Anda di halaman 1dari 19

Status Sosial

Status Sosial adalah posisi atau peringkat yang


secara sosial diberikan kepada kelompok atau
anggota kelompok oleh orang /kelompok lain. 
Status sosial dibedakan menjadi 2 sifat yakni:
1. Status yang bersifat objektif adalah suatu tatanan
(order) hak dan kewajiban secara hierarki dalam
struktur formal suatu organisasi.
2. Status yang bersifat subjektif adalah status yang
dimiliki oleh seseorang itu merupakan hasil dari
penilaian orang lain terhadap dirinya.
Kriteria penentuan status sosial
1. Kelahiran
Status seseorang dapat tinggi atau rendah karena ia lahir dari suatu keluarga
tertentu. Contohnya keturunan raja dipandang memiliki status sosial tinggi.
2. Kualitas Pribadi
Seseorang dapat memiliki status sosial tinggi jika memiliki kebijakan, usia yang
sudah lanjut, memiliki kepandaian, berkelakuan baik di masyarakat.
3. Prestasi
Orang yang memiliki kepandaian atau kecerdasan yang kemudian menempati
posisi tinggi atau memiliki pangkat tinggi maka status sosial dipandang tinggi.
4. Pemilikan
Penilaian status seseorang yang didasarkan pada nilai perspektif pertukaran
sesuatu kepemilikan. Contohnya penilaian kita terhadap status seseorang adalah
tinggi dengan maksud agar kita akan mendapat suatu yang kita inginkan.
5. Otoritas
Otoritas adalah kekuasaan yang sah atau kekuasaan yang diabsahkan dan karena
sahnya, maka orang lain harus mengikutinya tanpa perlawanan.
Cara Memperoleh Status

1. Ascribed Status

Adalah kedudukan yang diperoleh secara otomatis tanpa usaha.


Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran.
Misalnya, kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan
pula, seorang anak dari kasta brahmana juga akan memperoleh
kedudukan yang demikian.
Kebanyakan ascribed status dijumpai pada masyarakat dengan
sistem pelapisan sosial yang tertutup, seperti sistem pelapisan
perdasarkan perbedaan ras (apharheid), sistem pemerintahan
kerajaan/monarkhi., dll 
2. Achieved Status

Adalah kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja. Status


ini diartikan kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-
usaha yang sengaja dilakukan, bukan diperoleh karena kelahiran.
Misalnya, setiap orang bisa menjadi dokter, hakim, guru, dosen,
pejabat pemerintah, polisi, tentara, dsb, asalkan belajar dan berusaha
keras untuk memenuh persyaratan yang telah ditentukan.
Dengan demikian tergantung pada masing-masing orang apakah
sanggup dan mampu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
atau tidak. 
Contoh: kedudukan yang diperoleh melalui pendidikan dokter, guru,
insinyur, gubernur, camat, polisi, tentara, dsb.
3 Assigned Status

Merupakan kombinasi dari perolehan status secara


otomatis dan status melalui usaha.
Status ini diperolah melalui penghargaan atau
pemberian dari pihak lain, atas jasa perjuangan sesuatu
untuk kepentingan atau kebutuhan masyarakat.
Contoh: gelar kepahlawanan, gelar profesor, gelar
Doctor Honoris Causa, mahasiswa berprestasi, pelajar
teladan, dsb.
Akibat yang Ditimbulkan dari Status Sosial

Di dalam masyarakat, seseorang biasa mempunyai beberapa status


bahkan dalam waktu yang bersamaan. Beragam status yang dimiliki
seseorang dapat menimbulkan pertentangan atau konflik status
(status conflic).
Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai
akibat adanya beberapa status yang dimilikinya yang saling
bertentangan.
Contoh, Ibu Sakinah adalah seorang dosen yang harus ke kampus tiap
hari kerja. Namun Ibu Sakinah juga merupakan ibu rumah tangga
yang harus merawat anak-anaknya. Ibu Sakinah bingung untuk
memilih menjadi ibu rumah tangga saja atau menjadi dosen saja.
Macam-macam Konflik Status

1. Konflik Status bersifat Individual.


Konflik status yang dirasakan seseorang dalam batinnya sendiri. Contoh: Seorang
wanita harus memilih sebagai wanita karier atau ibu rumah tangga. Seorang anak harus
memilih meneruskan kuliah atau menikah
2. Konflik Status Antar Individu.
Konflik status yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang lain, karena
status yang dimilikinya. Contoh: perebutan warisan antara dua anak atau lebih dalam
keluarga.
3. Konflik Status Antar Kelompok.
Konflik kedudukan atau status yang terjadi antara kelompok yang satu dengan
kelompok yang lain. Contoh: Peraturan yang dikeluarkan satu departemen
bertentangan dengan peraturan departemen lain. DPU yang punya tanggung jawab
terhadap jalan raya, kadang terjadi konflik dengan PLN yang melubangi jalan ketika
membuat jaringan listrik baru. Pada waktu membuat jaringan baru tsb, kadangkala
berkonflik dengan TELKOM karena merusak jaringan telpon dan dengan PDAM karena
membocorkan pipa air. Keempat Instansi tsb akan saling berbenturan dalam
melaksanakan statusnya masing-masing.
Dampak Positif dan Negatif Status Sosial

Perbedaan status dan peranan sosial dapat mengakibatkan munculnya pola


tindakan masyarakat baik positif maupun negatif.
Bersifat positif, jika tindakan itu terintegrasi dalam kehidupan kolektif dengan
norma-norma sosial, sehingga mendorong terwujudnya keteraturan sosial.
Contoh: Apabila status dan peran dosen dan mahasiswa dilaksanakan dengan
penuh tangung jawab, maka akan tercipta suasana dan proses belajar-mengajar
berjalan dengan baik dan teratur sesuai dengan norma-norma pendidikan.

Bersifat negatif, jika tindakan warga masyarakat itu tidak integratif, timbul
prasangka, kecemburuan sosial dan munculnya perilaku menyimpang yang
menghambat pembaharuan dan mengganggu ketertiban masyarakat. Contoh:
Pengendara motor yang ngebut tidak mematuhi rambu-rambu lalulintas, maka
akan menimbukan perilaku menyimpang dan pada akhirnya mengganggu
ketertiban di jalan raya.
Peran Sosial

Peran adalah aktivitas yang dimainkan oleh aktor panggung. Dalam


sosiologi, peran juga senantiasa dimainkan oleh aktor sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Peran ada waktu dimulainya, dan ada pula waktu
diakhirnya, sebagaimana drama teater.
Peran Menurut Robert (1985) adalah pola perilaku yang diharapkan dari
seseorang yang memiliki status atau posisi tertentu dalam organisasi,
keluarga, komunitas, sekolah dll.
Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat
tidur lalu mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status
sebagai karyawan. Setiap pagi ia memulai peran sosialnya sebagai
karyawan. Sore hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri perannya sebagai
karyawan. Begitulah peran sosial dimainkan dalam kesehariannya
Macam-macam Peran Sosial

1. Peran ideal

Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya


peran ideal juga sesuai dengan ekspektasi masyarakat pada
umumnya.
Sebagai contoh, peran ideal seorang mahasiswa adalah
belajar. Ketika mendapat tugas kuliah dari dosennya, ia
mengerjakannya karena menyadari peran sosialnya. Namun
ada pula seorang mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas
kuliah dan banyak mengeluh. Mahasiswa tipe ini jelas tidak
menjalankan peran idealnya.
2. Peran yang diinginkan
Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena
keinginannya sendiri.
Misalnya, seorang ayah yang memainkan perannya
sebagai seorang kakak pada anaknya yang beranjak
remaja. Atau seorang bos yang berperan sebagai mentor
pada karyawannya. Atau seorang relawan yang berperan
dalam proses rehabilitasi mental (trauma) masyarakat
yang terkena bencana.
Peran ini dimainkan karena kehendak pribadi tanpa
mempertimbangkan status sosialnya.
3. Peran yang dikerjakan
Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Misalnya,
seorang presiden di Indonesia yang juga sekaligus seorang
panglima tertinggi dan kepala pemerintahan. Ia mengambil
keputusan untuk berperang atau tidak sebagai panglima
tertinggi. Namun ia juga membuat regulasi dan kebijakan
sebagai kepala pemerintahan.
Contoh lain, seorang ibumemilih menjadi ibu rumah tangga
yang baik di keluarga sebagai peran yang dikerjakannya.
Atau seorang wanita memilih menjadi wanita karir sebagai
peran yang dikerjakannya.
Konflik Peran

1. Ketegangan peran
Ketegangan terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan eksekusi peran karena dihadapkan dua atau
lebih kewajiban dalam waktu yang bersamaan.
Sebagai contoh, seorang dokter yang harus standby 24
jam di rumah sakit karena ada pasien yang
membutuhkan. Pada saat yang sama, keluarganya
menunggu di rumah. Dokter tersebut mengalami
ketegangan peran karena ada dua kewajiban yang
menanti. Solusinya adalah salah satu kewajiban harus
dikorbankan untuk menunaikan kewajiban yang lain.
2. Kegagalan peran

Kegagalan terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan


berbagai peran sekaligus karena ada tuntutan atau tugas yang
bertentangan. Kegagalan peran biasanya dimulai dengan
perasaan serba salah, dilakukan salah, tidak dilakukan salah.
Sebagai contoh, seorang peneliti sosial yang sedang melakukan
studi tentang jaringan kriminal. Sebagai peneliti ia harus
merahasiakan identitas informan yang ditelitinya, yaitu para
pelaku kriminal. Sebagai warga negara, ia harus melaporkan
kepada pihak yang berwenang apabila mengetahui posisi
pelaku kriminal. Ketika ia melaporkan jaringan kriminal yang
ditelitinya kepada polisi, ia telah gagal memainkan perannya
sebagai peneliti.
3. Kesenjangan peran

Kesenjangan peran (role distance)  terjadi ketika seseorang


menjalani peran yang bukan prioritas dalam hidupnya
sehingga merasa tidak cocok. Ia merasa ada kesenjangan
antara siapa dirinya dan apa yang dilakukannya.
Sebagai contoh, seorang pejabat yang melakukan mark up
anggaran proyek. Ketika melakukan mark up, terjadi
kesenjangan antara dirinya yang merupakan pejabat
dengan kerjaannya me-mar k up anggaran.
Fungsi Peranan Sosial
Peranan memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Peranan yang dimainkan seseorang dapat mempertahankan


kelangsungan struktur masyarakat, seperti peran perangkat
pemerintah, peran guru, dosen, pengusaha, buruh, petani, rakyat,
peran sebagai ayah atau ibu atau anak, dsb
2. Peranan yang dimainkan seseorang dapat digunakan untuk
membantu mereka yang tidak mampu dalam masyarakat. Tindakan
individu tersebut memerlukan pengorbanan, seperti peran dokter,
perawat, aparat pemerintah yang baik, pekerja sosial, dsb.
3. Peranan yang dimainkan seseorang juga merupakan sarana
aktualisasi diri, seperti seorang lelaki sebagai suami/bapak, seorang
wanita sebagai isteri/ ibu, seorang seniman dengan karyanya,
mahasiswa sebagai agen pembaharuan, dsb.
Pendekatan teoritis untuk
memahami peran
1.Teori struktural
Pendekatan ini merupakan pendekatan makro,
dikenalkan oleh sosiolog Amerika Robert E. Park.
Pendekatan struktural melihat peran sosial
ditentukan oleh posisi dalam struktur sosial.
Posisi sosial mengandung status dan secara langsung
menentukan perilaku individu. Teori ini melihat
bahwa peran sosial adalah produk dari status sosial.
2. Teori interaksional

Pendekatan teoritis ini merupakan pendekatan mikro. Peran


menurut teori interaksional dimainkan oleh individu berdasarkan
situasi dan interaksi dengan lingkungan sosialnya. Teori ini
dikenalkan oleh George H. Mead dalam bukunya ”Mind, Self and
Society”.
Menurut Mead, individu memiliki kapasitas melakukan refleksi
untuk melihat dirinya sendiri melalui kaca mata orang lain.
Kemampuan ini menentukan peran sosial yang dipraktikkan oleh
seseorang.
Dengan demikian, peran tidak ditentukan oleh posisi atau status,
melainkan oleh hasil refleksi dan ekspektasi tentang dirinya
melalui lensa mata orang lain.
3. Teori relasional

Pendekatan ini merupakan rekonsiliasi antara teori struktural dan


teori interaksional. Tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan
pendekatan ini, antara lain R. Turner, G. Ritzer dan J. Turner.
Menurut teori relasional, peran sosial yang dimainkan oleh
seseorang bisa dideterminasi oleh kekuatan struktural atau bisa
juga oleh kekuatan interaksional. Masing-masing memiliki
keterbatasan untuk melakukan analisis peran.
Teori relasional melihat kedua faktor determinan tersebut sangat
tergantung pada mana yang lebih efisien untuk mencapai tujuan,
melalui konfirmasi ekspektasi dan refleksi. Dengan demikian relasi
antara konfirmasi selaras dengan ekspektasi masyarakat dan
efisiensi

Anda mungkin juga menyukai