Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Gambaran klasik Shakespeare tentang dunia sebagai suatu panggung menekankan berbagai
perubahan dalam peran dan kedudukan (status) yang muncul sejalan dengan perjalanan
mwaktu. Perubahan ini penting dan tidak dapat dihindarkan, tetapi perubahan yang lainnya
seperti yang menyertai berbagai pekerjaan sama signifikannya. Goffman menunjukkan bahwa
percakapan itu sendiri merupakan suatu bentuk teater.
Norma-norma kebudayaan dipelajari terutama melalui belajar peran. Walaupun beberapa
norma berlaku bagi semua anggota masyarakat, sebagian besar norma berbeda sesuai dengan
status yang kita isi, karena apa yang benar bagi suatu status adalah salah bagi status lainnya.
Konflik dalam peran pun juga merupakan suatu masalah yang tidak lepas dari manusia yang
memiliki status sekaligus perannya. Oleh karena itu, manusia juga mencari pemecahan
masalah untuk mengurangi konflik dalam peran ini dengan cara paling yaitu sosialisasi untuk
mencari tahu akar dari konflik peran tersebut.

PEMBAHASAN

I.

Pengertian Status dan Peran

Status merupakan suatu peringkat atau posisi seseorang dalam kelompok, atau posisi suatu
kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Kita mengenal dua macam status dan
peran, yaitu status dan peran yang ditentukan oleh masyarakat bagi kita, terlepas dari kualitas
individu maupun usaha-usaha kita, dan status serta peran yang kita perjuangkan melalui
usaha-usaha kita sendiri.(Linton, 1936, Bab 8) Sedangkan, peran adalah perilaku yang
diharapkan dari suatu status.
Status dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Ascribed Status
Ascribed status adalah status yang didapat sejak lahir seperti jenis
kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain sebagainya.
Gelar putri adalah suatu status yang ditentukan/diberikan

(ascribed).

Seseorang tidak menjadi seorang putri karena kemampuan atau pilihan


atau usahanya. Seseorang dilahirkan sebagai putri dan tetap sebagai
seorang putri, terlepas dari apakah ia tolol atau cerdas, jelek atau cantik,
genit atau anggun (Young and Mack,1959, hal. 160)
2. Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja
keras dan usaha yang dilakukannya. Seorang perdana menteri, pemadam
kebakaran, mahasiswa, dan suami setrta isteri adalah status yang
diperjuangkan (achieved). Seorang mencapai status ini melalui pilihan
serta kegiatan-kegiatannya sendiri.
II.

Sosialisasi dalam menentukan status dan peran


Setiap orang harus belajar mengisi peran sebagai anak, pelajar, orang tua, pegawai
dan sebagainya. Mempelajarai peran sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek:
(1) Kita harus belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menuntut hak suatu
peran, (2) Kita harus memiliki sikap, perasaan, da harapan-harapan yang sesuai
dengan peran tersebut.
a. Pengertian sosialisasi

Sosialisasi merupakan proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakuan untuk


menjadi suatu bagian dari masyarakat, sebagian besar adalah proses
mempelajari perilaku peran.
b. Tahap-tahap sosialisasi menurut George Herbert Mead
1) Preparatory Stage (Tahap Persiapan)
Preparatory stage merupakan tahap ketika seeorang manusia yang lahir
di dunia menjadi anak dari orang tua mereka dan dilatih untuk
mengenal keadaan di dunia. Pada tahap ini, seorang anak sudsh mulai
mencoba meniru peran orang dewasa meskipun belum sempurna.
2) Game Stage (Tahap meniru)
Dalam tahap ini, seorang anak mulai melihat peran yang dijalankan
oleh orang tuanya dan kemudian meniruperan tersebut tapi belum
mengetahui maksud dan tujuannya.
3) Game stage (tahap siap bertindak)
Tahap ini menjelaskan bahwa seorang anak yang meniru peran orang
tuanya sudah mulai mengerti sedikit demi sedikit maksud, makna, serta
tujuannya. Kemudian, seorang anak tersebut mulai bertindak pelanpelan untk siap emnggantikan peran yang dijalankan orang tuanya dan
dimainkan dengan penh kesadaran.
4) Generalized others (Tahap penerimaan kolektif)
Seorang anak mulai tumbuh dewasa dan mampu meniru peran-peran
tersebut dan menjalankannya dengan penuh kesadaran yang lua serta
mampu mengenal lebih luas kedudukan masyarakat setempat.
III.

Role set (Perangkat peran)


Role set atau perangkat peran digunakan untuk menunjukkan bahwa satu status
tidak hanya mempunyai satu status tunggal, akn tetapi sejumpah peran yang saling
melengkapi dan cocok. (Merton, 1957). Contoh: seorang wanita selain berperan
sebagai isteri, juga sebagai ibu, pegawai, dan sebagainya.

IV.

Perilaku peran
Bila yang diartikan dengan peran adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang
dalam suatu status tertentu, maka perilaku peran adalah perilaku yang
sesungguhnya dari orang tersebut. Tidak semua orang yang mengisi suatu peran
merasa sama terikatnya kepada peran tersebut. Contoh: Tidak semua prajurit
gagah berani, tidak semua pemuka agama adalah orang suci, ataupun tidak semua
profesor berprestasi ilmiah.

V.

Penentuan peran menurut jenis kelamin


Setiap masyarakat menangani banyak tugas dengan membuat mereka bagian dari
suatu peran jenis kelamin. Meskipun demikian, sebagian besar tugas-tugas yang
berkaitan dengan jenis kelamin dapat dilaksanakan sama baiknya oleh kaum pria
maupun wanita.Contoh: Di Pakistan, kaum pria adalah pelayan rumah tangga; di
Filipina para ahli farmasi umumnya adalah para wanita.

VI.

Penentuan peran berdasarkan usia


Tidak ada suatu masyarakat yang memperlakukan anak-anak, orang dewasa dan
orang tua dengan cara yang sama. Peran berdasarkan usia sangat berbeda dalam
setiap masyarakat. Orang yang berperilaku tidak sesuai dengan umurnya akan
ditertawakan dan diejek; kaum remaja yang menuntut hak-hak orang dewasa
dianggap menjengkelkan. Namun, status universal berdasarkan umur ini perlahan
mulai berubah.

VII.

Status berdasarkan jasa


Dewasa ini kita telah mengebangkan suatu status semu berdasarkan meritokrasi,
yaitu sistem sosial .di mana status diberikan berdasarkan jasa yang sangat umum
diukur menggunakan skor (angka).

VIII.

Ketidakkonsistenan status
Setiap orang memegang status yang berbeda, dan status-status ini boleh jadi tidak
memiliki peringkat yang sama. Istilah ketidakkonsistenan digunakan apabila salah
satu status seseorang tidak sesuai dengan statusnya yang lain. Contoh: seorang
anak pejabat yang bekerja part-time sebagai pelayan restoran. Inkonsistensi status
juga tampak apabila seseorang yang secara umum tidak diakui menyandang suatu
status yang dirasakannya pantas. Contoh: orang kaya baru yang dicemooh oleh
orang berdarah ningrat.

IX.

Kepribadian Peran dan Kepribadian yang Sesungguhnya


Kepribadian peran merupakan sikap dan kelakuan yang diperlihatkan seseorang
ketika ia menjalani perannya. Sedangkan kepribadian yang sesungguhnya
merupakan kepribadian atau sikap dan perilaku seseorang ketika ia menjalankan
peran yang ia sukai.
Suatu persaingan akan menyebabkan seseorang kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan peran yang ia inginkan. Sehingga ia akan memiliki kepribadian
peran.

X.

Desakan/Beban Peran
Desakan peran (role strain) merupakan kesuliatan yang dialami seseorang dalam
menjalani perannya. Role strain muncul karena adanya:
1) Persiapan yang tidak memadai
Kontinuitas dalam sosialisasi:
mempelajari suatu keterampilan dan sikap pada suatu periode
kehidupan yang akan berguna untuk periode kehidupan berikutnya.
Maksudnya, pengalaman yang dialami/dimiliki seseorang akan berguna untuk
kehidupannya dimasa mendatang.
Diskontinuitas dalam sosialisasi:
merupakan suatu pengalaman yang belum pernah dilihat atau
disaksikan oleh seseorang, dan terdapat kemungkinan bahwa pengalaman
yang ia lewatkan itu akan ia alami.
Hambatan lain dalam proses sosialisasi untuk persiapan peran:
Yang diajarkan kepada seorang anak adalah kebudayaan ideal, bukan
kebudayaan sesungguhnya
Perubahan sosial yang cepat
2) Kesulitan dalam peralihan peran
Penetapan usia=> akibat diskontinuitas dalam persiapan peran
dalam masyarakat primitif, usia remaja tidak ditandai oleh suatu
ketegangan tertentu, kebanyakan individu dari masyarakat primitif mempunyai
status dan peran yang jelas, mereka dan setiap orang tahu dengan jelas apa
tugas dan tanggung jawab mereka. Ketika para remaja memasuki masa latihan
dan berakhir dengan upacara besar-besaran, dimana mereka harus tunduk
terhadap segala kegiatan yang ada dalam upacara tersebut. Disebut rites of
pasage (upacara peralihan)

yang membentuk status dan mengumumkan

bahwa mereka siap untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa.
Melepaskan peran=> jika seseorang ingin mendapat peran baru, peran lama
harus di lepaskan
3) Konflik Peran
Ada 2 macam:
1. Konflik antata berbagai peran
satu atau lebih peran memungkinkan adanya kewajiban-kewajiban yang
bertentangan bagi seseorang
2. Konflik dalam peran tunggal
dalam peran tunggal konflik yang terjadi bersifat inheren.
Ada proses untuk mengurangi ketegangan peran antara lain:
Rasionalisasi
suatu proses defensif untuk mendefinisikan kembali suatu situasi yang tidak
dapat diterimanya.
Rasionalisasi menutupi kenyataan konflik peran yang dialami seseorang

Pengkotakan (compartmentalization)
proses memperkecil ketegangan peran dengan memagari peran seseorang
dalam kotak-kotak kehidupan yang terpisah, sehingga orang itu hanya

XI.

menjalani seperangkat tuntutan peran pada waktu tertentu


4) Kegagalan Berperan
Kegagalan berperan sering terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Contoh: banyak orang tua gagal dalam mensosialisasikan anak-anaknya
Status Terakhir: Kematian
Meninggal adalah peran terakhir dan kematian adalah status terakhir dari
seseorang.
Semua masyarakat membentuk norma-norma dalam memperlakukan orang yang
meninggal, seperti mengadakan upacara-upacara pasca meninggalnya keluarga.
Hal
sebagai

ini

mempunyai

pengibur

yang

memadukan
keluarga

yang

kehidupan

sosial

melindungi

fungsi

dasar

ditinggalkan,

kembali

teman-teman

masih

hidup

dan

kedalam

yang masih aktif, dan untuk

dari

kejahatan

meninggal.

Makalah Manusia Masyarakat


Indonesia

OLEH:
Devyna Fenty (14056541392)
Sekar Indira Kuswoayuning (1406576111)

arwah

yang

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


2015
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai