Anda di halaman 1dari 9

Source: Our dearest Miss AMUNC, Sefayeh ~

SAP 6
Penelitian kualitatif menggunakan paradigma interpretivisme yang lahir dari pemikiran bahwa
masyarakat tidak hanya menjadi objek tapi juga partner. Dalam paradigma ini, realitas sosial
merupakan hasil konstruksi peneliti, dimana peneliti tidak bebas nilai, dan penelitian bersifat
induktif.
Terdapat beberapa metode utama dalam penelitian kualitatif:
1. Etnografi/Observasi Partisipan: Merupakan salah satu bentuk pengumpulan data. Sang
peneliti berada pada suatu lokasi dengan jangka waktu tertentu untuk mengobservasi dan
memahami budaya suatu kelompok sosial yang akhirnya menimbulkan sikap apresiasi.
2. Wawancara Kualitatif: Peneliti kualitatif yang menggunakan etnografi dalam
penelitiannya cenderung terlibat dengan pelaksanaan wawancara kualitatif yang cukup
substansial.
3. Focus Group: Pendiskusian suatu topik secara komprehensif dalam kelompok yang kecil.
4. Pengumpulan data kualitatif dengan pendekatan bahasa atau lisan seperti analisis
percakapan dan analisis ceramah.
5. Pengumpulan data kualitatif yang berbentuk tulisan atau dokumen.
Tahap-Tahap Penelitian Kualitatif (Bryman):
1. Menentukan pertanyaan penelitian
2. Penentuan lokasi dan subjek yang relevan
3. Pengumpulan data yang relevan
4. Penginterpretasian data
5. Kegiatan konseptual dan teoritis
a. Penguatan jawaban dari pertanyaan penelitian
b. Pengumpulan data yang lebih lanjut
6. Menuliskan hasil penelitian atau kesimpulan
Perbedaan Definitive & Sensitizing Concepts
Menurut Blumer, definitive concept harus mengelaborasi indikator secara terperinci, sehingga
hasilnya bersifat kaku. Sedangkan sensitizing concept memberikan sebuah referensi dan petunjuk
umum dalam pendekatan kejadian empiris.
Menurut LeCompte & Goetz:
1. Reliabilitas: konsistensi dalam penelitian
Eksternal: batasan-batasan eksternal sebuah penelitian untuk direplikasi. Mustahil ada
sebuah penelitian yang terulang sama persis. Apabila ada yang ingin mereplikasi suatu

penelitian, harus menggunakan peran sosial yang sama sehingga reliable.


Internal: terdapat lebih dari satu observer (terdapat tim penelitian), dan semua anggota

penelitian harus sepakat mengenai hasil observasi.


2. Validitas: ketepatan
Eksternal: keunggulan dari penelitian kualitatif, dimana adanya kesesuaian observasi
peneliti dengan ide-ide yang dibentuk. Biasanya dikarenakan lamanya periode waktu
yang dihabiskan di lokasi penelitian.

Internal: kelemahan dari kualitatif, karena terdapat batasan terhadap penemuan


penelitian yang dapat digeneralisasikan kepada keseluruhan keadaan sosial.

Alternative Criterias untuk mengevaluasi penelitian kualitatif (Lincoln & Guba, 1985):
1. Trustworthyness (sifat yang dapat dipercaya):
a. Credibility, yang setara dengan validitas internal Diperlukan untuk menjamin bahwa
penelitian telah dilakukan sesuai dengan aturan, serta sebagai konfirmasi untuk
memastikan apakah sang peneliti sudah memahami dunia sosial sang subjek penelitian.
Teknik ini dapat disebut juga sebagai respondent validation.
b. Transferability (sifat yang dapat diganti), yang setara dengan validitas eksternal
Penelitian kualitatif berupaya menghasilkan thick description (penjelasan mendetail
mengenai sebuah budaya / fenomena sosial) yang dapat berfungsi sebagai database
untuk membuat penilaian-penilaian mengenai kemungkinan terjadinya transferability
hasil suatu penelitian kepada keadaan sosial lainnya.
c. Dependability (keteguhan), yang setara dengan reliabilitas Untuk mengukur
reliabilitas atau dependability dalam penelitian kualitatif, peneliti harus menerapkan
pendekatan audit. Proses auditing dilakukan untuk menjamin bahwa proses penelitian
dilakukan secara benar. Rekan sesama peneliti akan berperan sebagai auditor yang
menguji reliabilitas hasil penelitian.
d. Confirmability, yang setara dengan objektivitas Digunakan untuk mengetahui
apakah peneliti telah bersikap & berniat baik selama proses penelitian. Harus diketahui
secara jelas bahwa sang peneliti tidak mengekploitasi proses dan hasil penelitian dengan
nilai-nilai maupun perasaan personal peneliti.
2. Authenticity (kebenaran):
a. Fairness (Keadilan): Apakah penelitian merepresentasikan sudut pandang yang
bervariasi di antara keseluruhan anggota suatu lingkungan sosial?
b. Ontological Authenticity (Kebenaran ontologis): Apakah penelitian membantu para
subjek untuk mencapai sebuah pemahaman yang lebih baik mengenai kondisi sosial
mereka?
c. Educative Authenticity (Kebenaran edukatif): Apakah penelitian membantu subjek
penelitian untuk mengapresiasi perspektif-perspektif berbeda yang muncul dari
lingkungan sosial mereka?
d. Catalytic Authenticity (Kebenaran katalis): Apakah penelitian telah berperan sebagai
motivator bagi subjek dalam bergerak atau berperilaku untuk merubah keadaan mereka
yang sekarang?
e. Tactical Authenticity (Kebenaran taktis): Apakah penelitian telah mendukung subjek
untuk mengambil langkah-langkah yang mereka perlukan dalam berpartisipasi untuk
melakukan gerakan?
Criterias for Qualitative Research (Yardley, 2000):
1. Sensitivity to context: tidak hanya memperhatikan social setting, tapi juga relevansi teori dan
isu etika.
2. Commitment and rigour: peneliti harus memiliki komitmen dan ketelitian penuh dalam
melakukan penelitian.
3. Transparency and coherence: metode penelitiannya spesifik, argumennya jelas, dan posisi

penelitinya refleksif.
4. Impact and importance: harus ada dampak / tujuan yang signifikan bagi semua yang terlibat
dalam penelitian.
Respondent Validation
Proses di mana seorang peneliti memberi penjelasan hasil penelitan pada partisipan. Bertujuan
untuk meminta persetujuan atas hasil penelitian yang diperoleh peneliti.
Triangulation
Peneliti memakai lebih dari satu metode untuk mengumpulkan data. Terdapat proses cross-check
untuk memperkuat hasil penelitian. Pendekatannya menggunakan pengamat, perspektif teoretis,
sumber data, dan metode plural.

Unsur Penelitian Kualitatif


1. Melihat dari sudut pandang subjek penelitian. Manusia, sebagai subjek ilmu sosial,
mampu memberikan dampak terhadap kejadian dan lingkungan mereka, bukan sebaliknya.
Dunia sosial harus diinterpretasikan sesuai dengan perspektif orang yang hendak kita teliti.
2. Deskripsi dan penekanan terhadap konteks. Peneliti kualitatif cenderung menyediakan
detil yang deskriptif ketika menjelaskan hasil penelitiannya. Banyak studi kualitatif yang
menyediakan sekumpulan detil informasi yang sangat penting mengenai setting-an sesuatu
yang sedang ia diteliti. Bagian-bagian informasi ini dapat menjelaskan suatu konteks dari
perilaku seseorang atau kelompok tertentu. Penjelasan deskriptif bertujuan untuk menekankan
pentingnya pemahaman kontekstual dari perilaku sosial, di mana segala perilaku, nilai, dan
sikap harus dipahami konteksnya terlebih dahulu.
3. Penekanan pada proses. Peneliti kualitatif cenderung melihat kehidupan sosial sebagai
sebuah proses, yang ditandai dengan adanya kesadaran untuk menunjukkan bagaimana suatu
kejadian dan pola kejadian berlangsung. Akibatnya, data kualitatif memiliki kecenderungan
untuk berubah dan berfluktuasi. Penelitian kualitatif yang didasarkan pada metode etnografis
memiliki asosiasi dengan penekanan pada proses karena elemen utamanya merupakan
observasi partisipan.
4. Fleksibilitas dan struktur terbatas. Banyak peneliti kualitatif yang tidak setuju akan format
terstruktur dari dunia sosial karena metode pengumpulan data yang terstruktur berawal dari
pembentukan ekspektasi sang peneliti. Tentunya beberapa keputusan mengenai apa yang
ingin peneliti temukan dalam suatu realitas sosial telah diambil, sehingga peneliti akan
mempelajari subjek penelitiannya dengan adanya suatu batasan. Di sisi lain, peneliti kualitatif
cenderung meminimalisir kontaminasi yang terjadi pada dunia sosial untuk mengurangi
resiko kemurnian subjek. Dengan meminimalisir adanya suatu struktur penelitian, peneliti
dapat lebih memahami perspektif subjek yang sedang diteliti.
5. Teori dan konsep didasarkan data. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa peneliti kualitatif
menggunakan pendekatan induktif di mana pada umumnya teori berasal dari data-data yang
sudah dikumpulkan.
KRITIK TERHADAP PENELITIAN KUALITATIF:
1. Terlalu subyektif
2. Sulit untuk direplikasi
3. Terdapat masalah dalam generalisasi

4. Lack of transparency
Perbedaan Kuantitatif dan Kualitatif

Persamaan Kualitatif dan Kuantitatif


1. Both are concerned with data reduction.
2. Both are concerned with answering research questions.
3. Both are concerned with relating data analysis to the research literature.
4. Both are concerned with variation.
5. Both treat frequency as a springboard for analysis.
6. Both seek to ensure that deliberate distortion doesnt occur.
7. Both argue for the importance of transparency.
8. Both must address the question of error.
9. Both believe research methods should be appropriate to the research questions.

SAP 7
Elemen Kehidupan Sosial yang Sesuai dengan Penelitian Kualitatif:
1. Practice (kebiasaan)
2. Episode (Peristiwa)
3. Encounters (Pertemuan)
4. Roles and social types (Peran dan Tipe Sosial)
5. Social and personal relationship (hubungan sosial dan personal)
6. Groups and cliques (kelompok dan golongan)
7. Organizations (Organisasi)
8. Settlements and habitats (Pemukiman dan habitat)
9. Social worlds (Dunia sosial)
10. Sub-cultures and lifestyles (sub-budaya dan gaya hidup)
PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Peran Beragam dari Peneliti
Partisipasi murni: peneliti menjelaskan dan memberitahu subjek penelitiannya mengenai
penelitian yang akan dia lakukan. Dampak buruknya adalah subjek penelitian dapat
memodifikasi perilaku mereka sehingga hasil datanya kurang valid dan reliabel, masalah ini

disebut juga dengan reaktivitas.


Partisipasi buatan: peneliti tidak memberitahu subjek penelitiannya mengenai penelitian
yang akan dia lakukan, dan berarti membohongi sang subjek. Data yang diambil lebih valid
dan reliabel, namun berisiko melanggar etika penelitian.

Hubungan dengan Subjek


Hubungan dengan subjek dibentuk melalui rapport. Peneliti harus memahami sudut pandang
subjek penelitiannya, karena dalam meneliti, sang peneliti harus berpikir dengan pola pikir dan
cara pandang dari subjek penelitiannya, bukan dengan cara pandangnya sendiri.
Paradigma Penelitian Kualitatif:
1. Naturalisme: Pendekatan yang berdasarkan pada asumsi bahwa suatu realitas sosial yang
objektif itu ada dan dapat diobservasi serta dilaporkan secara akurat.
a. Etnografi: Laporan mengenai kehidupan sosial yang berfokus pada aspek deskripsi
mendetil dan akurat, bukan pada aspek eksplanasi.
2. Etnometodologi: Pendekatan terhadap kehidupan sosial yang berfokus pada penemuan
asumsi-asumsi dan persetujuan-persetujuan yang implisit. Metode ini seringkali melibatkan
unsur pembatalan suatu kesepakatan sebagai bentuk untuk menyatakan keberadaan mereka.
3. Grounded Theory (Teori Berdasar): Pendekatan induktif terhadap studi kehidupan sosial
yang bertujuan untuk membentuk suatu teori dari proses perbandingan yang kontinu terhadap
observasi berkelanjutan. Terdapat panduan dalam pengimplementasian grounded theory, yaitu
berfikir secara komparatif, memperoleh sudut pandang yang beragam, melihat gambaran yang
lebih besar, mempertahankan sikap skeptis, dan mengikuti prosedur penelitian (Strauss &
Corbin).
4. Studi Kasus dan Metode Perluasan Kasus:

a. Studi Kasus: Penelitian mendalam mengenai suatu instansi dari suatu fenomena sosial
seperti perkampungan, pedesaan, atau keluarga.
b. Metode Perluasan Kasus: Teknik penelitian oleh Michael Burawoy yang menggunakan
observasi studi kasus untuk mengetahui kekurangan serta memperbaiki teori-teori sosial
yang sudah ada.
5. Etnografi Institusional: Teknik penelitian yang melibatkan pengalaman pribadi dari
individu-individu untuk mengungkapkan beragam karakteristik dari institusi lingkungan
sosial setempat. Teknik ini menjadikan data-data yang dikumpulkan sebagai suatu sarana
untuk masuk dalam hubungan sosial yang terdapat pada lingkungan sosial setempat.
6. Participatory Action Research (PAR): Pendekatan penelitian sosial di mana subjek penelitian
diberikan kontrol terhadap tujuan dan prosedur dari suatu penelitian. Hal ini bertujuan untuk
mengubah image bahwa peneliti lebih superior dibanding subjek penelitiannya.
a. Penelitian Emansipatoris: Penelitian yang bertujuan untuk memberikan keuntungan
pada kelompok-kelompok yang kurang diuntungkan (kelompok minoritas).
PELAKSANAAN PENELITIAN LAPANGAN KUALITATIF
Persiapan ke Lapangan
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus mencari berbagai literatur untuk
memperkaya pengetahuan dan pemahamannya mengenai penelitian yang hendak ia lakukan.
Selain mencari literatur, peneliti dapat mendiskusikan topik penelitiannya dengan informan atau
ahli pada topik tersebut agar pemahamannya lebih menyeluruh. Peneliti juga harus menentukan
peran dan hubungan yang akan ia ciptakan dengan subjek penelitiannya. Terdapat banyak cara
dalam mengembangkan hubungan dengan subjek penelitian, dan dapat disesuaikan dengan peran
yang akan digunakan si peneliti. Peneliti harus bisa membuat rapport (hubungan terbuka dan
terpercaya dengan subjek penelitian). Apabila peneliti ingin membuat hubungan yang formal
dengan subjek penelitian, ia harus menjelaskan peran dan tujuannya dalam penelitian tersebut.
Wawancara Kualitatif
Proses wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan fleksibel seputar topik-topik
yang ingin dibahas oleh si peneliti. Namun demikian, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak kaku
dan bersifat tertutup, karena jawaban yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan awal akan memicu
kemunculan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Peneliti / pewawancara harus menunjukkan
ketertarikannya terhadap apa yang dipaparkan oleh subjek penelitian dengan cara lebih banyak
mendengarkan daripada berbicara. Proses wawancara dapat dirincikan sebagai berikut:
1. Thematizing: Proses klarifikasi tujuan dari wawancara dan konsep-konsep yang harus
dipahami.
2. Perancangan: Penjelasan mengenai keseluruhan proses wawancara, termasuk pertimbangan
mengenai dimensi etisnya.
3. Wawancara: Pelaksanaan wawancara.
4. Penulisan: Menuliskan transkrip wawancara

5. Menganalisis: Menentukan korelasi antara wawancara-wawancara yang telah dilakukan


dengan tujuan penelitian.
6. Verifikasi: Pemeriksaan reliabilitas dan validitas dari hasil wawancara.
7. Pelaporan: Sosialisasi hasil proses wawancara kepada pihak lain.
Focus Group
Metode focus group / wawancara kelompok merupakan sebuah wawancara yang melibatkan
sekelompok subjek penelitian. Metode wawancara ini memudahkan peneliti untuk bertanya
kepada beberapa individu sekaligus secara sistematis dan serentak. Peneliti dapat menciptakan
lingkungan yang nyaman bagi para subjek untuk berdiskusi mengenai suatu topik khusus. Akan
tetapi, perlu diingat bahwa subjek wawancara bukanlah suatu sampel dari suatu populasi karena
partisipan-partisipan tersebut tidak merepresentasikan suatu populasi secara statistik. Richard
Krueger telah memaparkan kelebihan dan kekurangan dari focus group, antara lain:
Kelebihan

Kekurangan

Dapat memperoleh data empiris dalam

Diskusi harus dilakukan pada lingkungan

suatu lingkungan sosial

yang kondusif

Memliki fleksibilitas

Data sulit dianalisis

Memiliki validitas muka yang tinggi


Dapat memperoleh hasil dengan cepat
Biaya yang murah

Moderator harus memiliki keterampilan


khusus
Perbedaan antar kelompok dapat
menimbulkan masalah
Kelompok-kelompok sulit untuk
dikumpulkan
Peneliti memiliki sifat kontrol yang lebih
kecil

Recording Observations (Perekaman Observasi)


Dalam pengamatan dan wawancara secara langsung, sangatlah penting bagi peneliti untuk
membuat suatu catatan yang lengkap dan akurat mengenai proses observasi tersebut. Jika
memungkinkan, perlu dibuat catatan ketika sedang melakukan observasi. Jika tidak, peneliti harus
sesegera mungkin menuliskan hasil observasinya setelah observasi dilaksanakan.
Panduan proses perekaman observasi (Babbie):
1. Peneliti tidak boleh bergantung / percaya sepenuhnya pada memori otaknya saja.
2. Catatan observasi sebaiknya dilakukan bertahap, dengan menulis poin-poin penting observasi
terlebih dahulu, kemudian mengelaborasi poin-poin tersebut secara mandiri, dan
pelaksanaannya harus sesegera mungkin setelah observasi dilakukan.
3. Sebaiknya semua detail observasi dicatat. Mungkin tidak berguna pada akhir penelitian,
namun peneliti harus senantiasa berjaga-jaga apabila ada data yang kurang atau tertinggal.

SAP 8
SIKAP DALAM ETIKA
Universalisme aturan etika tidak boleh dilanggar.
Situation ethics (etika situasi) kebalikan dari universalisme, etika dapat menjadi relatif

sesuai dengan basis penelitian yang dilakukan.


o The end justifies the means, so there is no choice but to violate the ethics.
Ethical transgression is pervasive (pelanggaran etika yang meluas) semua penelitian

memuat elemen yang setidaknya dapat dipertanyakan secara etika.


Anything goes (more or less)
Deonthological vs. Consequentialist ethics

PRINSIP DALAM ETIKA


Whether there is harm to participants
Whether there is a lack of information consent
Whether there is invasion to privacy
Whether deception is involved
Politik Dalam Penelitian Kualitatif
Nilai dan moral yang selalu ada dalam penelitian sosial akan memiliki hubungan dengan aspek
politik yang berperan dalam penelitian sosial. Politik menjadi aspek yang penting dalam
beberapa konteks dan cara, ketika:
Peneliti sosial diharuskan untuk memihak pada suatu aktor demi mendapatkan informasi
komprehensif, terutama ketika penelitiannya didanai oleh suatu organisasi/firma/pemerintah

yang memiliki kepentingan tertentu atas penelitian tersebut.


Peneliti perlu mendapatkan akses pada suatu organisasi untuk memperoleh informasi

penelitian, maka dibutuhkan negosisasi yang merupakan salah satu bentuk proses politik.
Organisasi dapat mengatur dan menentukan data atau unsur apa saja yang dapat dimasukkan

dalam penelitian (intervensinya termasuk melarang publikasi hasil penelitian).


Penelitian oleh kelompok dapat meminimalisir unsur politik karena perbedaan kontribusi

yang ada antar anggotanya tidak mendukung terbentuknya arena politik.


Unsur politik dapat dilihat dari penggunaan hasil penelitian demi kepentingan organisasi

tertentu.
Politics of method: debat yang terjadi antar jenis-jenis metodologi penelitian, mana yang lebih
baik dan cocok untuk menjelaskan sifat dasar ilmu sosial.

TAMBAHAN (Karena ada soal UAS Juni 2013 yang berkaitan)


Skala:
1. Ukuran Nominal: hanya menunjukan adanya perbedaan antar kategori. Contoh: perbedaan
agama, perbedaan warna, perbedaan jenis kelamin
2. Ukuran Ordinal: menunjukan adanya perbedaan namun disertai urutan antar kategori.
Contoh: kelas sosial, jenjang pendidikan, ranking kelas
3. Ukuran Interval: menunjukan adanya perbedaan yang disertai dengan urutan dan jarak
(range) antara kategori sama. Contoh: usia
4. Ukuran Rasio: menunjukan adanya perbedaan yang disertai dengan urutan dan jarak (range)
antara kategori sama, namun memiliki absolute zero point. Contoh: tingkat pendapatan

Anda mungkin juga menyukai