keputusan sebagai
berikut:

- Mengabulkan Permohonan Pemohon;

242
- Menyatakan Termohon, PT. DJON RIO Pailit dengan segala akibat
hukumnya;

- Mengangkat Hakim Pengawas pada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat;

- Menunj uk Tafrizal Hasan Gewang, S .H. sebagai Kurator dan apabila


Termohon mengajukan perm ohonan Penundaan K ew ajiban
Pembayaran Utang (PKPU) dan permohonan tersebut dikabulkan,
maka m enunjukkan Tafrizal Hasan Gewang, S.H ., sebagai
Pengurus;

- Menetapkan imbalan jasa Kurator dan/atau Pengurus;

- Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan


Pemohon datang menghadap kuasanya : Suharti, S.H. dan Rusdah
Syaarif, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal : 21 Oktober
2 0 0 2 , Kreditur lain PT. BNI Multi Finance datang menghadap kuasanya
: Avinda Martianto dan Iman Budiarto, berdasarkan surat kuasa khusus
tertanggal: 4 Desember 2002, sedangkan Termohon Pailit tidak datang
menghadap di sidang, juga tidak menyuruh orang lain sebagai wakilnya
yang sah, sebagai terlihat dalam surat panggilan m asing-masing
tertanggal : 21 Nopember 2002, Nomor : W7.Dc.Ht/7086/XI/2002/04
dan tanggal 3 Desember 2002, Nomor : W7.Dc.Ht/7446/XI/2002/04;

Menimbang, bahwa sidang pertama dimulai dengan membacakan


surat perm ohonan P ailit oleh Pem ohon yang isinya tetap
dipertahankannya;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon tidak hadir menghadap


ke persidangan, meskipun telah dipanggil dengan patut, maka Termohon
dianggap tidak menggunakan haknya untuk menjawab dan membela
kepentingannya dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil permohonannya


pemohon telah mengajukan surat-surat bukti berupa foto copy yang telah

243
disesuaikan dengan aslinya dan telah memenuhi biaya m aterai
secukupnya, yaitu berupa:

1. (a). Akta Nomor 89 tanggal 12 Desember 1997 tentang Pernyataan


Putusan Rapat (bukti P-la);

(b) . Akta Nomor 90 tanggal 12 Desember 1997, tentang Pernyataan


Putusan Rapat (bukti P -1b);

(c) Tanda Daftar perusahaan (bukti P-lc);

2. Perjanjian Anjak Piutang (Perjanjian Factoring) No. SSF/fac/95/IX/


26 pada tanggal 5 September 1996 (bukti P-2);

3. Surat Teguran dari Pemohon tertanggal 29 Agustus 2000 (bukti


P-3);
4. Surat Teguran dari Pemohon tertanggal 29 September 2000 (bukti
P-4);
5. Jumlah hutang Termohon kepada Pemohon per-juni 2002 (bukti
P-5);
6. Surat dari PT. BNI Multi Finance (bukti P-6);

7. Surat tertanggal 7 Maret 2002 dari Notaris Pengganti Ny. Retno


Edi Riyantiningsih, S.H., beserta lampirannya (bukti P-7);
Bukti-bukti tersebut telah disesuaikan dengan aslinya dan sesuai
dengan aslinya kecuali untuk bukti P-3 dan P-4, tidak ditunjukkan aslinya
dipersidangan;

Menimbang, bahwa Kreditur lainnya, PT. BNI MULTIFINANCE


untuk memperkuat kedudukannya sebagai kreditur lainnya telah
mengajukan surat-surat bukti berupa foto copy yang bermaterai cukup
dan telah dicocokkan dengan aslinya sebagai berikut:

1. Perjanjian Anjak Piutang (perjanjian Factoring) Nomor : 19 (bukti


KL-1);

244
2. Penjaminan (borgstelling) Nomor : 21 (bukti KL-2);

3. Penjaminan (borgstelling) Nomor : 20 9bukti KL-3);

4. Kuasa memasang Hipotik Nomor : 22 (bukti KL-4);


Bukti-bukti tersebut telah disesuaikan dengan aslinya dan sesuai
dengan aslinya;

Menimbang, bahwa Pemohon tidak mengajukkan apa-apa lagi dan


pada akhirnya memohon Putusan;
Menimbang, bahwa untuk menyingkat uraian Putusan ini, segala
sesuatu yang terjadi dipersidangan dan dicatat dalam berita acara sidang
dianggap telah dimasukkan dan merupakan bagian dari Putusan ini;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan pernyataan


Pailit dari Pemohon adalah seperti tersebut di atas;

Menimbang, bahwa sebelum Majelis mempertimbangkan substansi


dari permohonan ini terlebih dahulu akan dipertimbangkan, apakah
form alitas dari permohonan maupun prosedur persidangan telah
dipenuhi?
Menimbang, bahwa berdasarkan pasal 5 PERPU No. 1 Tahun 1998
yang telah ditetapkan sebagai Undang-Undang dengan Undang-Undang
No. 4 Tahun 1998 (undang-Undang kepailitan), permohonan pernyataan
Pailit harus diajukan oleh seorang Penasihat Hukum yang memiliki izin
praktek dan berdasarkan pasal 6 ayat (1) huruf a, Pengadilan wajib
memanggil Debitur dalam hal permohonan peryataan pailit diajukan oleh
Kreditur atau Kejaksaan;

Menimbang, bahwa ternyata permohonan pernyataan Pailit ini telah


diajukan oleh para Advokat/Pengacara yaitu : Suharti, S.H., Rusdah
Syarif, S.H., yang memiliki izin praktek yang sah (terlampir), berdasarkan
surat kuasa tertanggal 21 Oktober 2002;

245
Bahwa, berdasarkan surat Panggilan tertanggal 21 November 2002
N om or: W.7.Dc.Ht/7086/XI/2002/04, dan tertanggal 3 Desember 2002
No. W.7.Dc.Ht/7446/XI/2002/04 terhadap Termohon telah dilakukan
pemanggilan yang telah memenuhi ketentuan pasal 390 HIR;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka


formalitas dari permohonan maupun prosedur persidangan telah
terpenuhi;
Menimbang, bahwa pada pokoknya Pemohon mendalilkan bahwa
Termohon mempunyai utang kepada Pemohon berdasarkan Perjanjian
Anjak Piutang yang besarnya sampai bulan Juni 2002 adalah sebesar
Rp. 31.692.307.313,- (tiga puluh satu milyar enam ratus sembilan puluh
dua tiga ratus juta ribu tiga ratus tiga belas rupiah) vide bukti P-5;

Menimbang, baahwa untuk dapat dinyatakan Pailit, Debitur


(Termohon) haruslah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam
pasal 1 ayat (1) PERPU No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai
Undang-Undang dengan Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998 yang
berbunyi: “Debitur yangmempunyai dua atau lebih Kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih,
dinyatakan P ailit dengan Putusan Pengadilan yang berwenang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, baik atas permohonannya sendiri,
maupun atas permintaan seorang atau lebih Kreditur” ;

Menimbang, bahwa dari ketentuan pasal tersebut, maka unsur-unsur


yang harus dipenuhi untuk dapat dinyatakan Pailit adalah :

1. Debitur mempunyai utang;

2. Kreditur dua tau lebih;

3. Salah satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

Menimbang, bahwa apakah unsur-unsur tersebut telah dipenuhi oleh


Termohon sehingga ia dapat dinyatakan P ailit, maka M ajelis
mempertimbangkan sebagai berikut:

246
Ad.l. Debitur mempunyai utang;

Menimbang, bahwa bukti P-l Pemohon sebagai perusahaan yang


bergerak dan merupakan lembaga pembiayaan dengan salah satu kegiatan
usahanya anjak piutang telah mengadakan Perjanjian Anjak Piutang
dengan termohon pada tanggal 5 September 1995 No. SSF/Fac/95/IX/
26 dengan jangka waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak perjanjian
ditandatangani (vide bukti P-2);

Bahwa, berdasarkan bukti P-5 jumlah hutang Termohon sampai pada


bulan Juni 2002 adalah sebesar Rp. 31.692.307.313,- (tiga puluh satu
milyar enam ratus sembilan puluh dua ribu tiga ratus tujuh ribu tiga
ratus tiga belas rupiah);

Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka unsur


“Debitur mempunyai hutang” telah terpenuhi;

Ad.2. Kreditur Dua atau Lebih;

Menimbang, bahwa surat bukti KL-1, pada tanggal 8 April 1996


PT. BNI Multi Finance dan Termohon telah mengadakan Perjanjian Anjak
Piutang dimuka Notaris Harun Kamil dengan Akta No. 19 dengan jangka
waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak penandatanganan perjanjian
tersebut. Hal ini diperkuat dengan kehadiran : Avinda Martianto dan
Iman Budiarto dari PT. BNI Multi Finance;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas maka unsur


adanya dua kreditur telah terpenuhi;

Ad.3 Salah satu hutang telah jatuh waktu dan dapat ditagih;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-2, Perjanjian Anjak
piutang antara Pemohon dan Termohon tersebut telah jatuh waktu pada
tanggal 5 September 1996, namun Termohon tidak membayar kepada
Pemohon walaupun Pemohon telah menegur baik lisan maupun tulisan
(vide bukti P-3 dan P-4);

247
Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka unsur
‘salah satu utang telah jatuh waktu dan dapat ditagih “inipun telah
terpenuhi;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas maka semua
unsur dalam pasal 1 ayat (1) PERPU No. 1 Tahun 1998 yang telah
ditetapkan sebagai Undang-Undang dengan Undang-Undang No. 4 Tahun
1998 (Undang-Undang Kepailitan) telah lengkap terpenuhi;

M enim bang, bahwa berdasarkan pasal 6 ayat 93) UUK ini


permohonan pernyataan Pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta
atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk
dapat dinyatakan Pailit sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1)
telah terpenuhi;

Menimbang, baahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,


maka permohonan Pemohon beralasan sehingga harus dikabulkan dan
karenanya Termohon harus dinyatakan dalam keadaan pailit;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon dinyatakan Pailit, maka


harus ditunjuk Hakim Pengawas dari Hakim Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat dan Kurator yang namanya akan ditentukan dalam amar Putusan ini;

M enimbang, bahwa Pemohon didalam permohonannya telah


memohon agar sdr. Tafrizal Hasan Gewang, S.H., ditunjuk dan diangkat
sebagai Kurator dan sepanjang persidangan M ajelis Hakim tidak
menemukan adanya benturan kepentingan antara Pemohon dan Termohon
oleh karena itu permohonan Pemohon patut dikabulkan;

Menimbang, bahwa tentang imbalan jasa bagi Kurator sebagaimana


ditentukan dalam pasal 67 D. Undang-Undang kepailitan ini, maka demi
kepastian imbalan jasa akan diperhitungkan kemudian setelah Kurator
menyelesaikan/menjalankan tugas-tugasnya;

Menimbang, bahwa oleh karena permohonan pemohon telah


dikabulkan, maka menurut hukum biaya yang timbul dalam permohonan
ini dibebankan kepada Pemohon;

248
Mengingat, akan pasal 1 ayat (1), pasal 6 ayat (3) PERPU No. 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 serta pasal-pasal dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang berhubungan;

M E N G A D IL I:

1. M engabulkan permohonan Pemohon : PT. SWADHARMAA


SURYA FINANCE;

2. Menyatakan bahwa Termohon PT. DJON RIO, Pailit dengan segala


akibat hukumnya;

3. Mengangkat Sdr. Pramodana K. Kusumah Atmadja, S.H., Hakim


Niaga pada Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta pusat sebagai Hakim
Pengawas;

4. M engangkat Sdr. Tafrizal Hasan Gewang, S.H., beralamat di


Salemba Mas Blok U Jl. Salemba Raya No. 34-36 Jakarta, sebagai
Kurator;

5. Menetapkan imbalan jasa Kurator akan ditetapkan kemudian setelah


Kurator melaksanakan tugasnya;

6. Membebankan biaya pemohon ini kepada Pemohon sebesar Rp.


5.000.000,- (lima juta rupiah);

249
No. 34/Pailit/2002/PN.NiagaJkt.Pst.

Catatan A khir:
1. Pengadilan Niaga, dalam melaksanakan tata cara pemeriksaan
perkara telah benar dan tepat yaitu sebelum mempertimbangkan
pokok perkara yang mendasarkan pada hukum materiil, terlebih
dahulu mempertimbangkan tata cara pengajuan permohonan
sebagaimana diatur dalam 'hukum acara. Atas dasar ini bila
Pengadilan menemukan bahwa syarat-syarat prosedural / formalitas
pengajuan perkara permohonan tidak dipenuhi oleh pemohon, maka
Pengadilan dapat memutus perkara dengan menyatakan permohonan
tidak dapat diterima (niet Ontvankelijk verklaard). Sehingga
pengadilan tidak perlu lagi memeriksa dan mempertimbangkan
pokok perkara atau substansinya.

2. Pengadilan kurang tepat penyebutan persyaratan pernyataan pailit


sebagaimana tersebut dalam ketentuan pasal 1 ayat (1) Perpu No. 1
Tahun 1998 yang telah ditetapkan sebagai U ndang-undang
berdasarkan Undang-undang No. 4 Tahun 1998.

Lebih tepat kiranya apabila syarat-syarat pernyataan pailit


disesuaikan dengan ketentuan pasal 1 ayat (1) tersebut yaitu :

1. debitur mempunyai dua atau lebih kreditur.

2. debitur tidak membayar sedikitnya satu utang.

3. utang debitur telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

3. Penyebutan kata “ dapat “ juga tidak tepat, sebab pasal 1 ayat (1)
menyebutkan dinyatakan pailit.

4. pertimbangan hukum dalam pokok perkara telah sesuai dengan


ketentuan hukum acara (pasal 163 jo 164 HIR).

Parwoto Wignjosumarto, SH.

250
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

MENGABULKAN: PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT

^ M i |i k
--^Perpustcikaa»
Mahkamah A a u r -

HUKUM NIAGA

251
A i ! i ! /; v
•: iM-.yq-ia1!
n';; mn >i rin \f.
PENOLAKAN MAYORITAS ANGGOTA SINDIKASI Bank
TIDAK MENGHALANGI PAILIT ATAS D EBITU R
(ANGGOTA SINDIKASI M EMAILITKAN DEBITUR)

• Bank IFI, salah satu dari 20 anggota Sindikasi Bank yang


memberikan Fasilitas Kredit kepada PT. C itra M atram an
S a tria M a rg a P e rs a d a (PT. C M SM P), m engajukan
permohonan kepailitan terhadap PT. CM SM P, dengan
alasan :
- T erm ohon/D ebitur PT. C M SM P tidak m am pu
membayar utang yang telah jatuh tempo kepada Pemohon
sebesar Rp 8.435.809.861;
- Selain memiliki utang kepada Pemohon, Termohon juga
memiliki utang yang telah jatuh tempo kepada Kreditur
lain, yaitu 19 anggota Sindikasi Bank lainnya;
• Tanggapan Termohon PT. CMSMP yang menyatakan bahwa
Pemohon Bank IFI telah melakukan wanprestasi dengan cara
tidak memenuhi jum lah pencairan kridit sebagaim ana
mestinya, tidak menghalangi bukti bahwa Termohon memiliki
utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih.
• Badan Penyehatan Perbankan N asional (B PPN )yang
mewakili 15 anggota Sindikasi Bank lainnya, menyatakan
tidak menginginkan Termohon PT. CMSMP dinyatakan pailit
dengan alasan agar tahapan penyelesaian Jakarta Outer Ring
Road (JORR) tidak terganggu. Tetapi pernyataan tertulis
tersebut tidak dapat dijadikan pertimbangan untuk tidak
mempailitkan Termohon.
• Berdasarkan fakta dan dalil yaang terbukti secara hukum
tersebut diatas, Majelis Hakim menyatakan Termohon PT.
CMSMP dalam keadaan p ailit beserta segala akibat
hukumnya.

253
PUTUSAN PENGADILAN Niaga JAKARTA PUSAT
N0.12/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT-PST.,
TANGGAL 11 APRIL 2001

DAALAM PERKARA

Antara

Pemohon/Kreditur:

PT. Bank IFI : Beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Kav. 54-55


Jakarta 12190.

Dalam hal ini diwakili kuasanya :


- Pardamean Aritonang, SH

Berkewarganegaraan Indonesia; Pekerjaan Pengacara/konsultan


Hukum pada K antor Hukum D-O-M & ASSOCIATES;
Beralamat di Jalan Soka Lestari II Blok J-2 Jakarta 12440.

Kreditur L a in :

1. PT. Bank Danamon

2. PT. Bank Internasional Indonesia

3. PT. Bank Niaga

4. PT. Bank BDNI

5. PT. Lippo

6. PT. Bank Duta

7. PT. Bank Tamara

8. PT. Bank Jaya

254
9. PT. Bank Pelita

10. PT. Bank BUN


11. PT. Bank Asia Pasific

12. PT. Bank PSP

13. PT. Bank Papan Sejahtera

14. PT. Bank Dagang dan Industri

15. PT. Bank Rama

16. PT. Bank Panin

17. PT. Bank Prima Ekspres

18. PT. BankBHS

19. PT. Bank Media

Dalam hal ini diwakili oleh BPPN cq. Imam M ustafa, SH.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. SRKA-219/BPPN/031 tanggal 23
Maret 2001, dan Edwin Hidayat Abdullah berdasarkan Surat Kuasa
Khusus No. SRKA-235/BPPN/D-AMU/0301 tanggal 29 Maret 2001.

terhadap

Termohon :

PT. Citra Matraman Satria Persada; Dahulu beralamat di Bumi


Daya (Bank Mandiri) Plaza Lantai 28, Jalan Imam Bonjol No. 61
Jakarta, sekarang beralamat di Kantor Proyek Jalan Tol JORR-W2,
Jalan Deplu Raya Bintaro Jakarta Selatan

Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya :

1. Amir Syamsuddin, SH.

2. Subani, SH.

255
3. Aji Sekarmaji, SH. LLM

4. Mohamad Diantero, SH. LLM.

5. Marisa Iskadar, SH.


Kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia; Pekerjaan Pengacara pada
Kantor Amir Syamsuddin & Patners; Beralamat di Sentra Mulia 6 th
Floor Suite 603, Jalan HR. Rasuna Said Kav. X-6 No. 8 Jaakarta 12940;
selanjutnya dicabut dan digantikan oleh Ari Ahmad Effendi, SH.
berdasarkan Surat Kuasa Khusus No. SK.CMSP.BB.02/IY/2001.

DUDUK PERKARA
Pemohon, melalui surat permohonan yang terdaftar di Kepaniteraan
Pengadilan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tertanggal 16 Maret 2001
dalam Register No. 12/Pailit/2001/PN.Niaga/Jkt.Pst, mengajukan
permohonan pailit berdasarkan alasan-alassan berikut:

1. Bahwa pada tanggal 12 Juni 1996 Termohon telah sepakat menanda


tangani Akta Perjanjian Pinjaman Sindikasi No. 70 dan pada tanggal
22 November 1996 telah sepakat juga menanda tangani Akta
Perubahan Atas Perjanjian Pinjaman Sindikasi No. 146 yang kedua
Akta tersebut dihadapan SP Henny Singgih, SH. Notaris di Jakarta,
Pemohon bersama-sama dengan :

1. Bank Danamon;

2. Bank Internasional Indonesia;

3. Bank Niaga;

4. BDNI;

5. Bank Panin;

6. Bank Lippo;

7. Bank Duta;

256
8. Bank Tamara;

9. Bank Jaya;

10. Bank Pelita;

11. Bank Asia Pacific;

12. BUN;

13. Bank PSP;


14. Bank Papan;

15. Bank IFI;

16. Bank Dagang dan Industri;

17. Bank Prima Express;

18. Bank Rama;

19. Bank BHS;


20. Bank Media;
Bukti P-l, P-2, P-3

2. Bahwa dengan adanya jaminan pada vide bukti: P -l yang diberikan


Termohon tersebut, Pemohon telah memberikan pinjaman kepada
Termohon dengan plafon sebesar Rp. 7.500.000.000,- (tujuh milyar
lima ratus juta rupiah) vide lampiran II bukti p-l;
3. Bahwa jumlah kredit yang telah ditarik atau diterima oleh Termohon
daari Pemohon, yaitu :
2.1. Kredit investasi sejumlah Rp 1.664.468.384,-
2.2. IDC Rp 2.215.113.116,-
Jumlah seluruhnya Rp 3.879.581.500,-
(tiga milyar delapan ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus
delapan puluh satu ribu lima ratus rupiah)

257
4. Bahwa seluruh jum lah kewajiban Termohon kepada Pemohon
pertanggal 16 maret 2001 sebesar Rp. 8.435.809.861,- (delapan
milyar empat ratus tiga puluh lima juta delapan ratus sembilan ribu
delapan ratus enam puluh satu rupiah), dengan perincian sebagai
berikut:

4.1. Tunggakan Pokok Pinjaman Rp 3.879.581.500,-

4.2. Tunggakan Bunga Rp 3.533..221.084,-

4.3. Denda Rp 1.022.007.277,-

Total Rp. 8.435.809.861,-

Bukti P-4
5. Bahwa jumlah kewajiban tersebut pada angka 4 tersebut di atas
Termohon, masih harus membayar bunga sebesar 3% per bulan dari
jumlah pembayaran kewajiban terhitung sejak Permohonan ini
didaftarkan di Pengadilan Niaga Jakarta pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat sampai dengan dibayar lunas yang harus dibayar lunas
seketika dan sekaligus kepada Pemohon;
6. Bahwa Termohon dinyatakan melakukan peristiwa cidera janji yang
wajib dibayar Termohon pada tanggal yang telah ditetapkan
berdasarkan Perjanjian Pinjaman Sindikasi (vide bukti P -l) dan
termohon telah diberikan Surat Tuntutan Pembayaran Ref, No :
2000.644/DIRCO-DPR, tanggal 12 Juni 2000 namun hingga saat
ini tidak melakukan pembayaran atas seluruh kewajibannya kepada
Pemohon oleh karenanya adalah tepat Pemohon mengajukan
Permohonan Kepailitan terhadap Termohon; bukti P-5

7. Bahwa sesuai dengan pasal 19.14 Akta Perjanjian Pinjaman Sindikasi


No. 70, Para Kreditur dapat mengajukan tuntutan hukum terhadap
Termohon (Debitur), maka Pemohon telah sesuai mengajukan Pailit
terhadap Termohon menurut ketentuan Pasal 1 ayat 1 jis ayat 2,3,4
Undang-Undang Nomor : 4/prp/1998 tentang Kepailitan

258
8. Bahwa sesuai dengan Pasal 13 Perpu No. 1 Tahun 1998 jo Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 Pemohon kepada Pengadilan Niaga agar
berkenan untuk mengangkat seorang Kurator yaitu TH Gewang
SH., berkantor di Central Salemba Mas Blok VI, Jalan Salemba
Raya No. 34-36 Jakarta Pusat, sebagai Kurator Termohon dalam
Kepailitan in i;

9. Bahwa sedangkan untuk Hakim Pengawas, Pemohon menyerahkan


sepenuhnya kepada Pengadilan Niaga, untuk menunjuk dan
mengangkatnya dengan tetap memperhatikan kepentingan Pemohon;

10. Bahwa Permohonan Pailit ini diaajukan berdasarkan bukti-bukti


yaang kuat, untuk itu sesuai dengan Pasal 6 ayat 3 Perpu No. 1
Tahun 1998 jo U ndang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, permohonan ini haruslah diterima dan dikabulkan;

Berdasarkan alasan-alasan yang telah Pemohon uraikan tersebut di


atas, mohon kiranya Ketua Pengadilaan Niaga Jakarta di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat berkenan memeriksa dan memutuskan perkara ini
sebagai berikut:

1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon;

2. Menyatakan Termohon PT. Citra Matraman Satria M arga


Persada berkedudukan di Gedung Bank Bumi Daya (bank
Mandiri) Lantai 28, Jalan Imam Bonjol No. 61, Jakarta 10310
PAILIT dengan segala akibat hukumnya;

3. Menghukum Termohon untuk membayar tunai kepada Pemohon


sebesar Rp 8.435.809.861 secara seketika dan sekaligus;
4. Menghukum Termohon membayar bunga sebesar 3% per bulan dari
Jumlah kewajiban pembayaran terhitung sejak permohonan ini
didaftarkan di Pengadilan Niaga Jakarta;

5. Menetapkan dan mengangkat, TH Gewang, SH. yang beralamat di


Gedung Sentra Salemba Mas Blok U, Jalan Salemba Raya No. 34-
36, Jakarta 10430 sebagai Kurator dalam perkara ini;

259
6. Menghukum Termohon untuk membayar semua biaya dalam perkara
ini;

ATAU
Apabila Bapak Ketua Pengadilan Niaga cq Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon
putusan yang seadil-adilnya;

Menimbang, bahwa guna menguatkan dalil dalil permohonannya


Permohon (Kreditur) telah mengajukan bukti berupa bukti tertulis yang
telah dilegalisir dan telah pula disesuaikan dengan aslinya dimuka Majelis
Hakim berupa:
1. Foto Copy salinan Akta Peijanjian Pinjaman Sindikasi No. 70 tanggal
12 Juni 1998 yang dibuat dihadapan SP Henny Singgih, SH Notaris
di Jaakarta, diberi tanda P -1;
2. Foto Copy salinan Akta Perubahan Atas Perjanjian Pinjaman
Sindikasi No. 146 tanggal 22 November 1996 yang dibuat dihadapan
SP Henny Singgih, SH. Notaris di Jakarta diberi tanda P-2;
(tidak dapat memperlihatkan salinan aslinya)

3. Asli Surat Total Kewajiban PT. Citra Matraman Satria Marga


Persada per tanggal 16 Maret 2001 diberi tanda P-3;
4. Asli Surat Presiden Direktur PT. Bank sdr Harry Rachmadi tanggal
16 Maret 2001 No. 16/DIR/DKM/III/2001 yang ditujukan kepada
Ketua Pengadilan N egeri/Niaga Jakarta Pusat tentang Total
Kewajiban PT. Citra Matraman Satria Marga Persada per tanggal
16 Maret 2001, diberi tanda P-4;
5. Foto Copy surat dari Bank Internasional Indonesia selaku Agen
Fasilitas dari K reditur Sindikasi tanggal 12 Juni 2000 Ref.
No.2000.644/DIRCO-DPI tentang Deklarasi terjadinya peristiwa
cidera janji dan tuntutan pembayaran kepada PT. Citra Matraman
Satria Marga Persada diberi tanda P-5;

260
6. Fax Surat Kesepakatan bersama Penunjukkan Agen Pengganti
tanggal 16 Oktober 1998 tentang penggantian Agen Fasilitas dari
Bank Danamon menjadi BII, diberi tanda P-6;

Menimbang, bahwa telah dilakukan panggilan secara patut menurut


hukum, maka pada hari sidang pertama yang telah ditetapkan yaitu paada
hari Rabu tanggal 28 Maret 2001 telah hadir Kuasa Hukum Pemohon
(Kreditur) yaitu Pardamean Aritonang SH. dari Kantor Hukum D-O-
M & Associates, Jalan Soka Lesatari II Blok J-2, Jakarta 12440
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Maret 2001, sedangkan dari
Kreditur Lain telah hadir seseorang yang mengaku kuasa hukum dari
PT. Bank Panin dan saudara Subani, SH., yang mengaku sebagai wakil
dari Debitur, akan tetapi karena keduanya tidak dapat memperlihatkan
Surat Kuasa Khusus maupun bukti-bukti lain yang dapat membuktikan
bahwa masing-masing kuasa tersebut adalah memang benar kuasa yang
sah menurut hukum bagi masing-masing pihak yang diwakilinya maka
sidang ditunda hari Jum’at tanggal 30 Maret 2001 untuk acara melengkapi
Surat Kuasa dari Kuasa Hukum Debitur maaupun Kuasa Hukum dari
Kreditur Lain beserta pengajuan AD-ART masing masing beserta
tanggapan dari Kuasa Hukum Debitur;

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang kedua, yaitu hari


Jum ’at tanggal 30 Maret 2001 telah hadir Kuasa hukum Pemohon
(Kreditur) maupun Kuasa Hukum Debitur yaitu Saudara Subani, SH.
dan Saudari Marisa Iskandar, SH. dari Kantor Amir Samsudin & Patner
akan tetapi oleh karena, baik Kuasa Hukum Debitur maupun Kuasa
Hukum pemohon sendiri belum melengkapinya dengan AD-ART masing
masing, disamping itu pula Kuasa Hukum D ebitur juga belum
mengajukan Tanggapan dan Kuasa Hukum Kreditur Lain juga tidak hadir
maka sidang ditunda hingga hari Senin tanggal 2 April 2001 dengan
cara kelengkapan Surat Kuasa Hukum Khusus dari masing masing pihak
berikut tanggapan dari Kuaasa Hukum Debitur dan Kuasa hukum
Kreditur Lain serta pembuktian dari pihak Pemohon (Kreditur) disertai
peringatan dari Majelis Hakim yang menyatakan jika pihak tiada

261
mematuhi ketentuan ketentuan acara yang telah disepakati bersama pada
hari persidangan yang kedua ini maka pada hari persidangan yang
selan ju tn y a yang bersangkutan secara hukum dianggap tidak
mempergunakan haknya dan sidang akan dilanjutkan dengan cara
sebagaimana seharusnya;

Menimbang bahwa pada yang selanjutnya yaitu pada hari Senin


tanggal 2 April 2001 telah hadir Kuasa Hukum Kreditur Lain yang
ternyata bukan lagi dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)
yaitu Saudara Imam Mustofa, SH. dan Saudara Edwin Hidayat
Abdullah yang menurut keterangan yang bersangkutan merupakan wakil
dari 15 (lima belas) bank ikut serta dalam pemberian Kredit Sindikasi
bagi Debitur yang terdiri atas PT. Bank Danamon Indonesia, PT. Bank
Internasional Terbuka (BII), PT. Bank Niaga, PT. Bank Dagang
Nasional Indonesia (BDNI), PT. Bank Lippo, PT. Bank Duta, PT.
Bank Tamara, PT. Jayabank Internasional, PT. Bank Pelita, PT. Bank
Umum Nasional, PT. Bank Asia Pacific (Aspac), PT. Bank Putra
Surya Perkasa (PSP), PT. Bank Papan Sejaahtera, PT. Bank Dagang
dan Industri serta PT. Bank Rama akan tetapi oleh karena tidak dapat
memperlihatkan Surat Kuasa maka yang bersangkutan tidak dapat ikut
serta dalam proses persidangan hari itu serta disarankan Majelis untuk
melengkapinya pada persidangan selanjutnya, sedangkan bagi pihak
Pemohon (Kreditur) maupun pihak Debitur setelah masing-masing pihak
menunjukkan kelengkapan Surat Kuasanya maka Kuasa Hukum Debitur
telah mengajukan tanggapannya tertanggal 2 April 2001 No. 414/AS/
01, yang pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:

Dalam E ksepsi:
A. Pemohon (Kreditur) selaku salah satu bank peserta Sindikasi lebih
dahulu melakukan dengan alasan bahwa pencairan dana dari
Pemohon (Kreditur) mulai bulan Januari hingga Nopember 1997
baru direalisasikan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah

262
yang disanggupi untuk selanjutnya terhenti sama sekali hingga saat
ini;

B. U tang sebagaim ana didalilkan Pem ohon (K reditur) dalam


Permohonan ini belum jatuh tempo dengan alasan Pemohon
(Kreditur) baru memberikan sebagian kecil dari jumlah yang telah
disepakati dalam perjanjian Kredit Sindikasi;

C. Jumlah utang sebagaimana didalilkan Pemohon (Kreditur) dalam


Permohonan ini belum pasti dengan alasan, bahwa jumlah pinjaman
seperti didalilkan Pemohon (Kreditur) tidak benar;

D. Permohonan pailit kurang pihak dengan alasan Pemohon (Kreditur)


tidak mengikut sertakan PT. Jasa Marga sebagai pihak yang terlibat
dalam perjanjian-perjanjian yang ada.

Dalam Pokok Perkara :

1. Akta No. 43 tanggal 15 April 1996 tentang Perjanjian Kuasa


Penyelenggaraan yang dibuat dihadapan Notaris SP Henny Singgih,
SH. di Jakarta, terutama Pasal 19.2, Pasal (.5.1.a, Pasal 19.5.1;

2. Akta No. 70 tanggal 12 Juni 1996 tentang Perjanjian Pinjaman


Sindikasi yang dibuat dihadapan Notaris SP Henny Singgih, SH. di
Jakarta, terutama Pasal 3.1.2, Pasal 3.1.2.7, Pasal 5.2, Pasal 15.2,
Pasal 15.30, Pasal 16.2;

3. Akta No. 146 tanggal 22 November 1996 tentang Perubahan atas


Perjanjian Pinjaman Sindikasi yang dibuat dihadapan Notaris SP
Henny Singgih, SH., di Jakarta, terutama Pasal 2.1;

4. Akta No : 147 tanggal 22 November 1996 tentang Perjanjian


Penyerahan Hasil Jalan Tol Yang dibuat dihadapan Notaris SP
Henny Singgih, SH. di Jakarta, terutama Pasal 4.2.3;

263
Menimbang bahwa terhadap tanggapan yang diajukan oleh Debitur
melalui Kuasa Hukumnya sebagaimana tersebut di atas maka Pemohon
(Kreditur) melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan sanggahannya
secara lisan dimuka persidangan hari Selasa tanggal 3 April 2001 yang
pada pokoknya menyatakan bahwa :
- Pemohon (Kreditur) tidak benar telah wanprestasi lebih dahulu oleh
karena Pemohon telah memberikan Kredit Investasi sebesar Rp.
1.664.468.384,- (satu milyar enam ratus enam puluh empat juta
empat ratus enam puluh delapan ribu tiga ratus delapan puluh empat
rupiah) dan TDC sebesar Rp. 2.215.113.116,- (dua milyar dua ratus
lima belas juta seratus tiga belas ribu seratus enam belas rupiah)
yang setelah ditam bah dengan bunga dan denda maka
keseluruhannya hingga kini berjumlah Rp 8.435.809.861,- (delapan
milyar empat ratus tiga puluh lima juta delapan ratus sembilan ribu
delapan ratus enam puluh satu rupiah);

- Bahwa utang D ebitur menjadi jatuh tempo seketika dengan


dicabutnya ijin konsensi oleh pemerintah cq Jasa Marga melalui
Keputusan KKSK No. KEP 22A/M.ekuin/05/2000 taanggal 11 Mei
2000 dan Debiturpun dinyatakan telah cidera janji;
- Bahwa jumlah utang adalah pasti sebagai dibuktikan dengan bukti-
bukti tertulis yang diajukan Pemohon (Kreditur) dalam perkara ini;
- Bahwa Permohonan yang diajukan oleh Pemohon (Kreditur) tidaklah
kurang pihak oleh karena Jasa Marga sebagaimana dimaksudkan
oleh Debitur dalam sanggahannya itu merupakan salah satu
pemegang saham dalam perusahaan Debitur;
Menimbang bahwa terhadap sanggahan dari pihak Pemohon
(Kreditur) sebagaimana tersebut di atas maka Debitur melalui Kuasa
Hukumnya pada saat yang sama mengajukan pula tanggapannya secara
lisan yang pada pokoknya menyatakan bahwa :
- Sebagian besar Kreditur yaang menjadi peserta Sindikasi telah
berada dibawah pengawasan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan

264
Nasional), halmana memperkuat sanggahan awal Debitur yang
menyatakan bahwa Kreditur telaah wanprestasi lebih dahulu dari
pada Debitur;

- Bahwa Debitur tidak dapat menuntaskan proyek yang dibiayai dari


K reditur Sindikasi ini sebagaim ana m estinya dikarenakan
pem erintah cq Jasa M arga tidak m enyediakan lahan bagi
terlaksananya proyek Debitur tersebut dan juga akibat adanya
krisis ekonomi yang merupakan force majeur sehingga pada akhirnya
ijin konsesi dicabut oleh pemerintah cq Jasa Marga m elalui
keputusan KKSK No. KEP.22A/M.EKUIN/05/2000 tanggal 11 Mei
2000 dan Debitur dinyatakan Cidera Janji/Wanprestasi;
Bahwa pihak Jasa M arga adalah pihak yang ikut dalam perjanjian
Kuasa Penyelenggara;

Menimbang, bahwa guna menguatkan dalil-dalil tanggapan maupun


sanggahannya sebagaimana tersebut di atas maka Debitur melalui Kuasa
Hukumnya telah mengajukan bukti tertulis yang telah dilegalisir maupun
telah pula dicocokkan dengan aslinya dimuka Majelis Hakim berupa :

1. Foto Copy salinan Akta Perjanjian Kuasa Penyelenggaraan No. 43


tanggal 15 April 1996 yang dibuat dihadapan Notaris SP H enny
Singgih, SH. di Jakarta, diberi tanda T-l;

2. Foto Copy salinan A kta Perubahan atas Perjanjian K uasa


Penyelenggaraan No. 80 tanggal 15 April 1996 yang dibuat
dihadapan Notaris SP Henny Singgih, SH. di Jakarta, diberi tanda
T-2;

3. Foto Copy salinan Akta Perjanjian Pinjaman Sindikasi No. 70 tanggal


12 Juni 1996 yang dibuat dihadapan Notaris SP Henny Singgih,
SH. di Jakarta, diberi tanda T-3;

4. Foto Copy salinan Akta Perubahan atas Perjanjian Pinjaman


Sindikasi No. 146 tanggal 22 November 1996 yang dibuat dihadapan
Notaris SP Henny Singgih, SH. di Jakarta, diberi tanda T-4;

265
5. Foto Copy salinan Akta Perjanjian penyerahan Hasil Jalan Tol No.
147 tanggal 22 November 1996 yang dibuat dihadapan Notaris
SPHenny Singgih, SH. di Jakarta, diberi tanda T-5;

6. Foto Copy salinan Akta Pendirian Perseroan Terbatas dari PT. Citra
Mataram Satria Marga Persada No 36 tanggal 12 April 1996 yang
dibuat di hadapan Notaris SP Henny Singgih, SH di Jakarta, diberi
tanda T-6;
7. Foto Copy Tambahan Berita Negara R.I. No. 80 tanggal 4 Oktober
1996 tentang Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
No. C2-7683 HT01.01 Tahun 1996 mengenai pengesahan Akta
Pendirian Perseroan Terbatas PT. Citra Mataram Satria Marga
Persada, diberi tanda T-7;

8. Foto Copy fax Surat No. AA. TNI. 2089 tanggal 30 April 1997 dari
PT. Jasa Marga (persero) pada Direktur Bina Jalan Kota Direktorat
Jendral Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Jakarta perihal
Pengadaan tanah proyek jalan tol JORR W2, diberi tanda T-8;

9. Foto Copy surat No. B.319/CFG/XI/97 tanggal 4 Nopember 1997


Bank Danamon pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada
perihal Penarikan Pinjaman Investasi ke 7, diberi tanda T-9;

10. Foto Copy surat No. B.042/CFG/I/98 tanggal 20 Januari 1998 dari
Bank Danamon pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada
perihal penarikan Pinjaman Investasi ke 8; (Rp. 620 Milyar Fasilitas
Pinjaman Sindikasi), diberi tanda T-10;

11. Foto Copy surat No. B303/CFG/VII/98 tanggal 6 Agustus 1998 dari
Bank Danamon pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada
perihal rencana penarikan pinjaman Investasi ke X tangal 18 Agustus
1998, diberi tanda T-H;

12. Foto Copy surat No. 2000. 64/DIRCO-DPI, tanggal 12 Juni 2000
dari Bank Internasional Indonesia selaku Agen Fasilitas pada PT.
Citra Mataram Satria Marga Persada perihal Deklarasi terjadinya

266
peristiwa cidera janji dan tuntutan pembayaran kepada PT. Citra
Mataram Satria Marga Persada, diberi tanda T-12;

13. Foto Copy surat No. D4. BK2-23 tanggal 13 Juni 2000 dari PT.
C itra M ataram S atria M arga Persada kepada B a n k
Internasional Indonesia perihal Pemberitahuan peristiwa Cidera
Janji, diberi tanda T-13;

14. Foto Copy Surat No. AA.F1K.02.820 tanggal 21 Juni 2000 dri PT.
Jasa Marga (persero) PT. Citra Mataram Satria Marga Persada
perihal P em beritahuan Pem utusan P erjanjian K u asa
Penyelenggaraan, diberi tanda T-14 (tidak dapat memperlihatkan
aslinya);

15. Foto Copy Surat Keterangan tentang Total Pinjaman Sindikasi Bank
pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada per 29 April 1999,
diberi tanda T-15; (tidak dapat memperlihatkan aslinya);

16. Foto Copy dari Fax Surat No. 168/BHS/TL/II/1998 tanggal 18


Februari 1998 dari Tim Likuidasi PT. BHS pada PT. Bank Danamon
selaku Agen Fasilitas perihal penyelesaian Pinjaman yang diberikan
PT. BHS pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada, diberi
tanda T-16;

17. Copy dari fax Surat No. B/-84/CFG/II/98 tanggal 20 Januari 1998
dan PT. Bank Danamon pada PT. Citra Mataram Satria M arga
Persada perihal Rp. 602 M ilyar Fasilitas Pinjaman Sindikasi
PT. Citra Mataram Satria Marga Persada, diberi tanda T-17;

18. Foto Copy dari fax tanggal 17 November 1997 dari PT. Bank
Danamon pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada perihal
PT. Citra Mataram Satria Marga Persada Rp. 602 Milyar
Pinjaman Sindikasi Jangka Panjang penarikan ke VII (Pinjaman
Investasi) tanggal 3 November 1997, diberi tanda T-18;

19. Foto Copy dari fax tanggal 19 Januari 1998 dari PT. Bank Danamon
pada PT. Citra Mataram Satria Marga Persada perihal undangan

267
pertemuan PT. Citra Mataram Satria Marga Persada Rp. 602
Milyar Pinjaman Sindikasi Jangka Panjang, diberi tanda T-19;

Menimbang bahwa guna memperkuat kedudukannya selaku pihak


Kreditur Lain dalam perkara Permohonan Pernyataan Pailit ini maka
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mewakili 15 (lima
belas) bank peserta perjanjian Kredit Sindikasi (PT. Bank Danamon,
PT. Bank Internasional Indonesia, PT. Bank Niaga, PT. Bank Dagang
Nasional, PT. Bank Lippo, PT. Bank Duta, PT. Bank Tamara, PT.
Jayabank Internasional, PT. Bank Pelita, PT. Bank Umum Nasional,
PT. Bank Asia Pacific, PT. Bank Putra Surya Perkasa, PT. Bank
Papan Sejahtera, PT. Bank Dagang dan Industri dan PT. Bank Rama
berdasar Surat Kuasa Khusus No. SRK-219/BPPN/0301 tanggal 23 Maret
2001 dan Surat Kuasa Substitusi No. SRK 235/BPPN/LD-AMUJ0301
tanggal 29 Maret 2001, telah mengajukan bukti surat yang telah dilegalisir
dan telah pula dicocokkan dengan aslinya di muka Majelis Hakim
berupa:
1. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank
Danamon Indonesia dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
yang dibuat di bawah tangan tanggal 15 April 1999 dan telah
dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan
Surat No. 786/Leg/1999, tanggal 15 April 1999 diberi tanda KL-1;

2. Foto Copy Perjanjian Aset IT. Bank Internasional Indonesia dan


Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat di bawah tangan
tanggal 28 Mei 1999 dan telah dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara
Noer, SH di Jakarta dengan Surat No. 865/Leg/1999, diberi tanda
KL-2;
3. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank Niaga
Tbk. dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang di bawah
tangal tanggal 27 September 1999 dan telah dilegalisasi oleh Notaris
Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No. 948/Leg/1999
tanggal 27 September 1999, diberi tanda KL-3;

268
4. Foto Copy Perjanjian Penyerahan dan Pengalihan Hak (Cessie) Atas
Tagihan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional yang dibuat di bawah tangan tanggal 12 Maret
1999 dan telah dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di
Jakarta dengan Surat No. 759/Leg/1999 tanggal 12 Maret 1999,
diberi tanda KL-4;

5. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Aset PT. Bank Lippo, Tbk., dan
Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat di bawah tangan
tanggal 28 1999 dan telah dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer,
SH di Jakarta dengan Surat No. 850/Leg/1999, diberi tanda KL-5;

6. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank Duta,
Tbk dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat di
bawah tangan tanggal 19 Nopember 1999 dan telah dilegalisasi oleh
Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No. 966/
Leg/1999, diberi tanda KL-6;

7. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank


Tamara, Tbk dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang
dibuat di bawah tangan tanggal 22 Juni 1999 dan telah dilegalisasi
oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No.
890/Leg/1999 tanggal 22 Juni 1999, diberi tanda KL-7;

8. Foto Copy Addendum Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT.


Bank Tamara, Tbk dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
yang dibuat di bawah tangan tanggal 22 Nopember 1999 dan telah
dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan
Surat No. 970/Leg/12999, diberi tanda KL-8;

9. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Jayabank


Internasional dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang
dibuat di bawah tangan tanggal 19 Nopember 1999, dan telah
dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan
Surat No. 958/Leg/1999 tanggal 19 Nopember 1999, diberi tanda
KL-9;

269
10. Foto Copy Perjanjian Penyerahan dan Pengalihan Hak (Cessie) Atas
Piutang PT. Bank Pelita dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
yang dibuat di bawah tangan tanggal 12 Maret 1999 dan telah
dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan
Surat No. 752/Leg/1999 tanggal 12 Maret 1999, diberi tanda KL-
10;
11. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank Asia
Pacific dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat di
bawah tangan tanggal 17 Januari 2000 dan telah dilegalisasi oleh
Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No. 1008/
Leg/2000 tanggal 17 Januari 2000, diberi tanda KL-11;
12. Foto Copy Perjanjian Jual Beli dan penyerahan Piutang PT. Bank
Umum Nasional Tbk., dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
No. SP-67/BPPN/0600 yang dibuat di bawah tangan tanggal 3 Juni
2000 dan telah dilegalisasi oleh Notaris Ny. Sulami Mustafa, SH
di Jakarta dengan Surat No. 063/1/2000 tanggal 3 Juni 2000, diberi
tanda KL-12;

13. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Piutang PT. Bank Putra Surya
Perkasa dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat
di bawah tangan tanggal 11 Pebruari 2000 dan telah dilegalisasi
oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No.
1043/Leg/2000 tanggal 11 Pebruari 2000, diberi tandaKL-13;

14. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Atas Piutang PT. Bank Papan
Sejahtera dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional yang dibuat
di bawah tangan tanggal'•11 Pebruari 2000" dan telah dilegalisasi
oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No.
1048/Leg/2000, diberi tanda KT-14;
15. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank
Dagang dan Industri dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
yang dibuat di bawah tangan tanggal 4 Pebruari 2000 dan telah
dilegalisasi oleh Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan

270
Surat No. 1038/Leg/2000 tanggal 4 Pebruari 2000, diberi tanda KL-
15;
16. Foto Copy Perjanjian Pengalihan Hak Atas Piutang PT. Bank Ram a
dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang dibuat di
bawah tangan tanggal 19 Nopember 1999 dan telah dilegalisasi oleh
Notaris Ny. Asmara Noer, SH di Jakarta dengan Surat No.963/Leg/
1999, tanggal 19 Nopember 1999, diberi tanda KL-16;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat isi putusan ini maka


segala sesuatu yang terjadi di persidangan telah tercatat dalam berita
acara persidangan dan dianggap termasuk dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak megajukan suatu


apapun lagi kecuali mohon putusan;

PERTIMBANGAN HUKUM ;

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari Permohonan Pemohon


adalah sebagaimana tersebut di atas;

Menimbang, bahwa pada persidangan hari Kamis tanggal 12 April


2001 kuasa hukum Debitur yang baru telah mengajukan permohonan
PKPU berdasarkan suratnya tanggal 12 April 2001 akan tetapi oleh karena
PKPU telah pernah ditawarkan Majelis Hakim pada kuasa hukum Debitur
yang lama dan kuasa hukum tersebut dengan tegas menyatakan di muka
sidang tanggal 2 April 2001 bahwa yang bersangkutan tidak akan
mengajukan PKPU akan tetapi langsung tanggapan;

M enim bang, bahwa setelah M ajelis Hakim m em perhatikan


permohonan PKPU yang diajukan oleh kuasa hukum Debitur yang baru
yaitu Saudara Ari Ahmad Effendi, SH, ternyata permohonan PKPU
tersebut tidak memenuhi persyaratan permohonan PKPU sebagaimana
dimaksud Pasal 213 ayat 1, 2 dan 3 Undang-Undang No. 4Tahun 1998
tentang Kepailitan, lagi pula permohonan PKPU diajukan pada waktu
putusan sehingga dinyatakan terlambat.

271
Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum
sebelumnya dan juga berdasarkan Pasal 130 HIR jis 31 RV jis 284 ayat
1 V,J. Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, maka adalah
beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak
permohonan PKPU ini;
Menimbang, bahwa yang menjadi alasan permohonan Pemohon
adalah :
1. Adanya utang PT. Citra Mataram Satria Marga Persada sebesar
Rp. 8.435.809.861,- (delapan milyar empat ratus tiga puluh lima
juta delapan ratus sembilan ribu delapan ratus enam puluh satu ru­
piah) yang terdiri d a ri:
- TUnggakan Pokok Pinjaman Rp. 3.879.581.500,-(tiga milyar
delapan ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus delapan puluh
satu ribu lima ratus rupiah).
Tunggakan bunga Rp. 3.533.221.084,- (tiga milyar lima ratus
tiga puluh tiga juta dua ratus dua puluh satu ribu delapan puluh
empat rupiah).
Denda Rp. 1.023.007.277,- (satu milyar dua puluh tiga juta
tujuh ribu dua ratus tujuh puluh tujuh rupiah).
2. Bahwa jumlah kewajiban Debitur sebagaimana tersebut pada sub 1
di atas masih bertambah pula dengan adanya kewajiban Debitur
untuk membayar bunga sebesar 3% (tiga persen) per bulan dari
jum lah utang terhitung sejak permohonan ini didaftarkan di
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sampai
dengan utang tersebut dibayar lunas seketika dan sekaligus pada
Pemohon (Kreditur);
3. Bahwa utang PT. Citra Mataram Satria Marga Persada (Debitur)
ada Pemohon (Kreditur) sebagaimana tersebut di atas itu timbul
sebagai akibat dari ditandatanganinya Akta Perjanjian Sindikasi No.
70 pada tanggal 12 Juni 1996 antara PT. Citra Mataram Satria
Marga Persada (Debitur) selaku penerima Kredit dengan 20 (dua

272
puluh) bank pemberi kredit yang tergabung dalam suatu sindikasi
dimana Pemohon (Kreditur) adalah salah satu dari padanya) bank-
bank tersebut adalah : v;
a. PT. Bank Danamon;
b. Bank Internasional Indonesia;

c. Bank Niaga;
d. PT. Bank Dagang Nasional Indonesia;
e. PT. Bank Panin;
f. PT. Bank Lippo;
g. PT. Bank Duta;
h. PT. Bank Tamara;
i. PT. Jayabank Internasional;
j. PT. Bank Pelita;
k. PT. Bank Asia Pacific;
l. PT. Bank Umum Nasional;
m. PT. Bank Putera Surya Perkasa;
n. PT. Bank Papan;
o. PT. Bank IF I (P em ohon/K reditur dalam P erm ohonan
Pernyataan Pailit);
p. PT. Bank Dagang dan Industri;
q. PT. Bank Prima Express;
r. PT. Bank Rama;

s. PT. Bank Harapan Sentosa;

t. PT. Bank Media;

273
4. Bahwa sebagai kelanjutan dari penandatanganan Perjanjian Sindikasi
seperti tersebut di atas maka pada tanggal 22 Nopember 1996 PT.
Citra Mataram Satria Marga Persada (Debitur) selaku penerima
kredit bersama-sama dengan 20 (dua puluh) bank pemberi kredit
sindikasi tersebut tadi telah pula menandatangani Akta Perubahan
Perjanjian Sindikasi No. 146 di hadapan Notaris yang sama dengan
Notaris dimana Perjanjian Kredit Sindikasi ditandatangani di Jakarta,
yaitu Notaris SP Henny Singgih, SH.
5. Bahwa dengan adanya jaminan sebagaimana tercantum dalam point
15 perjanjian Sindikasi tersebut maka Pemohon (Kreditur) telah
memberikan pinjaman kepada Debitur dengan plafond sebesar Rp.
7.500.000.000,- (tujuh milyar lima ratus juta rupiah);
6. Bahwa jumlah kredit dari Pemohon (Kreditur) yang telah ditarik
atau diterima oleh Debitur berjumlah Rp. 3.879.581.500,- (tiga
milyar delapan ratus tujuh puluh sembilan juta lima ratus delapan
puluh satu ribu lima ratus rupiah) dengan perincian sebagai berikut:
Kreditur Investasi sebesar = Rp. 1.664.468.384,- (satu milyar enam
ratus enam puluh empat juta empat ratus enam puluh delapan ribu
riga ratus delapan puluh empat rupiah);
IDC sebesar = Rp. 2.215.113.116,- (dua milyar dua ratus lima belas
juta seratus tiga belas ribu seratus enam belas rupiah);
7. Bahwa ternyata Debitur tidak dapat melaksanakan/tidak mematuhi
syarat-syarat atau kewajiban-kewajibannya sebagaimana diatur
dalam perjanjian Kredit Sindikasi yang telah ditandatanganinya
tersebut dan juga perjanjian-perjanjian lain dimana D ebitur
merupakan pihak di dalamnya sehingga berdasarkan ketentuan Pasal
16 dari Perjanjian Kredit Sindikasi Debitur telah melakukan
wanprestasi dan utangnya pada para Krediturnya (termasuk
Pemohon) seketika menjadi jatuh tempo;
8. Bahwa oleh karena Debitur telah melakukan wanprestasi dan
utangnya menjadi jatuh tempo maka PT. Bank Internasional

274
Indonesia selaku Agen Fasilitas Sindikasi Bank telah memberikan
Surat Tuntutan Pembayaran Ref. No. : 2000.644/DIRCO-DPI
tanggal 12 Juni 2000 pada Debitur, akan tetapi hingga saat
Permohonan Pernyataan Pailit ini diajukan dan dipdriksa di
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Debitur tidak membayar utangnya
pada Pemohon;

9. Bahwa oleh karena Debitur tidak dapat membayar utangnya yang


sudah jatuh tempo dan dapat ditagih pada Pemohon (Kreditur), maka
berdasarkan Pasal 19.14 Perjanjian Sindikasi tersebut di atas dan
juga oleh karena 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi yang kini
telah berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan (BPPN) dan
merupakan kreditur mayoritas tidak pernah mengikutsertakan
Pemohon (Kreditur) dalam upaya penagihan utang pada Debitur
maka adalah beralasan menurut hukum bagi Pemohon (kreditur)
untuk mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit ini ke Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat dan mohon agar Majelis Hakim menyatakan
Debitur pailit dengan segala konsekuensi hukumnya;

Menimbang bahwa guna memperkuat dali-dalil Permohonannya


tersebut maka Pemohon (Kreditur) telah mengajukan bukti surat yang
telah dilegalisasi dan telah pula dicocokkan dengan aslinya di muka
Majelis Hakim dan diberi tanda P -l sampai dengan P-6\

Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil yang dikemukakan Pemohon


(Kreditur) dalam Permohonannya sebagaimana tersebut di atas maka
Debitur melalui Kuasa Hukumnya telah mengajukan Tanggapannya
tanggal 2 April 2001 dalam surat Tanggapannya No. 414/AS/01 yang
pada pokoknya adalah sebagai berikut:

Dalam Eksepsi:

A. Pemohon (Kreditur) selaku salah satu bank peserta Sindikasi lebih


dahulu melakukan Wanprestasi dengan alasan bahwa pencairan dana
dari Pemohon (Kreditur) mulai bulan Januari hingga Nopember 1997

275
baru direalisasikan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah yang
disanggupi untuk selanjutnya terhenti sama sekali hingga kini;
B. Utang sebagaim ana didalilkan Pemohon (K reditur) dalam
Permohonannya ini belum jatuh tempo dengan alasan Pemohon
(Kreditur) baru memberikan sebagian kecil dana dari jumlah yang
telah disepakati sebelumnya dalam Perjanjian Kredit Sindikasi;
C. Jumlah utang sebagaimana didalilkan Pemohon (Kreditur) dalam
Permohonannya ini belum pasti dengan alasan bahwa jumlah
pinjaman seperti didalilkan Pemohon (Kreditur) tidak benar;
D. Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon (Kreditur)
ini kurang pihak dengan alasan tidak mengikutsertakan PT. Jasa
M arga sebagai pihak yang terlibat dalam perjanjian-perjanjian yang
ada;

Dalam Pokok P erk ara :


Dengan menunjuk pada alasan yang sama dengan alasan yang ada
dalam eksepsi sebagaimana tersebut di atas maka Debitur mendasarkan
pula tanggapannya p a d a :
1. Akta No. 43 tanggal 14 April 1996 tentang Perjanjian Kuasa
Penyelenggara yang dibuat di hadapan Notaris SP H®nny Singgih,
SH di Jakarta, terutama Poin 19.2, 9.5, dan 19.5.1.a;
2. Akta No. 70 tanggal 12 Juni 1996 tentang Perjanjian Kredit Sindikasi
yang dibuat di hadapan Notaris SP. Henny Singgih, SH di Jakarta,
terutama Poin 3.1.2, 3.1.2.7, 5.2, 15, 15.2, 15.30, dan 16.2;
3. Akta No. 146 tanggal 22 Nopember 1996 tentang Perubahan atas
Perjanjian Kredit Sindikasi yang dibuat di hadapan Notaris SP.
Henny Singgih, SH di Jakarta, terutama Poin 2.1;
4. Akta No. 147 tanggal 22 November 1996 tentang Perjanjian
Penyerahan Hasil Jalan Tol yang dibuat di hadapan Notaris
SP. Henny Singgih, SH di Jakarta, terutama Poin 4.2.3;

276
Menimbang, bahwa terhadap tanggapan yang dikemukakan oleh
Debitur sebagaimana tersebut di atas maka Majelis Hakim memberikan
pertimbangan hukumnya sebagai berikut:

1. Terhadap Eksepsi

Menimbang, bahwa dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku di


Indonesia hingga saat ini dikenal 2 (dua) macam eksepsi, yaitu :

a. Eksepsi terhadap kewenangan mutlak/absolut yang menyangkut


kewenangan mengadili antar badan peradilan yang ada, sebagaimana
dimaksud pasal 134 HIR, dengan memperhatikan jenis badan
peradilan yang ada di Indonesia sebagaimana dimaksud Undang-
Undang No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan
Kehakiman;

b. Eksepsi terhadap kewenangan relatif yang menyangkut kewenangan


mengadili antar pengadilan yang setaraf tingkatannya, tergantung
dari tempat tinggal Tergugat sebagaimana dimaksud pasal 118 jo.
Pasal 133 HIR.

M enim bang, bahwa dari uraian tentang jenis-jenis eksepsi


sebagaimana tersebut di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa isi dari
eksepsi hanyalah menyangkut tentang kewenangan mengadili dari badan
peradilan/pengadilan;

Menimbang, bahwa dengan memperhatikan fakta hukum yang


terungkap dalam proses pemeriksaan Permohonan Pernyataan Pailit ini
dan isi dari Tanggapan yang diajukan Debitur dan berdasarkan uraian
tentang jenis-jenis eksepsi yang ada sebagaimana diuraikan di atas maka
terbukti bahwa eksepsi yang diajukan oleh Debitur telah menyangkut
pokok (materi) dari perkara, bukan masalah kewenangan mengadili dari
pengaidlan dalam hal ini adalah Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang
menurut ketentuan Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan
adalah bagian dari peradilan umum, atau setara dengan Pengadilan
Negeri;

277
Menimbang, bahwa selanjutnya dengan memperhatikan ketentuan
Pasal 135 dan 136 HIR, maka eksepsi yang diajukan Debitur telah
menyalahi ketentuan Hukum Acara Perdata yang berlaku di Indonesia
sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya; karenanya Majelis
Hakim menurut pasal 136 HIR yo. Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung
RI Reg. N o .: 361 K/Sip/1973 tanggal 30 Desember 1975 Majelis Hakim
tidak boleh memeriksa dan memutuskannya sendiri-sendiri, melainkan
diperiksa dan diputus bersama-sama dengan pokok (materi) perkara
hingga karenanya dengan mengambil alih pertim bangan hukum
sebelumnya adalah beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis
Hakim untuk menolak eksepsi dari Debitur;

2. Terhadap pokok perkara

Terhadap tanggapan A :

Menimbang bahwa berdasarkan keterangan Kuasa Hukum Debitur


secara lisan di muka persidangan terakhir tanggal 6 April 2001 yang
menyatakan bahwa benar utang Debitur pada Pemohon (Kreditur) adalah
sebagaimana dimaksud dalam bukti P-3, namun hanya yang tercantum
dalam kolom outstanding jenis fasilitas Investasi saja, Keterangan Kuasa
Hukum Debitur di muka persidangan tanggal 5 April 2001 yang
menyatakan bahwa debitur telah menerima sebagian kecil dari fasilitas
kredit sindikasi dari Pemohon (Kreditur) yang diperkuat sendiri oleh
Debitur dalam tanggapannya ini, bukti T-3 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti P l, bukti T-4 yang pada dasarnya'bersamaan dengan bukti
P-2, bukti T-12 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti P-5, bukti
P-3 yang m erupakan bagian tak terp isah dengan bukti P-4
memperlihatkan adanya fakta hukum bahwa Pemohon (Kreditur) tidak
melakukan w anprestasi lebih dahulu, hingga karenanya dengan
mengambil alih pertim bangan hukum sebelum nya serta dengan
mendasarkan diri pada pasal 163 HIR adalah beralasan secara sah
menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak tanggapan Debitur
in i;

278
Terhadap tanggapan B :

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan lisan Kuasa Hukum


Debitur di muka persidangan tanggal 2 April 2001, yang menyatakan
bahwa Debitur telah menerima sebagian kecil dari fasilitas kredit yang
disanggupi oleh bank-bank peserta Sindikasi, termasuk Pemohon akan
tetapi Debitur tidak dapat menyelesaikan proyek yang dibiayai, dengan
fasilitas Kredit Sindikasi ini oleh karena Pemerintah cq. Jasa Marga
tidak menyediakan lahan bagi terlaksananya proyek ini, juga karena krisis
ekonomi (alasan force majeur) hingga akhirnya ijin konsesi dicabut oleh
Pemerintah cq. Jasa Marga berdasarkan Keputusan KKSK No. Kep.
22.A/M.Ekuin/05/2000 tanggal 11 Mei 2000 dan Debitur dinyatakan
cidera janji, Pernyataan Lisan maupun tertulis dari pihak Kreditur Lain
yaitu 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi yang dalam hal ini diwakili
oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dalam sidang
terakhir tanggal 6 April 2001 point I hingga Point 8 yang pada dasarnya
bersamaan dengan apa yang dinyatakan oleh Kuasa Hukum Debitur baik
dalam tanggapan tertulisnya maupun dalam keterangan lisan sebagaimana
tersebut di atas bukti T-4 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti
P-2, bukti T-5, T-8, T-9, T-10, T-ll dan bukti T-12 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti P-5 dan dengan memperhatikan bukti T-3 yang
pada dasarnya bersamaan dengan bukti P-l, terutama point 16.1.3 dan
point 16.1.10.1, 16.1.10.5, 16.1.12, 16.1.13, 16.1.17, 16.1.18, 16.1,
19,16.1.1, 19.7 maka terbukti bahwa Debitur telah melakukan cidera
janji dan akibat adanya dicera janji tersebut menurut point 16.2.1.i maka
utang Debitur seketika menjadi jatuh tempo dan harus dibayar seketika
seluruhnya;

Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum


sebelumnya dan mendasarkan pula pada pasal 163 HIR maka adalah
beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak
tanggapan Debitur ini;

Menimbang, bahwa dengan mengambil-alih pertimbangan hukum


sebelumnya dan mendasarkan pula pada pasal 163 HIR maka adalah

279
beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak
tanggapan Debitur ini;

Terhadap tanggapan C :
Menimbang, bahwa dengan mengambil-alih pertimbangan hukum
maupun bukti-bukti yang mendasari pertimbangan-pertimbangan hukum
sebelumnya, bukti T-3 yang pada dasarnya bersamaan bukti P-l, bukti
T-4 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti P-2, bukti P-3, bukti
P-4, bukti P-5 serta bukti P-6 membuktikan bahwa jumlah utang Debitur
pada Pemohon (Kreditur) sudahlah pasti dan karenanya dapat ditagih
sebagaimana dimakssud dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan, dan kalaupun debitur beranggapan
utannya pada Pemohon (Kreditur) belum pasti dapat membuktikan lebih
lanjut dalam proses verifikasi utang seperti dimaksud dalam Pasal 104
sampai dengan Pasal 133 dan pasal-pasal yang berkaitan dengan hal
tersebut seperti dimaksud oleh Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, hingga karenanya dengan mengambil-alih pertimbangan
hukum sebelumnya dan memperhatikan pula Pasal 163 HIR maka adalah
beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak
tanggapan Debitur ini;

Terhadap tanggapan D :

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T-l, T-2, T-3 yang pada


dasarnya bersamaan dengan bukti P -l, T-4 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti P-2, T-5, T-8, T-14 dan keterangan lisan maupun tertulis
dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) pada sidang tanggal
6 April 2001 terbukti bahwa Permohonan yang diajukan Pemohon
(Kreditur) tidaklah kurang pihak, apalagi dengan hadirnya Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) di muka persidangan yang
mewakili 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi berdasarkan Surat Kuasa
yang sah yang mengajukan 16 (enam belas ) bukti tertulis yang telah
dilegalisasi dan telah pula dicocokkan dengan aslinya di muka

280
persidangan serta adanya pernyataan lisan maupun tertulis dari BPPN
yang walaupun tidak menginginkan Debitur pailit namun pada pokoknya
mengakui pula bahwa benar Debitur adalah Debitur dari 15 (lima belas)
bank peserta sindikasi yang diwakilinya di muka persidangan ini,
sedangkan pihak Jasa M arga sebagaimana didalilkan Debitur dalam
tanggapannya bukanlah sebagai pihak penerima pinjaman kredit
sebagaimana halnya Debitur akan tetapi hanya sebagai pihak lain yang
mengikatkan diri dengan Debitur dalam perjanjian lain sebagaimana
dimaksud dalam point 1 point 3.1.2.7 dari bukti T-3 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti P-1 dimana point ini telah dirubah oleh bukti T-
4 yang pada dasarnya bersama dengan bukti P-2 dalam point 2.2, dimana
berdasarkan pasal 16 bukti P-2 dalam point 2.2, dimana berdasarkan
pasal 16 bukti T-3 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti P-l
perjanjian-perjanjian yang oleh debitur dengan pihak lain, termasuk
dengan pihak Jasa Marga, adalah merupakan jaminan bagi diberikannya
kredit oleh bank-bank peserta Sindikasi;

Hingga dengan mengambil-alih pertimbangan hukum sebelumnya


dan dengan memperhatikan pula ketentuan pasal 163 HIR maka adalah
beralasan secara sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak
tangapan Debitur yang terakhir ini pula;

Menimbang, bahwa kini Majelis Hakim akan mempertimbangkan


apakah Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon (Kreditur)
ini memenuhi ketentuan yang terdapat dalam pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan yang menjadi dasar
diajukannya Permohonan ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum M ajelis


Hakim atas tanggapan yang diajukan Debitur sebagaimana tersebut di
atas dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat selama pemeriksaan
Permohonan Pernyataan Pailit ini dihubungkan pula dengan isi pasal 1
ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan terlihat
adanya suatu hubungan hukum antara Pemohon (Kreditur) dengan
Debitur, yaitu hubungan hukum perikatan atau suatu ikatan dalam bidang

281
hukum harta-benda (Vermogens Recht) antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu (dalam hal ini adalah
Kreditur) sedangkan pihak yang lain (dalam hal ini adalah Debitur) wajib
melaksanakannya, obyeknya tertentu dan subyeknyapun tertentu pula
dimana jika pihak yang mempunyai kewajiban itu tidak melaksanakan
kewajibannya tadi akan menimbulkan apa yang disebut Utang yakni
kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang
baik dalam mata uang Indonesia ataupun mata uang asing, baik secara
langsung maupun tidak langsung yang timbul karena perjanjian atau
undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitur, bila tidak dipenuhi
memberikan hak kepada Kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya
dari harta kekayaan Debitur:

Menimbang, bahwa berdasarkan:

- Bukti P-l yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-3;


- Bukti P-2 yang pada dasarnya bersamaan dan dengan bukti T-4;
- Bukti T-9, T-10, T-Il, T-12, T-13, T-14, T-15, T-16, T-17, T-18, T-19;
- F akta hukum yang terungkap selam a Persidangan Perkara
Permohonan Pernyataan Pailit ini yang diperoleh dari tanggapan
maupun sanggahan dari Pemohon (Kreditur), Kreditur Lain maupun
dari Debitur sendiri baik secara lisan maupun tertulis;

Dihubungkan dengan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun


1998 tentang Kepailitan maka terbukti bahwa benar Pemohon
(Kreditur) adalah Kreditur dari PT. Citra Matraman Satria Marga
Persada (Debitur) dari 20 (dua puluh) bank peserta sindikasi
(Kreditur) dimana mereka terikat satu sama lain berdasarkan
Perjanjian Pinjaman Sindikasi No. 70 tanggal 12 Juni 1996 yang
diperbaharui dengan Perubahan Atas Perjanjian Sindikasi No. 146
tanggal 22 Nopember 1996, hingga dengan demikiarimenimbulkan
kewajiban bagi Debitur untuk membayar utang yang timbul akibat
perjanjian tersebut;

282
Menimbang, bahwa berdasarkan:

- Bukti P -l yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-3;

- Bukti P-2 yang pada dasarnya bersamaan dan dengan bukti T-4;

- Bukti P-3 dan bukti P-4

- Bukti T-6, T-7, T-9, T-10, T -ll, T-12, T-13, T-14, T-15, T-16, T-17,
T-18, dan bukti T-19;

Fakta hukum yang terungkap selam a Persidangan P erkara


Permohonan Pernyataan Pailit ini yang diperoleh dari tanggapan
maupun sanggahan dari Pemohon (Kreditur), Kreditur Lain maupun
dari Debitur sendiri baik secara lisan maupun tertulis;

Dihubungkan dengan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun


1998 tentang Kepailitan maka terbukti bahwa benar Pemohon
(Kreditur) adalah Kreditur dari PT. Citra Matraman Satria Marga
Persada (Debitur);

Menimbang, bahwa walaupun terhadap bukti P -l maupun bukti P-


2 Pemohon (Kreditur) hanya dapat memperlihatkan foto copy dari salinan
dan bukan asli dari salinan di muka persidangan, akan tetapi oleh karena
ternyata bukti P -l tersebut ternyata bersamaan dengan bukti T-3
yang asli salinannya dapat diperlihatkan di muka persidangan oleh
Debitur, begitu pula halnya dengn bukti P-2 yang ternyata juga bersamaan
dengan bukti T-4 maka secara hukum bukti-bukti tersebut saling
melengkapi dan dapat dipergunakan sebagai bukti yang sah di
Pengadilan;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-l yang pada dasarnya


bersamaan dengan bukti T-3 terutama point 17.6 jis point 19.14 yang
merupakan perwujudan dari klausul Power of Removal, yaitu suatu
klausul yang memberikan kekuasaan kepada para peserta Sindikasi untuk
menarik kembali kuasa yang telah diberikannya pada agent bank (dalam

283
hal ini adalah PT. Bank Internasional Indonesia selaku facility agent
berdasarkan bukti P-5 yang pada dasarnya bersamaan dengan bukti T-12
jis P-6jis T-12 dan T-13 tanpa persetujuan agen yang bersangkutan bukti
T-13 point 13.3 terbukti secara sah bahwa Pemohon (Kreditur) dapat
mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit ini secara terpisah dari para
bank peserta sindikasi lainnya. Apalagi ditambah dengan bukti lain yaitu
adanya pernyataan secara lisan yang diajukan oleh kuasa Hukum
Pemohon dimuka persidangan tanggal 6 April 2001 yang menyatakan
bahwa alasan ini dari Pemohon (Kreditur) mengajukan Permohonan
Pernyataan pailit ini adalah dikarenakan Pemohon (Kreditur) tidak pemah
diajak turut serta oleh 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi lainnya
(sebagaimana tersebut di atas) yang telah berada dibawah Badan
Penyehatan Perbankan (BPPN) dalam upaya menagih utang pada
Debitur;
Menimbang, bahwa selanjutnya walaupun Badan Penyehatan
Perbankan (BPPN) dalam sidang tanggal 6 April 2001 secara lisan
maupun tertulis (point 11) menyatakan bahwa Pemohon (Kreditur) telah
pemah diikut sertakan dalam upaya penagihan utang pada Debitur akan
tetapi oleh karena tidak didukung oleh bukti-bukti, apalagi dengan adanya
sanggahan dari Pemohon (Kreditur) sebagaimana tersebut di atas maka
sesuai dengan Pasal 163 HR pernyataan tersebut tidaklah berdasar hukum;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P -l yang pada dasarnya


bersamaan dengan bukti T-3, bukti P-2 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti T-4, adanya fakta hukum yang terungkap selama
persidangan pemeriksaan Permohonan Pernyataan Pailit ini yang
diperoleh dari hasil tanggapan maupun sanggahan baik dari Pemohon
(Kreditur), Debitur maupun Kreditur Lain serta adanya kehadiran Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) selaku Kreditur Lain yang
mewakili 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi berdasarkan Surat Kuasa
Khusus No. SRKA-219/BPPN/0301 tanggal 23 Maret 2001 dan Surat
Kuasa Substitusi No. SRKA-235/BPPN/0301 tanggal 29 Maret 2001
beserta 16 (enam belas) bukti tertulis bertanda KL-1 sampai dengan

284
KL-16 membuktikan secara sah menurut hukum bahwa terdapat Kreditur
Lain dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini;

Menimbang, bahwa dengan mengambil-alih pertimbangan hukum


bagi tanggapan Debitur sub D dan juga pertimbangan hukum bagi adanya
Kreditur Lain di atas bukti T-l, T-2, T-5, T-6, T-8 serta bukti T-14 maka
Kreditur Lain bukanlah Jasa Marga sebagaimana didalilkan oleh Debitur
dalam tangapannya pada sub D akan tetapi adalah 15 (lima belas) bank
peserta Sindikasi yang kini berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN);

Menimbang, bahwa walaupun Badan Penyehatan Perbankan


Nasional (BPPN) selaku wakil dari 15 (lima belas) bank peserta Sindikasi
dalam persidangan tanggal 6 April 2001 secara lisan maupun tertulis
menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak menginginkan Debitur
dinyatakan pailit dengan alasan bahwa jika Debitur tidak pailit akan
menjamin terlaksananya rencana dan tahapan penyelesaian proyek
Jakarta Outer Ring Road (JORR) ruas W-2 sebagaimana dimaksud
Keputusan KKSKNo. 02/K.KSK/02/2001 tanggal 15 Pebruari 2001 (vide
point 8 dan point 9 surat keterangan BPPN atasa bukti yang diajukan
tanggal 6 April 2001) akan tetapi tidak didukung oleh bukti-bukti
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 163 HIR jo. Pasal 1866 Kitab Undang-
U ndang H ukum P erdata m aka M ajelis H akim tid ak akan
mempertimbangkannya;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-l yang pada dasarnya


bersamaan dengan bukti T-3, bukti P-2 yang pada dasarnya bersamaan
dengan bukti T-4, bukti P-3, P-4, P-5, P-6 dan T-15 terbukti secara sah
bahwa benar Debitur mempunyai utang pada Pemohon (Kreditur);

Menimbang, bahwa dengan mengambil-alih pertimbangan hukum


mengenai/tanggapan B dari Debitur maka utang Debitur pada Pemohon
(Kreditur) sebagaimana telah dipertimbangkan di atas telah pula jatuh
tempo dan dapat ditagih berdasarkan bukti P-2 yang pada dasarnya
besamaan dengan bukti T-4, T-5, T-8, T-9, T-10, T -ll, T-12 yang pada

285
dasarnya bersamaan dengan bukti P-5 serta bukti P -1 yang pada dasarnya
bersamaan dengan bukti T-3, terutama point 16.1.3,16.1.10.1,16.1.10.5,
16.1.12, 16.1.13, 16.1.17, 16.1.18, 16.1.19, 16.1.1., 19.7 dan 16.2.1.i;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang


No. 4 Tahun 1998 tentang Kepalitian dan dihubungkan dengan bukti-
bukti yang diajukan oleh para pihak serta fakta hukum yang terungkap
selama pemeriksaan Permohonan Pernyataan Pailit ini sebagaimana telah
dipertimbangkan dalam pertimbangan-pertimbangan hukum di atas,
maka adalah beralasan menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan Debitur, yaitu PT. C itra M atram an Satria M arga Persada
bersama dalam keadaan pailit;
Menimbang, bahwa oleh karena Debitur dinyatakan berada dalam
keadaan pailit sebagaimana telah dipertimbangkan sebelumnya maka
berdasarkan Pasal 90 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan seluruh harta kekayaan Debitur berada dalam sitaan umum;

Menimbang, bahwa dengan dinyatakannya Debitur berada dalam


keadaan pailit sebagaimana tertera dalam amar putusan ini maka Debitur
tidak lagi berhak berbuat bebas atas hartanya yang sejak putusan ini
diucapkan menjadi budel atau harta pailit sebagaimana diatur Pasal 22
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

Menimbang, bahwa oleh karena itu berdasarkan Pasal 13 ayat 1 a


dan 1 b Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan perlu
ditunjuk seorang Hakim Pengawas yang berasal dari Hakim Pengadilan
Niaga Jakarta Pusat serta seorang Kurator;

Menimbang, bahwa berdasarkan pengamatan Majelis Hakim Kurator


yang namanya tercantum dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini, yaitu
Saudara Tafrizal H asan (T.H) Gewang SH, ternyata tidak mempunyai
benturan kepentingan baik pihak Pemohon (Kreditur) maupun dengan
pihak Debitur serta bersifat independen sebagaimana dimaksud Pasal
13 ayat 3 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;
karenanya adalah beralasan menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk

286
menunjuk Saudara Tafrizal hasan (T.H) Gewang, SH yang beralamat
di Gedung Sentra Salemba Mas Blok U Jalan Salemba Raya No. 34
Jakarta 10430 sebagai Kurator dalam perkara Permohonan Pernyataan
Pailit ini;

Menimbang, bahwa mengenai imbalan jasa kurator dan biaya


kepailitan akan ditetapkan kemudian setelah kurator selesai menjalankan
tugasnya selaku Kurator bagi Debitur dalam perkara Permohonan
Pernyataan Pailit ini;

M enim bang, bahw a m engenai biaya perkara Perm ohonan


Pernyataan Pailit berdasarkan azaz Keadilan dibebankan pada Debitur
selaku pihak yang dinyatakan berada dalam keadaan pailit yang besarnya
tertera dalam amar putusan ini;

Mengingat Pasal 118 j is Pasal 133 jis Pasal 134 jis Pasal 135 jis
Pasal 136 jis Pasal 163 HIR jis Pasal 18666 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata jis Paal 1 ayat 1jis Pasal 13 ayat 1 a dan 1 b jis Pasal 13
ayat 3 jis Pasal 23 jis Pasal 90 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan jis No. 14 Tahun 1970 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan
Kehakiman jis Yurisprudensi tetap Mahkamah Agung RI Reg. No. 36110'
Sip/1973 tanggal 30 Desember 1975 jis Keputusan KKSK No. Kep.22A/
M.Keu/05/2000 tanggal 11 Mei 2000 dan ketentuan-ketentuan lain yang
bersangkutan;

Isi Putusan:

- Mengabulkan Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh


Pemohon (Kreditur) yaitu PT. Bank IFI;

Menyatakan Citra Matraman Satria Marga Persada (Debitur)


berada dalam keadaan pailit;

- Menunjuk Saudara Mahdi Soroinda Nasution, SH, Hakim


Pengadilan Niaga pada Pengadilan Niaga Pusat selaku Hakim
Pengawas;

287
- Mengangkat Saudara Tafrizal H asan (T.H) Gewang, SH, dari
Kantor Tafrizal H asan Gewang, yang beralamat di Gedung Sentra
Salemba Mas Blok U, Jl. Salemba Raya No. 34-36, Jakarta 10430
sebagai Kurator;

- Menetapkan bahwa imbalan jasa bagi Kurator akan ditetapkan


kemudian setelah Kurator selesai menjalankan tugasnya berdasarkan
ketentuan peraturan yang berlaku;

- Membebankan biaya perkara pada Debitur sebesar Rp. 5.000.000,-


(lima juta rupiah);

288
No. 12/Pailit/2001/PN.NiagaJkt.Pst.

Catatan A khir:

1. Pengadilan Niaga telah menolak permohonan penundaan kewajiban


pembayaran utang (PKPU) yang diajukan oleh kuasa termohon pailit
dengan alasan kuasa termohon pailit pada sidang kesempatan
pertama sudah menyatakan tidak akan mengajukan PKPU, sedang
kuasa termohon pailit kedua mengajukan PKPU pada saat putusan
akan diucapkan.

Penolakan permohonan PKPU tersebut telah tepat dan benar, sebab


sesuai dengan ketentuan pasal 217 ayat (6) Perpu Nomor 1 Tahun
1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, apabila permohonan
pernyataan pailit dan permohonan PKPU di periksa pada saat
bersamaan maka permohonan PKPU harus diputus terlebih dahulu.
Karena termohon pailit pada kesempatan pertama telah tidak
menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan PKPU,
sedang permohonan PKPU oleh kuasa termohon pailit berikutnya
dimajukan setelah acara pembuktian selesai, maka sudah tepat
apabila Pengadilan menolak permohonan PKPU nya.

2. Pengadilan Niaga telah mempertimbangkan persyaratan pernyataan


pailit sebagaimana ditentukan dalam pasal 1 ayat (1) Perpu Nomor
1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, sehingga
permohonan pailit dinyatakan pailit.

3. Walaupun ada agen fasilitas dalam perjanjian kredit sindikasi,


masing-masing kreditur peserta kredit sindikasi tetap berhak
mengajukan permohonan pernyataan pailit apalagi kuasanya telah
ditarik kembali.

Parwoto Wignjosumarto, SH.)

289
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

- MENOLAK PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT

HUKUM NIAGA

291
v - \\; : - • :t { ae ;’ a - n ; v- -n va ;

ADA »'A f/'JiT.JH


BERDASARKAN PERJANJIAN ARTIS DENGAN
AGENCY PIHAK KETIGA (PT. TELKOMSEL)
TIDAK DAPAT DIPAILITKAN

• Pemohon Julia Tresnasary Yahya, mengajukan permohonan


pailit terhadap Termohon PT. Telkomsel dengan alasan-alasan
berikut:

Pemohon m engadakan kontrak dengan PT. Inter


Admark, untuk kepentingan Termohon dalam rangka
memproduk “K artu H allo” (Sim Card) Telkomsel
wilayah Surabaya.

- Meskipun masa berlakunya kontrak telah habis, ternyata


Termohon masih menggunakan gambar wajah Pemohon
di Kartu Hallo dan Billboard.

- Utang Termohon kepada Pemohon timbul dari adanya


janji Termohon, yaitu Termohon bersedia menyelesaikan
tuntutan ganti rugi sebesar Rp. 500 juta dari Pemohon,
sebagai akibat penggunaan wajah pemohon diluar batas
waktu perjanjian dengan PT. Inter Admark.

• Pertimbangan Majelis Hakim antara lain

Pemohon tidak dapat membuktikan bahwa Termohon


adalah Debitur dari Pemohon (Kreditur).

- Pemohon tidak dapat membuktikan adanya hutang jatuh


tempo sebesar Rp. 500 juta dari Termohon kepada
Pemohon, sebagai akibat perbuatan melawan hukum dan
wanprestasi.

• Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim


menolak permohonan pailit dari Pemohon.

293
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT
NO. 59/PAILIT/2001/PN. NIAGA/JKT-PST.
TANGGAL 11 DESEMBER 2001

DALAM PERKARA

antara

Pemohon :
Julia Tresnasary Yahya, Warganegara Indonesia, Alamat di Jalan
Ciputat Raya KK No. 35, Jakarta Timur.
1. Humprey R. Djemat, SH.
2. Wences Laus La Rangka, SH.
3. Ricardo Simanjuntak, SH.
4. Reno Angkasa wan, SH.
Kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia Pekerjaan Advokat/
Pengacara pada Kantor Hukum Gani Djemant & Parteners;
Beralamat di Jalan Imam Bonjol No. 76-78 Jakarta Pusat
terhadap
Termohon:
PT. Telkomsel, beralamat di Gedung Grahasamya Internusa Lantai
14-14, A. H.R. Rasuna Said Kav. Y.O. Jakarta Selatan.

Dalam hali ini diwakili oleh kuasa hukumnya :


1. Sulistya Adi, SH.
2. Novansyah Siregar, SH

Keduanya berkewarganegaraan Indonesia Pekerjaan Advokat/


Pengacara pada Kantor Sulistya Adai & Associates; Alamat di Tebet
Raya Komplek Perkantoran Tebet Mas Indah No. 3 Jakarta.

294
DUDUK PERKARA:

Pemohon, berdasarkan surat permohonan yang didaftarkan di


Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 2 Noperhber 2001
dalam Register No. 59/Pailit/2001/PN.Niaga/Jkt/PSt., meirgajukan
permohonan kepailitan dengan alasan-alasan berikut:

1. B ahw a Pem ohon adalah seorang artis p ro fessio n al yang


mengandalkan penghasilan dan masa depan karimya dari profesi
sebagai m odel iklan di berbagai produk perusahaan yang
membutuhkan, selain juga bermain Sinetron di media televisi
Indonesia;

2. Bahw a pada tahun 1996/1997 Pem ohon telah m engadalan


kontrak dengan PT. Inter Admark, sebuah perusahaan agen
periklanan untuk kepentingan Termohon menjadi model iklan yang
digunakan khusus untuk Kartu “Hallo” (Sim Card) Telkomsel kartu
telepon cellular yang khusus dijual oleh Termohon diwilayah
Surabaya;

3. Bahwa setelah kontrak antara Pem ohon dengan p ih ak PT.


Inter Admark, berakhir pada tahun 1997, ternyata Termohon masih
tetap memasang wajah Pemohon sebagai model iklan kartu Hallo
Telkomsel dan bahkan kemudian diketahui bahwa Termohon tidak
hanya memasang photo wajah Pemohon, terbatas hanya sebagai
model pada Kartu “Hallo” seperti yang disepakati dalam kontrak
antara Pemohon dengan pihak PT. Inter Admark, selaku agency
dari Termohon yang telah berakhir tersebut, akan tetapi juga dipasang
sekurang-kurangnya pada dua billboard berukuran besar di dua
wilayah utama kota Surabaya, yaitu Jalan Raya Darmo dan Jalan
Pemuda, Surabaya hingga pada saat permohonan pernyataan pailit
ini didaftarkan di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat, (vide bukti P-l);

295
4. Atas tindakan Termohon yang telah dengan tegas-tegas melanggar
perjanjian model iklan seperti tersebut di atas, Pemohon secara
langsung mendatangi pihak PT. Inter Admark, yang beralamat di
Graha Niaga Lt. 22, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 58 Jakarta, selaku
agency dari Termohon, dan memprotes penggunaan model wajah
Pemohon sebagai iklan produk kartu “Hallo” Telkomsel berukuran
besar di beberapa Billboard yang dipajang di pusat kota Surabaya;

5. Bahwa, selain itu Pemohon juga mengingatkan bahwa kontrak


dengan PT. Inter Admark, adalah untuk jangka waktu 1 tahun,
yaitu tahun 1996/1997, oleh karena itu Termohon tidak berhak lagi
menggunakan wajah Pemohon sebagai model iklan produk-produk
Telkomsel dalam bentuk apapun, lagi setelah tahun kontrak tersebut
di atas selesai pada tahun 1997;

6. Bahwa terhadap protes Pemohon tersebut PT. Inter Admark, secara


lisan menyatakan kepada Pemohon bahwa sejak tahun 1997,
sehubungan dengan kontrak menggunakan wajah Pemohon sebagai
model iklan, perusahaan agency tersebut tidak lagi terikat kontrak
dengan PT. Telkomsel Termohon oleh karena itu PT. Inter Admark,
menyatakan tidak bertanggungjawab terhadap pemasangan wajah
Pemohon sebagai model iklan dalam billboard tersebut;

Walaupun Pemohon berupaya meminta pernyataan tertulis tentang


hal tersebut, PT. Inter Admark tetap hanya memberikan pernyataan
secara lisan atas telah habisnya kontrak PT. Inter Admark, dengan
PT. Telkomsel Termohon ;

7. Bahwa, oleh karena pengakuan PT. Inter Admark, tersebut,


Pem ohon m endatangi Term ohon dan m em protes tentang
penggunaan wajah Termohon dan memprotes tentang penggunaan
wajah Termohon sebagai model iklan produk Kartu “Hallo”
berukuran besar (billboard) di Surabaya tersebut, dan menyatakan
bahwa Pemohon sangat dirugikan akibat dari perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh pihak Termohon tersebut;

296
Dan oleh karena itu Pemohon menuntut ganti rugi kepada Termohon
sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
Termohon tersebut di atas, sebagai ganti rugi atas penggunaan wajah
Pemohon sebagai model dalam media kartu Hallo Telkomsel dan
juga dalam media Bilboard yang total keseluruhannya berjumlah
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah);

Akan tetapi setelah beberapa kali menghubungi staf Termohon, staf


Termohon tidak memberikan penjelasan apapun kecuali janji-janji
akan segera menyelesaikan. Para staf Termohon tersebut terkesan
menghindar dan mempermainkan Termohon ;

8. Bahwa atas ketidak jelasan sikap dari Termohon tersebut pada


tanggal 7 M aret 2001 Pem ohon m engirim kan surat untuk
mempertanyakan permasalahan penggunaan model iklan ,secara
melawan hukum tersebut. Dua Minggu setelah surat tersebut
Pemohon mendapat response dari Bapak Anang A priyanto
Departemen Marketing Communication yang menjanjikan bahwa
Pemohon akan dipertemukan dengan tim Telkomsel yang berjumlah
delapan orang untuk membicarakan penyelesaian administratif
dalam bentuk ganti rugi dari Termohon atas penggunaan model iklan
atas diri Pemohon secara melawan hukum tersebut. (vide bukti P - 2) ;

Akan tetapi, seperti jawaban-jawaban staf Termohon yang terdahulu


janji yang diberikan oleh staf dari Termohon, Bapak Anang
tersebutpun hanya merupakan isapan jempol yang tidak mempunyai
realisasi apa-apa;

9. Bahwa, akibat dari sikap Termohon yang cenderung tidak perduli


tersebut, Pemohon melalui kuasa hukumnya Kantor Advokat dan
Pengacara Gani D jem ant & Partners kem bali m elakukan
peneguran kepada Termohon melalui Surat Peringatan (Somasi) No.
: 974/V/GDP/RIC/2001 tanggal, 10 Mei 2001, dan mengundang
Termohon untuk mencari jalan penyelesaian secara damai antara
pihak Pemohon dan Termohon dalam penyelesaian ganti rugi

297
Pemohon atas penggunaan wajah Pemohon sebagai iklan produk
kartu “Hallo” Telkomsel dengan melawan hukum tersebut. (vide
bukti P-3) ;
10. Bahwa, selanjutnya melalui Surat Peringatan (Somasi) II No. 161/
V /G D P/R IC /2001tanggal 31 Mei 2001, kem bali Pem ohon
melalui kuasa hukumnya Kantor G ani D jem ant & P a rtn e rs
memperingatkan Termohon agar mempunyai niat baik dalam
menyelesaikan permasalahan tersebut di atas dengan Pemohon serta
kembali mengundang Termohon untuk mendiskusikan penyelesaian
secara damai (vide bukti P-4) ;
11. Bahwa sama seperti jawaban-jawaban yang diterima oleh Pemohon,
sebelumnya, Termohon melalui surat balasannya No : 021/HK.01/
SP.012/VI/01 tanggal 7 Juni 2001, bahwa Termohon menyatakan
belum dapat memenuhi undangan yang dikirimkan oleh Pemohon
di atas, dengan alasan bahwa Termohon sedang mengumpulkan
fakta-fakta di lapangan tentang permasalahan tersebut di atas, dan
meminta pengunduran waktu pertemua (vide bukti P-5) ;

12. Bahwa ternyata dua hari sebelum tanggal undangan pertemuan dalam
Surat Peringatan (Somasi) II tersebut, ternyata Termohon menyuruh
stafnya yang bernam a Bapak Im a n u d d in dari D epartem en
Corporate Secretary yang mengaku sebagai utusan Direksi dan
meminta Pemohon agar tidak mempermasalahkan hal ini melalui
Pengadilan seperti dalam somasi tersebut di atas, dan atas pesan
direksi yang mengutus, berjanji untuk menyelesaikan masalah
tersebut dengan memberikan ganti rugi kepada Pemohon secara
langsung dengan Pemohon.

Bahwa kemudian Bapak Im anuddin juga hilang, tanpa adanya


kelanjutan dari pertemuannya dengan Pemohon;

13. Bahwa, atas kelalaian dari Termohon untuk memenuhi terhadap


undangan Pemohon dalam Surat Peringatan (Somasi) II di atas,
kembali Pemohon melalui kuasa hukumnya mengirimkan undangan

298
pertemuan N o .: 1359/VI/GDP/RIC/01 tanggal 22 Juni 2001, sebagai
undangan terakhir dalam upaya mencari jalan yang terbaik untuk
penyelesaian permasalahan tersebut di atas, (vide bukti P-6) ;

14. Bahwa Termohon, melalui kuasa hukumnya, dengan surat N o .: 02/


PJS/SA/JKT/VII/2001 tanggal 11 Juli 2001, tanpa melakukan
penelitian dengan baik terhadap permasalahan ini menyatakan bahwa
Termohon tidak mempunyai hubungan hukum dengan pemohon,
akan tetapi hanya dengan PT. Inter Admark, sebagai agency dari
PT. Telkomsel yang pernah mengontrak dengan Pemohon pada
tahun 1996/1997. (vide bukti p-7 ) ;

15. Bahwa untuk penugasan atas pernyataan PT. Inter Admark yang
tidak lagi mempunyai hubungan hukum dengan PT. Telkomsel
(Termohon) setelah selesainya kontrak agency antara perusahaan
tersebut dengan PT. Telkomsel pada tahun 1997, kembali Pemohon
melalui kuasa hukumnya mengirimkan Surat Peringatan (Somasi)
kepada PT. Inter Admark N o .: 1509/VII/GDP/RIC/01 tanggal 12
Juli 2001 atas kerugian yang diderita oleh Pemohon penggunaan
wajah Pemohon sebagai model iklan oleh PT. Telkomsel Termohon
secara melawan hukum, (vide bukti P-8) ;

16. Bahwa sebagai jawaban dari Surat Peringatan tersebut di atas,


PT. Inter Admark mengirimkan surat (vide bukti P-9) yang isinya,
antara lain sebagai berikut:

- Menjawab surat Bapak N o .: 1509/VII/GDP/RIC/01 tertanggal


12 Juli 2001, perihal somasi model iklan produk Telkomsel
bersama Julia T. Tjahya maka dengan ini kami sampaikan
bahwa Inter Amark sejak tahun 1999 bukan lagi agency dari
PT. Telkomsel incasu, Termohon karena itu pemasangan
bollboard dengan model tersebut di Jalan Raya Darmo maupun
Jalan Pemuda di Surabaya bukan dilakukani oleh PT.
Inter Admark, melainkan kemungkinan besar oleh PT.
Telkomsel dengan agency barunya.

299
Dapat kami tambahkan, bahwa memang kami terlibat dalam
pembuatan kartu telpon produk Telkomsel dengan model tersebut
ditahun 1996/1997 dengn kontrak model, khusus untuk penggunaan
kartu Hallo, Telkomsel. Namun setelah kontrak berakhir, pemakaian
model tidak lagi menjadi tanggung jawab kami, tetapi PT Telkomsel
dengan agency barunya...”

17. Bahwa, Pemohon melalui kusa hukumnya Gani Djem ant &
Partners, kembali mengirimkan Surat Peringatan (Somasi( No. :
2318/XI/GDP/RIC/01 tanggal 14 November 2001 sehubungan
dengan penegasan dari PT. Inter Admark, tersebut di atas, dan
tetap mengundang Termohon tetap tidak memberikan reaksi apapun
sampai pada saat Permohonan Pernyataan Pailit ini didaftarkan. (vide
bukti P-10) ;

18. Bahwa dari fakta-fakta di atas, telah sangat jelas dan nyata bahwa
Termohon telah melakukan tindakan perbuatan melawan hukum,
yang secara tidak sah telah menggunakan wajah Pemohon sebagai
model kartu Hallo produk Telkomsel dalam bentuk dan juga dalam
ukuran iklan besar di paling sedikit dua billboard yang dipajang di
Jalan Raya Darmo dan di Jalan Pemuda di Surabaya, sejak awal
tahun 1998 sampai saat Permohonan Pernyataan Pailit didaftarkan ;

Bahwa ketentuan tentang Perbuatan melawan hukum diatur dalam


pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
yang menyatakan sebagai berikut:

- “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian


kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian tersebut mengganti kerugian tersebut. ”

19. Bahwa Penggunaan Wajah Pemohon sebagai model iklan produk


kartu Hallo Telkomsel dalam bentuk kartu serta juga dalam ukuran
besar tersebut di atas tanpa ikatan kontrak sebagaimana lazimnya,
jelas-jelas merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang
merugikan Pemohon karena Pemohon tidak, memperoleh imbalan

300
meterial apapun, yang mewajibkan Termohon memberikan ganti
rugi tersebut dalam bentuk uang kepada Pemohon;

20. Bahwa, dengan m engutus Bapak Imanuddin, staD dari PT.


Telkomsel untuk membicarakan tentang jumlah ganti rugi yang akan
dibayar oleh Termohon kepada Pemohon, telah menjadi suatu bukti
yang nyata dan sederhana bahwa Telkomsel mengakui kewajibannya
(utangnya) kepada Pemohon, walaupun kemudian menunjukan ke
tidak konsistennya dengan mencoba untuk lari dari kewajiban
(hutang)nya kepada Pemohon.

Dari fakta-fakta di atas, terbukti secara sederhana bahwa Termohon


mempunyai kewajiban (hutang) kepada Pemohon yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih;

21. Bahwa seandainyapun Termohon tidak mengutus Bapak Imanuddin


untuk menemui Pemohon dengan segala janji-janjinya, dengan telah
memasang wajah Pemohon sebagai model iklan kartu Hallo tersebut,
Termohon, paling tidak, wajib membayar honor Pemohon sebagai
model iklan professional sebagaimana seharusnya.

Hal ini menunjukkan tidak adanya niat baik ataupun etika bisnis
yang baik dan Termohon dengan melakukan upaya eksploitasi wajah
Pemohon, yang memang profesinya digantungkan pada karimya di
dunia model dan acting, tanpa merasa harus bertanggung jawab
untuk memberikan kompensasi ataupun honor kepada Pemohon atas
penggunaan wajah Pemohon sebagai iklan dari produk Termohon
tersebut;

22. Bahwa, kalau hal-hal seperti ini dibiarkan, maka akan sangat
memberikan dampak buruk bagi industri dunia periklanan dan model
di Indonesia,termasuk akan memberikan dampak yang sangat buruk
bagi para artis-artis yang meletakkan profesi dan masa depannya
dalam dunia iklan maupun modeling tersebut;

301
Pengertian Utang Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998,
tentang Kepailitan :

23. Bahwa walaupun Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor : 4 Tahun


1998, tentang kepailitan tidak dengan secara tegas memberikan
definisi tentang hutang, akan tetapi dalam prakteknya, telah menjadi
suatu pendapat yang diakui oleh Pengadilan Niaga bahwa pengertian
hutang bukanlah hanya kewajiban yang timbul dari adanya pinjam
meminjam uang saja (hutang dalam arti sempit). Pengertian “hutang”
yang dianut oleh Pengadilan Niaga adalah hutang dalam arti luas,
yang timbul tidak saja dari perjanjian pinjam meminjam uang, akan
tetapi juga muncul sebagai akibat dari wanprestasi yang dilakukan
oleh salah satu pihak berkontrak yang menimbulkan hak bagi pihak
yang dirugikan akibat dari wanprestasi tersebut untuk menuntut ganti
kerugian atas akibat dari wanprestasi tersebut, selain juga kewajiban-
kewajiban yang timbul karena Undang-Undang;

24. Bahwa sehubungan dengan pengertian hutang dalam arti luas,


Pemohon mengutip pendapat majelis hakim kasasi Mahkamah
Agung Republik Indonesia dalam kasus PT. Jawa Barat Indah
(Term ohon P ailit m elaw an Sum iani Om ar Sandjaya dan
W idyastuti (para Pemohon pailit) No.: Ol/KAS/Pailit/1999/
PN.Niaga/JKT-PST jo No.: 27/PAELIT/l 998/PN/NIAGA7JKT-PST,
yang pada dasarnya mendukung pendapat dari Majelis Hakim
Pengadilan Niaga, sebagai berikut:

“Bahwa Undang-Undang No : 4 Tahun 1998, tidak memberikan


penjelasan apa yang dimaksud dengan hutang namun menurut
Majelis yang dimaksud dengan hutang adalah : Suatu hak yang
dapat dinilai dengan sejumlah uang tertentu, yang timbul karena
perjanjian perikatan atau Undang-Undang, termasuk tidak hanya
kewajiban debitur untuk membayar, akan tetapi juga hak dari
kreditur menerima dan mengusahakan pembayaran. ”

302
Pengertian hutang dalam arti luas ini juga diterapkan dalam kasus
Hasim Sutiono dan PT Muji Inti Utama (para Kreditur) melawan
PT. Kutai Kertanegara Prima Coal dengan Ny. Iswati Sugianto
(para Debitur) dimana, Majelis Hakim Niaga pada putusan No. 18/
pailit/1998/PN.Niaga/Jkt Pst, Majelis Hakim Kasasi M/VRI pada
putusan No. 2/K/N/1999 dan Putusan Majelis Hakim Peninjauan
Kembali MARI dalam putusan No. 17/PK/N/1999 secara konsisten
menerapkan utang dalam arti luas;

Dan selajutnya pada kasus Helena Malinda (Kreditur) melawan


Intercon Enterprise (D ebitur) Majelis Hakim N iaga dalam
putusannya N o.: 13/Pailit/ 1999/PN.Niaga Jkt-Pst dan Majelis Hakim
Peninjau Kembali pada putusan N o : 19/PK/N/1999 secara konsisten
menerapkan pengertian hutang dalam arti luas.

2$. Bahwa dari fakta-fakta di atas, telah menjadi suatu kebenaran yang
sederhana dan tidak dapat dipungkiri bahwa secara hukum Termohon
mempunyai kewajiban (hutang) yang timbul dari kewajiban
mengganti rugi kepada Pemohon yang dapat ditagih atas tindakan
Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Termohon yang
sangat m erugikan P em ohon, sebagai m odel iklan yang
menggantungkan pendapatan dan karimya pada dunia modeling
tersebut;

26. Bahwa selain hutang kepada Pemohon, Termohon juga mempunyai


kewajiban (hutang) kepada kreditur lain, yaitu :

1. PT. Inti, Jalan Moch. Toha No. 77 Bandung 40253, Telp. (022)
5201501, Fax. (022) 5227729

2. PT. Lucent Technologies Network Systems Indonesia, MM


2100 Industrial Town, Blok B-3 , Jalan Kalimantan I, Cibitung
Bekasi 17520, Indonesia;
27. Bahwa sesuai ketentuan pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor : 4

303
tahun 1998 tentang kepailitan, yang antara lain mengatakan :
- “Debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan
yang berwenang...”
maka Termohon adalah debitur yang telah memenuhi persyaratan
untuk dapat dinyatakan pailit sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat
1 tersebut karena :

a. Termohon mempunyai minimal dua kreditur;

b. Salah satu dari hutang tersebut, yaitu tagihan Pemohon terhadap


Termohon, telah jatuh tempo dan dapat ditagih;

Dengan demikian sudah sepatutnya bagi Pengadilan Niaga pada


Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengabulkan permohonan
pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon terhadap Termohon;

Penunjukkan dan Pengangkatan Kurator atau Pengurus :

28. Bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat 1 Undang-undang


N om or: 4 Tahun 1998 tentang hukum Kepailitan, maka dengan ini
Pemohon mengusulkan pula agar Pengadilan Niaga pada Pengadilan
N egeri Jakarta P usat m enunjuk dan m engangkat A ndrey
Sitanggang, SH.MH., dari Kantor Advokat dan Pengacara Andrey
Sitanggang & Partners yang beralamat di Setia Budi Building I, 3
th Fl. Blok A -l, Jalan Rasuna Said Kav. 62, Jakarta 12920 sebagai
Kurator dari Termohon (Debitur) dalam kepailitan ini;

29. Bahwa dalam hal Termohon mengajukan Penundaan Kewajiban


Pembayaran Utang (PKPU) maka Pemohon juga, mengusulkan agar
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menunjuk
dan mengangkat Andrey Sitanggang, SH.MH.,dari Kantor Advokat
dan Pengacara Andrey Sitanggang & Partners yang beralamat di

304
Setia Budi Building 1,3 th FI. Blok A -1, Jalan Rasuna Said Kav. 62,
Jakarta 12920 sebagai Penggurus dalam PKPU tersebut;

30. Bahw a atas pengangkatan terseb u t Andrey S ita n g g a n g ,


SH.MH.,telah memberikan Surat Keterangan tanggal 22 Oktober
2001 tentang tidak adanya benturan kepentingan dengan
PT. Telkomsel Termohon (vide bukti P - ll);

Berdasarkan alasan-alasan dan bukti-bukti tersebut di atas, maka


Pemohon mohon kepada Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat untuk memeriksa dan memutuskan sebagai berikut:

1. M enerim a dan m engabulkan perm ohonan Pem ohon untuk


seluruhnya;

2. Menyatakan Termohon pailit dengan segala akibat hukumnya;

3. Menunjuk dan mengangkat Andrey Sitanggang, SH.MH., dari


Kantor Advokat dan Pengacara Andrey Sitanggang & Partners
yang beralamat di Setia Budi Building 1,3 th Fl. Blok A -l, Jalan
Rasuna Said Kav. 62, Jakarta 12920 sebagai Kurator Termohon dan
ataupun sebagai Pengurus jika terjadi dalam PKPU;

4. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya perkara ini;

Apabila Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri


Jakarta Pusat berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono)\

Menimbang, bahwa untuk menguatkan permohonannya, Pemohon


telah melampirkan surat-surat bukti yang telah dilegalisir dan telah
disesuaikan dengan aslinya dimuka Majelis Hakim yaitu:

1. Bukti P-1 : Foto berwarna atas 2 (dua) billboard yang


memasang wajah Pemohon (Asli);
2. Bukti P-2 : Surat dari Pemohon kepada Termohon tertanggal
7 m aret 2001 (foto copy asli ada pada

305
Termohon);

3. Bukti P-3 : Surat Peringatan (Somasi) dari Pemohon kepada


Termohon No. 974N/GDP/RIC/2001 tanggal 10
Mei 2001. (foto copy asli ada pada Termohon);

4. Bukti P-4 Surat Peringatan (Somasi) II dari Pemohon


kepada Termohon No. 1162/V/GDP/RIC/2001
tanggal 31 Mei 2001 (foto copy asli ada pada
Termohon);

5. Bukti P-5 Surat dari Termohon kepada Pemohon No. 021/


HK.01/SP.012/VI/2001 tanggal 7 Juni 2001
(Asli);

6. Bukti P-6 Surat U ndangan Pertem uan dari Pemohon


kepada Termohon No. 1359/VI/GDP/RIC/01
tanggal 22 Juni 2001 (foto copy-Asli pada
Termohon);

7. Bukti P-7 Surat dari Termohon kepada Pemohon No. 02/


PJS/SA/JKT/VII/2001 tanggal 11 Juli 2001
(Asli);

8. Bukti P-8 : Surat Peringatan (Somali) dari Pemohon kep


PT. In ter A dm ark N o : 1509/VII/GDP/RIC/01
tanggal 12 Juli 2001 (Asli);

9. Bukti P-9 Surat dari PT. In ter A dm ark kepada Pemohon


No. 54/SRT-1A/HT/VII/01 tanggal 20 Juli 2001
(Asli);

10. Bukti P-10 : Surat Peringatan (Somasi) dari Pemohon kepada


Termohon No. 2318/X1/GDP/RIC/01 tanggal 14
Nopember 2001 (Asli);

306
11. Bukti P-11 : Surat Keterangan tanggal 22 Oktober 2001
tentang tidak adanya Conflict of Interest dari
Kurator yang diusulkan (Asli);

Menimbang, bahwa setelah dilakukan panggilan secara patur


menurut hukum, maka pada hari sidang pertama telah ditetapkan (Kamis,
29 Nopember 2001) Pemohon hadir dipersidangan yang diwakili oleh
K uasa H ukum nya R icardo Sim an ju ntak SH .,L L M , R etno
Angkasawati SH., masing-masing Pengacara dan Penasehat Hukum
pada Kantor Hukum G ani Djemant & Partner beralamat di Gani Djemat
Plaza Lt. 8 Jalam Imam Bonjol No. 76-78, Jakarta Pusat berdasarkan
surat kuasa tertanggal 25 Juli 2001, dan hadir pula Termohon yang
diw akili oleh Kuasa Hukumnya Sulistya Adi, SH .,N ovansyah
Siregar,SH. Advokat dan Pengacara pada Kantor Sulistya Adi &
Associates, beralamat di Jalan Tebet Raya, Komp. Perkantoran Tebet
Mas Indah No. 3 Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus, tertanggal
28 Nopember 2001 akan tetapi untuk kreditur lain tidak hadir walaupun
sudah dilakukan pemanggilan dengan patut;

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut di atas


Termohon telah menanggapi dengan suratnya tertanggal 4 Desember
2001 yang isinya pada pokoknya sebagai berikut:

1. Termohon Pailit menolak seluruh dalil Pemohon Pailit, kecuali yang


secara tegas diakui;

2. Pengadilan Niaga tidak berwenang;

Bahwa dasar permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh


Pemohon Pailit adalah dalil adanya perbuatan melawan hukum oleh
Termohon Pailit;

Masalah perbuatan melawan hukum merupakan lingkup peradilan umum,


yaitu Pengadilan Negeri, bukan Pengadilan Niaga;

- Pasal 50 Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

307
Umum Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata
di tingkat pertama. ”
Berdasarkan Pasal 280 Undang-Undang N om or: 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, wewenang Pengadilan Niaga hanya memeriksa dan memutus
perkara Kepailitan, PKPU dan perkara lain dihidang perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah. Perbuatan
melawan hukum jelas bukan Lingkup Pengadilan Niaga, tetapi peradilan
umum;
Dengan demikian, permohon pernyataan pailit Pemohon Pailit haruslah
dinyatakan ditolak;

3. Error In Persona :
Mohon Akta, Pemohon Pailit menyatakan dengan tegas dan nyata
bahwa kontrak sebagai model iklan produk Sim Card Kartu Hallo
Telkomsel dibuat antara Pemohon Pailit dengan PT. Inter Admark
bukan dengan Termohon Pailit;
Oleh karenanya, segala akibat hukum dari kontrak antara Pemohon
Pailit dan PT. Inter Admark hanyalah mengikat Pemohon Pailit
dengan PT. Inter Admark dan tidak dapat menimbulkan kerugian
bagi pihak ketiga termasuk Termohon Pailit, sebagaimana diatur
dalam Pasal 1340 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yakni:

- “Suatu perjanjian hanya berlaku antara pihak-pihak yang


membuatnya. Suatu perjanjian tidaka dapat membawa rugi
kepada pihak-pihak ketiga... ”
Dengan demikian, masalah pembayaran Pemohon Pailit harus
ditagih pada PT. Inter Admark, bukan kepada Termohon Pailit;

Oleh karena itu, Termohon Pailit tidak mempunyai hubungan hukum


dengan Pemohon Pailit;

308
Bahwa berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik In­
donesia, tanggal 13 Desember 1958, Nomor MA.4K/Sip/1958
“Syarat mutlak untuk menarik seseorang didepan pengadilan harus
ada perselisihan hukum antar kedua pihak”;
4. Tidak Ada Utang yang Jatuh Waktu dan Dapat Ditagih.

Bahwa tidak ada hubungan hutang piutang antara Termohon dan


Pemohon;

Dasar permohonan pernyataan pailit yang diajukan Pemohon Pailit


terhadap Termohon pailit, adalah dalil adanya perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh Pemohon Pailit (vide permohonan butir
7, 19, 20 dan 25);
Bahwa Termohon pailit membantah dengan tegas dalil Termohon
Pailit tentang adanya perbuatan melawan hukum dari Termohon
Pailit;

Masalah perbuatan melawan hukum merupakan lingkup Peradilan


Umum, Pengadilan Negeri, bukan Pengadilan Niaga. Ada atau
tidaknya perbuatan melawan hukum masih harus terbukti dahulu
dalam suatu putusan Pengadilan Negeri yang telah berkekuatan
hukum tetap;

Bagaimana perbuatan melawan hukum dapat dikategorikan sebagai


hutang bila perbuatan melawan hukumnya belum terbukti dan
tuntutan ganti rugi tidak jelas dasarnya?

- Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 192/


Sip/1970, tanggal 16 Desember 1970 “Ganti kerugian sejumlah
uang tertentu tanpa perincian kerugian-kerugian clalam bentuk
apa yang menjadi dasar tuntutan itu, harus dinyatakan tidak
dapat diterima karena tuntutan-tuntutan tersebut adalah tidak
jelas/tidak sempurna. ”
Jadi tidak jelas tentang adanya hutang dalam permohonan pailit ini,
sebagaimana syarat utama Pasal 1 ayat I Undang-Undang Nomor :

309
41998 tentang Kepailitan.
Apalagi hutang yang dipaksakan sebagai hutang yang “telah jatuh
waktu dan dapat ditagih”. Kapan jatuh waktunya dan kapan dapat
ditagihnya?
Bahwa putusan-putusan yang ditunjuk Pemohon Pailit (vide halaman
9 dan 10 permohonan) tidak relevan dan kapan perkara ini;

5. Tentang Kreditur Lain :


Bahwa Term ohon P ailit m enolak dalil Pem ohon butir 26
Permohonannya karena Termohon Pailit tidak mempunyai hutang
kepada Kreditur lain, baik kepada PT. Inti maupun kepada PT.
Lucent Technologies Network Systems Indonesia (v id e su ra t) PT.
Lucent Technologies Network Systems Indonesia tanggal 30
Nopember 2001, bukti T-IIA;

Lebih lanjut, Pemohon dalam permohonannya menunjukkan secara


terang dan nyata hutang Termohon kepada PT. Inti beserta dasar
hukum timbulnya hutang tersebut. Oleh karenanya, Termohon Pailit
mensomeer Pemohon Pailit membuktikan adanya hutang Pemohon
Pailit pada PT. Inti;

Dengan demikian terbukti Termohon Pailit memiliki 2 (dua) atau


lebih kreditur, yang dipersyaratkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang
Nomor: 4 Tahun 1998, sehingga permohonan pernyataan pailit harus
ditolak;

6. Tentang Pembuktian Sederhana :

Bahwa dalil Pemohon Pailit mengenai adanya perbuatan melawan


hukum masih haus terbukti secara sah terlebih dahulu dengan
Putusan Peradilan U m um (Pengadilan N egeri) yang telah
berkekuatan hukum tetap, sehingga tidak memenuhi unsur fakta atau
keadaan yang terbukti secara sederhana untuk dinyatakan pailit,

310
sebagaimana disyaratkan Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang N om or: 4
Tahun 1998 tentang kepailitan;

7. Tentang Perbuatan Melawan Hukum :

Bahwa seandainya pun (quad non) Majelis beranggapan perbuatan


melawan hukum merupakan lingkup kewenangan Pengadilan Niaga
ini, Termohon Pailit m enolak dalil Pemohon P ailit butir 7
permohonannya yang menyatakan, tindakan Termohon Pailit yang
telah memasang foto Pemohon untuk produk SIM Card kartu HALO
dalam media iklan billboard di Surabaya adalah perbuatan melawan
hukum;

Foto tersebut merupakan desain yang dibeli oleh Pemohon Pailit


dari PT. Inter Admark dan surat PT. Inter Admark No. 04/SRT-
IA/HT/OI tanggal 31 Januari 2001 (bukti T-IA) menyebutkan,
sepanjang foto Pemohon Pailit selaku model berbentuk kartu telepon
SIM Card Kartu HALO, maka Termohon Pailit berhak menggunakan
Foto Pemohon Pailit dalam berbagai kegiatan promosi di TV,
billboard dan bentuk promosi lainnya dan tanpa batas waktu
penggunaannya;

Sehingga jelas dan nyata dalil Pemohon Pailit yang menyatakan


bahwa hak pemasangan SIM Card kartu HALO dengan foto
Pemohon Pailit hanya sampai dengan tahun 1997 tidak berdasarkan
hukum dan karenanya tidak terbukti adanya perbuatan melawan
hukum dari Termohon P ailit;

8. Tentang Dalil W anprestasi:

Bahwa pada halaman 3 butir 4 Pemohon Pernyataan Pailit, Pemohon


Pailit mendalilkan Termohon melanggar perjanjian”;

Termohon Pailit mensomer Pemohon Pailit membuktikan adanya


perjanjian antara Pemohon dan Termohon Pailit;

311
Tidak mungkin ada pelanggaran perjanjian bila perjanjiannya sendiri
tidak pernah ada;

9. Tentang Wanprestasi yang Digabungkan Dengan Perbuatan


melawan Hukum;
Bahwa pada halaman 3 butir 4 Permohonan Pernyataan Pailit,
Pemohon Pailit mendalilkan Termohon telah wanprestasi, lain pihak,
dalam permohonan yang sama butir 7, 19 dan 25, Pemohon Pailit
mendalilkan Termohon telah melawan hukum;

Yurisprudensi Mahkamah Agung menyatakan bahwa gugatan


perbuatan melawan hukum tidak dapat digabungkan dengan gugatan
wanprestasi, sehingga permohonan pailit yang diajukan Pemohon
Pailit haruslah ditolak;

10. Tentang Som asi:

Bahwa somasi-somasi Pemohon Pailit tidak berdasarkan hukum.


Dalil Pemohon Pailit mengenai adanya response staf Termohon Pailit
(videpermohonan butir 8, 12 dan 20) merupakan dalil sepihak yang
tidak dapat dibuktikan kebenarannya;

Permohonan:

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon M ajelis Hakim


Pengadilan Niaga. Jakarta Pusat memutuskan sebagai berikut:

1. Menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon


Pailit untuk seluruhnya;
2. Menghukum Pemohon Pailit membayar biaya perkara ;

ATAU
Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono).

312
Menimbang, bahwa Termohon juga telah mengajukan alat-alat bukti
dalam persidangan berupa bukti tertulis yang terdiri d a ri:

1. Bukti T-1A Surat PT. Inter Admark No. 04/SRT-1A/HT/I/


01, tanggal 31 Januari 2001;

2. Bukti T-IB Terjemahan oleh Penerjemah dibawah sumpah


atas PT. In ter A dm ark No. 04/SRT-1A/HT/I/
01, tanggal 31 Januari 2001;
3. Bukti T-2A Surat PT. Lucent Technologies N etw ork
Systems Indonesia tanggal 30 Nopember 2001;
4. Bukti T-2B Terjemahan oleh Penerjemah dibawah sumpah
atau surat dari PT. Lucent Technologies Network
Systems Indonesia tanggal 30 Nopember 2001;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat isi putusan ini maka


segala sesuatu yang terjadi dipersidangan telah tercatat dalam berita acara
persidangan dan dianggap termasuk dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa selanjutnya para pihak tidak mengajukan suatu


apapun lagi kecuali mohon putusan;

PERTIMBANGAN HUKUM:

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan dari Permohonan Pemohon


adalah sebagaimana tersebut di atas;
M enim bang, bahw a P erm ohonan tersebut d id a ftark an di
Kepaniteraan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
pada tanggal 20 Nopember 2001 yang oleh karena telah memenuhi
persyaratan administratif maka Permohonan tersebut telah mendapatkan
Nomor register 59/Pailit/2001/PN. Niaga. jkt-Pst;

Menimbang, bahwa yang menjadi alasan Permohonan Pemohon


pada pokoknya adalah sebagai berikut:

1. Adanya hutang Debitur PT. Telkomsel pada Pemohon (Kreditur)

313
sbesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) yang timbul sebagai
akibat ditanda tanganinya kontrak untuk menjadi model iklan bagi
produk kartu Halo (sim card) Telkomsel yang khusus diedarkan di
wilayah Surabaya antara Pemohon (Kreditur) dengan PT. Inter
Admark pada tahun 1996/1997;
2. Akan tetapi setelah kontrak sebagaimana tersebut berakhir pada
tahun 1997 ternyata Debitur masih mempergunakan wilayah
Pemohon (Kreditur) selaku model iklan dalam kartu Hallo Telkomsel
dan bahkan juga dipasang pada 2 (dua) Bill Board berukuran besar
di dua wilayah utama kota Surabaya, yaitu di Jalan Raya Darmo
dan di Jalan Pemuda hingga saat Permohonan Pernyataan Pailit ini
didaftar di Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat;

3. Bahkan atas fakta-fakta sebagaimana tersebut di atas Pemohon


(Kreditur) telah beberapa kali memperingatkan PT. Inter Admark
selaku Agency dari Debitur;

4. Bahwa terhadap peringatan dari Pemohon (Kreditur) tersebut maka


PT. Inter Admark secara lisan menyatakan bahwa sejak tahun 1997
PT. Inter Admark tidak terikat kontrak lagi dengan Debitur
sehingga tanggung jawab atas kejadian sebagaimana dimaksud
dalam poin.2 di atas ada pada Debitur;

5. Bahwa berdasarkan jawaban lisan dari PT. Inter A dm ark tersebut


maka Pemohon (Kreditur) meminta pertanggung jawaban Debitur
atas kejadian sebagaimana telah diuraikan dalam poin. 2 di atas dan
menuntut ganti rugi sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta ru­
piah) akan tetapi tidak pernah diwujudkan secara nyata, sehingga
karenanya Pemohon (Kreditur) melalui Kuasa Hukumnya telah
mengajukan Somasi dalam bentuk Surat No. 974/V/GDP/RIC/2001
tanggal 10 Mei 2001, Surat No.:1162/V/GDP/RIC/01 tanggal 31
Mei 2001 yang dijawab Debitur melalui suratnya No. 021/HK.01/
SP.012/VI/2001 tanggal 7 Juni 2001 yang memohon pengunduran
waktu pertemuan untuk mengumpulkan bukti-bukti di lapangan;

314
6. Bahwa dua hari sebelum waktu pertemuan sebagaimana dimaksud
dalam Surat Somasi Pemohon (Kreditur) tanggal 31 Mei 2001
Debitur mengutus salah seorang stafnya untuk menemui Pemohon
(Kreditur) dan menyampaikan pesan dari direksi Debitur bahwa
Debitur akan memberikan ganti rugi sesuai dengan Permohonan
dari Pemohon (Kreditur) sebagaimana dimaksud dalam poin. 5
di atas;

7. Bahwa ternyata Debitur tidak memenuhi janjinya sebagaimana


dimaksud dalam poin 6 tersebut di atas sehingga Pemohon (Kreditur)
melalui Kuasa Hukumnya kembali mengajukan Surat Somasi
sekaligus undangan untuk mengadakan pertemuan ke 3 No. 1359/
V/GDP/RIC/01 Tangga! 22 Juni 2001 akan tetapi ternyata dijawab
dengan Surat Debitur Tanggal 11 Juli 2001 yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Debitur tidak mempunyai hubungan hukum
dengan Pemohon (Kreditur) akan tetapi hanya dengan PT. Inter
Admark selaku Agency Debitur yang pernah mengadakan kontrak
dengan Pemohon (Kreditur) tahun 1996/1997;

8. Bahwa dengan mendasarkan diri pada Surat Debitur tanggal 11 Juli


2001 sebagaimana tersebut di atas maka, Pemohon (Kreditur)
mengirimkan surat Somasi pertama pada PT. Inter Admark No:
1509/VII/GDP/RIC/01 tanggal 12 Juli 2001 yang mengingatkan PT.
In ter A dm ark atas kerugian Pem ohon (K reditur) k aren a
penggunaan Wajah Pemohon (Kreditur) sebagai model iklan oleh
Debitur secara melawan hukum walaupun masa kontrak telah
berakhir;

9. Bahwa atas surat Somasi Pemohon (Kreditur) sebagaimana tersebut


di atas PT. Inter Admark melalui surat menyatakan pada pokoknya
bahwa sejak tahun 1999 tidak lagi mempunyai hubungan dengan
Debitur hingga karenanya tanggung jawab ada pada Debitur;

10. Bahwa dengan mendasarkan diri pada jawaban tertulis dari PT.
Inter Admark sebagaimana tersebut di atas maka Pem ohon

315
(Kreditur) melalui Kuasa Hukumnya kembali mengirimkan Surat
Somasi ke 4 pada Debitur untuk melaksanakan kewajibannya
sebagaimana yang telah diuraikan dalam poin 6 di atas akan tetapi
hingga Permohonan Pernyataan Pailit ini diajukan ke Pengadilan
N iaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat D ebitur tidak
melaksanakan kewajibannya hingga karenanya adalah beralasan
menurut hukum bagi Pemohon (Kreditur) untuk mohon pada Majelis
Hakim agar menyatakan Debitur berada dalam keadaan Pailit dengan
segala akibat hukumnya;
Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil Permohonannya
ini maka Pemohon (Kreditur) telah mengajukan bukti berupa bukti, photo
copy surat-surat yang telah dimaterai secukupnya dan telah pula
disesuaikan dengan aslinya dimuka persidangan, diberi tanda P -l sampai
dengan P-11;
Menimbang, bahwa terhadap dalil-dalil Permohonan Pernyataan
Pailit yang diajukan oleh Pemohon (Kreditur) maka Debitur melalui
Kuasa Hukumnya telah mengajukan Tanggapan tertulisnya tanggal 4
Desember 2001 yang pada pokoknya berisikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pengadilan Niaga tidak berwenang untuk mengadili perkara ini


karena dasar pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan
oleh Pemohon (Kreditur) adalah adanya Perbuatan Melawan Hukum
dan Wanprestasi, sedangkan perbuatan Melawan Hukum maupun
Wanprestasi berdasarkan ketentuan Pasal 50 Undang-Undang
Nomor: 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum jo. Pasal Perpu
Nomor: 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-
Undang N om or: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan buka merupakan
kewenangan Pengadilan Niaga untuk memeriksa, mengadili maupun
memutuskannya akan tetapi menjadi kewenangan dari Pengadilan
Negeri;

2. Dengan didalilkannya Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi


dalam Permohonan Pernyataan pailit ini maka pembuktian sederhana

316
sebagaimana dipersyaratkan oleh Pasal 6 ayat (3) Perpu N om or: 1
Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang
N om or: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan menjadi tidak terpenuhi;

3. Dengan mendasarkan diri pada Pasal 1340 Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata jo. Yurisprudensi Mahkamah Agung R.I. No.
M A .4K /Sip/1958 tanggal 13 D esem ber 1958 maka dalam
Permohonan Pernyataan Pailit ini terjadi Error in Persona dimana
kontrak penggunaan wajah Pemohon (Kreditur) selaku model iklan
dalam Kartu Halo dilakukan antara Pemohon (Kreditur) dengan
PT. In ter A dm ark bukan dengan Debitur, sehingga karenanya
penagihan pembayaran seharusnya diajukan pada PT. Inter A dm ark
selaku pihak yang terikat dalam perjanjian yang bersangkutan, buka
pada Debitur;

4. Dengan mendasar diri pada Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun


1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan jo. Yurisprudensi Mahkamah Agung
R.I. N om or: 192 K/Sip/1970 tanggal 16 Desember 1970 maka oleh
karena tiadanya hubungan hukum antara Debitur dengan Pemohon
(Kreditur) maka Debitur tidak mempunyai hutang, apalagi hutang
yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih yang menurut dalil

Melawan Hukum yang menimbulkan kerugian;

5. Pemohon dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini ternyata tidak


dapat menunjukkan adanya Kreditur Lain sebagaimana dimaksud
oleh Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang kemudian
disahkan menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan;

Menimbang, bahwa guna memperkuat dalil-dalil tanggapannya


maka Debitur telah mengajukan bukti berupa foto copy surat-surat yang
telah dimateraikan secukupnya dan telah pula disesuaikan dengan aslinya
dimuka persidangan diberi tanda T-1A, T-IIB.T-IIA dan T-llB.

317
Menimbang, bahwa terhadap Tanggapan yang diajukan oleh Debitur
sebagaiman tersebut di atas maka Pemohon (Kreditur) telah mengajukan
sanggahannya secara lisan dimuka persidangan yang pada pokoknya tetap
pada Perm ohonan Pernyataan P ailitnya sem ula dan mengakui
menemui kesulitan untuk m engajukan bukti tentang keberadaan
Kreditur Lain sebagaimana didalilkan dalam Permohonan Pernyataan
Pailitnya ini;
Menimbang, bahwa terhadap Tanggapan yang diajukan oleh Debitur
sebagaim ana tersebut di atas maka M ajelis Hakim memberikan
pertimbangan hukum sebagaimana berikut:

Terhadap Tanggapan 1 dan Tanggapan 2;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR disebutkan bahwa


barang siapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau mengajukan
suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah adanya
hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut,
hingga dengan demikian sudah seharusnya Debitur mengajukan bukti-
bukti yang cukup sebagaim ana dim aksud Pasal 164 HIR guna
memperkuat dalil-dalil Tanggapannya ini;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan diri pada Pasal 163 HIR


jo. Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam perkara Permohonan
Pernyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284 ayat 1 Perpu Nomor: 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan serta memperhatikan pula bukti-bukti yang
diajukan oleh Debitur ternyata tidak ada satupun bukti yang dapat
memperkuat Tanggapan 1 dan Tanggapan 2 ini, hingga karenanya adalah
sah menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak Tanggapan 1
maupun Tanggapan 2 ini;

Dengan demikian dengan mendasarkan diri serta memperhatikan


ketentuan Pasal 280 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 tentang Kepailitan
hukum memberikan kewenangan pada Pengadilan Niaga untuk

318
memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) serta perkara-perkara
lain di bidang perniagaan, termasuk Permohonan Pernyataan Pailit ini,
asalkan Pemohon (Kreditur) dapat memberikan bukti-bukti yang cukup
bahwa Permohonan yang diajukannya itu memenuhi ketentuan Pasal 1
ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi
Undang-Undang Nomor: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan (bagi perkara
Permohonan Pernyataan Pailit) atau Pasal 212 Perpu Nomor : 1 Tahun
1999 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan (bagi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang).

Mengenai dasar atau latar belakang timbulnya hutang, sebagai


contoh adalah bahwa timbulnya hutang tersebut disebabkan karena
adanya Perbuatan Melawan Hukum dan atau Wanprestasi sebagaimana
terjadi dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini, tidak dapat dijadikan
alasan untuk menyatakan bahwa Pengadilan Niaga tidak berwenang
untuk mengadili perkara Permohonan Pernyataan Pailit, Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang maupun perkara-perkara lain dibidang
perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah
karena yang disebut dengan hutang adalah : kewajiban yang dinyatakan
atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik secara langsung maupun
tidak langsung yang timbul karena Perjanjian atau Undang-Undang dan
yang wajib dipenuhi oleh Debitur; bila tidak dipenuhi memberikan hak
kepada Kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya dan harta kekayaan
Debitur;

Mengenai pembuktian apakah hutang yang bersangkutan timbulnya


karena adanya Perbuatan Melawan Hukum atau Wanprestasi, misalnya
atau tentang dasar maupun latar belakang timbulnya hutang tersebut
sepenuhnya diserahkan kepada para pihak yang mendalilkan yang dalam
hal ini tentunya harus memperolehnya dari Pengadilan Negeri, misalnya
dalam bentuk Putusan Pengadilan Negeri yang telah mertipunyai
kekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa Debitur berutang pada
Pemohon (Kreditur) akibat adanya Perbuatan Melawan Hukum maupun

319
Wanprestasi yang dilakukan oleh Debitur yang menimbulkan kerugian
bagi Pemohon (Kreditur);

Dengan kata lain Pengadilan Niaga memeriksa dan memutuskan


perkara Perm ohonan Pernyataan Pailit, Penundaan K ew ajiban
Pembayaran Utang serta perkara-perkara lain dibidang Perniagaan yang
penetapannya dilakukan dengan Peraturan Pemerintah berdasarkan
ketentuan Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang kemudian
disahkan menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan (bagi perkara Permohonan Pernyataan Pailit sebagaimana
Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh Pemohon (Kreditur)
ini atau Pasal 212 Perpu Nomor: 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan
menjadi Undang-Undang N om or: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan (bagi
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) dan memeriksa pula bukti-
bukti yang diajukan oleh pihak yang mendalilkan. Disinilah letak
pembuktian sederhana sebagaimana dimaksud oleh Pasal 6 ayat 3
Perpu N om or: 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-
Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan itu;

Terhadap Tanggapan 3 :

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR disebutkan bahwa


barang siapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau mengajukan
suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah adanya
hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut,
hingga dengan demikian sudah seharusnya Debitur mengajukan bukti-
bukti yang cukup sebagaim ana dimaksud Pasal 164 HIR guna
memperkuat dalil-dalil tanggapannya ini;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan diri pada Pasal 163 HIR


jo. Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam perkara Permohonan
Pernyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284 ayat 1 Perpu Nomor: 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan serta memperhatikan bukti-bukti yang diajukan
oleh Debitur ternyata bukti T-l.A dan T-l.B ternyata tidak dapat

320
memperkuat Tanggapan 3 ini hingga karenanya adalah beralasan secara sah
menurut hukum bagi Majelis Hakim untuk menolak Tanggapan ke-3 ini;

T erhadap Tanggapan 4 ;
Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR disebutkan bahwa
barang siapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau mengajukan
suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah adanya
hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut,
hingga dengan demikian sudah seharusnya Debitur mengajukah bukti-
bukti yang cukup sebagaim ana dim aksud Pasal 164 HIR guna
memperkuat dalil-dalil Tanggapannya ini;

Menimbang, bahwa dengan mendasarkan diri pada Pasal 163 HIR


jo. Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam perkara Permohonan
Pernyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284 ayat 1 Perpu Nomor: 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang_undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan serta memperhatikan bukti-bukti yang diajukan
Debitur ternyata tidak ada satu buktipun yang dapat memperkuat
Tanggapan ke 4 ini hingga karenanya adalah sah menurut hukum Majelis
Hakim untuk menolak Tanggapan ke 4 ini;
Terhadap Tanggapan ke 5:

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 163 HIR disebutkan bahwa


barang siapa yang mendalilkan mempunyai suatu hak atau mengajukan
suatu peristiwa untuk menegaskan haknya atau untuk membantah adanya
hak orang lain haruslah membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut,
hingga dengan demikian sudah seharusnya Debitur mengajukan bukti-
bukti yang cukup sebagaim ana dim aksud Pasal 164 HIR guna
memperkuat dalil-dalil tanggapannya ini;

M enimbang, bahwa Tanggapan ke 5 ini sudah m enyangkut


pada substansi pokok perkara maka M ajelis H akini akan
mempertimbangkannya dalam Pokok Perkara sebagaimana dibawah ini;

321
Menimbang, bahwa selama persidangan berlangsung kedua Kreditur
Lain yang didalilkan oleh Pemohon Kreditur dalam Permohonan
Pernyataan Pailitnya ini yaitu PT. Inti dan PT. Lucent Technologies
Network Systems Indonesia tidak pernah hadir dalam persidangan;

Menimbang, bahwa kini Majelis Hakim akan membuktikan apakah


Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh Pemohon (Kreditur)
ini telah memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : ITahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan yang menjadi dasar diajukannya Permohonan
Pernyataan Pailit ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum Majelis
Hakim atas Tanggapan yang diajukan Debitur sebagaimana tersebut
di atas dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat selama
pemeriksaan Permohonan Pernyataan Pailit ini dihubungkan pula dengan
isi Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang kem udian
disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan seharusnya terlihat adanya suatu hubungan hukum antar
pemohon (Kreditur) dengan Debitur, yaitu hubungan hukum perikatan
atau suatu ikatan dalam bidang hukum harta benda (Vermogens Recht)
antara dua orang/pihak atau lebih dimana pihak yang satu berhak atas
sesuatu (dalam hal ini adalah Kreditur) sedangkan pihak yang lain
(Dalam hal ini adalah Debitur) wajib melaksanakan kewajibannya tadi
akan menimbulkan apa yang disebut dengan Utang, yakni kewajiban
yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik dalam
mata uang Indonesia maupun mata uang Asing , baik secara langsung
maupun tidak langsung yang timbul karena Perjanjian atau Undang-
Undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitur; bila tidak dipenuhi
memberikan hak kepada Kreditur untuk mendapatkan pemenuhannya
dari harta kekayaan Debitur;

Menimbang, bahwa berdasarkan butki P-l, P -2, P-S, P-4, P-5, P-


6, P-7, P-8, P-9, P-10dan P-l 1 yang diajukan oleh Permohon (Kreditur)
guna memperkuat dalil-dalil permohonannya ini dengan memperhatikan

322
ketentuan Pasal 163 HIR jo. Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam
Permohonan ini berdasarkan Pasal 284 ayat (1) Perpu Nomor: 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan serta memperhatikan pula fakta hukum yang
terungkap selama persidangan perkara Permohonan Pernyataan Pailit
ini yang diperoleh dari Tanggapan maupun saggahan Pemohon
(Kreditur) maupun Debitur sendiri baik secara lisan maupun tertulis
sebagaimana tersebut di atas dihubungkan dengan Pasal 1 ayati Perpu
Nomor : 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-
Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan maka ternyata
Pemohon (Kreditur) tidak dapat membuktikan bahwa benar PT.
Telkomsel adalah Debitur dari Pemohon (Kreditur);
Menimbang, bahwa dengan mengambil alih pertimbangan hukum
Majelis Hakim tentang adanya Debitur sebagaimana tersebut di atas
dan dengan memperhatikan pula bukti P-1, P-2, P-3.P-4, P-5, P-6, P-7,
P-8, P-9, P-10, dan P-11 yang permohonannya ini serta memperhatikan
pula fakta hukum yang terungkap selama persidangan perkara
Permohonan Pernyataan Pailit ini yang diperoleh dari Tanggapan
maupun Sanggahan dari Pemohon (Kreditur) dan juga Debitur baik
secara lisan maupun tertulis sebagaimana tersebut di atas dihubungkan
dengan Pasal 1 ayat 1 Perpu No. 1 Tahun 1998yang kemudian disahkan
menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan
maka ternyata Pemohon (Kreditur) tidak dapat membuktikan bahwa
benar Saudari Yulia Tresnasari Yahya merupakan Kreditur dari Debitur ;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-l, P-2, P-3, P-4, P-5, P-
6, P-7, P-8, P-9, P-10dan P-11 yang diajukan oleh Pemohon (Kreditur)
guna memperkuat dalil-dalil Permohonannya ini dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 163 HIR jo. Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam
Permohonan Pernyataan Pailit ini berdasarkan Pasal 284 ayat 1 Perpu
Nomor : 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-
Undang Nomor: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan serta memperhatikan
pula Tanggapan Debitur maupun Sanggahan Pemohon (Kreditur) atas

323
Tanggapan Debitur sebagaimana tersebut di atas sertafakta hukum yang
terungkap dalam persidangan bahwa PT. Inti yang didalilkan oleh
Pemohon (Kreditur) sebagai Kreditur Lain tidak pernah hadir dalam
persidangan walau telah dipanggil dengan patut sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku serta Tanggapan ke. 5 dari Debitur tentang tiadanya
Kreditur Lain dan juga bukti T-ll.A dan T-II.B yang diajukan oleh
Debitur guna memperkuat dalil-dalil Tanggapannya tersebut ternyata
membuktikan bahwa Pemohon (Kreditur) tidak dapat membuktikan
adanya unsur Kreditur Lain sebagaimana dimaksud oleh Pasal I ayat 1
Perpu Nomor: 1 Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-
Undang Nom or: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-l, P-2, P-3, P-4, P-5, P-
6, P-7, P-8, P-9, P-10 dan P-l 1 yang diajukan Pemohon (Kreditur) guna
memperkuat dalil-dalil Permohonan Pernyataan Pailitnya ini dengan
memperhatikan ketentuan Pasal 163 HIR jo. Pasal 164 HIR yang
diberlakukan dalam Permohonan Pernyataan Pailit ini berdasarkan
ketentuan Pasal 248 ayat 1 Perpu Nomor: 1 Tahun 1998 yang kemudian
disahkan menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan serta memperhatikan fakta Hukum yang terungkap selama
persidangan Permohonan Pernyataan Pailit ini yang diperoleh dari
Tanggapan Debitur secara lisan dan mengambil alih pertimbangan
Majelis Hakim atas Tanggapan 1dan Tanggapan 2 sebagaimana tersebut
di atas dihubungkan pula dengan Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor: 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadai Undang-Undang Nomor : 4
Tahun 1998 tentang Kepailitan ternyata juga tidak dapat membuktikan
akan adanya hutang yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh
Pemohon (Kreditur) yang menurut Pemohon (Kreditur) timbul sebagai
akibat adanya Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi yang
dilakukan oleh Debitur yang menyebabkan timbulnya kerugian yang
dilakukan oleh Debitur yang menyebabkan timbulnya kerugian yang
dinilai oleh Pemohon (Kreditur) sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima ratus
juta rupiah);

324
Pembuktian mengenai adanya hutang yang sudah jatuh tempo
dan dapat ditagih dan dari mana timbulnya hutang yang bersangkutan,
apakah berasal dari adanya Perbuatan Melawan Hukum dan Wanprestasi
sebagaimana didalilkan oleh Pemohon (Kreditur) dalam permohonan
Pernyataan P ailit yang diajukan ini, bukan harus d ib u k tik an
oleh Pengadilan Niaga akan tetapi harus dibuktikan sendiri oleh
yang mendalilkannya, dalam hal ini adalah Pemohon (Kreditur) ;
Pengadilan Niaga dalam hal ini hanya mengadili perkara Permohonan
Pernyataan Pailit berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 1 Perpu N om or: 1
Tahun 1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor
:4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sesuai dengan bukti yang diajukan
oleh Pemohon (K reditur) di persidangan guna m em enuhi asas
pembuktian sederhana sebagaimana dimaksud guna memenuhi asas
pembuktian sederhana sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat 3 Perpu
Nomor: 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


Hukum Majelis Hakim baik tentang Tanggapan Debitur maupun tentang
Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan Pemohon (Kreditur)
sebagaimana tersebut di atas dihubungkan dengan Pasal 163 HIR jo.
Pasal 164 HIR yang diberlakukan dalam Permohonan Pernyataan Pailit
ini berdasarkan Pasal 284 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang
kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan terbukti bahwa Permohonan Pernyataan Pailit ini tidak
memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun 1998 yang
kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor : 4 Tahun 1998
tentang Kepailitan tentang adanya unsur Debitur, Kreditur, Kreditur Lain
dan Utang yang salah satunya telah jatuh Tempo dan Dapat Ditagih;
karenanya adalah sah menurut Hukum bagi Majelis Hakim untuk
menolak Permohonan Pernyataan Pailit ini;

Menimbang, bahwa dengan ditolaknya Permohonan Pernyataan


Pailit ini maka berdasarkan atas asas Keadilan dan Kepatutan serta
ketentuan hukum acara yang berlaku Pemohon (Kreditur) dibebani untuk

325
membayar dalam amar putusan ini;

Mengingat Pasal 163 HIR jo. Pasal 164 HIR jo. Pasal 1 ayat jo.
Pasal 6 ayat 3 jo. Pasal 280 jo. Pasal 284 ayat 1 Perpu Nomor : 1 Tahun
1998 yang kemudian disahkan menjadi Undang-Undang Nomor: 4 Tahun
1998 tentang Kepailitan dan ketentuan-ketentuan Hukum lain yang
bersangkutan;

ISI PUTUSAN:
- Menolak Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh
Pemohon (K reditur), yaitu Yulia Tresnasari Yahya untuk
seluruhnya;
- Membebankan Pemohon (Kreditur) tersebut untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

326
No. 59/Pailit/2001/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A khir:

1. Pengadilan Niaga telah memperluas batasan pengertian “ utang “


yaitu kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam
jumlah uang. Pendapat ini sesuai dengan ketentuan pasal 1 angka 6
Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004.

2. Pengadilan Niaga juga menyatakan kewenangan memeriksa dan


mengadili perkara ini yang didasarkan pada alasan perbuatan
melawan hukum dan wan prestasi, karena berdasarkan ketentuan
pasal 280 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1998, m em ang Pengadilan Niagalah yang
berwenang memeriksa permohonan pernyataan pailit dan penundaan
kewajiban pembayaran utang (PKPU). Dan benar pula pengadilan
menyatakan bahwa pemohon pailit lah yang harus membuktikan
dalil dalilnya (perbuatan melawan hukum dan wan prestasi), sesuai
dengan ketentuan pasal 163 dan 164 HIR.

3. Tetapi perlu diingat ketentuan pasal 284 ayat (1) Perpu Nomor 1
Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998, yang mengatur
hukum acara yang bersifat khusus yang diatur dalam Undang-undang
ini yaitu asas pembuktian secara sederhana atas fakta atau keadaan
sebagai persyaratan untuk dinyatakan pailit, seperti diatur dalam
pasal 6 ayat (3) Undang-undang Kepailitan.

4. Karena itu sesuai dengan tujuan Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo


Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 sub (b) dan (c), penyelesaian
sengketa utang piutang secara cepat, terbuka dan efektif, alangkah
baiknya apabila permohonan pernyataan pailit ini ditolak dengan
alasan pembuktiannya tidak sederhana seperti ditentukan oleh pasal
6 ayat (3).

Parwoto Wignjosumarto, SH.

327
PUTUSAN PENGADILAN NIAGA

M ENOLAK:
- PERMOHONAN PERNYATAAN PAILIT

Milik
Perpustakaan
Mahkamah Agung - 1

HUKUM NIAGA

329
yj mrjjj /o siu it *

/! ! i ! Y
UTANG TERBUKTI TETAPI KREDITUR LAIN TID A K
TERBUKTI PEMAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI
DITOLAK

• Pemohon PT. Bumijaya Tanjung mengajukan permohonan


pailit terhadap Term ohon PT. A su ra n si Tugu In d o ,
berdasarkan alasan-alasan berikut:

- Pemohon adalah pemegang Polis yang diterbitkan oleh


termohon dan berhak atas uang pertanggungan jenis
“Polis Standar Kebakaran Indonesia Untuk Itu, Pemohon
telah menutup premi sebesar Rp.39.649.600,-(tiga puluh
sembilan juta enam ratus empat puluh sembilan ribu enam
ratus rupiah)

- Pada tanggal 26 Juli 1999 terjadi kebakaran atas objek


pertanggungan senilai Rp.3.327.374.670,76.(tiga milyar
tiga ratus dua puluh tujuh juta tiga ratus tujuh puluh empat
enam ratus tujuh puluh rupiah tujuh puluh enam sen)
Tetapi ketika Pemohon mengajukan klaim, Termohon
menolak untuk uang pertanggungan sebagaimana telah
diperjanjikan.

• Pertimbangan Majelis Hakim antara lain:

- Alasan-alasan yang diajukan Termohon untuk tidak


membayar uang pertanggungan, adalah tidak dibenarkan
Dengan kata lain Termohon wajib membayar uang
pertanggungan kepada Pemohon.

- Tetapi keberadaan Kreditur Lain yang dibuktikan oleh


Termohon melalui Kliping Koran dan Tertanggung
Asuransi yang belum jatuh tempo, tidak memenuhi
kriteria tentang adanya Kreditur Lain dalam permohonan
pailit ini.

331
• Berdasarkan pertimbangan hukum tersebut, Majelis Hakim
menyatakan permohonan pailit Pemohon tidak dapat diterima
(niet ontvanklijk).

PUTUSAN PENGADILAN NIAGA JAKARTA PUSAT


NO. 28/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT-PST
TANGGAL 26 JULI 2001

DALAM PERKARA

antara

Pemohon:
PT. Bumijaya Tanjung, berkedudukan di Jalan Margomulyo No.
10 (belakang) Tandes Surabaya.
Dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya:
1. Denny Kailimang, SH.
2. Harry Ponto, SH.LLM.
3. Benny Ponto, SH.
4. Togap Marpaung, SH.
5. Reiny Triwulandari, SH.
Kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia Pekerjaan Advokat/
Pengacara pada Kantor Hukum Lontoh & Kailimang, Beralamat
di Jalan H.O.S. Cokroaminoto No. 47 Menteng, Jakarta Pusat.

terhadap:
Termohon:

PT. Asuransi Tugu Indo, beralamat di Gedung Bunas Graha Atrium

332
Lantai 14, Jalan Senen Raya No. 135 Jakarta Pusat cq. PT. Asuransi
Tugu Indo Cabang Surabaya, berkedudukan di Jalan Tidar 61/1
Surabaya 60251.

DUDUK PERKARA :

Pemohon, berdasarkan surat permohonan yang didaftarkan di


Kepaniteraan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tanggal 27 Juni 2001 dalam
Register No. 28/Pailit/2001/PN.Niaga/Jkt-Pst.,mengajukan permohonan
kepailitan dengan alasan-alasan berikut:

1. Pemohon adalah selaku Pemegang Polis dan/ atau pihak yang berhak
menerima uang pertanggungan atas “Polis Standard Kebakaran In­
donesia “ yang diterbitkan oleh Termohon sejak tahun 1993, terakhir
berdasarkan Polis No. FY-97000464-0001-04 (perpanjangan)
dengan jangka waktu pertanggungan sejak tanggal 2 Juni 1999 s/d
tanggal 2 Juni 2000 pada pukul 12.000 siang waktu setempat (bukti
P -l s.d lc).

2. Berdasarkan bukti P -l, Pemohon telah mengasuransikan seluruh


bangunan, mesin-mesin, dan bahan baku/stok (“ALL RISK”) (untuk
selanjutnya disebut juga “Obyek Pertanggungan”) pada lokasi pabrik
Pemohon, di Margomulyo No. 10 (belakang) Tandes, Surabaya,
dengan perincian sebagai berikut:

Obyek dipertanggungkan : Jumlah pertanggungan :

bangunan = IDR 1,000,000,000.00


mesin = IDR 2,460,000,000.00
stok barang = IDR 2,000,000,000.00
Jumlah = IDR 5,460,000,000.00
Terlampir dalam bukti P -l (daftar mesin-mesin produksi dan daftar
stok barang yang dipertanggungkan).

333
3. Bahwa berdasarkan kesepakatan yang telah ditentukan dalam Polis
Pemohon wajib membayar uang premi kepada Termohon sebesar
Rp. 39.649.600,- (tiga puluh sembilan juta enam ratus empat puluh
sembilan ribu enam ratus rupiah) yang keseluruhannya telah dibayar
lunas oleh Pemohon dan telah diterima dengan baik oleh Termohon,
sesuai bukti kuitansi yang diterbitkan Termohon (bukti P-2).

4. Pada tanggal 26 Juli 1999, telah terjadi musibah kebakaran atas


sebagian objek pertanggungan dan akibat musibah kebakaran
tersebut Pem ohon telah m enderita kerugian sebesar Rp.
3.327.374.670.76, (tiga milyar tiga ratus dua puluh tujuh juta tiga
ratus tujuh puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh rupiah koma
tujuh puluh enam sen) sebagaimana klaim Pemohon kepada
Termohon untuk memperoleh pembayaran pertanggungan (bukti P-
■ 3).
5. Untuk kelancaran proses pencairan klaim yang diajukan Pemohon
kepada Termohon, Pemohon telah memenuhi dan memberikan
seluruh dokumen berkaitan dengan persyaratan klaim yang diminta
dan ditentukan oleh Pihak Termohon maupun pihak adjusteer yang
ditunjuk Termohon (bukti P-4 s/d P-9), dengan telah dipenuhinya
dan diberikannya oleh Pemohon seluruh dokumen berkaitan dengan
persyaratan klaim yang dim inta dan ditentukan oleh Pihak
Termohon, klaim yang diajukan Pemohon adalah patut untuk
dibayarkan oleh Termohon kepada Pemohon.

6. Walaupun Pemohon telah mengajukan klaim kepada Termohon


dengan terlebih dahulu melengkapi semua persyaratan yang telah
ditentukan oleh Termohon, namun Termohon dengan berbagai dalil
yang tidak jelas dengan sengaja tidak melaksanakan kewajibannya
untuk melakukan pembayaran uang pertanggugan tersebut kepada
Pemohon, meskipun telah ditegur berulangkah oleh Pemohon sendiri
maupun kuasa hukumnya (bukti P-10 dan P-12). Oleh karenanya
terbukti Termohon tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan
pembayaran uang pertanggungan tersebut kepada Pemohon.

334
7. Berdasarkan penjelasan pada poin 1 sampai 6 di atas jelas terbukti
Termohon mempunyai utang kepada Pemohon yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, atau lebih lanjut dapat dikatakan bahwa
kew ajiban Termohon tersebut m erupakan kew ajiban untuk
menyerahkan sesuatu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1234
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Dimana kewajiban tersebut dapat dinyatakan dalam jumlah uang


baik secara langsung maupun kontinen, yang timbul karena
perjanjian (dalam hal ini polis), sehingga kewajiban Termohon dalam
hal ini adalah selaku Debitur yang wajib berprestasi menyerahkan
sejumlah uang pertanggungan kepada Pemohon selaku Kreditur
dalam kapasitas Pemohon selaku Tertanggung yang berhak menuntut
prestasi dari Penanggung/Termohon.

8. Bahwa akibat tidak dipenuhinya kewajiban Termohon kepada


Pemohon untuk melakukan pembayaran uang pertanggungan
sebagaimana yang ditentukan dalam polis tersebut, maka sampai
dengan diajukannya Perm ohonan P ailit ini Pemohon telah
melakukan kerugian materiiil uang pertanggungan sebesar Rp.
3.327.374.670,76; (tiga milyar tiga ratus dua puluh tujuh juta tiga
ratus tujuh puluh empat ribu enam ratus tujuh puluh rupiah tujuh
puluh enam sen) (belum termasuk bunga yang seharusnya dinikmati
Pemohon, jika saja Termohon telah membuktikan kewajibannya
membayar uang pertanggungan sejak kelengkapan persyaratan
dokumen-dokumen klaim telah dipenuhi Pemohon Oktober 1999 s/
d permohonan ini diajukan sebesar 6% per tahun sesuai suku bunga
bank).

9. Bahwa karena sampai dengan saat ini Termohon tidak memenuhi


kewajibannnya untuk membayar uang pertanggungan serta bunga
kepada Pemohon, pada hal kewajiban tersebut merupakan utang
yang harus dibayar oleh Termohon kepada Pemohon, karena itu
dikhawatirkan Termohon tidak lagi mempunyai kemampuan untuk
melunasi seluruh utangnya kepada Pemohon.

335
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka tentunya akan
menimbulkankerugian yang sangat besar bagi Pemohon, serta
menimbulkan preseden buruk dalam bidang perasuransian di
Indonesia,sehingga wajarlah kiranya Termohon dinyatakan Pailit.

10. Bahwa selain Pemohon, Termohon juga mempunyai utang kepada


pihak ketiga lainnya yang diakui sendiri oleh Termohon sesuai
Laporan Neraca Termohon per -31 Desember 2000 dan 1999
(dalam jutaan rupiah), yang diumumkannya dalam Harian Bisnis
Indonesia, Senin, 28 Mei 2001 (bukti P-13), lihat kolom 4.

Kewajiban Modal Sendiri angka I Romawi Utang


yang Pemohon kutip sebagai berikut, yaitu terhadap:

KEWAJIBAN DAN MODAL SENDIRI 2000 1999

I. Utang
1. Utang Klaim 3.012 1.390
2. Utang Reasuransi 1.609 1.415
3. Utang Komisi 941 966
4. Utang Pajak 218 473
5. Biaya yang masih harus dibayar 178 224
6. Utang lain 1.076 -
7. Jumlah Utang (1 s/d. 6) 7.034 4.468

II. Cadangan Teknis


8. Premi yang belum merupakan 3.281 4060
pendapatan
9. Estimasi Klaim Retensi Sendiri 1.580 4.068
10. Jumlah Cadangan Teknis (8+9) 4.861 8.128
11. Jumlah Kewajiban (7+10) 11.895 12.596
12. Pinjaman Subordinasi

336
III. Modal Sendiri
13. Modal disetor 6.000 6.000
14. Agio Saham - -

15. Cadangan 1.000 1.000


16. Kenaikan (Penurunan) - -

Surat Berharga
17. Selisih Penilaian Aktiva Tetap - -
18. Saldo Laba 2.790 2.948
19. Jumlah Modal Sendiri (13 s/d 18) 9.790 9,948
20. Jumlah Kewajiban dan 21.685 22.544
Modal sendiri (11+12+19)

11. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut di atas, terbukti


Termohon mempunyai lebih dari satu Kreditur dan tidak dapat
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih, diantaranya utang kepada Pemohon.

Oleh karenanya secara hukum, Permohonan Pernyataan Pailit yang


diajukan Pemohon terhadap Termohon telah memenuhi ketentuan
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan
Peraturan Pem erintah Pengganti U ndang-U ndang T entang
Kepailitan Menjadi Undang-Undang dengan demikian, berdasarkan
Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan adalah patut, apabila
Termohon dinyatakan pailit.

12. Oleh karena secara hukum patut Termohon dinyatakan pailit, maka
secara hukum hams diangkat/ditunjuk Hakim Pengawas dan Kurator
untuk mengawasi pengurusan dan pemberesan harta pailit.
Berdasarkan uraian tersebut di atas yang didukung oleh bukti-bukti
yang sah menurut hukum, mohon kiranya Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, menjatuhkan putusan terhadap
permohonan Pemohon yaitu:

337
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon.

2. Menyatakan Termohon PT. Asuransi Tugu Indo, Pailit dengan


segala akibat hukumnya.
3. Mengangkat Hakim Pengawas dan Kurator untuk mengawasi
pengurusan dan pemberesan harta pailit.
4. Mengangkat Saudara Yuhelson, SH., berkantor di Bramm & As­
sociates, beralamat di Jalan Boelevard Raya QJ No. 28, Kelapa
Gading, Jakarta 14240, sebagai Kurator dalam kepailitan Termohon.

5. Menghukum Termohon untuk membayar biaya yang telah dikeluar­


kan Pemohon dalam mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan pertama yang telah


ditetapkan, hadir dalam persidangan, Benny Ponto,SH. dan Reiny
Triwulandari, SH., Advokat dan Pengacara dari Kantor Hukum Lontoh
& Kailimang, Jalan H.O.S. Cokroaminoto No. 47, Menteng, Jakarta
Pusat, baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertindak selaku
kuasa hukum PT. Bumijaya Tanjung (Pemohon Pernyataan Pailit)
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Juni 2001 (surat kuasa
terlampir dalam berkas perkara);
Menimbang, bahwa pada hari persidangan pertama tersebut,hadir
pula Lukman Arifin,SH. dan Edino Girsang,SH., Advokat dan
pengacara pada kantor Advokat & pengacara Arifin & Associates,
berkantor di jalan Agus Salim No.57, Lantai 3, Jakarta 10340, baik secara
bersama-sama maupan sendiri -sendiri bertindak untuk dan atas nama
pemberi kuasa selaku Termohon dalam permohonan pernyataan pailit
ini berdasarkan surat Kuasa Khusus N om or: 13/AA/V W2001 tanggal 3
Juli 2001;
Menimbang, bahwa selain bertindak sebagai kuasa hukum dari
pemohon pernyataan pailit kehadiran Benny Ponto,SH. dan Reiny
Triwulandari, SH., Advokat dan pengacara dari Kantor Hukum Lontoh
& Kailimang, Jalan H.O.S. Cokroaminoto No.47, Menteng, Jakarta Pusat

338
dalam persidangan juga bertindak selaku kuasa hukum dari Tuan
Dominggus Simatauw, SH. berdasar atas Surat Kuasa Khusus tanggal
14 Juni 2001 (Surat Kuasa Khusus terlampir);

Menimbang, bahwa pihak-pihak berperkara yang hadir dalam


persidangan tidak saling mengajukan keberatan terhadap kehadiran kuasa
hukum dari masing-masing pihak dalam persidangan;

Menimbang, bahwa dalam persidangan, kuasa hukum Pemohon


menyampaikan tambahan dalam surat permohonannya , yaitu dengan
menyebut Tuan Dominggus Simatauw, SH. selaku pemegang polis
Fy-01000073-0001-00 yang juga nantinya mengharapkan mendapat ganti
kerugian dari Termohon;

Menimbang, bahwa tambahan tersebut ditempatkan dalam surat


permohonannya diantara uraian posita angka 10 dan angka 11 dengan
diberi angka 10 a;

Menimbang, bahwa setelah itu Pemohon membacakan surat


permohonannya dan selanjutnya menyatakan tetap pada permohonannya;

Menimbang, bahwa atas permohonan tersebut, kuasa hukum


Termohon juga membacakan tanggapannya yang disampaikan secara
tertulis dengan surat tertanggal 12 Juli 2001 dengan isi sebagai berikut:
1. Permohonan Pailit Pemohon Cacat Juridis :

Bahwa pada sidang tanggal 9 Juli 2001, kuasa pemohon pailit


mengaku mewakili Kreditur lain yang bernama Tuan Dominggus
Simatauw, SH. dan melakukan perubahan atas permohonannya pada
halaman 3,butir 10a, dikutip sebagai berikut:

’’Tambahan Kreditur Lain, yaitu: Tuan Dominggus Simatauw,


SH. selaku pemegang polis Fy.010000 73-0001-00 yang juga
nantinya m engharapkan m endapat ganti kerugian dari
Termohon “;

339
Bahwa mengenai kwalitas pemohon pailit, tidak tepat sebagai kuasa
pemohon pailit merangkap kuasa “Kreditur Lain”, hal ini akan
menimbulkan kerancuan dan benturan kepentingan dalam pengajuan
perkara. Sama halnya kuasa Pemohon juga tidak dibenarkan
mewakili salah satu Termohon.

Demikian juga tentang perubahan pailit, tentang adanya tambahan


Kreditur, harus ditolak, karena akan berakibat terjadinya perubahan
yang substansial terhadap permohonan pailit mengesampingkan
“Kreditur Lain”, yang sudah diajukannya dalam permohonan pailit.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, permohonan pailit Pemohon cacat


yuridis, karenanya permohonan tersebut patut ditolak.

2. Tidak ada utang Termohon Pailit kepada Pemohon P ailit:

a. Utang tidak ada atau belum ada.

Bahwa hubungan hukum antara Pemohon dengan Termohon


timbul akibat penandatanganan polis asuransi No. Fy 97000464-
0001-04, dimana Termohon sebagai tertanggung.

Objek pertanggungan adalah bangunan gudang, mesin-mesin


dan bahan baku, dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp.
5.460.000.000,-, jenis pertanggungan adalah “Polis Standar
Kebakaran Indonesia”, bukan Polis All Risk”, sebagaimana
didalilkan Pemohon.
Beda antara Polis Standar Kebakaran Indonesia dengan Polis
All Risk adalah, “Polis Standar Kebakaran Indonesia”,
menjamin resiko yang telah ditentukan secara limitatif, yaitu
kebakaran, petir, kejatuhan pesawat, ledakan dan asap, kecuali
hal-hal yang tersebut dalam pengecualian, “Polis All Risk”,
menjamin semua resiko, kecuali hal-hal tersebut dalam
“pengecualian”.

340
Walaupun kerusakan atas barang yang dipertanggungkan
diakibatkan oleh kebakaran, tetapi tertanggung tidak memenuhi
ketentuan polis, maka penanggung tidak wajib membayar ganti
rugi berdasarkan pasal III, dengan judul PERUBAHAN
RESIKO, dikutip sebagai:

- Jika ada perubahan atau perombakan atas harta benda yang


dipertanggungkan atau atas tempat dimana harta benda
yang dipertanggungkan disimpan, sebagian atau seluruhnya
dipergunakan untuk keperluan lain atau kalau barang-
barang lain disimpan juga di sana sehingga resiko yang
dijamin polis menjadi lebih besar dan Tertanggung tahu
atau seharusnya tahu akan keadaan dem ikian itu,
Tertanggung harus m em beritahukannya kep ad a
Penanggung selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender
sejak ada perubahan tersebut”.

Pemohon Pailit tidak pernah melaporkan penambahan bangunan


tersebut kepada Termohon pailit.

Dari uraian tersebut di atas, Pemohon pailit telah melakukan


pelanggaran dengan tidak melaporkan adanya penambahan
bangunan dan pengelasan yang dilakukan pada tem bok
bangunan objek pertanggungan, dalam rangka perluasan
bangunan yang jelas telah meningkatkan timbulnya resiko
kebakaran terhadap objek pertanggungan, apalagi stok barang
yang disimpan di gudang adalah barang yang mudah terbakar,
yaitu kertas, plastik dan karton.

Penyebab terbakarnya objek pertanggungan adalah tindakan


pengelasan yang dilakukan tanpa adanya usaha pengaman yang
cukup. Sesuai dengan hasil Libkrim Polda Jawa Timur tanggal
29 September 1999, No. 657/TKA? 1999, atas terbakarnya objek
pertanggungan, Termohon pailit juga telah meminta jasa ad­
juster, suatu lembaga yang profesional dan independen yang

341
tugasnya selain mencari sebab kebakarann juga menilai
besarnya kerugian.

Adjuster dalam laporan terakhirnya halaman 5, alinea 4, ke 4,


berpendapat bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap kondisi
polis oleh Tertanggung yang dapat dijadikan dasar oleh
Penanggung untuk menolak tanggung jawab atas kerugian.
Berdasarakan ketentuan pasal 3 ayat 1 dari polis, penyelesaian
klaim ini tidak dapat dilanjutkan atau dengan adanya
pelanggaran pasal dimaksud klaim dapat ditolak.

Berdasarkan uraian tersebut, termohon tidak mempunyai


kewajiban berupa utang kepada Pemohon pailit berdasarkan
pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan No. 4 tahun 1998,
karena tagihan dari Pemohon pailit belum jelas, masih
dipersengketakan apakah Pemohon pailit berhak menerima uang
klaim atau tidak.

b. Klaim belum jatuh tempo dan belum dapat ditagih :

- Bahwa polis adalah merupakan perjanjian yang menjadi dasar


timbulnya hak dan kewajiban Penanggung dan Tertanggung.

- Dalam Polis Asuransi Pasal XV tentang PEMBAYARAN


KLAIM; dikutip sebagai berikut:

“Penanggung harus telah menyelesaikan pembayaran Klaim 30


(tiga puluh) hari kalender sejak adanya kesepakatan atau
kepastian mengenai jumlah klaim yang dibayar”.
- Dari kutipan tentang pembayaran klaim tersebut, jelas
disebutkan pembayaran harus dilaksanakan dalam waktu 30
(tiga puluh) hari, terhitung sejak adanya kesepakatan atau
kepastian mengenai jumlah klaim. Mengenai jumlah klaim isi
sampai saat permohonan pailit ini diajukan ke Pengadilan Niaga,
antara Pemohon pailit dan Termohon pailit pada pendiriannya

342
sejak semula, bahwa tersebut tidak layak dibayar karena adanya
perubahan risiko.

- Pem ohon p ailit m engklaim kerugian sebesar Rp.


3.327.374.670,76 tanpa membuat perhitungannya sama sekali
secara terperinci. Sedangkan menurut A djuster Bahtera
Arthaguna Parama, meskipun, menurut penilaian klaim
Pemohon pailit tidak layak bayar, jika Termohon pailit tetap
bersedia mau membayar, berdasarkan final report tanggal 27
Maret 2001 No. 079922 FBP/MS, telah merekomendasikan
kerugian sebesar Rp. 1.170.481.090.00, sebelum dikurangi
risiko sendiri (perhitungan terperinci).
- Berdasarkan alasan tersebut, jelas jumlah klaim yang harus
dibayar belum disepakati ataupun belum ditentukan jumlah
pastinya, karenanya utang yang jatuh tempo dan dapat ditagih
belum ada.

- S elanjutnya berdasarkan Polis pasal X XI, tentang


PERSELISIHAN, alinea kedua, dikutip sebagai berikut
Meskipun demikian, perselisihan mengenai besarnya
kerugian atau kerusakan, akan diselesaikan melalui arbitrasi,
yang diatur....dst. ”
- Berdasarkan kutipan di atas, bilamana masalahnya adalah
tentang kepastian ju m lah belum ditentukan, sebelum
mengajukan permohonan pailit, Permohonan pailit wajib
menyelesaikan perselisihan tersebut melalui arbitrasi. Setelah
arbitrasi dapat menentukan jumlah utang yang pasti, baru boleh
mengajukan permohonan pailit.

3. Pembuktian tidak sederhana (sum ir):

Bahwa perkara ini tidak dapat diperiksa secara sumir sebagaimana


ditentukan dalam Pasal 6 ayat 3 Undang-Undang Kepailitan No. 4
Tahun 1998, dengan alasan sebagai berikut:

343
Bahwa objek sengketa berupa utang masih disengketakan.

Pemohon p a ilit m engklaim kerugian sebesar Rp.


3.327.374.670,76 karena kebakaran objek pertanggungan
termasuk risiko yang dijamin, sedangkan Termohon pailit
menyangkal mempunyai kewajiban berupa utang kepada
Pemohon pailit, karena klaim Pemohon pailit tidak patut
dibayar, karena Pemohon pailit melakukan pelanggaran tentang
PERUBAHAN RISIKO, berdasarkan pasal 3 ayat 1.
Dalam pasal tersebut diuraikan:

Jika ada perbedaan atau perombakan atas harta benda yang


dipertanggungkan disimpan Tertanggung harus memberi
tahukannya kepada Penanggung, bahwa terhadap adanya
kegiatan perluasan bangunan dan pengelasan terhadap objek
pertanggungan yang meningkatkan risiko pertanggungan,
Pemohon pailit tidak pemah melaporkan pada Termohon pailit.

Tidak ada kepastian tentang jumlah klaim.

Seandainyapun terminologi objek pertanggungan tersebut


disepakati adanya “kewajiban termohon pailit”, jelas menurut
ketentuan polis, pasal XV, tentang PEMBAYARAN KLAIM,
menyebutkan pembayaran, klaim dilakukan dalam 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak adanya kesepakatan atau kepastian
mengenai jumlah klaim yang dibayar.
Dalam perkara ini sama sekali belum ada kesepakatan atau
tentang kepastian jumlah klaim yang harus dibayar, malah
Termohon pailit menyangkal adanya utang (kewajiban), oleh
karena itu, berdasarkan ketentuan polis, pasal XXI, tentang
perselisihan, maka harus diputuskan terlebih dahulu oleh
Pengadilan Negeri atau Arbitrase tentang perbedaan penafsiran
PERUBAHAN RISIKO yang menghapus-penjaminan dan
tentang kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut,pembuktian dalam perkara ini
tidak bisa dilakukan secara sumir, karena adanya perbedaan penafsiran
tentang PERUBAHAN RISIKO yang menghapus penjaminan dan belum
ditentukan secara pasti mengenai jumlah klaim yang harus dibayar,
sengketa tersebut harus diputus pengadilan negeri atau arbitrase terlebih
dahulu, dengan demikian, dalam perkara ini terdapat fakta atau keadaan
yang tidak dapat dibuktikan secara sederhana sebagaimana dimaksud
Pasal 6 ayat 3, Undang-Undang No. 4 Tahun 1998.

4. Tidak ada Kreditur Lain:

Bahwa Permohonan pailit dalam permohonannya, sama sekali tidak


ada menyebutkan Kreditur Termohon pailit, khususnya siapa dan
dimana alamat Krediturnya, berapa tagihannya, sehingga tidak jelas
tentang identitas Kreditur yang dimaksud Pemohon pailit. Pemohon
hanya membuktikan kreditur lain berdasarkan neraca pembukuan
Termohon pailit di Harian Bisnis Indonesia tanggal 28 Mei 2001.
Pembuktian demikian harus ditolak, berdasarkan jurisprudensi dalam
perkara No. 95/pailit/1999, P.N. Niaga Jkt-Pst. dalam perkara pailit
PT. Polysindo Eka Perkasa.

Penolakan tersebut adalah berdasarkan Pasal 1 ayat I Undang-


Undang Kepailitan yang mensyaratkan salah satu syarat, seseorang
dinyatakan pailit bilamana dapat dibuktikan mempunyai dua atau
lebih kreditur, berdasarkan prinsip pembuktian, barang siapa
mendalilkan, wajib membuktikan, agar terciptanya kepastian hukum,
pembuktian dengan koran saja jelas tidak cukup, karena itu ada
Kreditur Lain yang didalilkan Pemohon pailit, harus ditolak.

5. Tambahan Kreditur Lain :

Bahwa Pemohon pailit menambah Kreditur lain bernama Tuan


Dominggus Simatauw, SH. adalah keliru Tuan D om inggus
Simatauw, SH. bukan Kreditur Termohon pailit, meskipun Tuan
Dominggus Simatauw, S.H. telah membayar premi pada Termohon

345
Pailit, menurut hukum asuransi belum timbul kewajiban berupa
utang, karena kejadian dipertanggungkan belum terjadi, misalnya
timbul kebakaran atau kerusakan, tertanggung baru menjadi Kreditur
setelah kejadian yang dipertanggungkan terjadi dan segala
persyaratan polis telah dipenuhi.

Permohonan pailit sendiri juga telah mengakui secara tidak langsung


dalam perbaikan permohonannya butir 10 a, bahwa Tuan Dominggus
Simatauw, S.H. belum menjadi Kreditur, dikutip sebagai berikut
“...yang juga nantinya mengharapkan mendapat ganti kerugian dari
Termohon ”
Ganti rugi yang dimaksud baru dalam tahap harapan dimasa yang
akan datang belum jadi fakta hukum sebagai kewajiban hukum
bempa utang.

Permohonan:

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon Ketua Pengadilan Niaga/


Negeri Jakarta Pusat memutuskan sebagai berikut:

1. Menolak permohonan pailit Pemohon untuk seluruhnya.

2, Membebankan seluruh ongkos perkara yang timbul dalam perkara


ini kepada Pemohon pailit.
Menimbang, bahwa terhadap tanggapan Termohon pailit tersebut
di atas, Pemohon pailit menyampaikan tanggapannya dalam persidangan
secara tertulis melalui surat tertanggal 16 Juli 2001, selanjutnya dalam
persidangan berikutnya, terhadap tanggapan Pemohon pailit tersebut,
Termohon pailit mengajukan tanggapan pula secara tertulis melalui surat
tertanggal 17 Juli 2001;
Menimbang, bahwa kedua surat tanggapan tersebut, yaitu baik yang
diajukan oleh Pemohon Pernyataan Pailit maupun yang diajukan oleh
Termohon pernyataan pailit terlampir dalam Berita acara sidang dan
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari putusan ini;

346
Menimbang, bahwa dalam persidangan Permohonan Pernyataan
Pailit mengajukan bukti surat masing-masing diberi tanda sebagai berikut:

1. Bukti P -1 B erupa foto copy surat dengan ju d u l:


IHKTISAR PERTANGGUNGAN, Nomor Polis
: FY 97000464-0001-04, nama Tertanggung PT.
Bumi Jaya Tanjung, alamat Jalan Margomulyo
No. 10 Tandes Surabaya (perpan-jangan) Ref.:
FY 0001/061999, tanggal 1 Juni 1999 disertai
Polis Standar Kebakaran Indonesia dengan
lampirannya.

2. Bukti P -la Berupa foto copy kuitansi/receipt No. KEU- 61-


071998 tanggal 3 Juli 1998 seb esar Rp.
1.774.930,56 untuk pembayaran Premi Polis
Asuransi : FY 97000464-0001-03 END-001
dengan lampiran : ENDORSEMENT Nomor
Polis : FY -97000464-0001-03, nam a te r­
tanggung PT. Bumi Jaya Tanjung, Endorsement
: 001, tanggal 1 Juli 1998.

3. Bukti P-lb berupa Foto copy Polis Standar Kebakaran No.


0103001216.06-1995 (Perpanjangan/001) Reg.
No. 0001/6-1995, dibuat di Jakarta pada tanggal
11 Juni 1995 oleh PT. Ttigu Bunas A suransi,
dengan jangka waktu pertanggungan sejak
tanggal 2 Juni 1995 s/d. tanggal 2 Juni 1996.
4. Bukti P-lc Berupa foto copy Polis No.: 0103001216.06-
1994 (perpanjangan) dengan jangka w aktu
pertanggungan sejak tanggal 2 Juni 1994 s/d
Tanggal 2 Juni 1995.
5. Bukti P-2 Berupa foto copy kuitansi tanda terima uang
pem bayaran prem i Polis asuransi : FY-
97000464-04 dari Pemohon kepada Termohon

347
yang diterbitkan oleh Termohon No.KEU-41/06-
1999 tertanggal 1 Juni 1999;

6. Bukti P-3 : Berupa foto copy surat Pem ohon kepada


Termohon tertanggal 13 Agustus 1999, perihal
klaim Pem ohon (keseluruhannya Rp.
3.327.374.670,76) kepada Term ohon atas
kerugian yang dialami Pemohon sehubungan
dengan m usibah kebakaran 26 Juli 1999
terhadap objek pertanggunggan yang
diasuransikan Pemohon selaku Tertanggung
kepada Termohon selaku Penanggung.

7. Bukti P-4 : Berupa foto copy surat Termohon tertanggal 27


Juli 1999, perihal : Survey & Adjust Klaim
Kebakaran yang ditujukan kepada PT. Bahtera
Arthaguna Parama.

8. Bukti P-5 Berupa foto copy Faxsimili Surat Adjuster No.


0871/Fax/BP07.99, tanggal 28 Juli 1999 yang
ditujukan kepada Pem ohon, berisikan
permintaan dokumen pendukung atas klaim
Pemohon kepada Termohon.

9. Bukti P-6 : Berupa foto copy Faxsimili Surat Adjuster No.


0948/Fax/BP.08.09, tanggal 19 Agustus 1999
yang d itu ju k an kepada Pem ohon, berisi
permintaan kekurangan dokumen yang menurut
Termohon masih terdapat kekurangan agar
dipenuhi oleh Pemohon.

10. Bukti P-7 : Berupa foto copy Surat Pemohon tertanggal 21


Agustus 1999 yang ditujukan kepada PT.
B ahtera A rthaguna Param a (Adjuster), berisi
pemberitahuan kepada Adjuster bahwa Pemohon
telah mengirim kekurangan dokumen-dokumen

348
yang diminta berupa gambar/denah dan kartu
stok barang jadi.
11. Bukti P-8 Berupa foto copy Surat Pemohon tertanggal 20
Oktober 1999, perihal kelengkapan dokumen
yang ditujukan kepada PT. Bahtera A rthaguna
Param a (Adjuster), berisi pemberitahuan bahwa
Pemohon telah mengirimkan surat keterangan
dari Kepolisian sesuai permintaan Adjuster.
12. Bukti P-9 : Berupa foto copy Surat Pemohon tertanggal 15
N opem ber 1999, perihal Perm ohonan
Penyelesaian Proses Maim yang ditujukan
kepada Termohon,

13. Bukti P-10 : Berupa foto copy Surat Somasi No. 117/LK-SU/
III/01 tanggal 13 M aret 2001 yang ditanda
tangani oleh Kuasa Hukum Pemohon, ditujukan
kepada Termohon.
14. Bukti P-11 : Berupa foto copy Surat Pemohon tertanggal 16
Maret 2001 Nomor: 123/LK-Ket/III/01, perihal
Tanggapan dan Somasi II yang ditujukan kepada
Termohon.
15. Bukti P-12 : Berupa foto copy Surat Pemohon tertanggal 27
Maret 2001 Nomor :137/LK-Ket/III/01, Hal:
Tanggapan/Somasi III yang ditujukan kepada
Termohon.
16. Bukti P-13 : Berupa foto copy koran Harian Bisnis Indone­
sia hari Senin, tanggal 28 Mei 2001, khususnya
yang memuat berita mengenai NERACA dan
PERHITUNGAN LABA/RUGI PT. A suransi
I\igu Indo (asuransi kerugian), Graha Atrium
Lantai 4, Jalan Senen Raya No. 135, Jakarta
10410.

349
Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut di atas, Pemohon
mengajukan bukti-bukti lain yang oleh Pemohon disebut sebagai bukti
tambahan dan diberi tanda sebagai berikut:
1. Bukti B-T.P-1: Berupa foto copy Surat Keterangan Kepolisian
Resort Kota Surabaya Utara No. Pol.:SKET/271
X/1999/SERSE tanggal 20 Oktober 1999, yang
isinya menerangkan bahwa tidak ada unsur
kesengajaan dalam peristiwa kebakaran tanggal
26 Juli 1999 atas objek pertanggungan milik
Pemohon yang ditanggung oleh Termohon.

2. Bukti BT.P-2 : Berupa foto copy pendapat H.M .N. Purwo


Sucipto SH. dalam bukunya “Pengertian pokok
H ukum D agang Indonesia jilid 6 Hukum
Pertanggungan”, Penerbit Djambatan, Jakarta,
1996, hal.l dan 71.

3. Bukti BT.P-3 : Berupa foto copy pendapat Prof. Dr. Wirjono


Prodjodikoro, SH.,MH dalam buku “Hukum
Asuransi di Indonesia” (Penerbit PT. Intermasa,
Jakarta, 1979, halaman 1) yang menyatakan ada
tiga unsur tentang pengertian asuransi.

4. Bukti BT.P-4 : Berupa foto copy pendapat Prof. Abdul Kadir


M uham m ad, SH ., dalam buku “H ukum
Asuransi Indonesia” (Penerbit PT. Citra Aditya
Bakti, Jakarta, 1999, halaman 116) menyatakan
: “...Evenemen adalah sebab, dan kerugian
adalah” akibat, Jika sudah dapat ditentukan
bahwa evenemen yang terjadi itu dicantumkan
dalam polis dan karenanya timbul kerugian,
penanggung terikat membayar ganti rugi ”
5. Bukti BT.P-5 : Berupa foto copy surat tanggal 9 Juni 2001 yang
berisi pendapat hukum Yayasan, Lembaga

350
K onsum en A suransi Indonesia (K etua
bidang Advokasi Konsumen: Teti Marsaulina,
SH.,LL.M).

6. Bukti BT.P-6 : Berupa foto copy Surat Termohon tanggal 21


Maret 2000 No. 030/DU/III/00, perihal: Klaim
Asuransi Kebakaran Polis No. FY-97000464-
0001-04 ditujukan kepada Pemohon.

7. Bukti BT.P-7 : Berupa foto copy facsimile surat PT. Bahtera


Arthaguna Param a (Adjuster) tanggal 8
Oktober 1999 No. 12931 Fax/BP. 10.99 Hal:
Klaim Kebakaran Polis No. FY-97000464-0001-
04 Tertanggung PT. Bumi Jaya Tanjung, yang
ditujukan kepada Termohon.
8. Bukti : Lampiran 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, berupa foto
copy Himpunan Putusan-Putusan Pengadilan
Niaga dalam perkara Kepailitan.
9. Bukti : Akta Notaris Surabaya .: Ny. Ema Anggraini
Hutabarat.SH. Nomor 6 tanggal 9 Mei 1998
tentang Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa
Para Pem egang Saham PT. Bum i Jaya
Tanjung.

10. Bukti BT.P-8 : Berupa foto copy surat tertanggal 23 Nopember


1999 dari PT. Bumi Jaya Tanjung, perihal
Keberatan Atas Penolakan Klaim Kebakaran
Polis No. F4-97000464-0001-04, ditujukan
kepada PT. asuransi Tugu Indo, Jalan senen
Raya No. 135 Jakarta.

11. Bukti BT.P-9 : Berupa foto copy surat tertanggal 8 desember


1999, perihal: Penyelesaian Klaim Kebakaran
Polis No. FY 97000464-0001-04, dari

351
PT. Bumijaya Tanjung, ditujukan kepada PT.
Asuransi Tiigu Indo,Jalan Senen Raya No. 135

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti surat tersebut


di atas, dalam persidangan Pemohon juga mengajukan seorang saksi
ahli bernama : Teti Marsaulina, SH.,LL.M., dosen di Universitas
Katolik Parahyangan Bandung yang juga adalah Ketua Bidang Advokasi
Konsumen Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi Indonesia (SK.
Depdagri Nomor: 258 tahun 1999/DIV).
Menimbang, bahwa Saksi tersebut dalam persidangan memberikan
keterangan di bawah sumpah yang isi pokoknya adalah sebagai
berikut:
1. Berdasar surat No. 142/LK-Kev/III/01 tanggal 28 Maret 2001 yang
diajukan oleh PT. Bumijaya Tanjung selaku tertanggung, Saksi
pernah memberikan pendapat hukum dalam kasus kebakaran objek
pertanggungan milik PT. Bumi Jaya Tanjung selaku Tertanggung
yang ditanggung oleh PT. Asuransi Tligu Indo;
2. Saksi mengakui isi surat bukti BTP-5 merupakan pendapat hukum
Saksi sebagaimana dimaksud angka 1 di atas dan mengakui pula
tanda tangan yang tertera dalam surat bukti tersebut adalah tanda
tangan Saksi.
3. Melalui pendapat hukum tersebut Saksi menyampaikan pendapat
bahwa berdasar Bab II pasal I Polis, “Perubahan risiko”, tidak
termasuk hal yang dikecualikan sehingga Tertanggung layak
m endapatkan ganti rugi atas terbakarnya objek yang
dipertanggungkan.
4. Pembangunan baru yang dikerjakan oleh Pemohon tidak masuk ke
dalam kategori perubahan risiko karena objek pertanggungan sama
sekali tidak mengalami perombakan/penambahan struktur bangunan-
bangunan baru yang sedang dikerjakan tidak berada dalam satu area
dengan objek pertanggungan dan terdapat jarak diantar kedua
bangunan tersebut.

i
352
5. Pendapat hukum yang diberikan oleh Saksi hanya didsarkan atas
bukti-bukti atau dokumen yang ditunjukkan kepadanya oleh
Pemohon, tidak didasarkan atas fakta yang ditemukan ditempat
kejadian kebakaran (Saksi tidak melihat posisi bangunan tersebut
di lapangan).

Menimbang, bahwa kuasa hukum Pemohon menyatakan bahwa


kehadirannya dalam persidangan selain tidak untuk dan atas nama
Pemohon, dengan berdasarkan atas Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Juni
2001, ju g a bertindak untuk dan atas nam a Tuan D om in gu s
Simatauw,SH. selaku Kreditur lain dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa kuasa hukum Tuan Dominggus Simatauw,


SH.tersebut di atas, dalam persidangan mengajukan bukti berupa foto
copy Surat Tanda Terima pengiriman dokumen dari PT. Tugu Insurance
Brokers, kepada Bapak Tuan Domingus Simatauw, SH. berupa : Polis
N om or: FY-01000073-0001-00" atas nama Dominggus Simatauw, SH.
Kuitansi Nomor: D.00094/SG/SBY.Premi sebesar Rp. 447.000,- surat
bukti ini diberi tanda P -13A.

Menimbang, bahwa selanjutnya Termohon mengajukan bukti-bukti


surat di dalam persidangan yang diberi tanda sebagai berikut:

1. Bukti T-la Bempa foto copy anggaran dasar PT. Asuransi


& T-lb I\igu Indo, No. 4047 tahun 1999 dan No. 4048
tahun 1999,yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman R.I. tanggal 29 Janurai 1999,No.C-
2.163 HT.01.04 tahun 1999 dan telah dimuat
dalam tambahan berita negara R.I. tanggal 6 Juli
1999 No. 54.
2. Bukti T-2 B erupa foto copy IK HTISA R P E R ­
TANGGUNGAN Polis No. FY-00464-0001-04,
tanggal 1 Juni 1999 (sama dengan bukti P - l)

353
3. Bukti T-3 Berupa foto copy speciment Polis Standar
Kebakaran Indonesia dari PT. Asuransi Thgu
Indo.
4. Bukti T-4 Berupa foto copy laporan akhir dari Adjuster
PT. Bahtera Arthaguna Parama tanggal 27
M aret 2001 No. 079922 FBP/m s, tentang
kebakaran objek pertanggungan Polis No. FY-
97000464-0001-04.

5. Bukti T-5 Berupa foto copy laporan pendahuluan dari


Adjuster PT. Bahtera Arthaguna Parama
tanggal 26 Juli 1999 No. 079922 FIBP/ms
tentang kebakaran objek pertanggungan polis
No. FY97000464-0001-04.
6. Bukti T-6 Berupa foto copy surat permohonan tanggal 26
Oktober 1999, perihal: tanggapan surat No. 626/
DU/X/99 yang ditujukan kepada Termohon
dengan lampiran berupa foto copy Berita Acara
Pem eriksaan Teknik K rim in alistik TKP
Kebakaran Bangunan Gedung, PT. Bumi Jaya
Tanjung, tanggal 29 September 1999.
7. Bukti T-7a Berupa foto copy surat PT. Asuransi Thgu Indo
tanggal 24 Agustus 1999 No. 154/DT/VIII/99
ditujukan kepada Pemohon (PT. Bumi Jaya
Tanjung).
8. Bukti T-7b Berupa foto copy surat PT. Bumi Jaya Tanjung
kepada PT. Asuransi Tugu Indo, tanggal 12
Agustus 1999.
9. Bukti T-8 Berupa foto copy dari facsimili Transmission
Cover dari PT. Bahtera Arthaguna Parama
kepada PT. Asuransi Tugu Indo, tanggal 8
Oktober 1999 No. 1293/Fax/BP 10.99.

354
10. Bukti T-9 : Berupa foto copy surat PT. Asuransi Ttogu Indo.
No. 626/DU/X/99,tanggal 20 Oktober 1999,
Perihal : Klaim Kebakaran Polis N o. F4-
97000464-0001-04, tanggal kejadian : 26 Juli
1999 yang ditujukan kepada PT. Bumi Jaya
Tanjung.
11. Bukti T-10 Bempa foto copy surat PT. Asuransi T\igu Indo.
No. 639/DU/XI/99, tanggal lONopember 1999,
Perihal : K laim Kebakaran Polis N o. F4-
97000464-0001-04, tanggal kejadian 26 Juli
1999 yang ditujukan kepada PT. Bumi Jaya
Tanjung.
12. Bukti T-11 : Berupa foto copy Surat PT. Bumi Jaya Tanjung
kepada PT. Asuransi Tugu Indo, tanggal 23
Nopember 1999, perihal : K eberatan Atas
Penolakan Klaim Kebakaran Polis No. FY-
97000464-0001-04.
13. Bukti T-12 : Berupa foto copy surat PT. Asuransi Tugu Indo
No. 659/DU/XII/99 tanggal 9 Desember 1999
perihal:Penyelesaian Klaim Kebakaran Polis FY-
97000464-0001-04 ditujukan kepada PT. Bumi
Jaya Tanjung.
14. Bukti T-13 Bempa foto copy surat PT. Asuransi Tugu Indo
No. 095/DU/I/00 tanggal 31 Januari 2000,
perihal : Klaim Asuransi Kebakaran, kejadian
tanggal 26 Juli 1999, ditujukan kepada PT. Bumi
Jaya Tanjung.
15. Bukti T-14a : Bempa foto copy Surat PT. Asuransi Tugu Indo
No. 030/DU/III/00 tanggal 21 M aret 2000;
perihal : Klaim Asuransi Kebakaran Polis No.
FY 97000464-0001-04, ditujukan kepada Bapak
AGUS TAKARI ARIFIN, SH.

355
16. Bukti T-14b : Berupa foto copy Surat PT. Asuransi Tugu Indo
No. 037/D U /III/00 tanggal 30 M aret 2000
Perihal : PT Bumi Jaya Tanjung, ditujukan
kepada Bapak AGUS TAKARI ARIFIN, SH.,
Pengacara dan Konsultan Hukum, Jalan Kerto
Menanggal VIII/1 Surabaya.

17. Bukti T-15 : Berupa foto copy Surat PT. Asuransi Tugu
Indo. No. 114/DU-03/III/2001, tanggal 14 Maret
2001, Perihal : Klaim Asuransi Kebakaran,
ditujukan kepada PT. Bumi Jaya Tanjung.

18. Bukti T-16a : Berupa foto copy Putusan Mahkamah Agung


R.I. No. 05 K/N/2000, tanggal 8 Maret 2000.

19. Bukti T-16b : Berupa foto copy Putusan Pengadilan Niaga


Jakarta Pusat No. 95/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt-
Pst, tanggal 29 Desember 1999.

20. Bukti T-17 : Berupa foto copy Putusan Mahkamah Agung :


R.I. No. 014 K/N/2001, tanggal 3 April 2001.

21. Bukti T18 : Berupa foto copy kutipan atas buku ASURANSI
KEBAKARAN DI INDONESIA, halaman 94
dan 95, butir 4, Pasal III dan IV Perubahan
Risiko, H. Gunanto,SH . penerbit Tira Pustaka
Jakarta, April 1984.

22. Bukti T-19 : Berupa foto copy kutipan dari buku HUKUM
PERTANGGUNGAN (Pokok-Pokok Pertang­
gungan K erugian, K ebakaran, dan Jiwa),
halam an 93 b u tir 5 tentang K esalahan
T e r ta n g g u n g , a l i n e a - 1 ,P ro f.N y .E m m y
Pangaribuan Simanjuntak.SH.,penerbit Seksi
Hukum Dagang-Fakultas Hukum Universitas
Gajah Mada, Jogjakarta, cetakan kelima tahun
1982.

356
23. Bukti T-20a B erupa fo to -fo to bekas kebakaran objek
pertanggungan, berupa gudang milik PT. Bumi
Jaya Tanjung (Pemohon Pailit).

Menimbang, bahwa selain mengajukan bukti-bukti surat seperti


tersebut di atas, Pemohon juga mengajukan dalam persidangan 2 (dua)
orang Saksi ahli, masing-masing bernama: 1 Bona Raffles Pandiangan,
dan 2 Frans Lamury.

Menimbang, bahwa setelah mengucapkan janji (kedua orang Saksi


beragama Katolik) kedua orang Saksi tersebut dalam persidangan
memberikan keterangan dibawah sumpah:

- Saksi mengaku surat bukti T-8 adalah surat yang dibuat dan ditanda
tangani oleh Saksi selaku Adjuster pada saat bekerja pada PT.
Bahtera Arthaguna Parama (tahun 1998 sampai dengan bulan
Oktober 2000).

- Hak dan kewajiban Penanggung dan Tertanggung dalam perjanjian


asuransi diatur dalam polis asuransi.

- Menurut Saksi, perubahan risiko ada tergantung kepada ada. atau


tidak adanya di dalam risiko itu sendiri atau disekelilingnya hal-hal
yang dapat mempengaruhi risiko yang dipertanggungkan.
- Bahwa yang mempengaruhi itu tidak hanya jarak antara objek
pertanggungan dengan tempat dimana perubahan dilakukan,
melainkan lebih banyak ditentukan oleh seberapa perubahan tersebut
m empengaruhi risiko yang dipertanggungkan apakah akan
menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, juga oleh
hal-hal lain yang bisa menimbulkan kerusakan atau kerugian yang
lebih besar.

- Saksi hadir dan melakukan penelitian di tempat kejadian kebakaran


milik PT. Bumi Jaya Tanjung atas permintaan Penanggung
(Termohon), pada saat itu kebakaran sudah selesai.

357
- Berdasar laporan Puslafpor, kebakaran tersebut diakibatkan oleh
adanya percikan api yang menimpa barang-barang yang ada di
bawahnya (barang-barang yang sudah dipak dengan kardus-kardus,
kertas-kertas, dan plastik).
- Tidak ada ketentuan hukum yang memberikan wewenang kepada
Saksi mengeluarkan pertanyaan sebagai tertera dalam surat bukti
T4 yang menyatakan bahwa “ telah terjadi pelanggaran terhadap
kondisi Polis oleh tertanggung yang dapat dijadikan dasar oleh
Penanggung untuk menolak tanggung jawab atas kerugian
Menimbang, bahwa Saksi bernama Lamury memberi keterangan,
yang isinya sebagai berikut:
- Saksi bekerja pada perusahaan asuransi sebagai Ketua Dewan
Asuransi Indonesia bidang Asuransi Kerugian.

- Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung diatur di dalam


polis asuransi.
- Bahwa semua kegiatan yang terjadi pada objek pertanggungan bisa
berakibat terjadinya perubahan risiko dan jik a hal itu ada
Tertanggung wajib memberitahukan kepada Penanggung.

- Bahwa klaim harus dibayar setelah apa yang dipertanggungkan


terjadi dan semua persyaratan polis telah dipenuhi oleh Tertanggung.

Bahwa dalam praktek ada terjadi klaim tidak dibayar sekalipun


peristiwa yang ditanggung sudah terjadi karena syarat-syarat lain
tidak dipenuhi.
- Bahwa dalam hal timbul perselisihan antara Penanggung dan
Tertanggung mengenai penafsiran polis ini, kedua belah pihak bebas
memilih upaya hukum untuk menyelesaikan perselisihan dimaksud.

- Bahwa meskipun demikian perselisihan mengenai besarnya kerugian


atau kerusakan akan diselesaikan melalui arbitrase.

358
Menimbang, bahwa surat-surat bukti tersebut di atas, baik yang
diajukan oleh Pemohon Pernyataan Pailit maupun yang diajukan oleh
Termohon maupun oleh K reditur lainnya selain Pemohon, telah
bermaterai cukup dan telah pula dicocokkan dengan surat-surat aslinya.

Menimbang, bahwa selanjutnya untuk segala sesuatu yang terjadi


dalam persidangan, termasuk didalamnya semua keterangan Saksi yang
belum termuat dalam putusan ini seluruhnya tercatat dalam Berita Acara
Sidang yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari putusan
ini.

PERTIMBANGAN H U K U M :
Menimbang, bahwa permohonan Pemohon mempunyai maksud dan
tujuan agar Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan Termohon PT. A suransi Tugu Indo, berkedudukan di
Gedung Bunas Graha Atrium, Lantai 14, Jalan senen Raya No. 135,
Jakarta Pusat cq. PT. A su ra n si Tugu In d o , cabang Surabaya,
berkedudukan di Jalan Tidar 65/1, Surabaya 60251, pailit dengan segala
akibat hukumnya;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon tersebut didasarkan atas


alasan bahwa Termohon selaku penanggung telah tidak membayar
utangnya yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih kepada Pemohon
selaku Tertanggung yang berupa ganti rugi atas kebakaran yang menimpa
objek pertanggungan milik Pemohon yang ditanggung oleh Termohon
berdasar atas polis Asuransi Kebakaran Nomor: FY-97000464-0001-04
(perpanjangan) dengan jangka waktu pertanggungan sejak tanggal 2 Juni
1999 sampai dengan tanggal 2 Juni 2000 pada pukul 12.00 siang waktu
setempat;

M enim bang, bahwa selain didasarkan atas alasan di atas,


permohonan Pemohon juga didasarkan atas alasan bahwa Termohon juga
mempunyai utang kepada pihak lain selain Pemohon (Termohon memiliki
Kreditur lain selain Pemohon) sesuai pengakuan yang diberikan oleh

359
Termohon dalam laporan neraca Termohon per 31 Desember 2000 dan
1999 (dalam Jutaan rupiah) sebagaimana diumumkan dalam surat kabar
harian Bisnis Indonesia terbitan hari Senin, tanggal 28 Mei 2001;

Menimbang, bahwa pada hari sidang pertama dimana Termohon


belum saatnya memberikan tanggapan atas permohonan Pemohon,
Pemohon mengadakan perubahan terhadap surat permohonannya dengan
menambah nama Tuan Dominggus Simatauw, SH. (pemegang Polis
N om or: FY 01000073-0001-00) yang didalilkan oleh Pemohon sebagai
Kreditur lain dari Termohon ;
Menimbang, bahwa Tuan Dominggus Simatauw, SH. mewakilkan
kehadirannya dalam persidangan kepada kuasa hukumnya sebagaimana
telah disebutkan dalam pertimbangan tentang duduknya perkara;

Menimbang, bahwa kuasa hukum tersebut adalah juga kuasa hukum


dari Pemohon pernyataan Pailit;

Menimbang, bahwa khusus yang berkaitan dengan perubahan surat


permohonan Pemohon dan pemberian kuasa oleh Tuan Dominggus
Simatauw, SH. kepada kuasa hukum Pemohon, termohon menyampaikan
tanggapan melalui surat tanggapannya tertanggal 12 Juli 2001, dan dalam
surat tanggapan tersebut Termohon menyatakan bahwa memberikan
k uasa kepada kuasa hukum Pem ohon oleh Tuan D om inggus
Simatauw,SH. untuk mewakili dirinya dalam persidangan dalam perkara
ini tidak dibenarkan, karena kuasa hukum Pemohon pailit tidak tepat
merangkap sebagai kuasa hukum Kreditur lain;
Bahwa, perubahan surat Permohonan Pernyataan Pailit oleh
Pemohon dengan menambahkan Kreditur lain harus ditolak karena akan
berakibat terjadinya perubahan yang substansial terhadap permohonan
Pemohon pailit, yaitu Pemohon pailit mengesampingkan Kreditur lain
yang sudah diajukan dalam permohonan pailit;
Menimbang, bahwa selain menyampaikan tanggapan seperti tersebut
di atas, melalui surat tanggapannya tertanggal 12 Juli 2001 Termohon

360
mengakui mempunyai hubungan hukum dengan Pemohon yang timbul
sebagai akibat dari penandatanganan polis asuransi Nomor: FY97000464-
0001-04 dan dalam hubungan hukum tersebut Termohon sebagai
Penanggung sedangkan Pemohon sebagai Tertanggung;

M enimbang, bahwa Termohon juga mengakui bahwa objek


pertanggungan berdasar polis tersebut di atas adalah bangunan gudang,
m esin-m esin, dan bahkan ju m lah pertanggungan sebesar Rp.
5.460.000.000,-, jenis pertanggungan adalah Polis Standar Kebakaran
Indonesia,

Menimbang, bahwa selanjutnya termohon mengakui pula bahwa


telah terjadi kerusakan atas barang yang dipertanggungkan sebagai akibat
dari kebakaran;

Menimbang, bahwa ternyata sekalipun pengakuan-pengakuan


tersebut di atas telah diberikan oleh Termohon namun dalam surat
tanggapan yang sama Termohon menyatakan bahwa pihaknya tidak wajib
membayar ganti rugi berdasar atas pasal DI polis dengan judul Pembahan
Risiko, dan dengan tidak adanya kewajiban pada Termohon untuk
membayar ganti rugi maka Termohon tidak mempunyai utang kepada
Pemohon;

Menimbang, berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun


1998 tentang Kepailitan seseorang atau suatu Badan Hukum baru dapat
dinyatakan pailit apabila ia terbukti sebagai Debitur dan mempunyai
dua atau lebih Kreditur serta tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh waktu dandapat ditagih;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon membantah/menolak


mempunyai utang kepada pemohon padahal salah satu syarat untuk
mempailitkan seseorang atau badan hukum berdasar pasal 1 ayat 1
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 adalah adanya utang dan adanya
Debitur maka atas dasar hal tersebut maka adanya utang dan adanya
Debitur harus dipertimbangkan terlebih dahulu dalam putusan ini;

361
Menimbang, bahwa akan tetapi sebelum mempertimbangkan hal
tersebut akan dipertimbangkan lebih dahulu mengenai penolakan
Termohon terhadap perubahan surat permohonan Pemohon dan juga yang
berkenaan dengan kuasa rangkap yang dipegang oleh kuasa hukum
Pemohon;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Saudara Benny Ponto,SH.,
Advokat & Pengacara dari Kantor Hukum Lontoh & Kailimang hadir
dalam persidangan, selain bertindak sebagai kuasa hukum dari Pemohon
pernyataan pailit berdasar Surat Kuasa Khusus tanggal 14 Juni 2001,
ju g a b ertindak sebagai kuasa hukum dari Tuan D om inggus
Simatauw,SH. yang oleh Pemohon didalilkan sebagai Kreditur lain
Termohon, berdasar Surat Kuasa Khusus tersendiri, tanggal 14 Juli 2001;

Menimbang, bahwa fakta di atas membuktikan bahwa Saudara


Benny Ponto, SH. Advokat & Pengacara dari Kantor Hukum Lontoh
& Kailim ang bertindak selaku kuasa hukum dari dua K reditur
sekaligus(kuasa hukum Pemohon Pernyataan Pailit dan kuasa hukum
Tuan Dominggus Simatauw, SH. selaku Kreditur lain) terhadap satu
sebjek hukum yakni Termohon Pailit;

Menimbang, bahwa dengan demikian pihak-pihak yang memberikan


kuasa kepada Saudara Benny Ponto, SH. memiliki status hukum yang
sama yakni sama-sama sebagai Kreditur terhadap satu subjek hukum
yakni Termohon pailit; tujuan dan kepentingannya juga sama, yakni sama-
sama menuntut pem bayaran atas piutangnya melalui kepailitan
Termohon;
M enimbang, bahwa berdasar pertim bangan di atas, mejelis
berpendapat bahwa kuasa rangkap yang dipegang oleh Saudara Benny
Ponto,SH. tidak akan menimbulkan kerancuan dan benturan kepentingan
sebab pihak-pihak yang diwakilinya mempunyai status dan tujuan serta
kepentingan yang sama, yakni memperoleh pembayaran melalui
kepailitan terhadap satu subjek hukum yang sama pula yakni, terhadap
Termohon pailit;

362
M enim bang, bahwa tentang penolakan Termohon terhadap
penambahan Kreditur dalam surat permohonan yang dilakukan dalam
persidangan pertama perkara ini, dipertimbangkan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa penolakan tersebut oleh Termohon didasarkan


atas alasan bahwa penambahan tersebut akan mengakibatkan terjadinya
perubahan substansial terhadap permohonan Pemohon pailit, yaitu
Pemohon pailit mengesampingkan Kreditur Lain yang sudah diajukan
dalam permohonan pailit;
Menimbang, bahwa Majelis berpendapat, penolakan Termohon
tersebut di atas harus ditolak karena selain penambahan tersebut
dilakukan pada hari sidang pertama dimana Termohon belum saatnya
mengajukan jawaban atas permohonan Pemohon, penambahan Kreditur
lain yang dilakukan oleh Pemohon tidak menjadikan Pemohon pailit
yang mengesampingkan Kreditur Lain yang sudah diajukan dalam
permohonan pailit;

M enimbang, bahwa selanjutnya karena ada penolakan dari


Termohon maka akan dipertimbangkan tentang kebenaran dalil Pemohon
yang menyatakan bahwa Termohon mempunyai utang kepada Pemohon;

Menimbang, bahwa sebagaim ana telah dikemukakan dalam


pertimbangan di atas, Termohon pailit menolak memberikan ganti rugi
kepada Pemohon Pailit sekalipun selaku Penanggung, Termohon pailit
m em benarkan/m engakui bahw a kebakaran telah terjadi yang
menyebabkan kerusakan pada barang yang dipertanggungkan dalam polis
Asuransi Kebakaran Nomor: FY-97000464-0001-4;

Menimbang, bahwa penolakan tersebut oleh Termohon didasarkan


atas alasan bahwa Pemohon telah melanggar ketentuan Pasal III polis
Nomor : FY-97000464-0001-4, yaitu Pemohon (selaku Tertanggung)
tidak melaporkan kepada Termohon (selaku Penanggung) tentang adanya
perubahan atau perombakan atas harta benda yang dipertanggungkan
selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak ada
perubahan tersebut;

363
Menimbang, bahwa selain mendasarkan atas alasan bahwa Pemohon
telah melakukan pelanggaran seperti tersebut di atas, penolakan
Termohon membayar ganti rugi kepada Pemohon juga didasarkan atas
alasan, bahwa Pemohon telah melakukan pengelasan pada tembok bangunan
objek pertanggungan tanpa adanya usaha pengamanan yang cukup;
Menimbang, bahwa perubahan atau perombakan yang dimaksud
oleh Termohon pailit adalah, Pemohon telah membuat bangunan baru
dekat dengan objek pertanggungan tanpa melaporkan kepada Termohon,
dan menurut Termohon pembuatan bangunan baru tersebut termasuk ke
dalam kategori perubahan risiko sebagaimana dimaksud oleh Pasal III
dari Polis asuransi Kebakaran Nomor: FY-97000464-0001-4;
Menimbang, bahwa Pemohon menolak/membantah kebenaran dalil
Termohon tersebut di atas, Pemohon juga menolak, jika pembangunan
yang dilakukannya di area yang terpisah (pembangunan tersebut berada
pada area yang terpisah dari area tempat objek pertanggungan berada,
dipisahkan oleh tembok kira-kira setebal 1 1/2 meter) tersebut
dikategorikan sebagai perubahan risiko sebagaimana diatur dalam pasal
III dari polis tersebut di atas;
M enim bang, bahw a selain m enyam paikan penolakannya
sebagaimana tersebut di atas, dalam surat tanggapannya terhadap
tanggapan Termohon, Pemohon juga mengatakan bahwa pembahan risiko
tidax .ermasuk ke dalam hal-hal yang dikecualikan oleh Polis sebagaiman
diatur dalam Bab II tentang PENGECUALIAN, karenanya Tertanggung
(Pemohon pailit) berhak mendapat ganti rugi atas kebakaran yang
menimpa objek pertanggungan;
Menimbang, bahwa sekalipun terdapat perbedaan pandangan
mengenai hal diatas, ternyata baik Pemohon maupun Termohon mengakui
bahwa api yang menimbulkan kebakaran tersebut berasal dari percikan
api mesin las yang dipergunakan dalam pembuatan bangunan baru
dilokasi yang letaknya bersebelahan dengan objek pertanggungan;
Menimbang, bahwa baik Pemohon maupun Term ohon tidak
mendalilkan kebakaran tersebut terjadi karena kesengajaan;

364
Menimbang, bahwa berdasarkan atas hal-hal yang diuraikan dalam
pertimbangan di atas terbukti penolakan Termohon untuk membayar uang
ganti rugi berdasar polis Nomor : FY-970000464-0001-04 atas nama
Pemohon, didasarkan atas alasan : (1) Pemohon telah melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan pasal III Polis tersebut yaitu tidak
melaporkan adanya penambahan bangunan , (2) Pemohon tidak
melakukan pengelasan pada tembok bangunan objek pertanggungan
tanpa adanya usaha pengamanan yang cukup;

Menimbang, bahwa oleh karena kedua hal di atas dijadikan alasan


oleh Termohon untuk menolak membayar ganti rugi maka dalam putusan
ini harus dipertimbangkan apakah kedua hal tersebut memang benar dapat
m em bebaskan Termohon dari kew ajiban m em bayar ganti rugi
berdasarkan polis N om or: FY-97000464-0001-04 atas nama Pemohon;

Menimbang, bahwa polis tersebut di atas diajukan sebagai bukti


surat dalam persidangan baik oleh Pemohon maupun Termohon, masing-
masing bertanda P -l (yang diajukan oleh Pemohon), tanda T-2 dan T-3
(yang diajukan oleh Termohon);

Menimbang, bahwa pasal III surat bukti P -l, T-2, dan T-3 memakai
judul “PERUBAHAN RISIKO” dan memuat 2 (dua) ayat yang isinya
sebagai berikut:

1. Jika ada perubahan atau perombakan atas harta benda yang


dipertanggungkan atau atas tempat dimana harta benda yang
dipertanggungkan disimpan, sebagian atau seluruhnya dipergunakan
untuk keperluan lain atau kalau barang-barang lain disimpan juga
disana sehingga risiko yang dijamin polis menjadi lebih besar dan
Tertanggung tahu atau seharusnya tahu akan keadaan demikian itu,
Tertanggung harus memberitahukannya kepada Penanggung
selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak ada
perubahan tersebut;

2. Sehubungan dengan pembahan risiko pada ayat 1 di atas Penanggung


berhak menetapkan pertanggungan ini diteruskan dengan premi yang

365
sudah ada atau dengan premi yang lebih tinggi, atau menghentikan
pertanggungan sama sekali. Jika Penanggung menolak meneruskan
pertanggungan ini, premi yang sudah dibayar untuk jangka waktu
yang belum habis dikembalikan kepada Tertanggung secara prorata.

Menimbang, bahwa berdasar isi dari kedua ayat tersebut di atas


terbukti bahwa “perubahan risiko” baru dianggap ada oleh polis apabila:

- Tertanggung (dalam hal ini Pemohon) tahu atau seharusnya tahu


ada perubahan atau perom bakan atas harta benda yang
dipertanggungkan, atau

- Tertanggung (dalam hal ini Pemohon) tahu atau seharusnya tahu


ada perubahan atau perombakan atas tempat dimana harta benda
yang dipertanggungkan disimpan,

- Tertanggung (dalam hal ini Pemohon) tahu atau seharusnya tahu


harta benda yang dipertanggungkan sebagian atau seluruhnya
dipergunakan untuk keperluan lain, atau

- Tertanggung tahu atau seharusnya tahu barang-barang lain juga


disimpan pada harta benda yang dipertanggungkan, atau

- Tertanggung (dalam hal ini Pemohon) tahu atau seharusnya tahu


barang-barang lain juga disimpan pada tempat dimana harta benda
yang dipertanggungkan disimpan,

- Risiko yang dijamin polis menjadi lebih besar.


Menimbang, bahwa berdasar ketentuan pasal III ayat 1 surat bukti
P-l, T-2 dan T-3 terbukti bahwa, adanya perubahan risiko mengaharuskan
Tertanggung (dalam hal ini Pemohon) memberitahukan perubahan risiko
tersebut kepada Penanggung (dalam hal ini Termohon), selambat-
lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak adanya perubahan
tersebut;

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan ada dan tidak


adanya perubahan risiko yang dimaksud di atas akan dipertimbangkan

366
terlebih dahulu tentang apa akibat hukumnya jika seandainya tentang
perubahan risiko (jika ada), tidak diberitahukan oleh Tertanggung (dalam
hal ini oleh Pemohon), kepada Penanggung (dalam hal ini Termohon);
Dan apakah keadaan yang demikian itu bisa membebaskan Termohon-
dari kew ajibannya m em bayar ganti rugi andaikata kem udian
menimbulkan kerugian atau kerusakan karena kebakaran;
Menimbang, bahwa ternyata polis (surat bukti P-l, T-2, dan T-3)
tidak memuat ketentuan yang mengatur sanksi hukum bagi Tertanggung
(Pemohon pailit) jika yang bersangkutan tidak tertanggung (Pemohon
pailit) jika yang bersangkutan tidak memberitahukan adanya perubahan
risiko manakala perubahan risiko itu benar-benar terjadi;

Menimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan tentang


bagaimana jika perubahan risiko tersebut (jika terbukti ada) kemudian
menimbulkan kebakaran, apakah kemudian hal “tidak diberitahukannya”
perubahan risiko tersebut (jika terbukti ada) oleh Tertanggung (Pemohon
Pailit) kepada Penanggung (Termohon Pailit) sesuai ketentuan pasal HI
ayat 1 tersebut di atas, dapat dijadikan alasan berdasar polis (surat bukti
P'-1, T-2 dan T-3) untuk membebaskan Termohon (Penanggung) dari
kewajibannya membayar ganti rugi;
Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-l, T-2 dan T-3 terbukti
bahwa hal-hal yang bisa membebaskan Termohon selaku Penanggung
dari kewajiban untuk, membayar ganti rugi atas kebekaran objek yang
dipertanggungkan, hanyalah kerugian sebagaimana diuraikan dalam Bab
II tentang PENGECUALIAN;

Menimbang, bahwa kerugian karena kebakaran yang diakibatkan


oleh adanya perubahan risiko yang tidak diberitahukan oleh Pemohon
kepada Termohon terbukti tidak ikut sebagai yang dikecualikan oleh
polis; Ini berarti berdasar ketentuan dalam Bab II Polis (surat bukti P-l,
T-2 dan T-3), selaku Penanggung Termohon tidak dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi kepada Pemohon sebagai akibat dari
adanya perubahan risiko yang tidak diberitahukan oleh Pemohon kepada
Termohon;

367
Menimbang, bahwa Bab I dari Polis yang mengatur mengenai
RISIKO YANG DIJAMIN, menentukan bahwa Poilsi ini menjamin
kerugian atau kerusakan pada harta benda dan atau kepentingan yang
dipertanggungkan secara langsung disebabkan oleh

1. KEBAKARAN yang terjadi karena kekurang hati-hatian, atau


kesalahan pelayan atau karyawan Tertanggung, tetangga perampok,
atau sejenisnya, ataupun karena sebab kebakaran lain sepanjang
tidak dikecualikan dalam polis.......dst.
Menimbang, bahwa oleh karena kerugian atau kerusakan karena
perubahan risiko dimana perubahan risikonya sendiri (jika ada) tidak
diberitahukan sebagaimana diharuskan oleh pasal III ayat 1 tersebut di
atas, tidak masuk ke dalam risiko yang dikecualikan, akan tetapi setelah
dihubungkan dengan ketentuan pada Bab I majelis berpendapat bahwa
kerugian atau kerusakan karena perubahan risiko yang tidak
diberitahukan tersebut ke dalam kerugian atau kerusakan karena sebab
kebakaran lain;
Menimbang, bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas, majelis
berpendapat bahwa kerugian atau kerusakan yang timbul karena
Tertanggung tidak memberitahukan adanya perubahan risiko kepada
Penanggung sesuai ketentuan pasal III ayat 1 Polis, masuk ke dalam
risiko yang dijamin sebagaimana diatur di dalam bab I Polis,

Menimbang, bahwa oleh karena masuk ke dalam risiko yang dijamin


maka menurut hukum kerugian yang timbul karenanya wajib dibayar
oleh Termohon selaku Penanggung;
Menimbang, bahwa dengan mengambil landasan hukum kepada
pertimbangan di atas, Majelis berpendapat, tentang terbukti dan atau
tidaknya perubahan risiko, tentang benar atau tidaknya Pemohon
melanggar ketentuan pasal III ayat 1 Polis (tidak memberitahukan adanya
perubahan risiko kepada Penanggung), tidak perlu dipertimbangkan lagi
dalam putusan ini sebab jika pun kedua hal itu terbukti ada, secara hukum
hal itu tidak membebaskan Termohon dari kewajibannya untuk membayar

368
ganti rugi dalam perkara ini, bahkan sebaliknya hal itu ju stru
mengharuskan Termohon membayar ganti rugi;

M enimbang, bahwa selanjutnya akan dipertimbangkan dalil


bantahan Termohon yang mengatakan bahwa penyebab terbakarnya objek
pertanggungan adalah tindakan pengelasan yang dilakukan tanpa adanya
“usaha pengamanan yang cukup; Ternyata dalil ini tidak dibantah oleh
Pemohon;

Menimbang, bahwa oleh karena tidak dibantah maka menurut


hukum, dalil tersebut harus dianggap benar;
Menimbang, bahwa terhadap dalil bantahan Termohon tersebut di
atas, setelah dihubungkan dengan ketentuan dalam Bab 1 yang telah
dikutip di atas, majelis berpendapat bahwa kebakaran yang terjadi seperti
didalilkan oleh Termohon tersebut di atas tergolong kedalafn kebakaran
yang terjadi karena kekurang hati-hatian, atau kesalahan pelayan atau
karyawan Tertanggung tetangga;
Menimbang, bahwa fakta hukum di atas, setelah dihubungkan
dengan ketentuan Bab I dari Polis (surat bukti P-l, T-2 dan T-3), Majelis
berpendapat bahwa risiko yang timbul karena kebakaran yang terjadi
sebagai akibat dari tindakan pengelasan yang dilakukan tanpa adanya
usaha pengamanan yang cukup (sesuai dalil bantahan Termohon) justru
masuk ke dalam risiko yang dijamin oleh Termohon. Ini berarti Termohon
bertanggung jawab atas kerugian yang timbul karenanya dan selanjutnya
harus membayar ganti rugi kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal yang dipertimbangkan di
atas, ternyata terbukti bahwa alasan yang dikemukakan oleh Termohon
untuk menolak membayar ganti rugi kepada Pemohon yang diuraikan
pada angka (1) dan angka (2) di atas tidak mempunyai landasan hukum
yang kuat sehingga harus ditolak;
Menimbang, bahwa sebaliknya dari hal di atas, yakni kerugian atau
kerusakan yang timbul sebagai akibat dari kedua hal tersebut di atas justru
harus dibayar oleh Termohon karena berdasar ketentuan pasal 1 Bab I

369
tentang RISIKO YANG DIJAMIN dan Bab E tentang PENGECUALIAN
, kerugian atau kerusakan tersebut masuk ke dalam risiko yang dijamin
polis, dan tidak masuk ke dalam risiko yang dikecualikan polis;

Menimbang, bahwa dalam persidangan terbukti ganti kerugian


tersebut di atas belum dibayar sampai dengan sekarang oleh Termohon
kepada Pem ohon, sehingga m enurut hukum terbukti Termohon
mempunyai utang kepada Pemohon;
Menimbang, bahwa berdasar Undang-Undang kepailitan, di hadapan
sidang Majelis tidak diharuskan adanya kepastian atau kesepakatan
mengenai jumlah utang diantara pihak-pihak berperkara karena tentang
hal itu akan dibicarakan diselesaikan dalam proses verifikasi dalam rapat-
rapat Kreditur dibawah pimpinan Hakim Pengawas, yang penting dalam
persidangan terbukti ada utang yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih;
Menimbang, bahwa mengenai waktu kapan ganti ragi itu sudah harus
dibayar oleh Termohon atau kapan utang tersebut jatuh waktu, ketentuan
dalam polis tidak mengaturnya secara jelas dan tegas;
M enim bang, bahwa Bab XV ten tan g pem bayaran K laim
m enyebutkan bahwa, “Penanggung harus telah m enyelesaikan
pembayaran klaim 30 (tiga puluh) hari kalender sejak adanya kesepakatan
atau kepastian mengenai jumlah klaim yang dibayar”;
M enim bang, bahwa majelis berpendapat kata “harus telah
menyelesaikan pembayaran klaim” harus diartikan sebagai pelunasan,
tidak diartikan sebagai hari jatuh waktu pembayaran;
Hal ini adalah untuk mencegah adanya itikad tidak bak dari Penanggung
yang berusaha menghindar dari kewajiban membayar ganti rugi dengan
cara sengaja menolak jumlah yang diklaim oleh Tertanggung (sengaja
membuat ke tidak sepakatan mengeriai jumlah yang di klaim);
Menimbang, bahwa atas dasar pertimbangan di atas Mejelis
berpendapat bahwa jatuh waktu pembayaran ganti rugi dalam perjanjian
asuransi harus ditetapkan segera setelah peristiwa yang dijamin yang
menimbulkan kerugian itu terjadi;

370
Atau dengan memperhatikan kalimat terakhir dari pasal V (Bab III)
yang menyebutkan bahwa, “segala hak atas ganti rugi menjadi hilang
apabila ketentuan dalam pasal ini tidak dipenuhi oleh Tertanggung”,
jatuh waktu pembayaran ganti rugi harus ditetapkan segera setelah semua
kewajiban Tertanggung dipenuhi oleh Tertanggung (dalam perkara ini
adalah Pemohon pailit) sebagaimana diatur dalam Pasal V dari Bab III Polis;
Menimbang, bahwa pendapat mejelis tersebut di atas ternyata sama
atau sesuai dengan pendapat Termohon yang dikemukakannya dalam
surat tanggapannya tertanggal 12 Juli 2001 pada halaman 5 yang
mengatakan bahwa '.’’Tertanggung baru menjadi Kreditur setelah kejadian
yang dipertanggungkan terjadi dan segala persyaratan polis telah
dipenuhi”;

M enim bang, bahwa dalam surat permohonannya, Pemohon


mendalilkan bahwa Pemohon sudah memenuhi dan memberikan seluruh
dokumen yang berkaitan dengan persyaratan Maim yang diminta dan
ditentukan oleh Termohon maupun oleh pihak Adjuster yang ditunjuk
Termohon sebagaimana terbukti dari surat bukti P-4 sampai dengan P-9);

Menimbang, bahwa dalil Pemohon tersebut di atas tidak dibantah


oleh Termohon, sehingga menurut hukum harus dianggap Termohon telah
membenarkan dalil tersebut sehingga pembuktian tentang kebenarannya
tidak diperlukan lagi;
Menimbang, bahwa surat bukti P-8jo. bukti P-9 yang masing-masing
bertanggal 20 Oktober 1999 dan 15 Nopember 1999, dan juga dengan
tidak adanya bukti Termohon yang menunjukkan bahwa Pemohon belum
memenuhi persyaratan klaim berdasar pasal V tersebut di atas dengan
sah terbukti bahwa sejak tanggal 15 Nopember 1999 Pemohon telah
memenuhi semua persyaratan yang ditentukan dalam polis untuk
mendapatkan pembayaran atas ganti rugi;
Menimbang, bahwa berdasar pertimbangan di atas terbukti utang
Termohon kepada Pemohon sebagaimana dimaksud di atas menurut
hukum sudah jatuh waktu tanggal 15 nopember 1999;

371
Menimbang, bahwa utang Termohon tersebut timbul dari perjanjian
asuransi dan telah ditagih oleh Pemohon dengan mengirimkan beberapa
kali somasi kepada Termohon, ini terbukti dari surat bukti P-10 ,dan P-
12;
Menimbang, bahwa sekalipun ditagih oleh Pemohon akan tetapi
Termohon tidak membayarnya, sehingga atas dasar fakta hukum ini
terbukti Termohon tidak membayar utangnya yang sudah jatuh waktu
dan dapat ditagih kepada Pemohon Pernyataan Pailit;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas maka dalil
bantahan Termohon yang mengatakan bahwa “Klaim belum jatuh tempo
dan belum dapat ditagih” harus ditolak;
Menimbang, bahwa dalam surat permohonannya Pemohon juga
mendalilkan bahwa Termohon juga mempunyai Kreditur lain selain
Pemohon, yang telah diakui sendiri oleh Termohon dalam LAPORAN
NERACA dan PERHITUNGAN LABA RUGI untuk periode yang
berakhir tanggal 31 Desember 2000 dan 1999 (dalam jutaan rupiah) dan
pengakuan ini telah diumumkan dalam Harian Bisnis Indonesia pada
hari Senin, tanggal 28 Mei 2001 (surat bukti P-13);

Menimbang, bahwa selain itu dalam surat permohonannya Pemohon


menyampaikan tambahan Kreditur lain bernama Tuan Dominggus
Simantauw, SH., pemegang polis FY-0100073-0001-00 yang juga
nantinya mengharapkan mendapat ganti kerugian dari Termohon yang
untuk kehadirannya dalampersidangan diwakili oleh kuasa hukumnya
yang sah;
Menimbang, bahwa dalam tanggapannya terhadap dalil Pemohon
tersebut di atas, Termohon membantah mempunyai Kreditur lain dengan
mengatakan bahwa tidak ada Kreditur lain, lagi pula dalam surat
permohonannya, Pemohon tidak ada menyebut nama Kreditur lain
tersebut, juga tidak menyebutkan dimana alamatnya dan berapa
tagihannya, yang dilakukan oleh Pemohon hanyalah mengutip Neraca
dan Perhitungan Laba Rugi Termohon untuk kemudian diuraikan lagi
dalam surat permohonan pernyataan pailit;

372
Menimbang, bahwa Termohon juga menolak pemberian status
Kreditur lain kepada Dominggus Simatauw, SH., karena sekalipun
Dominggus Simatauw, SH., telah membayar premi kepada Termohon,
menurut hukum asuransi belum timbul kewajiban berupa utang karena
kejadian yang dipertanggungkan belum terjadi;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon menolak atau membantah
mempunyai Kredit lain maka secara hukum, Pemohon sebagai pihak
yang mendalilkan harus membuktikan kebenaran dalil tersebut;
M enim bang, bahw a untuk m em buktikan hal terseb u t di
atas,Pemohon mengajukan surat bukti bertanda P -13 berupa foto copy
dari kliping koran Harian Bisnis Indonesia terbitan hari Senin, tanggal
28 M ei 2001 yang telah sesuai dengain aslinya, yang m em uat
pengumuman Neraca per 31 Desember 2000 dan 1999 (dalam jutaan
rupiah) dan Perhitungan Laba Rugi untuk periode yang berakhir tanggal
31 Desember 2000 dan 1999 (dalam jutaan rupiah) PT. Asuransi Tugu
Indo (Termohon);
Menimbang, bahwa oleh karena ditolak oleh Termohon maka Majelis
memandang perlu untuk mempertimbangkan surat bukti P -13 tersebut;
Menimbang, bahwa sebagai bukti, surat bukti P -13 masuk ke dalam
bukti surat, dimana berkaitan dengan bukti surat, dalam hukum
pembuktian dikenal bukti surat berupa akte otentik dan akte di bawah
tangan;
Menimbang, bahwa surat bukti P-13 selain hanya berupa kliping
sebuah koran, juga tidak dibubuhi tanda tangan dan cap perusahaan
sehingga tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori akta bawah tangan,
apalagi ke dalam akta otentik;
Menimbang, bahwa oleh karena surat bukti P-13 tidak dapat
digolongkan baik sebagai akta otentik maupun akta dibawah tangan maka
surat bukti P-13 tidak memenuhi syarat sebagai bukti surat;
Kalau toh diterima sebagai bukti, surat bukti P-13 hanya bisa diterima
sebagai bukti petunjuk dan agar mempunyai kekuatan bukti sempurna

373
dan mengikat, bukti petunjuk surat bukti P-13 harus didukung bukti-
bukti lainnya lagi;

Menimbang, bahwa ternyata Permohon tidak mengajukan bukti lain


yang bisa memperkuat surat bukti P-13 atas dasar fakta ini majelis
berpendapat bahwa surat bukti P-13 tidak mempunyai nilai sebagai bukti
oleh karenanya haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa Dominggus Simatauw, SH., melalui kuasa
hukumnya mengajukan bukti surat tertanda P-13 yaitu berupa foto copy
Polis Nomor : FY-01000073-0001-00 dan kwitansi No. D.00094/SG/
SBY yang telah sesuai dengan surat aslinya;
Menimbang, bahwa Termohon tidak mengajukan bantahan terhadap
surat bukti tersebut di atas bahkan melalui surat tanggapannya Termohon,
mengaku telah menerima premi dari Dominggus Simatauw, S H .;
Menimbang, bahwa sekalipun mengaku telah menerima premi
termohon menolak jika Dominggus Simatauw, SH., disebut sebagai
Kreditur bagi Termohon karena peristiwa yang dipertanggungkan belum terjadi;

Menimbang, bahwa berdasarkan surat bukti P-13a terbutki jenis


asuransi yang diberikan kepada Dominggus Simatauw, SH., adalah jenis
asuransi kebakaran;
Menimbang, bahwa Dominggus Simatauw, SH., tidak dapat
membuktikan dalam persidangan bahwa peristiwa yang ditanggung oleh
Termohon telah terjadi tidak terbukti telah terjadi kebakaran atas rumah
tinggal;
Menimbang, bahwa oleh karena itu secara hukum Dominggus
Simatauw, SH., belum mempunyai hak tagih dan ganti rugi berdasar
ketentuan polis: Hak untuk mendapatkan ganti rugi itu baru dalam tahap
harapan dimasa yang akan datang, belum menjadi fakta hukum;
Menimbang, bahwa berdasar pertimbangan tersebut majelis
berpendapat, Dominggus Simatauw,SH., bukanlah kreditur dari
Termohon, paling tidak untuk saat ini;

374
Menimbang, bahwa oleh karena surat bukti P-13 telah dinyatakan
ditolak dalam putusan ini dan Dominggus Simatauw, SH., telah pula
dinyatakan bukan Kreditur Termohon (pada saat ini) maka atas dasar
hal itu terbukti Kreditur Termohon, dalam perkara ini hanya satu, yaitu
Pemohon sendiri, sedangkan untuk memenuhi ketentuan Pasal 1 ayat 1
Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan, harus ada paling
sedikit 2 (dua) Kreditur;

M enimbang, bahwa berdasar fakta hukum di atas , M ajelis


berpendapat, bahwa permohonan Pemohon agar Pengadilan Niaga
menyatakan Termohon berada dalamkeadaan pailit tidak memenuhi
ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang
Kepailitan, oleh karena yaitu permohonan Pemohon diuraikan dalam
petitum pada angka 2 haruslah ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan dalam petitum angka
2 telah ditolak maka permohonan Pemohon dalam petitum angka 3 dan
4 harus ditolak juga, karena telah tidak memiliki landasan hukum lagi;
Menimbang, bahwa dalampertimbangan di atas Pengadilan Niaga
telah menyatakan menolak permohonan dalam petitum angka2, angka3,
dan angka 4, oleh karena itu maka menurut hukum, biaya (ongkos)
perkara harus dibebankan seluruhnya kepada Pemohon yang besarnya
akan disebutkan nanti dalam amar putusan ini;
Mengingat dan memperhatikan Undang-Undang No. 4Tahun 1998,
khususnya ketentuan Pasal 1 ayat 1,serta peraturan-peraturan lain yang
bersangkutan;

ISI PUTUSAN
1. Menolak Permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

2. Menghukum Pemohon untuk membayar ongkos perkara seluruhnya


sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

375
No. 28/Pailit/2001/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Catatan A khir:
1. Pengadilan N iaga dalam perkara ini tetap m em eriksa dan
memutuskan perkara permohonan pernyataan pailit yang diajukan
oleh nasabah selaku tertanggung sebagai Pemohon pailit terhadap
perusahaan asuransi selaku penanggung sebagai Termohon pailit.

Terlepas terbukti dan tidaknya dalil-dalil Pemohon pailit atas


kerugian yang diderita yang harus dibayar Termohon pailit. Kemgian
tersebut merupakan suatu prestasi yang harus dipenuhi oleh
perusahaan asuransi sebagai penanggung. Prestasi tersebut muncul
akibat adanya wan prestasi dari penanggung. Wan prestasi harus
dibuktikan apakah benar penanggung telah tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian polis
asuransi yang telah mereka tanda tangani ataukah sebaliknya. Apa
penyebab teijadi resiko kerugian, berapa jumlah kemgian, kapankah
jatuh waktunya pembayaran kemgian tersebut.

Pembuktian hal-hal tersebut dapat digolongkan pembuktian tidak


sederhana, karena itu Pengadilan Niaga berhak menolak permohonan
pernyataan pailit tersebut, berdasarkan ketentuan pasal 6 ayat (3)
Perpu Nomor 1 Tahun 1998 jo Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998.

2. Berdasarkan pasal 2 ayat (5) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004,


M enteri Keuanganlah yang dapat mengajukan permohonan
pernyataan pailit dalam, hal debiturnya : Perusahaan Asuransi.

(Parwoto Wignjosumarto, SH.)

376

Anda mungkin juga menyukai