Anda di halaman 1dari 22

Etnografi

Feminis
Poskolonial/
Postcolonial
Feminist
Ethnography
Siti Kusujiarti
Department of Sociology and
Anthropology
Warren Wilson College
Metodologi dan metode penelitian

Perspektif feminis poskolonial

Etnografi feminis poskolonial sebagai metodologi

Outline Peran Refleksi

Kritik

Faktor yang perlu dipertimbangkan


Metodologi
Biasanya mengacu pada ontologi —apa yang dianggap
sebagai pengetahuan— dan epistemologi —metode
untuk mendapatkan atau membangun pengetahuan

Dapat dianggap sebagai filosofi terapan

Logika dalam melakukan penelitian

Alasan pembenar bagi sebuah metode penelitian


Metode Penelitian

Penelitian biasanya dilakukan dengan


menggunakan sebuah cara atau alat
yang disebut sebagai metode untuk
mengumpulkan data atau informasi
Metode penelitian juga memberikan
dasar bagaimana rancangan
penelitian diterapkan di lapangan

Contoh: Qualitative vs. Quantitative -


Interview, surveys, observasi, dll
Perspektif Feminis Poskolonial
Muncul sebagai kritik terhadap feminisme Barat dan teori poskolonial secara
umum, menawarkan analisa kritis terhadap dampak kolonialisme, imperialisme
serta penindasan berdasar gender
Membahas interseksi atau keterhubungan antara ras,gender, seksualitas, dan
eksploitasi ekonomi dalam kaitannya dengan kapitalisme global.

Mempertanyakan dan membongkar ketidakadilan yang diakibatkan oleh


kolonialisme dan rasisme selama berabad-abad, serta bentuk-bentuk baru
ketidaksetaraan sebagai akibat globalisasi
Menyoroti keterkaitan antara komunitas yang tampaknya tidak berhubungan atau
berbeda (seperti menganalisa arus tenaga kerja dan komoditas global), bukan
sekedar melihat perbedaan hubungan gender antar budaya yang berbeda
Akhir-akhir ini banyak pakar yang mengidentifikasikan dirinya sebagai anti kolonial,
bukan postkolonial, karena mereka beranggapan bahwa kolonialisme belum
berakhir.
Metodologi Etnografi Feminis
Postkolonial
Menyarankan ethnografer untuk merefleksikan penelitiannya dan mengkritisi
praktik penulisan mereka dalam kaitannya dengan masalah politik, etika, dan
moral yang muncul karena adanya ketidak seimbangan kekuasaan antara
etnografer dan kelompok atau individu yang menjadi subyek atau partisipan
penelitian mereka
Mengkritisi bagaimana praktik-praktik tertentu dalam merepresentasikan
budaya atau masyarakat tertentu berkontribusi pada kolonisasi dan
peminggiran kehidupan komunitas yang memiliki budaya atau masyarakat tsb.

Menganjurkan pentingnya refleksi diri untuk memahami elemen-elemen


epistemologi yang mempengaruhi politisasi terhadap metode penelitian
tertentu – metode penelitian tdk bebas nilai
Motivasi dalam melakukan penelitian seringkali karena ingin memahami
“the Other” atau kelompok sosial yang terpinggirkan

Menyadari bahwa keinginan untuk mempelajari the “Other” dapat


menyebabkan dominasi

Prinsip Peneliti tidak akan bisa mewakili subyek penelitian secara obyektif tetapi
harus mengakui adanya ruang yang membatasi dan diperdebatkan
antara peneliti dan subyek penelitian

Dasar - 1
Melihat subyek penelitian bukan sebagai “them” atau “Other” tetapi
sebagai subyek yang mengekspresikan keagenanya dan ingin memahami
diri mereka sendiri
Penelitian harus membahas tentang bagaimana pengetahuan diproduksi

Reflexivitas – proses untuk menilai atau mengkritisi cara berpikir


peneliti
Harus diakui bahwa sosiolog atau ilmuwan sosial tidak bisa
berbicara atas nama subyek penelitiannya dan tidak akan pernah
sepenuhnya memahami kehidupan subyek tersebut

Memberikan suatu kerangka berpikir atau ruang agar subyek bisa


berbicara untuk dirinya sendiri

Prinsip Peneliti perlu menyerahkan kontrol dalam melakukan penelitian


lapangan

Dasar - 2 Kondisi di lapangan tidak bisa dikontrol untuk mendapatkan hasil


penelitian tertentu

Peneliti yang berasal dari luar masyarakat yang diteliti tidak bisa
dianggap netral ketika mereka memberikan interpretasi terhadap
perlawanan dan perjuangan dalam suatu masyarakat lokal
Refleksi
“Reflexivity” adalah peran aktif dan keterlibatan peneliti
dalam mengkritisi cara berpikirnya dan menganalisa
faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi cara berpikir
tersebut. Hal ini dilakukan selama seluruh proses
penelitian dan ketika peneliti melakukan proses analisa
dalam penulisan hasil penelitiannya
Reflexivitas juga termasuk pertimbangan tentang
bagaimana karakteristik, latar belakang, maupun
perspektif keilmuan seorang peneliti mempengaruhi
proses penelitian yang dilakukan peneliti tersebut
Metode Refleksi
● Proses refleksi meliputi:
○ Bagaimana seorang peneliti memilih lokasi penelitian,
perannya dalam penelitian ataupun hubungannya
dengan subyek penelitian akan mempengaruhi
informasi apa yang bisa atau tidak bisa dia kumpulkan
○ Bagaimana peneliti dan partisipan dalam penelitian
secara bersama-sama mendefinisikan atau
membangun identitas peneliti dan bagaimana
pengaruhnya terhadap data yang mereka kumpulkan
bersama. Peneliti dan partisipan bekerjasama dalam
proses ini.
○ Bagaimana kehadiran peneliti dan karakteristik
peneliti mempengaruhi interaksinya dengan
partisipan.
Metode Refleksi - 2
● Proses refleksi juga meliputi:
○ Perbedaan peranan peneliti dan partisipan dalam
penelitian tidak absolut- peneliti juga berpartisipasi
dan partisipan juga menjadi peneliti
○ Evaluasi terhadap pemetaan awal tentang topik
penelitian dan perkembangannya perlu
didokumentasikan untuk bahan perbandingan
○ Perkembangan pemikiran dan pengalaman peneliti
perlu didokumentasikan untuk menciptakan
pemahaman baru terhadap topik penelitian
○ Revisi terhadap rancangan penelitian, baik revisi besar
maupun kecil, perlu dilakukan berdasarkan realitas
yang ada di lapangan
Storytelling dan Metodologi
Etnografi Feminis Postkolonial
- Menyertakan banyak suara untuk menghilangkan satu narasi atau
"kebenaran obyektif”
- Dilihat sebagai penelitian yang memfokuskan pada berbagai ”suara”
terutama suara mereka yang terpinggirkan - mengekspresikan emosi
atau pemikiran internal untuk menciptakan perubahan sosial
- Perempuan sebagai penutur cerita atau storytellers, hal ini juga
mengakui peran perempuan yang berkaitan dengan hal tersebut
- Pada dasarnya cerita ini lebih menggambarkan kenyataan dibanding
dengan etnografi yang biasanya tidak mengakui tanggung jawab politis
terhadap apa yang direpresentasikan (karena dianggap ‘obyektif’)
Berbagai Bentuk Storytelling atau
Penuturan Cerita
• Feminis etnografi poskolonial berusaha
menggambarkan dan menempatkan berbagai macam
ekspresi penuturan cerita untuk menjadi pusat
perhatian
• Keagenan penutur dan pencipta teks berperan penting
• Memo atau catatan etnografer juga penting agar secara
terbuka peneliti bisa mengungkapkan pemikiran dan
posisinya – peneliti tidak pernah bisa ‘obyektif’ yang
bisa dilakukan adalah secara terbuka mengakui
subyektivitas peneliti
Fenomena Sosial dan Feminis Etnografi
Poskolonial
• Masalah sehari-hari yang dialami oleh perempuan dan
kelompok terpinggirkan
• Masalah yang dianggap sebagai aib dan berusaha ditutupi
atau masalah yang tersembunyi
• Masalah yang dianggap tidak penting atau bukan menjadi
masalah kemanusiaan karena tidak menyangkut mereka
yang memiliki kekuasaan dan sumber daya
• Komunitas yang tidak memiliki ruang atau kesempatan untuk
menyuarakan kepentingan maupun perspektifnya
• Suara atau pendapat yang berbeda dengan pendapat
mainstream atau pendapat mereka yang berkuasa
Contoh Topik
• Diskriminasi, penindasan, ketidak adilan
• Kerentanan/vulnerabilitas dan ketahanan/resiliensi
• Perlawanan atau protest sosial yang seringkali tidak dianggap
sebagai perlawanan (perlawanan tersembunyi atau yang tidak
dilakukan secara konvensional)
• Pembungkaman atau peminggiran sosial yang langsung maupun
tidak langsung
• Pengetahuan tersembunyi yang tidak dianggap sebagai
pengetahuan
• Strategi sosial yang tidak diekspose secara publik
• Hubungan-hubungan kekuasaan yang tersembunyi atau tidak
diperhatikan
Aspek Positif Etnografi Feminist Postkolonial
Proses refleksi dapat berfungsi untuk meningkatkan kepercayaan terhadap
proses produksi pengetahuan yang dilakukan peneliti bahkan ada kemungkinan
proses ini mengharuskan peneliti untuk mengubah penelitiannya ketika disadari
bahwa apa yang dia lakukan tidak benar.
Memungkinkan desentralisasi dalam penelitian dan menciptakan kondisi agar
tidak ada suara dominan dalam proses penelitian- memberikan kesempatan
kepada banyak suara melalui sejumlah besar wawancara dan penuturan cerita.

Memungkinkan produksi kebijakan yang didasarkan pada kenyataan hidup dan


proses partisipatif masyarakat lokal.

Memungkinkan perempuan atau kelompok terpinggirkan untuk menjadi motor


penggerak bagi perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Tantangan dan Hambatan
● Posisi sosial peneliti (positionality)
• Tidak cukup hanya dengan mengenali status seseorang dalam kaitannya
dengan ”the other" - seseorang harus mengkritisi pengetahuan yang
menciptakan ”the other”
• Peneliti harus mendekonstruksi banyak asumsi dasar yang selama ini
diajarkan atau dia ketahui
• Penelitian harus bertujuan untuk menghasilkan narasi identitas yang
membumi secara lokal dan harus memperhitungkan hubungan gender,
hubungan etnik, dan hubungan kelas antara peneliti dan partisipan.
• Status peneliti sebagai "orang luar" di lapangan, terutama orang Barat,
dapat menghalangi atau mempengaruhi hubungan dan interaksi dengan
peserta, misalnya: Kecurigaan dari komunitas lokal
● Keagenan
○ Seringkali sulit untuk memahami bagaimana keagenan didefinisikan atau
dipahami dalam konteks budaya lain yang bukan merupakan budaya
peneliti
Kritik
○ Pendekatan etnografis memungkinkan terjadinya komodifikasi terhadap
narasi dan kehidupan masyarakat
○ Kehadiran peneliti bisa menyebabkan gangguan terhadap hubungan
sosial yang ada dalam masyarakat
○ Peneliti bisa meninggalkan masyarakat yang diteliti (apabila ada
masalah, dll), anggota masyarakat tidak bisa (bisa membahayakan
mereka)
○ Memposisikan peneliti sebagai seseorang yang punya otoritas dan
kekuasaan tanpa menyadari bahwa posisi tersebut direproduksikan
melalui penelitian. Proses penelitian bisa menguatkan posisi ini.
○ Peneliti sering mengklaim bahwa peneliti perempuan memiliki
perspektif sebagai ‘insider’ atau ‘orang dalam’ sehingga bisa memahami
subyek penelitian dengan lebih baik karena dia perempuan. Hal ini
meng-ensensialisasikan gender tanpa memperhitungkan faktor lain.
○ Etnografi membuka peluang bagi terjadinya eksploitasi karena hubungan
yang dekat antara peneliti dan partisipan.
Kritik - 2
- Etnografi sebagai metode penelitian telah banyak
mendapat kritik karena ethnosenrismenya. Metode
ini seringkali dipakai untuk membangun suatu
konstruksi sosial yang diinginkan oleh etnografer
yang dianggap sebagai figur terpercaya untuk
membangun suatu pengetahuan – termasuk
pengetahuan tentang perempuan.
- Ketika penelitian lapangan tidak bisa sepenuhnya
merepresentasikan kehidupan dan realitas
perempuan, etnografi hanya menghasilkan “fiksi”
bukan “fakta” tentang kehidupan perempuan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan
• Walaupun etnografi feminis poskolonial menawarkan
perspektif alternatif, penggunaannya harus dilakukan
dengan hati-hati
• Hubungan kekuasaan melekat pada berbagai proses
penelitian. Peneliti harus memikirkan tentang dampak
dari hal ini. Proses produksi ilmu pengetahuan tidak
terlepas dari hubungan kekuasaan yang ada
• Multivokalitas dan multiperspektif diperlukan untuk
memastikan bahwa suara-suara yang selama ini
terpinggirkan bisa terdengar
Referensi
Davis, D., & Craven, C. (2016). Feminist ethnography : Thinking through methodologies, challenges, and possibilities. ProQuest Ebook
Central https://ebookcentral.proquest.com.
Gandhi, L. (2019). Postcolonial theory: A critical introduction. Columbia University Press.
Kapoor, P. (2017). Between fact and fiction: Can there be a postcolonial feminist ethnography? Women’s Studies International Forum
60, 58-68. https://doi-org.proxy191.nclive.org/10.1016/j.wsif.2016.11.004.
Manning, J. (2016). Constructing a postcolonial feminist ethnography. Journal of Organizational
Ethnography 5(2), 90-105. file:///C:/Users/jenat/Downloads/Manning2015ConstructingaPostcolonialFeministEthnography.pdf.
Ozkazanc-Pun, B. (2012). Postcolonial feminist research: Challenges and complexities. Equality,
Diversity, and Inclusion: An International Journal 31(5/6).
https://www.researchgate.net/deref/http%3A%2F%2Fdx.doi.org%2F10.1108%2F02610151211235532.
Naples, N. A. (2013). Feminism and method: Ethnography, discourse analysis, and activist research. Taylor and Francis.
doi:10.4324/9781315889245
Schwartz-Shea, P., & Yanow, D. (2011). Interpretive research design : Concepts and processes. ProQuest Ebook Central
https://ebookcentral.proquest.com
Uchendu, U. E. (2016). Probing postcolonial feminist concerns in researching Igbo women’s social change project: An emerging
research methodology.
[Unpublished doctoral dissertation]. Gent University. Retrieved from
https://cdn.ymaws.com/www.istr.org/resource/resmgr/africa_network/Uchendu2_2016AfricaWP.pdf
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai