Anda di halaman 1dari 170

01

Modul ke:

Psikologi Sosial I

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Perkenalan
• Setiawati Intan Savitri, S.P. M.Si
– Mengajar di UMB dua matakuliah: Sosiologi dan Psi-Sos I
– Lulus S1 dari UNS, S2 UGM dan sedang menempuh studi
Doktoral di Universitas Indonesia, dg riset menulis untuk
kesehatan
– Pernah Bekerja juga di PT. Balai Pustaka (Persero) sbg
Ka.Departemen Corporate Marketing
– Sekarang Founder & Owner tulisen.com, self publisher
media
– Penulis dan Pengarang Buku www.intansavitri.net
– Email intan.savitri72@yahoo.com
– Twitter @intansavitri72 ; Fb intan savitri ; 0813 1108 4299
Kontrak Belajar
• 1. Tepat waktu
• 2. Pembelajaran aktif
• 3. Telepon genggam nir suara
• 4. Izin jika ingin keluar ruangan
• 5. Mengangkat tangan jika ingin berbicara
• 6. Tugas membaca dan mind maping individu
(penilaian dari dosen)
• 7. Komunikatif -santai tapi serius
• 8. Hindari plagiarisme (cantumkan setiap sumber)
• 9. Tugas presentasi setiap kuliah 2 org 10’ sisanya dibahas
dosen
• 10. Tugas akhir menulis cerita fiksi atau esai tentang salah satu
topik psikologi sosial diunggah di tulisen.com
Kontrak Belajar

• Komponen Penilaian:
1. Kehadiran : 10%
2. Tugas & Kuis : 20%
3. UTS : 30%
4. UAS : 40%
Materi Kuliah
1. Pengantar Psikologi Sosial
2. Metode Penelitian Psikologi Sosial
3. Dasar-dasar perilaku sosial
4. Teori-teori psikologi sosial
5. Kognisi Sosial
6. Persepsi Sosial
7. Atribusi Sosial
8. Sikap
9. Prasangka dan Diskriminasi
10. Diri Pribadi
11. Pengaruh Sosial
12. Tingkah Laku Pro Sosial
13. Agresi
14. Hubungan Antar Pribadi
Tujuan Pembelajaran

• Mahasiswa mampu memahami dan


menjelaskan sejarah, pengertian dan
kedudukan psikologi sosial dan menganalisis
problematika sosial dengan daya nalar
psikososial dengan berbagai media
Pokok-pokok Perkuliahan

• 1.Pengertian psikologi sosial,


• 2. Metode penelitian psikologi sosial,
• 3. Dasar-dasar perilaku sosial,
• 4. Teori-teori psikologi sosial: kognisi sosial,
persepsi sosial, atribusi, sikap, prasangka dan
diskriminasi, diri pribadi, pengaruh sosial,
tingkah laku pro sosial, agresi, hubungan antar
pribadi
Definisi Psikologi Sosial
• Sherif & Muzfer (1956)
– Psikologi Sosial adalah ilmu tentang pengalaman
dan perilaku individu dalam kaitannya dengan
situasi stimulus sosial.
• Yang tergolong stimulus sosial:
– Orang lain : orang atau orang-orang lain, kelompok (dalam
interaksi dalam kelompok, dalam interaksi antarkelompok,
situasi interaksi bersama/kolektif)
– Produk kultural (budaya): material, nonmaterial
Definisi Psikologi Sosial
• Shaw & Costanzo (1970)
– Psikologi Sosial adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
perilaku individual sebagai fungsi rangsang-rangsang sosial.
• Baron & Byrne (2008)
– Psikologi Sosial adalah bidang ilmiah yang mencari
pengertian tentang hakikat dan sebab-sebab dari perilaku
dan pikiran-pikiran individu dalam situasi sosial.
• Taylor, Peplau, & Sears (2009)
– Psikologi sosial adalah studi ilmiah tentang bagaimana
orang berpikir, mempengaruhi dan berhubungan dengan
orang lain.
Ruang Lingkup Psikologi Sosial
• Shaw & Costanzo (dalam Sarwono, 1997):
– Pengaruh sosial terhadap proses individual
• Bagaimana kehadiran orang lain, keberadaan seseorang dalam
kelompok tertentu atau norma-norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat mempengaruhi persepsi, motivasi, proses belajar,
sikap (attitude) atau sifat (atribusi) seseorang.
– Proses-proses individual bersama
• Seperti bahasa, sikap sosial, kepercayaan, prasangka, dsb, yang
terdapat pada sejumlah individu yang berada bersama-sama
dalam suatu kelompok atau masyarakat.
– Studi tentang interaksi kelompok.
• Mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan hubungan individu
baik dalam kelompok maupun antarkelompok, seperti
kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, otoritas,
konformitas, kerjasama, kompetisi, peran sosial, peran jenis
kelamin, dsb.
social psychology
:

Biologis Proses Fenomena lingkungan


Konteks Budaya Belajar Sosial Kognitif

kecenderungan kekuatan rewards & perhatian, interpretasi


bawaan kelompok punishments memori, subyektif
interpretasi

lingkungan rewards & hubungan antara representasi


mendorong kebudayaan pada punishments dalam mental dan lingkungan
internal states individu lingkungan
Akar historis Psikologi Sosial

Tiga perspektif utama sebagai akar dari


psikologi sosial kontemporer
1. Teori Psikoanalisa (Sigmund Freud)
2. Teori Behaviorisme (Ivan Pavlov, B.F. Skinner,
dkk)
3. Psikologi Gestalt (Wolfgang Kohler, Kurt
Koffka, Kurt Lewin, dkk)
Akar historis Psikologi Sosial

• Teori Psikoanalisa
– Perilaku dimotivasi dari dalam oleh dorongan dan
impuls internal yang kuat, seperti seksualitas dan
agresi.
– Perilaku orang dewasa dibentuk oleh konflik
psikologis yang belum terselesaikan yang dapat
dirunut kembali hingga ke pengalaman masa
kanak-kanak dalam keluarga
– Kekuatan batin baik kesadaran maupun bawah
sadar memberi kekuatan dan mempengaruhi
perilaku
Psikoanalisa
Akar historis Psikologi Sosial

• Teori Behaviorisme
– Perilaku dibentuk atau dipengaruhi oleh
lingkungan.
– Perilaku adalah hasil dari proses belajar di masa
lalu.
• Teori Gestalt
– Orang membentuk persepsi yang koheren (utuh)
dan bermakna berdasarkan keseluruhan, bukan
berdasarkan bagian-bagian.
Behaviorisme
Gestalt
Akar historis Psikologi Sosial

• Psikologi Kognitif : Mempelajari tentang cara


manusia menerima, mempersepsi,
mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir
tentang suatu informasi.
02
Modul ke:

Psikologi Sosial I
Metode Penelitian Psikologi Sosial

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Topik Pembelajaran minggu 2

• Metode Penelitian Psikologi Sosial


• Metode penelitian, penelitian-penelitian, dan
etika dalam psikologi sosial
Pengertian
• Penelitian atau Riset:
Upaya terstruktur dalam pengumpulan data –
data informasi yang akan diolah dan dianalisa
dan disintesakan melalui suatu metodologi
ilmiah sehingga mendapatkan kesimpulan,
dimana kesimpulan tersebut merupakan
jawaban atas berbagai pertanyaan
Mengapa Penelitian Diperlukan ?
1. Banyak mitos dan common sense yang dipercaya
masyarakat berkaitan dengan topik-topik yang
menjadi subjek Psikologi Sosial
2. Riset dapat memberikan dasar yang jelas dan terukur
untuk melawan mitos-mitos atau common sense
yang sudah berurat berakar di masyarakat
3. Pemanfaatan riset menjamin keilmiahan Psikologi
Sosial sebagai salah satu ilmu pengetahuan dalam
Psikologi
Pengertian
• Langkah awal riset
a. Mempertanyakan sesuatu
b. Mencari literatur
c. Membuat hipotesa berdasarkan teori
d. Menetapkan bentuk penelitian
Permasalahan Penelitian
a. Teoritis vs Non-teoritis
– Teoritis : dengan hipotesis untuk mengembangkan
teori
– Non-teoritis : mengumpulkan informasi tentang
fenomena yang dipermasalahkan
b. Masalah Dasar vs Masalah Penerapan
– Masalah Dasar : demi kepentingan ilmu
pengetahuan
– Masalah Penerapan : untuk memecahkan masalah
praktis
Teori
• Teori
adalah kerangka kerja yang dibangun untuk
menjelaskan berbagai kejadian dan proses
tertentu terjadi.
Hipotesis Penelitian
• Hipotesis
adalah sebuah prediksi atau peramalan yang belum
diverifikasi berdasarkan suatu teori
• Menguji Hipotesis
Pengujian hipotesis memerlukan penerjemahan konsep
teoritis ke dalam variabel kongkrit yang merepresentasikan
konsep secara valid dan reliabel.
– Validitas variabel : sejauh mana sebuah variabel
merepresentasikan apa yang harus direpresentasikan
– Reliabilitas variabel : konsistensi variabel kongkrit dalam
merepresentasikan variabel teoritis
Variabel dalam Penelitian
• IV (Independen Variable):
adalah serangkaian kondisi yang berbeda yang
diduga memiliki efek terhadap respon subjek
• DV (Dependen Variable):
adalah respon subjek yang diukur dalam
situasi penelitian
Contoh
Metode Penelitian
Macam-macam Rancangan Penelitian:
1. Eksperimental
Ciri-ciri dasar metode eksperimen:
- Variabel bebas (independen variabel)
- Variabel terikat (dependent variabel)
- Kelompok eksperimen
- Kelompok kontrol
Metode Penelitian
2. Penelitian Lapangan
• Adanya observasi mendalam terhadap orang dalam
jumlah terbatas dalam lokasi natural
• Kelebihan:
• Realisme → kejadian yang muncul secara normal
dalam setting natural
• Dapat memberikan informasi yang akurat
• Memungkinkan dikumpulkannya beberapa tipe
Dependen Variabel sehingga lebih yakin dalam
penyimpulan
Metode Penelitian
3. Penelitian Simulasi
Usaha untuk meniru beberapa aspek penting
dalam situasi dunia nyata, dengan meminta
partisipan penelitian untuk bermain peran
atau untuk bertindak seolah-olah simulasi itu
benar terjadi
Metode Penelitian
4. Penelitian Survei
• Survei wawancara → peneliti menanyakan
serangkaian pertanyaan yang sudah
ditetapkan sebelumnya dan merekam
jawaban responden
• Survei kuesioner → responden membaca
pertanyaan dari dan menuliskan jawabannya
pada formulir yang diberikan
Metode Penelitian
5. Observasi
• Observasi adalah pengamatan langsung para
pembuat keputusan berikut lingkungan
fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu
kegiatan yang sedang berjalan
Metode Penelitian
6. Wawancara
• Sutrisno Hadi (1993)
Wawancara adalah metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak ,dikerjakan
dengan sistematik, dan berlandaskan kepada
tujuan penyelidikan
Metode Penelitian
7. Korelasi : Mencari hubungan
• Metode ini mencoba mencari untuk
menentukan apakah, dab seberapa jauh
variabel-variabel yang berbeda satu sama lain.
Error dalam Penelitian
• Efek Peneliti (Eksperimenter Bias)
efek yang tidak dikehendaki pada perilaku
partisipan yang disebabkan oleh peneliti
Cara mengatasi:
- double-blind procedure (prosedur perlindungan
ganda)
yaitu peneliti yang mengadakan kontak dengan
partisipan dijaga agar tidak mengetahui hipotesis
penelitiannya sehingga kemungkinan bahwa mereka
akan mempengaruhi hasil akan berkurang
Etika dalam Penelitian
1. Informed Consent
memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
calon partisipan tentang prosedur yang akan
dilakukan sebelum mereka memutuskan untuk
berpartisipasi.
Kebalikannya adalah Deception (pengecohan), yaitu
peneliti menahan atau menyembunyikan informasi
tentang tujuan dari penelitian.

2. Debriefing
memberikan informasi pada partisipan tentag
deskripsi menyeluruh dari tujuan suatu penelitian
setelah mereka berpartisipasi
Prinsip Penelitian
1. Pengecohan/ deception digunakan hanya bila
sangat diperlukan-jika tidak ada cara lain yang dapat
digunakan untuk melakukan penelitian.
2. Selalu dilakukan dengan hati-hati.
3. Memastikan kepastian bahwa segala kemungkinan
telah dilakukan untuk melindungi hal, kemanan,
dan kesejahteraan partisipan.
03
Modul ke:

Psikologi Sosial I
DASAR-DASAR
PERILAKU SOSIAL

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Kompetensi
• Mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan apa saja yang menjadi dasar
perilaku sosial
Filsafat Perilaku Sosial
• A. Kaum Stoik(Stoicism)
Pandangan kaum Stoik mengandung “humanisme”-
yaitu, suatu pandangan hidup yang menempatkan
individu sebagai fokus utamanya. Tokoh Stoik
Seneca(4 SM-65 M) mengatakan bahwa “bagi umat
manusia, manusia itu suci.” Ini tetap menjadi slogan
humanisme hingga sekarang. Kaum Stoik, lebih
lanjut, menekankan bahwa semua proses alam,
seperti penyakit dan kematian, mengikuti hukum
alam yang tak pernah lekang.
Stoicsm
• Karena itu manusia harus belajar untuk menerima takdirnya.
Tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Menurut
mereka manusia adalah :
• Manusia adalah bagian dari dunia keteraturan yang alamiah
dan rasional sehingga mempunyai tanggung jawab satu
dengan yang lain dan secara bersama-sama mengejar
kebahagiaan.
• Manusia bersifat kooperatif, etis, altruis (suka menolong), dan
penuh cinta kasih
B. Pandangan Kaum Epicurean
• Sekitar 300 SM, Epicurus (341-270 SM)
mendirikan sebuah aliran filsafat di Athena.
Para pengikutnya dinamakan kaum Epicurean.
Dia mengembangkan etika kenikmatan
Aristippus dan menggabungkannya dengan
teori atom Democritus. Aristippus merupakan
murid Socrates, dia percaya bahwa tujuan
hidup adalah meraih kenikmatan indrawi
setinggi
Epicurean
• Memandang manusia :
• 1.Manusia pada dasarnya hedonistik, tertarik pada
interes dan mau menangnya sendiri
• 2.Masyarakat bukanlah sesuatu yang alami.
• 3.Masyarakat terbentuk karena interes individu
untuk bergabung demi keamanan dirinya sendiri dan
demi kehidupan ekonomi yang lebih baik.
• 4.Manusia adalah kompetitif, hedonistik, dan pencari
kesenangan
C. Thomas Hobbes
• Hobbes adalah seorang materialis. Ia terkenal
dengan problem keteraturan. Menurutnya :
• 1.Ketakutan akan kematian yang tinggi dinilai lebih
kuat daripada kebebasan mengejar tujuan-tujuan
individual
• 2.Manusia bekerjasama untuk menghindari bahaya
mengurangi ketakutan akan kematian, balasa
dendam, dll.
• 3.Salah satu bentuk kerjasama itu adalah keluarga
dan masyarakat.
1. Manusia Sebagai Hewan

• David SchneiderSebagai hewan manusia


mempunyai berbagai naluri –naluri dasar agar
dapat bertahan dalam menghadapi segala
macam ancaman. Naluri-naluri itu adalah
naluri seks, naluri makan, naluri pertahanan
diri dan naluri pertahanan kelompok terhadap
serangan luar.
Sigmund Freud
• Mengatakan bahwa ada 2 jenis naluri atau
insting, yaitu:
• Insting seksual atau libido  untuk kelangsungan
keturunan
• Insting ego  untuk kelangsungan hidup, misalnya
lapar dan haus
• Dalam perkembangan selanjutnya menjadi :
– insting seksual atau insting kehidupan atau insting eros
(membangun dan berkembang)
– Insting kematian atau insting agresi atau tanatos
2. Manusia: Pencari Keuntungan
• Doktrin bahwa manusia mengejar kesenangan
dan menghindari kesakitan disebut
hedonism.Doktrin ini menjadi dasar analisis
psikologi.
• Thibaut & Kelley mengembangkan teori
timbal – balik (exchange theory). Teori ini
menjelaskan bahwa adanya prinsip untung
rugi dalam interaksi antar manusia
3. Manusia Sebagai Salah Satu Unsur Dalam
Lingkungan Fisika
• Thomas Hobbes: Gerak tubuh manusia
merupakan refleksi dari operasi gabungan
berbagai daya yang ada di lapangan 
motivasi adalah gerak miniature didalam
tubuh.
• Kurt Lewin mengembangkan paham ini
dengan mengemukakan Teori Lapangan (Field
Theory).
Kurt Lewin
• 1.Manusia dalam lingkungan yang kongkret, yaitu ruang
kehidupan (life space) yang bersisi diri manusia itu sendiri,
manusia-manusia lain, dan lingkungan fisik lainnya.
• 2.Hanya daya-daya masa kini yang menentukan perilaku,
bukan masa lalu, apalagi masa kecil.
• 3Segala sesuatu yang terdapat dalam ruang kehidupan
seseorang diwakili dalam alam kesadaran atau “lapangan
psikologik” orang tersebut.
• 4.Dari saat ke saat, setiap saat setiap bagian dari lapangan
psikologik itu dapat mempunyai daya tarik atau daya tolak,
terkadang kuat, terkadang lemah, terkadang biasa saja.
Field Theory: Kurt Lewin
• Konflik-konflik yang terjadi sebagai akibat daya tarik
yang kuat antar manusia adalah:
–approach-approach conflict (konflik
mendekat-mendekat)
–avoidance-avoidance conflict (konflik
menjauh-menjauh)
–approach-avoidance conflict (konflik
mendekat-menjauh)
• Untuk mengatasi konflik tersebut perlu
dilakukan manajemen konflik
4. Manusia Sebagai Ilmuwan
• Manusia cenderung ingin mengerti, meramalkan dan
mengendalikan lingkungan lingkungan fisik dan sosialnya.
Dengan demikian manusia cenderung berpikir tentang
sebab dan akibat dan menggolongkan segalanya
berdasarkan criteria-kriteria tertentu. Jika lingkungannya
tidak dapat dimengerti, diramalkan dan dikendalikan, akan
timbul keadaan yang disebut disonansi kognitif. Keadaan
disonansi harus segera diatasi untuk menimbulkan keadaan
konsonan kognitif. Pandangan ini antara lain dikemukakan
antara lain oleh Psikologi Kognitif.
Psikologi Kognitif
Manusia cenderung ingin mengerti
lingkungan fisik dan sosialnya.
Manusia ingin mengontrol lingkungannya.
Manusia cenderung berpikir sebab akibat
dan cenderung menggolong-golongkan
segala sesuatu (baik-buruk, benar-salah,
dll).
PENGERTIAN MOTIVASI
• Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai
dengan motivasi. Motivasi adalah pemberian atau
penimbulan motif dapat pula diartikan hal atau keadaan yang
menjadi motif.
• Menurut M. Sherif & C.W. Sherif (1956), motivasi adalah
istilah generik yang meliputi semua faktor internal yang
mengarah ke berbagai jenis perilaku yang bertujuan, semua
pengaruh internal seperti kebutuhan (needs) yang berasal dari
fungsi-fungsi organisme, dorongan dan keinginan, aspirasi,
dan selera sosial yang bersumber dari fungsi-fungsi tersebut.
2 Jenis MOTIF
• 1.Motif Biogenik
• Berasal dari proses fisiologik dalam tubuh yang
dasarnya adalah mempertahankan ekuilibrium dalam
tubuh sampai batas-batas tertentu. Proses ini
disebut “homeostatis”
• 2.Motif Sosiogenik
• Beasal karena perkembangan individu dalam tatanan
sosialnya dan terbentuk karena hubungan antara
pribadi, hubungan antar kelompok atau nilai-nilai
sosial, dan pranata-pranata.
ASPEK-ASPEK MOTIVASI

• Keadaan yang mendorong tingkah laku


(motivating states)
• Tingkah laku yang didorong oleh keadaan
tersebut (motivated behavior)
• Tujuan daripada tingkah laku sendiri (goals or
ends of such motivation)
BEBERAPA PENDEKATAN DASAR TERHADAP MOTIVASI

• Teori Insting
• a.Tahun 1920-an  untuk menerangkan perilaku
manusia, para pakar merujuk pada insting
• b.Tahun 1924  tidak kurang dari 400 teori tentang
insting dan hampir 600 jenis aktivitas manusia
disebut sebagai insting
• c.Sejak 1920-an teori ini mulai ditinggalkan karena
penelitian antropologi dan sosiologi membuktikan
bahwa perilaku manusia sangat bervariasi,
tergantung dari lingkungan, sehingga tidak bisa
dijelaskan dengan insting (yang universal)
Pendekatan Thd Motivasi
• Teori Dorongan (drive)
• Pakar psikologi mencari penyebab perilaku pada
“ketegangan” (tension) yang terjadi pada otot-otot
dan kelenjar-kelenjar pada saat haus, lapar, dll.
Ketegangan ini menimbulkan dorongan untuk
berperilaku tertentu. Dorongan menyangkut perilaku
yang bersifat biologik dan fisiologik .
• E.C. Tolman membagi dorongan dalam 2 jenis, yaitu:
• Hasrat (apetites)  lapar, haus, seks
• Pengingkaran (aversion)  menghindari sakit,
Pendekatan Thd Motivasi
• Teori Psikoanalisa
• Inti teori adalah motif bersumber pada stress
internal, yang terdiri atas insting dan
dorongan (drive) yang bekerja dalam
ketidaksadaran manusia Teori ini sangat
berorientas biologik Semua insting dan
dorongan bermuara pada libido sexualis, yang
sebagia besar tidak dapat dikendalikan oleh
orang yang bersangkutan
Pendekatan Thd Motivasi
• Perilaku Purposif dan Konflik
• Orang mulai lebih mementingkan perilaku molar
(keseluruhan, seperti makan dan berlari) daripada perilaku
molekular (bagian dari perilaku keseluruhan, seperti
mengeluarkan liur dan menggerakkan otot). Edward Chase
Tolman mengemukakan bahwa
• Perilaku manusia tidak hanya ditentukan oleh rangsang
dari luar atau stimulus, tetapi ditentukan juga oleh
organisme atau orang itu sendiri.
• Orang bukan hanya memperhatikan stimulusnya,
melainkan memilih sendiri reaksinya.
Pendekatan thd Motivasi
• Otonomi fungsional
• G.W. Allport (1961)
• Motif pada orang dewasa yang tumbuh dari sistem-
sistem yang mendahuluinya , tetapi berfungsi lepas dari
sistem-sistem pendahulu dulu.
• Motif berfungsi sesuai dengan tujuan sendiri, terlepas
dari motof-motif asalnya.
Pendekatan thd Motivasi
• Motif Sentral
• Goldstein (1939) mengatakan bahwa“aktualisasi diri” sebagai
motif tunggal pada manusia. Setiap perilaku didasarkan pada
kebutuhan untuk melindungi diri (self) dan mengurangi
kecemasan serta kemapanan bagi dirinya sendiri.
• Sedangkan A.H. Maslow (1959) mengatakan
bahwa“aktualisasi diri” sebagai motif tertinggi di atas 4 motif
lain yang tersusun secara hierarkis (motif primer, rasa aman,
rasa memiliki, dan harga diri)
• Dan menurut R.W. White (1959)Satu-satunya motif manusia
adalah motif kompetensi. Manusia selalu ingin berinteraksi
secara efektif dengan lingkungannya.
04
Modul ke:

Psikologi Sosial I
TEORI DASAR
PSIKOLOGI SOSIAL

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Teori Dasar Dalam Psikologi Sosial
• I. Teori psikoanalisis dari Sigmund Freud Teori ini
mengatakan bahwa perilaku dimotivasi dari dalam
oleh dorongan dan impuls internal yang kuat seperti
seksualitas dan agresi.
• II. Teori behaviorism yang dikembangkan oleh Ivan
Pavlov, B.F. Skinner fokus pada perilaku yang dapat
diamati, tidak tertarik pada pemikiran dan perasaan
subyektif. Mempelahari yg dpt dilihat dan diukur
secara langsung. Behavioris berpendapat bahwa
perilaku saat ini adalah hasil proses belajar masa lalu
dan meneliti cara lingkungan membentuk perilaku.
Teori Dasar Dalam PsikoSos

• III. Teori Gestalt Psychology dikembangkan


oleh Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin
• Fokus mereka adalah cara pada cara individu
memandang dan memahami obyek, kejadian
dan orang. Menurut mereka, orang memahami
situasi atau kejadian bukan sebagai sesuatu
yang tersusun dari elemen diskrit tetapi
sebagai “keseluruhan yang dinamis”.
Gestalt Psychology
Mengapa banyak Teori PsikoSos?

• Banyaknya teori psikologi sosial


menggambarkan bahwa terdapat banyak
perspektif yang berbeda-beda untuk
menjelaskan suatu perilaku yang sebenarnya
kurang lebih sama.
TEORI BELAJAR SOSIAL: A. BANDURA
TEORI LAPANGAN: KURT LEWIN

• Menurutnya segenap peristiwa perilku seperti bermimpi,


berkeinginan atau bertindak merupaka fungsi dari ruang
hidupnya. Dengan formula b (behavior), p (person), dan e
(environment) dijelaskan bahwa perilaku manusia merupakan
hasil dari interaksi karakteristik kepribadian individu dan
lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan sebagai ruang hidup
tidak dapat dipisahkan dari kesatuan dengan kepribadian
manusia. Ruang hidup terdiiri atas peristiwa-peristiwa di masa
lalu, sekarang dan masa depan.
TEORI KOGNITIF: PIAGET, VIGOTZKY

• Bahwa orang cenderung secara spontan


mengelompokkan dan mengkategorikan
obyek. Kedua, orang mudah memandang
sesuatu sebagai menonjol (“tokoh”) dan
memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu
yang kurang menonjol (*latar belakang).
Biasanya stimuli yang penuh warna, berisik
unik dianggap menonjol sedangkan stimuli
yang jauh, sepi, umum, datar dan lemah
sebagai latar belakang.
Kategorisasi
Teori Kognitif
Beda Teori Kognitif dan Belajar

• Pendekatan kognitif berbeda dengan dengan


pendektan belajar dalam dua hal, pertsms,
pendekatan kognitif lebih berfokus pada
persepsi saat ini daripada pengalaman masa
lalu. Kedua, pendekatan kognitif lebih
memerhatikan arti penting persepsi atau
interpretasi seseorang terhadap situasi, bukan
pada “realitas” obyektif dari situasi.

TEORI PERTUKARAN SOSIAL: Goerge Homan

• Menurut teori pertukaran sosial, individu


memasuki dan mempertahankan suatu
hubungan sosial dengan orang lain karena ia
merasa mendapat banyak keuntungan-
keuntungan berupa ganjaran dari hubungan
itu.
• Kata Kunci: Kerjasama dg orang lain,
interdependen dg orang lain, saling
menguntungkan.
Social Exchange Theory? How To Explain This?
Teori Peran: B.J. Biddle

• Teori peran memberi penelaahan terhadap


perilaku sosial dengan penekanan pada
konteks status, fungsi dan posisi sosial yang
terdapat dalam masyarakat. Peran adalah
sekumpulan norma yang mengatur individu-
individu berada dalam suatu posisi atau fungsi
sosial tertentu memiliki keharusan untuk
berperilaku tertentu. Perilaku sosial seseorang
dalam sebuah kelompok merupakan hasil
aktualisasi dari peran tertentu.
Teori Genetik: Lorenz dan Mc.Dougal

• Teori ini menekankan kualitas


pembawaansejak lahir atas tingkah laku sosial.
Dengan asumsi dasar komponen dari tingkah
lakusosial berhubungan atau mempunyai
akar pada penyebab genetik yang
tidakdipelajari.Beberapa tokoh teori ini adalah
Konrad Lorenz, WilliamMcDougal.
Teori Genetik
• Menurut Lorenz :tingkah laku agresi adalah
perwujudan dari instink agresi yang dibawa sejak
lahir danberasal dari kebutuhan untuk melindungi
diri.
• Sedangkan Mc Dougal: mengatakan bahwa banyak
tingkah spesifik dapat dijelaskan dalam istilah instink
dimana ada ,tingkah laku memiliki tujuan langsung
yang tidak dipelajari.Misalnya ibu melindungi
anaknya maka diamenjelaskan tingkah laku tersebut
sebagai parental instink.Kebutuhan untuk
berinteraksi dgn org lain disebut sebagai “insting
berkumpul”
TEORI PSIKOANALISA: Freud

• Teori ini menekankan bahwa orang bergerak


melewati suatu tahapan (stage) yg pasti
selama tahun-tahun awal perkembangan yang
berhubungan dengan sumber-sumber
kesenangan seksual (sexual pleasure) yaitu
tahap oral, anal, phalik dan genital.
Psikoanalisa
• Dasar teori psikoanalisa adalah :
• Tingkah laku orang dewasa merupakan refleksipengalaman
masa kecilnya.
• Tingkah laku org dewasa merupakan refleksi pengalaman masa
kecilnya.
• Misalnya dalam memahami perilaku agresifitas, tingkah laku
agresi dipandang sebagai manifestasi pembawaan sejak lahir.
Sedangkan prasangka pada orang lain, dipandang sebagai
konflik individu pada masa kecil dengan orang tuanya yang
otoriter yang kemudian direfleksikan dalam ketidak sukaannya
pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya
Teori Psikoanalisis Tentang Sikap Sosial :
W.Sarnoff
• Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini
menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan
berdasarkan mekanisme pertahanan ego.
Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173)
diantara berbagai sikap yang ditunjukan oleh
manusia, ada yang fungsinya mempertahankan
ego dari ancaman bahaya, baik yang datang
dari luar maupun dari dalam diri sendiri.
Psikoanalisa

• Pengaruh psikoanalisa terhadap psikologisosial


relatif lebih sedikit jika dibandingkandengan
teori lainnya.dengan alasan teori psikoanalisa
memprediksi tingkah laku berdasarkan proses-
proses ketidaksadaran yg sulit diobservasi,
sehingga sulit diuji secara ilmiah untuk
membuktikan keabsahannya. Teori
psikoanalisa hanya dapat menggambarkan
fakta tetapi tidak dpt dipakai sbgai prediktor
tingkah laku.
KUIS

• Bacalah artikel Perampokan: Sepandai-pandai


Tupai Melompat, Ditembak Tewas Juga.
Analisislah menggunakan teori Psikologi Sosial
yang Anda pilih, minimal 2 teori
• Tulislah analisis Anda minimal 1 halaman folio
atau ketik di laptop Anda dan dikirim melalui
email ke intan.savitri72@gmail.com, hari ini
juga)
05
Modul ke:

Psikologi Sosial I
KOGNISI SOSIAL

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Kompetensi

• Mahasiswa mampu memahami dan


menjelaskan kognisi social beserta aspeknya,
skema serta jalan pintas mental yang mungkin
dilakukan
BAGAIMANA DIA MENURUT ANDA?
Kalau Dia?
DEFINISI KOGNISI SOSIAL

• Menurut Baron and Byrne (2003) kognisi social


adalah adalah cara kita menginterpretasi,
menganalisis, mengingat dan menggunakan
informasi tentang dunia sosial.
• Sedangkan Taylor dkk (2009) mengemukakakn
bahwa kognisi social merupakan studi tentang
bagaimana orang menarik kesimpulan dan
memberi penilaian dari informasi social.
Kesimpulan

• Sehingga bisa disimpulkan bahwa kognisi social


berkaitan dengan bagaimana cara kita berpikir
tentang dunia sosial, bagaimana cara kita
mencoba untuk memahaminya dan bagaimana
cara kita memahami diri kita dan tempat kita
di dalam dunia itu.
• Kognisi sosial kita berfungsi secara “otomatis”:
cepat, tanpa usaha dan tanpa penalaran yang
cermat atau logis, karena telah ada skema
yang membimbing kita
SKEMA
• Kerangka mental yg berpusat pada tema-tema spesifik yg
membantu kita utk mengorganisasikan dan menggunakan
informasi social.
• Menurut Taylor (2009) skema merupakan seperangkat tatanan
struktur pengetahuan atau pemahaman mengenai beberapa
konsep atau stimulus.
• Skema berisi pengetahuan tentang konsep atau stimulus, relasi
antar berbagai pemahaman tentang konsep dan contoh-
contoh spesifiknya.
• Skema dapat berupa skema tentang orang tertentu, peran
social atau diri sendiri, sikap terhadap obyek tertentu,
stereotype tentang kelompok tertentu, atau persepsi tentang
kejadian umum.
Pengaruh Skema Terhadap Kognisi Sosial

• Hasil penelitian mengungkapkan bahwa skema


menimbulkan efek yang kuat pada tiga proses
dasar yaitu atensi, encoding dan retrieval
• a.perhatian atau atensi (attention)
• Skema berperan sbg penyaring: informasi yg
konsisten dengan skema lebih diperhatikan
dan lebih mungkin masuk ke kesadaran
Pengaruh Skema Terhadap Kognisi Sosial

• b.pengkodean (encoding),
• Informasi yg menjadi fokus atensi lebih
mungkin disimpan dalam memori jangka
panjang, jadi informasi yg konsisten dg skema
yg dikodekan
• c.mengingat kembali (retrieval).
• Orang cenderung mengingat dan
menggunakan informasi yg konsisten dengan
skema lebih banyak daripada informasi yg
tidak sesuai dg skema.
• Skema juga memiliki kelemahan (segi
negative). Skema mempengaruhi apa yang kita
perhatikan, apa yang masuk dalam ingatan
kita, dan apa yang kita ingat, sehingga terjadi
distorsi pada pemahaman kita terhadap dunia
social. Skema memainkan peran penting dalam
pembentukan prasangka, dalam pembentukan
satu komponen dasar pada stereotip tentang
kelompok-kelompok social tertentu.
Negative Schema about Self
Efek Skema
• Skema juga dapat memberikan efek seperti efek bertahan
(perseverance effect), tidak berubah bahkan ketika
menghadapi informasi yang kontradiktif.
• Kadangkala skema bisa memberikan efek pemenuhan harapan
diri (self-fulfilling) yaitu skema membuat dunia social yang kita
alami menjadi konsisten dengan skema yang kita miliki.
• Contoh efek bertahan, ketika kita gagal kita berusaha
menghibur diri sendiri dengan berkata, “kamu hebat kok, ini
karena pertandingan yang tidak adil”, dsb. contoh ramalan
yang mewujudkan dirinya sendiri (self-fulfilling prophecy)—
ramalan yang membuat ramalan itu sendiri benar-benar
terjadi,
JALAN PINTAS MENTAL

• Tekanan efisiensi sering menyebabkan orang


mengandalkan skema yang mereka punya
untuk menangani aliran informasi yang
kompleks dan cepat dalam dunia social.
Akibatnya individu sering melakukan
kesalahan-kesalahan.Kesalahan yang dilkukan
individu antara lain:
Macam-macam Jalan Pintas Mental
• 1. Berpikir jalan pintas (HEURISTIC)
• Individu cenderung malas untuk berpikir kompleks
sehingga cenderung menyederhanakan suatu
peristiwa yang dialami. Penyederhanaan itu dilakukan
dengan cara:
• a.representasi
• Individu mengambil kesimpulan mengenai suatu
gejala sosial hanya berdasarkan pada ciri-ciri tertentu
Macam-macam Jalan Pintas Mental
• b. priming
• Pengambilan kesimpulan berdasarkan pengalaman
yang baru saja terjadi atau yang paling sering dialami
• c. base rate fallacy
• Pengambilan kesimpulan dengan cara melakukan
generalisasi pada sekelompok individu berdasarkan
perilaku individu lain
• d. keterbatasan informasi yang tersedia
• Pengambilan kesimpulan berdasarkan informasi yang
minim
2. Berpikir Ilusi: Illusory Thinking

• Ilusi dalam konsep psikologi adalah kesalahan


dalam mempersepsi sesuatu. Dalam psikologi
sosial, individu sering mengalami kesalahan
dalam mempersepsi sesuatu yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan pula
dalam kognisi sosial.
Berpikir ilusi dapat dibedakan menjadi:
• A. ilusi tentang korelasi (illusory correlation)
• Ilusi ini terjadi apabila individu menghubungkan dua
hal yang tampaknya berhubungan padahal
sebenarnya tidak
• B. ilusi kontrol (illusory control)
• Individu menganggap seakan-akan dirinya dapat
mengendalikan lingkungan
• c. penilaian terlalu percaya diri (overconfidence
judgement)
• Individu salah memberikan penilaian atau menarik
kesimpulan akibat terlalu percaya pada dirinya sendiri
3.Hallo Effect
• Biasanya terjadi pada saat pertemuan pertama
kali dengan individu lain, individu dikaburkan
dengan penampilan individu lain sehingga
membentuk kesan yang salah mengenai
individu lain tersebut. Terjadinya hallo effect
juga dikarenakan cara berpikir individu yang
cenderung membuat kategorisasi-kategorisasi
mengenai sifat manusia, yaitu kategorisasi
sifat-sifat baik dan sifat-sifat buruk
Aspek-aspek lain dalam kognisi sosial
• hanya informasi-informasi tertentu yang ditangkap oleh
individu, yaitu:
• Memperhatikan yang inkonsisten.: Individu lebih cenderung
memperhatikan yang inkonsisten untuk membuat suatu
kesimpulan mengenai suatu gejala sosial
• memperhatikan yang negative: Individu cenderung
memperhatikan hal-hal yang negatif saja dari seseorang dan
tidak menghiraukan sisi baik orang lain
• Pribadi dan Benda Milik: Individu sering kali juga
memberikan atribusi tertentu kepada orang lain
berdasarkan benda-benda yang ia miliki. Hal ini
terjadi karena adanya anggapan bahwa kepribadian
seseorang tercermin dari benda-benda yang dimiliki.
• Keraguan karena motivasi
• Berpikir kontrafaktual : Individu mengabaikan
informasi terbaru yang ia terima dan menyimpulkan
sesuatu berdasarkan informasi yang sudah lebih
dahulu ada
KOGNISI DAN AFEKSI
• Afeksi merupakan perasaan seseorang terhadap
suatu stimulus sedangkan kognisi adalah cara berpikir
seseorang terhadap suatu stimulus.
• Dalam menilai dan memahami suatu gejala sosial,
tanpa kita sadari ternyata dipengaruhi oleh perasaan
kita pada saat itu. Ini berarti afeksi mempengaruhi
kognisi.
• Sedangkan apabila kita berpikir hal-hal buruk maka
kita akan menjadi cemas dan takut, namun apabila
kita menanggapi sebaliknya maka kita akan tenang.Ini
berarti kognisi mempengaruhi afeksi.
Kognisi-Afeksi-Perilaku
Afeksi dan Memori

• Pengaruh afek lainnya adalah pengaruh pada


ingatan. Ingatan yang bergantung pada
suasana hati (mood-dependent memory) yaitu
apa yang kita ingat saat berada dalam suasana
hati tertentu, sebagian besar ditentukan oleh
apa yang kita pelajari sebelumnya ketika kita
berada dalam suasana hati tersebut.
MOOD DEPENDENT MEMORY

Informasi yang Lebih mudah mengingat


dipelajari ketika kembali informasi ketika
berada dalam suasana berada dalam suasana
hati positif
hati positif

Informasi yang dipelajari Informasi yang dipelajari


ketika berada dalam ketika berada dalam
suasana hati negatif suasana hati negatif
Mood Congruence Effect

• Pengaruh kedua dikenal dengan efek


kesesuaian suasana hati (mood-congruence
effects) yaitu kecenderungan untuk
menyimpan atau mengingat informasi positif
ketika berada dalam suasana hati positif dan
informasi negatif ketika berada dalam suasana
hati yang negatif.
MOOD CONGRUENCE EFFECT

nformasi positif yang


I
Suasana hati diperhatikan dan
yang baik diingat
(Positif)

Informasi negatif
Suasana hati yang yang diperhatikan
buruk (negatif) dan diingat
06
Modul ke:

Psikologi Sosial I
PERSEPSI SOSIAL

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Kompetensi

• Mahasiswa mampu memahami dan


menjelaskan pengertian, proses serta factor
yang mempengaruhi persepsi

APA PENDAPATMU?
PERSEPSI SOSIAL
• Persepsi social merupakan proses yang digunakan untuk
mengetahui dan memahami orang lain.
• Pengetahuan akurat tentang orang lain akan sangat berguna
untuk mengatur hubungan saling interaksi. Dalam hubungan
social, persepsi social dapat dijadikan sebagai kerangka
berpikir untuk mempermudah dan mengatur hubungan
seseorang dengan orang lain.
• Selain bermanfaat, persepsi social terkadanga dapat juga
menimbulkan masalah berkenaan dengan kesalahan persepsi.
Kesalahan persepsi itu terutama karena terlalu sempitnya
tinjauan individu dalam mencoba memahami dan menilai
orang lain.
Cultural influence of Social Perception
Persepsi Sosial dan Kesehatan Mental
• Persepsi sosial juga berhubungan erat dengan kesehatan
mental. Kesehatan mental salah satunya ditandai oleh fungsi
sosial dari individu. Fungsi sosial mensyarakatkan kemampuan
untuk mengenali keadaan emosional diri sendiri dan orang
lain, sehingga diperlukan juga kemampuan menganalisis
ekspresi wajah. Sangat rendahnya kemampuan mengenali
keadaan emosi melalui ekspresi wajah merupakan karakteristik
utama pada penderita skizofrenia (Baudouin & Nicolas Franck,
2008). Defisit kemampuan kita itu tampak ketika perasaan
dikomunikasikan baik Damelalui ekspresi wajah maupun
melalui modalitas lainnya.
Pengertian Persepsi Sosial

• Persepsi sosial adalah proses (aktif) untuk


memahami orang lain, di mana mereka
sebelumnya sudah memiliki dan mendapatkan
skema-skema atau informasi tentang keadaan
sosial yang terekam di dalam memori, yang
kemudian diolah atau dibayangkan kepada
suatu objek
Pengertian Persepsi Sosial

• proses pemerolehan, penafsiran, pemiliihan


dan pengaturan informasi indrawi. Persepsi
sosial dapat diartikan sebagai proses
perolehan, penafsiran, pemilihan dan
pengaturan informasi indrawi tentang orang
lain. Apa yang diperoleh, ditafsirkan, dipilih
dan diatur adalah informasi indrawi dari
lingkungan sosial serta yang menjadi fokusnya
adalah orang lain.
Pengertian Persepsi Sosial

• Persepsi sosial juga merujuk pada bagaimana


orang mengerti dan mengategorisasikan dunia.
Seperti persepsi lainnya, persepsi sosial
merupakan sebuah konstruksi. Sebagai hasil
konstruksi, pengetahuan dan pemahaman
yang diperoleh dari persepsi sosial tidak selalu
sesuai dengan kenyataan.
Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Sosial

• 1. Factor penerima ( the perceiver): Skema


• 2. Factor situasi (the situation
• 3. Faktor obyek sasaran (the target)
Persepsi Sosial Sebagai Proses

• 1. Memperhatikan tanda-tanda non verbal


• 2. Secara terintegrasi menggabungkan tanda-
tanda non verbal dg tanda-tanda verbal
• 3. Menyimpulkan karakteristik tertentu
tentang individu lain
• 4. Terjadi bias-bias persepsi (rapi, ganteng =
baik, berantakan, buruk rupa = jahat)
Tingkah Laku dan Komunikasi Nonverbal

• Persepsi sosial terjadi ketika kita menangkap stimulus


sosial, baik melalui pengindraan maupun komunikasi
nonverbal (ekspresi wajah, kontak mata,
• postur tubuh, gerakan atau sentuhan). Ketika kita
ingin mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan
orang lain, kita berusaha menemukan informasi-
informasi tentang orang lain. Bisa saja kita bertanya
kepada orang lain tentang apa yang dipikirkan dan
dirasakannya.
Tingkah laku nonverbal membantu kita untuk
mengetahui beragam tujuan (Patterson, 1983)

• 1. Tingkah laku nonverbal menyediakan informasi


tentang perasaan dan niat secara ajek. Contohnya,
emosi sedih yang dialami seseorang dapat dikenali
dari ekspresi wajanya meskipun orang itu
menyatakan ia tidak sedang sedih
• 2. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan untuk
mengatur dan mengelola interaksi. Sebagai contoh,
dalam kegitan diskusi, ekspresi wajah atau seseorang
yang mengangkat tangan dapat menjadi tanda bahwa
orang itu hendak ikut berbicara dalam diskusi,
peserta lain akan mempersilakan
Tingkah Laku Non Verbal

• 3. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan


untuk menangkap keintiman, misalnya melalui
sentuhan, rangkulan dan tatapan mata.
• 4. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan
untuk menegakkan dominasi atau kendali,
seperti kita kenal dalam ancaman nonverbal
seperti mata melotot, rahang yang dikatupkan
rapat-rapat dan gerakan-gerakan yang
diasosiasikan sebagai tindakan agresif
tertentu.
Tingkah Laku Non Verbal

• 5. Tingkah laku nonverbal dapat digunakan


untuk menfasilitasi pencapaian tujuan, dengan
menunjuk, member tanda pujian dengan
mengangkat jempol dan menampilkan senyum
sebagai tanda memberi dukungan positif.
Penelitian Perilaku Non Verbal
• Penelitian-penelitian tentang tingkah laku dan komunikasi
nonverbal banyak dilakukan oleh psikolog sosial (diantaranya
Ekman & Frieson, 1974; Izard, 1991; Keltner, 1995; Forest &
Fieldman, 2000; Neumann & Strack, 2000; DePaulo et al,
2003).
• penelitian-penelitian itu diperoleh pemahaman bahwa tanda-
tanda nonverbal yang ditampilkan orang lain dapat
mempengaruhi perasaan kita, bahkan ketika kita tidak
member perhatian kepada hal itu secara sadar: Pengaruh
tanda-tanda nonverbal bekerja meskipun kita tidak
memfokuskan atau memikirkannya
Penelitian Non Verbal
• Dari contoh ini dapat dikatakan bahwa tanda-tanda nonverbal
memiliki efek penularan emosional.
• Neumann dan Strack (2000) menunjukkan terjadinya
penularan emosional itu melalui penelitiannya. Mereka
menemukan bahwa ketika orang mendengarkan orang lain
membaca pidato, tekanan suara orang yang membaca itu
(senang, netral, atau sedih) dapat mempengaruhi mood atau
suasana hati si pendengar meskipun si pendengar
berkonsentrasi pada isi dari pidato yang dibacakan. Penularan
emosional adalah sebuah mekanisme transfer perasaan yang
seakan-akan berlangsung secara otomatis dari satu orang ke
orang lain.
07
Modul ke:

Psikologi Sosial I
ATRIBUSI SOSIAL

Fakultas
Psikologi Setiawati Intan Savitri,S.P., M.Si.

Program Studi
Psikologi
Kompetensi

• Mahasiswa mampu memahami dan


menjelaskan beberapa teori tentang atribusi
social,kesalahan atribusi dan alasannya
Atribusi adalah:

• Proses mengenali penyebab dari tingkah laku


orang lain serta sekaligus memperoleh
pengetahuan tentang sifat-sifat dan disposisi-
disposisi yang menetap pada orang lain.
Atribusi berarti memahami penyebab perilaku
orang lain, yaitu bagaimana orang menjelaskan
perilaku orang lain
Atribution Theory
• Cikal bakal teori atribusi berkembang dari tulisan Fritz
Heider (1958) yang berjudul “Psychology of
Interpersonal relations). Dalam tulisan tersebut
Heider menggambarkan apa yang disebutnya “native
theory of action”, yaitu kerangka kerja konseptual
yang digunakan orang untuk menafsirkan,
menjelaskan, dan meramalkan tingkah laku
seseorang. Dalam kerangka kerja ini, konsep
intensional (seperti keyakinan, hasrat, niat, keinginan
untuk mencoba dan tujuan) memainkan peran
penting.
Attribution Theory
Teori Jones & Davis
Theory of correspondent inference yaitu memanfaatkan
informasi tentang perilaku orang sebagai dasar untuk
menetapkan cirri-ciri sifatnya . Untuk menetapkan bahwa
perilaku seseorang itu mencerminkan ciri-ciri sifatnya maka
kita perlu menilai:

Apakah perilaku itu adalah perilaku pilihannya?


Apakah perilaku itu menunjukkan ciri-ciri berbeda atau
tidak biasa?
Apakah perilaku itu termasuk dalam kelompok perilaku
yang tidak diinginkan secara social
Teori Inferensi Korespondensi

• Setiap individu seolah-olah akan membuat


referensi seperti referensi statistik yaitu
mencari pola umum (hukum umum) dengan
membuang informasi yang tidak relevan.
Sebutan inferensi koresponden juga
disebabkan karena teori ini mencari
korespondensi antara perilaku dengan atribusi
disposisional (internal) yang berbeda dengan
penyeba-penyebab atribusi situasional.
Teori Inferensi Korespondensi
• Teori ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
suatu perilaku itu disebabkan oleh disposisi
(karakteristik yang bersifat relatif stabil) pada individu
atau tidak.
• Pertama-tama yang harus diketahui adalah akibat.
Dengan mengetahui akibatnya dapat diketahui intensi
atau niatan orang berbuat. Diyakini ada niat atau
kesengajaan dalam berbuat, kalau individu
mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk
melakukan suatu tindakan
Teori Inferensi Korespondensi
• Untuk meyakini adanya faktor disposisional
(menetap), maka harus ada dua hal yang dipenuhi
yaitu :
• Noncommon effects (akibat khusus) : perilaku
tersebut bersifat unik pada individu, yaitu diantara
berbagai pilihan yang mungkin dilakukan, individu
memilih yang paling unik
• Social desirability (kepuasan atau kelayakan sosial) :
seberapa jauh perbuatan mempunyai nilai sosial yang
tinggi. Kalau suatu perbuatan memang diinginkan
banyak orang maka perbuatan tersebut mempunyai
nilai kepantasan sosial yang tinggi.
Causal Of Attribution Theory: Harold Kelley

• Theory of causal attribution yaitu bagaimana


menjawab pertanyaan: “mengapa”
• Untuk menjawab pertanyaan “mengapa” ada 3
arah penjelasan:
– Faktor internal: faktor yang berasal dari dalam
orang yang terlibat dalam perilaku yang diamati
untuk dijelaskan penyebabnya
– Faktor eksternal: faktor yang berasal dari luar
orang tersebut
– Kombinasi faktor internal dan eksternal
Causal Attribution
• untuk mengetahui arah penjelasan thd suatu perilaku apakah
krn internal (personal) atau eksternal (situation) yang paling
tepat, dipertimbangkan 3 aspek:
– Konsensus: Bagaimana reaksi atau perilaku orang lain
dalam situasi yang sama?
– Konsistensi: Sejauh mana aktor memperlihatkan perilaku
yang sama dalam berbagai situasi dan waktu yang
berbeda?
– Keunikan: sejauh mana aktor bereaksi dalam perilaku yang
sama kepada orang lain, kejadian atau stimuli yang
berbeda?
Kesimpulan

• Dalam teorinya Kelley menyimpulkan bahwa :


• Atribusi diarahkan ke faktor internal bila:
konsensus dan keunikan rendah, tetapi
konsistensinya tinggi
• Atribusi diarahkan ke faktor eksternal bila:
konsensus, konsistensi dan keunikan tinggi
• Atribusi diarahkan ke kombinasi faktor internal
dan eksternal bila: konsensus rendah,
konsistensi dan keunikan tinggi
Teori Bernard Weiner

• Untuk memahami seseorang dalam kaitannya


dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua
dimensi, yaitu:
• Dimensi internal-eksternal sebagai sumber
kausalitas
• Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat
kausalitas
Attribution Dimention
The Fundamental Attribution Error

• Secara umum kita mungkin mengaitkan


perilaku orang lain dengan disposisi umum
mereka yakni pada ciri personalitas atau sikap
mereka ketimbang pada situasi dimana
mereka berada
Fundamental of Attribution Error
• 1. Bias korespondensi : Membesar-besarkan faktor penyebab
disposisional
• Merupakan kecenderungan untuk menjelaskan perilaku orang
lain disebabkan oleh disposisinya, padahal keberadaan
penyebab situasionalnya sangat jelas.
• Misalnya ketika ada seorang pria datang terlambat satu jam
menghadiri sebuah pertemuan. Ketika memasuki ruangan, ia
menjatuhkan notesnya, ketika mencoba memungutnya
ternyata kacamatanya jatuh, dan kemudian menumpahkan
kopi ke dasinya. Besar kemungkinan kita akan menyimpulkan
bahwa orang ini canggung dan berantakan
Fundamental of Attribution Eror

• Efek aktor-pengamat : Anda jatuh, saya


didorong
• Tipe kesalahan atribusi lainnya adalah
kecenderungan mengatribusi perilaku kita
disebabkan faktor situasional (eksternal),
sementara perilaku orang lain disebabkan
faktor disposisi (internal).
Fundamental of Attribution Eror
• Bias mengutamakan diri sendiri : Saya memang bagus, kamu
hanya beruntung
• Kecenderungan mengatribusi perilaku positif kita pada faktor-
faktro internal dan mengatribusi perilaku yang negatif pada
faktor-faktor eksternal (self-serving bias).
• Misalnya saat ujian mendapatkan nilai A, kita akan
mengatribusikan kesuksesan ini karena saya berbakat, saya
memang serius mengerjakannya. Namun ketika mendapatkan
nilai D, kemungkinan besar kita akan mengatribusikan sebagi
tugas yang sulit, profesor yang tidak adil dalam menilai. Saya
tidak cukup waktu dan sebagainya.
Mengapa kita melakukan Attribution Errors?

• Mnrt Teori Kognitif: Kita cenderung mengatribusi


hasil positif pada faktor internal dan hasil negatif
pada faktro eksternal karena kita mengharapkan
kesuksesan dan kita cenderung menginginkan
kesuksesan itu berasal dari faktor internal daripada
eksternal.
• Penjelasan motivasional menyatakan bahwa bias
mengutamakan diri sendiri terjadi karena kita
memiliki kebutuhan untuk melindungi dan
meningkatkan self esteem kita sehubungan dengan
hasrat untuk selelu tampil baik di depan orang lain
• Mengkonstruksikan interpretasi-interpretasi &
memori-memori
• Berdasarkan hasil eksperimen ditemukan bawa
memvonis sebelum memeriksa akan
mengaburkan persepsi & interpretasi kita, &
kesalahan informasi juga akan mengaburkan
daya ingat kita.
• Belief perseverance (kepercayaan yang kuat)
• Yaitu konsep hidup awal seseorang yang selalu
dipegang teguh sebagai kepercayaannya.
Meskipun terkadang kepercayaan itu
didiskreditkan orang lain, namun ia yakin
bahwa ada sisi kebenarannya. Kepercayaan
dapat berpengaruh terhadap bagaimana kita
menginterpretasikan suatu keadaan atau
kejadian.
• Mengkonstruksikan memori-memori
• Hampir 85% mahasiswa percaya pernyataan
seperti yang tercantum di Psychology Today
bahwa ilmu telah membuktikan, jika
serangkaian pengalaman selama seumur hidup
akan terpelihara secara sempurna di dalam
pikiran. Namun penelitian psikologi
membuktikan fakta yang justru berlawanan.
• Rekonstruksi sikap masa lalu
• Yaitu kita berpikir ulang & berusaha mengubah apa
yang dulu kita anggap benar atau kita anggap salah.
Misal mungkin ketika diusia 20 tahun, kita bersikap
kepada orang tua semau kita & kita anggap semua itu
sudah benar. Akan tetapi sekarang setelah dewasa &
banyak pengalaman serta pelajaran berharga, kita
lebih tahu manakah yang lebih baik & bagaimana
seharusnya bersikap kepada orang tua.
• Rekonstruksi perilaku masa lalu
• Konstruksi memori memungkinkan kita
merevisi sejarah diri kita. Arti dari rekonstruksi
di sini yaitu mengubah perilaku kita agar tidak
seperti perilaku kita dulu setelah kita
mendapat informasi baru. Misal seorang anak
dulu menggosok gigi sehari lebih dari 5 kali
karena tidak tahu. Namun setelah mendapat
pelajaran dari guru agar menggosok gigi yang
baik 2 kali sehari, ia lalu mengubah perilaku
tersebut.
• Memvonis Orang Lain
– Intuisi: potensi kita untuk mengeahui diri dari
dalam
• Intuisi adalah kemampuan untuk
memahamisesuatu dengan menggunakan perasaan
daripada mempertimbangkan fakta yang ada, atau
intuisi yaitu sebuah ide apa yang dianggap benar
dalam situasi tertentu berdasarkan perasaan yang
kuat daripada menganut fakta-fakta.
– Kekuatan Intuisi
• Pada dasarnya setiap orang memiliki intuisi. Pikiran kita
sebagian kadang terkontrol, sadar & sebagian lagi refleks &
tanpa kita sadari. Pikiran yang otomatisterjadi di luar
pandangan & dimana alasannya tak terketahui. Perhatikan
istilah-istilah di bawah ini:
• Schemas, yaitu mental kita yang secara otomatis,
intuitif membimbing persepsi & interpretasi-
interpretasi pengalaman kita. Misal ketika kita
mendengan suara seseorang berbicara masalah sekte
agama atau seks, kita tidak hanya mendengarkan
kata-katanya tapi juga bagaimana kita secara otomatis
menginterpretasikan suara itu.
• Emotional reactions hampir sama dengan
instantaneous. Yaitu reaksi yang muncul
sebelum pikiran seseorang diungkapkan, salah
satu saraf memotong & mengambil informasi
dari mata & pikiran untuk ditujukan ke otak.
• Keterbatasan intuisi
• Terkadang intuisi ada sisi benarnya tapi tak
jarang banyak salahnya. Secemerlang &
sehebat apapun seseorang belum tentu
intuisinya selalu benar. Intuisi merupakan
ketidak-sadaran pikiran yang tidak dapat
dipercayai seluruhnya.
• Judgemental Overconfidence
• Yaitu kecenderungan untuk terlalu percaya diri
atau terlalu menilai tinggi (overestimate) keakuratan
akan kepercayaan seseorang daripada kebenaran
yang sewajarnya. Sebagai contoh “Saya yakin 98%
jarak antara New Delhi & Bombay hingga 1000 mil”.
Padahal kebenaran berdasarkan fakta bisa salah 30%
dari dugaan itu. Orang yang memiliki kepercayaan diri
tinggi cenderung menjadi overconfident people.
Judul Sub Bahasan
Template Modul
Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul
yang digunakan dalam perkuliahan
Terima Kasih
Mochamad Heriyanto Permana, S.Sn.

Anda mungkin juga menyukai