Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Status Sosial & Contoh

Status Sosial
Pengertian Status Sosial

Status sosial adalah suatu kedudukan sosial seseorang di masyarakat yang dapat
diperoleh dengan sendirinya (otomatis) melalui usaha ataupun karena pemberian.
Interaksi sosial akan mendorong individu untuk dapat mencapai status sosial yang
lebih tinggi. Status sosial yang lebih tinggi akan berpengaruh pula pada sikap dan
rasa penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang akan
berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, seorang pejabat tentunya memiliki ruang lingkup interaksi yang
lebih luas dan bervariatif bila dibandingkan dengan seorang petani. Pejabat akan
berinteraksi dengan banyak orang dan dari berbagai status dan latar belakang yang
berbeda-beda, mulai dari masyarakat biasa, pengusaha, politikus, teknokrat,
akademis, dan sebagainya yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya. Lain halnya
dengan petani, dalam kesehariannya ia hanya berinteraksi dengan sedikit orang
yang status dan latar belakangnya juga tidak jauh bebeda dengan dirinya.

1. Macam-Macam Status Sosial

Beberapa macam status sosial yaitu:

a. Ascribed status

Ascribed status, yaitu status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau otomatis
akan didapatkan karena faktor keturunan. Status yang diperoleh memungkinkan
orang untuk bersikap pasif. Seseorang dapat memiliki status ini tanpa harus
berjuang ataupun melakukan usaha apa pun. Contohnya anak seorang bangsawan
akan menjadi bangsawan pula dan mendapatkan kehormatan dari masyarakat
karena status sosial yang diwariskan dan yang dimiliki oleh orang tuanya.

b. Achieved status

Achieved status, yaitu status yang diperoleh melalui usaha yang disengaja terlebih
dahulu. Untuk memperoleh status ini harus melalui perjuangan yang panjang
dengan memerlukan pengorbanan dan lebih bersifat terbuka bagi siapa saja,
tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Hampir semua status yang dimiliki oleh seseorang di masyarakat
harus diperjuangkan terlebih dahulu dalam meraihnya. Contohnya untuk menjadi
sarjana harus melalui perjuangan terlebih dahulu. Seorang sarjana akan berjuang
dengan keras untuk memperoleh gelar akademisnya. Tingkatan pendidikan dalam
masa yang panjang harus dilalui untuk mencapainya yang juga memerlukan
pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.

c. Assigned status

Assigned status, yaitu status yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda
penghargaan atas jasanya. Pada dasarnya status yang diperoleh adalah akibat dari
status yang telah diperolehnya terlebih dahulu. Contohnya seorang pahlawan yang
dihargai oleh masyarakat atas jasa perjuangannya. Untuk menjadi seorang yang
disebut pahlawan tentu ia harus berjuang mencapai statusnya dengan semua
pengorbanan, baik jiwa maupun raga.

Pada masyarakat terdapat jenjang (stratifikasi sosial) yang merupakan


penggolongan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Penggolongan tersebut
apabila didasari oleh kriteria ekonomi disebut kelas sosial. Kelas sosial ini terbagi
atas kelas sosial atas, menengah, dan bawah. Pada umumnya istilah kelas sosial
lebih menunjukkan pada kelompok kelas sosial atas. Mereka merupakan golongan
orang-orang yang kaya dan bergengsi. Mereka bangga dengan status sosial yang
disandangnya. Semakin tinggi kelas sosialnya, maka akan semakin tinggi pula
prestise (gengsi) yang dimilikinya. Oleh karena itu, mereka membentuk ciri
tertentu agar tampak berbeda dengan kelas sosial yang lain. Ciri-ciri tersebut
merupakan kebanggaan bagi pemiliknya. Ciri-ciri atau tanda tertentu yang dapat
menunjukkan kelas sosial disebut simbol status.

Beberapa simbol status masyarakat kelas atas, yaitu:

a. Tempat tinggal

Kelas sosial atas biasanya tinggal di perumahan elite yang mewah dan memiliki
prestise tinggi. Orang yang tinggal di perumahan mewah menunjukkan bahwa ia
adalah kelompok orang kaya. Perumahan yang mewah dengan semua fasilitasnya
akan memberikan kebanggaan bagi pemiliknya. Dengan melihat tempat
tinggalnya, orang sudah dapat menilai kelas sosial seseorang.

b. Kekayaan

Kekayaan menjadi unsur utama yang sering ditonjolkan seperti mobil mewah,
perhiasan, dan sebagainya. Kekayaan menjadi bagian terpenting dalam kelompok
sosial karena dianggap sebagai simbol kesuksesan. Mobil mewah seperti merk
jaguar sangat langka di Indonesia karena harganya yang mahal dan jumlahnya
yang terbatas. Mobil ini memberi kebanggaan tersendiri bagi orang yang memiliki
dan memakainya.

c. Penghasilan
Pada umumnya kelas sosial atas memiliki penghasilan yang tinggi. Mereka pada
umumnya para eksekutif yang bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu dan
menjadi orang yang sukses. Ada hubungan yang erat antara penghasilan dengan
jenis pekerjaan. Kelompok sosial atas mempunyai pekerjaan yang elite dengan
penghasilan yang tinggi.

d. Pakaian

Pakaian yang digunakan oleh kelompok sosial atas adalah pakaian yang bagus dan
mahal. Mereka bangga mengenakan pakaian produksi luar negeri seperti baju
buatan Italia, parfum dari Prancis, dan sebagainya.

e. Kegemaran

Kegemaran atau hobi kelompok sosial atas adalah kegiatan-kegiatan yang


memerlukan biaya yang besar, seperti shopping ke luar negeri, olahraga golf, dan
sebagainya. Setiap orang mempunyai jenis kegemaran tertentu. Ada kegiatan
tertentu yang dapat dilakukan oleh orang umum, tetapi juga menjadi status simbol
kelas sosial atas, misalnya memancing. Memancing merupakan kegemaran dari
setiap orang tanpa batas kelas sosial. Tetapi memancing menjadi hobby elit ketika
dilakukan oleh golongan kelas sosial atas. Mereka memancing Blue Marlyn di laut
lepas dengan menggunakan kapal pesiar mewah.

2. Konflik Status Sosial

Seseorang dalam masyarakat biasanya memiliki beberapa kedudukan sekaligus.


Dari bermacam-macam kedudukan (status) yang dimilikinya tersebut biasanya
yang selalu menonjol hanya satu, yaitu status yang utama. Begitu pula dengan
masyarakat yang hanya melihat pada kedudukan utama yang menonjol tersebut.
Atas dasar tersebut, kemudian seorang individu yang memiliki bermacam-macam
status digolongkan ke dalam kelas-kelas yang tertentu dalam masyarakat. Misalnya
Pak Rudi mempunyai kedudukan sebagai suami, kepala rumah tangga, ketua RT,
dan sebagai kepala sekolah. Bagi masyarakat, kedudukan sebagai kepala
sekolahlah yang dianggap utama (menonjol).

Sering terjadi antara kedudukan-kedudukan yang dimiliki seseorang menimbulkan


pertentangan-pertentangan atau konflik. Konflik status seringkali tidak dapat
dihindari, karena adanya kepentingan-kepentingan individu yang tidak selalu
sesuai, atau sejalan dengan kepentingan-kepentingan masyarakatnya, sehingga
seringkali sulit bagi individu untuk mengatasinya. Contohnya seseorang sarjana
ekonomi bekerja sebagai sopir taxi ketika baru lulus. Sebagai sarjana ekonomi, ia
memiliki status sosial yang tinggi. Tetapi sebagai seorang sopir taxi, sebenarnya ia
tidak memerlukan gelar sebagai sarjana. Pekerjaan sebagai sopir taxi oleh sebagian
besar masyarakat masih dianggap sebagai pekerjaan kelas bawah.
Pengertian Peranan dan Teorinya
Pengertian Peranan dan Teorinya. Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia
menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan
ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan
sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Berikut adalah
penjelasan seputar pengertian peranan, Hal-Hal Yang Mencakup Peranan dan teori peran.

Definisi Peranan
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang
lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat.

Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai suatu status. Setiap orang
mungkin mempunyai sejumlah status dan diharapkan mengisi peran yang sesuai dengan status
tersebut. Dalam arti tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status adalah
seperangkat hak dan kewajiban dan peran adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak
tersebut (Horton, 1999:118).

Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan.

Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh individu-individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.

style="text-align: justify;">

Secara Umum Peranan adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau
sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu.

Hal-Hal Yang Mencakup Peranan

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorng dalam
masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang
membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam
masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial
masyarakat (Soekanto, 1995:269).
Teori peranan
Teori peran (Role Theory) merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Selain
dari psikologi, teori peran berawal dari dan masih tetap digunakan dalam sosiologi dan antropologi.
Dalam ketiga bidang ilmu tersebut, istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater, seorang
aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia
diharapkan untuk berprilaku secara tertentu.

Posisi aktor dalam teater (sandiwara) itu kemudian dianalogikan dengan posisi seseorang dalam
masyarakat. Sebagaimana halnya dalam teater, posisi orang dalam masyarakat sama dengan posisi
aktor dalam teater, yaitu bahwa perilaku yang diharapkan daripadanya tidak berdiri sendiri, melainkan
selalu berada dalam kaitan dengan adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan adanya orang-
orang lain yang berhubungan dengan aktor tersebut. Dari sudut pandangan inilah disusun teori-teori
peran (Sarwono, 1995:209).

Artikel Pada Blog ini kami kutip dari berbagai sumber. Semoga Artikel Tentang Pengertian Peranan
dan Teorinya Dapat Bermanfaat Dan Apabila artikel ini berguna untuk anda silahkan copy paste
dengan menyertakan Sumbernya. Kami Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada Kesalahan Dan
Kekurangan Pada penulisan Artikel ini. Terima kasih atas perhatiannya.

Jelaskan Definisi Peran Sosial dan Macam-


Macam Peran Sosial?
Posted by om gomgom on Friday, 29 August 2014 Labels: ips kelas 1

a. Definisi Peran Sosial


Peran sosial adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki status sosial tertentu
dalam masyarakat. Peran sosial seseorang dalam masyarakat sangat ditentukan oleh status sosial
yang dimilikinya. Jika status sosial seseorang tinggi, maka akan semakin tinggi pula peran sosialnya
dalam
masyarakat, atau sebaliknya. Peran sosial dianggap sangat penting karena mangatur perilaku
seseorang dalam masyarakat berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

b. Macam-Macam Peran Sosial


Peran sosial dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, antara lain sebagai
berikut.
1) Cara mendapatkan
Berdasarkan cara mendapatkannya, peran sosial dapat dibedakan sebagai berikut.
a) Peran bawaan
Peran bawaan adalah peran yang didapatkan secara otomatis dan bukan karena usaha atau prestasi
yang dilakukannya. Jadi, peran bawaan adalah peran yang melekat pada dirinya. Contohnya peran
sebagai orang tua, peran sebagai bapak atau ibu, peran sebagai anak, dan sebagainya. Peran ini ada
dengan sendirinya dan tidak dapat dihindari karena merupakan dampak dari status bawaannya.
b) Peran pilihan
Peran pilihan adalah peran dari seseorang yang diperoleh melalui suatu usaha, sehingga setiap orang
bebas menentukan perannya sendiri sesuai dengan yang diharapkan. Contohnya peran sebagai
dokter,
guru, tentara, atau petani. Peran pilihan ini harus disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan
keterampilan yang dimilikinya.

2) Cara pelaksanaan
Dilihat dari cara pelaksanaannya, peran sosial dapat dibedakan menjadi berikut ini.
a) Peran yang diharapkan
Peran ini merupakan peran yang diharapkan oleh masyarakat untuk dilaksanakan sebaik-baiknya dan
lengkap, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contohnya peran seorang polisi, hakim, jaksa, dan
pengacara. Peran-peran tersebut harus dilaksanakan dengan baik dan tidak boleh ditawar-tawar
karena terkait dengan hak asasi seseorang.

b) Peran yang disesuaikan


Peran yang disesuaikan adalah suatu peran yang pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi tertentu. Peran ini terjadi bukan karena faktor manusia atau pelakunya saja, tetapi karena
adanya kondisi dan situasi yang menyebabkan seseorang melakukan suatu peran. Contohnya peran
seorang pelawak yang memerankan tugasnya sebagai pelawak sewaktu di panggung, tetapi saat
berkumpul dengan keluarga tidak akan menyampaikan pesan dengan lawakan.

3) Prioritas pelaksanaan
Berdasarkan prioritas pelaksanaannya, peran sosial dibedakan sebagai berikut.
a) Peran kunci
Peran kunci adalah peran pokok atau inti dari beberapa peran yang dimilikinya. Misalnya Pak Budi
selain sebagai kepala keluarga juga menjadi dokter, ketua RT, pengurus masjid, dan ketua koperasi.
Dari beberapa peran tersebut peran kunci Pak Budi adalah seorang dokter.

b) Peran tambahan
Peran tambahan adalah peran yang dilakukan seseorang setelah melakukan peran utamanya atau
peran kunci. Misalnya Pak Budi yang mendapat peran tambahan selain menjadi dokter. Beberapa ciri
pokok yang dimiliki peran tambahan antara lain tidak dilakukan berdasarkan ijazah dan keahlian
tertentu, bukan sebagai sumber penghasilan utama, dan dalam melakukannya tidak mencemarkan
peran kunci.

c. Konflik Peran
Konflik peran (role conflict) timbul apabila keadaan diri seseorang berada dalam tekanan, dalam arti
ada pemisahan antara satu peran dengan peran yang lainnya pada waktu bersamaan. Semakin
banyak kedudukan yang dimiliki, maka akan semakin beragam peran yang harus dimainkannya.
Apabila peran yang dimainkannya terlalu banyak, maka akan menimbulkan konflik peran. Contohnya
seorang polisi yang harus menangkap peng-guna narkoba yang sebenarnya anaknya sendiri yang
harus dia jaga dan lindungi.
Pengertian stratifikasi

Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke


dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).

Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan


bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam
masyarakat yang hidup teratur.

Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-
orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial

Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan
sosial adalah sebagai berikut.

Ukuran kekayaan

Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat
ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak
mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula
sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang
rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda
tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta
kemampuannya dalam berbagi kepada sesama

Ukuran kekuasaan dan wewenang

Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran
kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.

Ukuran kehormatan

Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-
orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para
orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi
dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh
seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti
profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha
dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli
skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusny

engertian Kekerasan dan Faktor Penyebab Kekerasan

A. Pengertian Kekerasan
Konflik yang tidak terkendali akan mengarah kepada kekerasan. Namun, konflik berbeda
dengan kekerasan. Oleh karena itu, perlu pula kita mengetahui tentang pengertian kekerasan.
kata kekerasan berasal dari bahasa Latin yaitu violentia, yang artinya keganasan,
kedahsyatan, kebengisan, kegarangan, perkosa, dan aniaya. Berikut ini kami paparlan
pengertian kekerasan menurut para ahli.

Iklan (Tutup KI!k 2x)

1. Pengertian kekerasan menurut Thomas Hobbes


Menurut Thomas kekerasan merupakan suatu sifat alami yang ada pada diri manusia.

2. Pengertian kekerasan menurut Stuart dan Sundeen


Menurut stuart dan sundeen kekerasan atau perilaku kekerasan atau tindak kekerasan adalah
ungkapan perasaan permusuhan dan marah yang menjadikan hilangnya konrol diri di mana
individu dapat mempunyai perilaku menyerang atau melakukan bentuk tindakan yang bisa
membahayakan individu itu sendiri, orang lain, atau lingkungan sekitar.

3. Pengertian kekerasan menurut Kaplan dan Sundeen


Perilaku kekerasan menurut Kaplan dan Sunden yaitu suatu kondisi di mana seseorang
melakukan aktivitas atau tindakan yang bisa membuat bahaya secara fisik, baik kepada diri
sendiri, orang lain, ataupun lingkungan.

4. Pengertian kekerasan menurut J.J. Rousseau


Menurut JJ Rousseau kekerasan bukanlah merupakan sifat murni manusia.

5. Pengertian kekerasan menurut Colombijn


Kekerasan menurut Colombijn yaitu perilaku yang melibatkan kekuatan fisik dan ditujukan
untuk merusak, menyakiti, atau bahkan melenyapkan seseorang atau sesuatu.

6. Pengertian kekerasan menurut Black


Menurut Black, kekerasan yaitu penggunaan kekuatan atau kemampuan yang tidak adil dan
tidak bisa dibenarkan.

7. Pengertian kekerasan menurut James B. Rule


Menurut James B Rule, kekerasan adalah manifestasi naluri bersama atau gerakan naluri
primitif yang mampu membuat kondisi-kondisi tindakan massa.

8. Pengertian kekerasan menurut Soerjono Soekanto


Kekerasan atau violence menurut Soerjono Soekanto yaitu pemakaian unsuf fisik dengan
jalan paksaan terhadap benda atau orang. Sedangkan kekerasan sosial yaitu kekerasan yang
dilakukan terhadap barang atau orang karena barang dan orang tersebut termasuk ke dalam
kategori sosial tertentu.

9. Pengertian kekerasan menurut Abdul Munir Mulkan


Menurut Abdul Munir, kekerasan yaitu suatu tindakan fisik yang dijalankan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk merusak, melukai, bahkan menghancurkan orang lain atau
harta benda dan semua fasilitas kehidupan yang masih menjadi bagian dari dari orang lain
tersebut.

10. Pengertian kekerasan menurut Kamus Sosiologi (2012:106)


Menurut kamus sosiologi, kekerasan yaitu suatu ekspresi yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok di mana secara fisik atupun verbal dapat memperlihatkan tindakan agresi
dan penyerangan kepada kebebasan atau martabat.

B. Faktor Penyebab Kekerasan


Berdasarkan uraian di atas, kami harap pembaca dapat memahami apa itu kekerasa. Nah
materi selanjutnya yang perlu kita ketahui dari kekerasan dalam ilmu sosiologi adalah apa
yang menjadi pemicu atau penyebab terjadinya kekerasan di masyarakat. Nah di sini kami
akan menyampaikan ada empat faktor yang menjadi penyebab timbulnya kekerasan di
masyarakat. Antara lain :
1. Tidak terpenuhinya motivasi dan keinginan dari manusia
Suatu motivasi atau keinginan yang berasal dari diri manusia atau sekelompok orang yang
tidak terpenuhi sering kali ditindaklanjuti dengan tindakan kekerasan. Banyak kasus yang
terjadi dimana kekerasan terjadi karena adanya motivasi atau keinginan dari manusia yang
tidak terpenuhi, misalnya seorang anak remaja yang tidak mampu mendapatkan gadis yang
dicintainya, ia akan melakukan tidakan kekerasan untuk mendapatkan gadis itu.

2. Dialog dan kompromi yang menghasilkan jalan buntu


Sudah jelas jika ada suatu dialog atau kompromi yang tidak dapat terselesaikan akan
mengakibatkan tindakan kekerasan. Hal ini bisa kita lihat dalam rapat anggota DPR, dimana
kadang kala mereka melakukan tindakan kekerasan karena masing-masing pihak tidak ada
yang mau mengalah.

3. Agresifitas yang ada pada manusia


Manusia mempunyai sifat agresif yang dapat menjadi benih-benih tindakan kekerasan. Sifat
agresif disebabkan oleh adanya beberapa faktor, antara lain :
a. frustasi
b. merasa bingung
c. merasa dirugikan
d. menghadapi ancaman dari luar
e. merasa diperlakukan tidak adil

4. Perbedaan realitas potensial dengan potensial aktual manusia


Realisasi potensial adalah apa yang mungkin dieujudkan sesuai dengan tingkat pengetahuan,
wawasa, sumber daya, dan kemajuan yang dicapai manusia. Apabila realisasi potensial
tersebut disalahgunakan untuk tujuan tertentu atau dimanipulasi oleh sekelompok orang,
maka akan terjadi kekerasan.

A. Jenis-Jenis kekerasan secara umum


Secara umum, ada beberapa jenis kekerasan, yaitu kekerasan terbuka (overt), kekerasan
tertutup (covert), kekerasan menyerang (agresif), kekerasan bertahan (defensive), terorisme,
balas dendam, dan pembunuhan. Berikut ini penjelasan dari berbagai jenis kekerasan secara
umum.
1. Kekerasan terbuka (overt)
Kekerasan terbuka adalah kekerasan yang dapat dilihat secara nyata, misalnya perkelahian
individu, perkelahian massal (tawuran), maupun pembunuhan dan pemerkosaan. Tindakan
kekerasan yang dilakukan secara terbuka atau terang-terangan akan mendatangkan konflik
horizontal yang serta merta manakala masyarakat mengetahui pelakunya. Pelaku akan
mendapatkan sanksi dari anggota masyarakat.

Iklan (Tutup KI!k 2x)

2. Kekerasan tertutup (covert)


Kekerasan tertutup adalah kekerasan yaang tidak terlihat secara langsung, misalnya perilaku
mengancam. Perilaku mengancam jauh lebih menonjol dari pada kekerasan terbuka. Dengan
mengancam, akan ada sedikit pihak yang dapat mengontrol pihak lain. Ancaman dianggap
sebagai bentuk kekerasan, merupakan unsur penting kekuatan kemampuan untuk bisa
mewujudkan keinginan seseorang sekalipun menghadapi keinginan yang berlawanan.
Ancaman menjadi efektif jika seseorang mendemonstrasikan untuk mewujudkan
ancamannya. Para teroros bisa melakukan tindakan ini, dan jika ancaman yang dilakukan
tidak membuahkan hasil, maka tindakan nyata dari ancaman akan dilakukan. Perilaku
mengancam mengkomunikasikan pada pihak lain suatu tujuan untuk memakai kekerasan
terbuka bila diperlukan.

3. Kekerasan menyerang (agresif)


Kekerasan menyerang yang dilakukan tidak untuk perlindungan, tetapi untuk mendapatkan
sesuatu. Misalnya perampokan bersenjata, penjambretan, pembunuhan, dan penganiayaan.

4. Kekerasan bertahan (defensive)


Kekerasan yang dilakukan sebagai perlindungan diri, misalnya kepanikan yang terjadi dalam
sebuah gedung bioskop yang sedang terbakar. Walaupun tindakan ini wajar namun dianggap
kekerasan. Mereka saling berebut pintu darurat untuk mencari selamat agar bisa mencapai
keluar gedung. Merekapun saling menghalangi dan saling menyingkirkan “lawan”.

5. Terorisme
Kebanyakan tindakan ini dilakukan oleh banyak orang. Namun sebenarnya terorisme dapat
dilakukan oleh seorang individu. Pengertian terorisme adalah segala jenis kekerasan yang
terinspirasi secara politik dan dilakukan oleh sumber yang tidak resmi. Terorisme
dimaksudkan suatu kebijakan untuk menyerang dengan teror kepada mereka dengan
menggunakan metode intimidasi. Penggunaan ancaman aktual dipandang sebagai ancaman
efektif bagi kekerasan yang akan datang. Ancaman seseorang bukan omong kosong dan
pengancam telah siap untuk mewujudkan ancamannya.

6. Balas dendam (revenge)


Berbeda dengan terorisme, maka balas dendam merupakan tindakan yang bertalian dengan
kesalahan di masa lalu. Tindakan ini merupakan pembalasan dari tindakan individu lain
sebelumnya. Dalam suatu kejadian, balas denda, dapat menimbulkan teror.

7. Pembunuhan (Homicide)
Pembunuhan diartikan setiap pembunuhan orang lain oleh tindakan orang itu sendiri. Ada dua
jenis pembunuhan, yaitu pembunuhan legal dan pembunuhan kriminal.
a. Pembunuhan legal adalah pembunuhan yang secara hukum dibenarkan karena tindakan ini
dilakukan untuk pembelaan diri atau untuk mempertahankan harta milik.
b. Pembunuhan kriminal adalah pembunuhan yang dilarang oleh hukum. Pembunuhan kriminal
dibagi menjadi tiga jenis yaitu pembunuhan (murder), pembunuhan berencana (volentary
manslaughter), dan pembunuhan tidak terencana (involuntary manslaughter).
 Pembunuhan (murder)
Pembunuhan adalah pembunuhan seseorang secara ilegal dengan maksud buruk yang
dipikirkan sebelumnya
 Pembunuhan berencana
Pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang menyebabkan kematian orang lain
dengan direncanakan sebelumnya yang di dalamnya ada sebuah skenario.
 Pembunuhan tidak terencana
Pembunuhan tidak terencana adalah pembunuhan yang mengakibatkan kematian orang lain
karena kelalaian dan tidak disebabkan serangan yang disengaja.

B. Jenis-Jenis kekerasan menurut Johann Galtung


Menurut Johann Galtung (1981), terdapat empat jenis kekerasan, yaitu: kekerasan langsung
atau direct violence, kekerasan tidak langsung atau indirect violence, kekerasan represif, dan
kekerasan alienatif.

1. Kekerasan langsung (direct violence),


Kekerasan langsung adalah suatu tindakan yang betujuan untuk menyerang fisik atau
psikologis seseorang dengan langsung, dalam hal ini kekerasan yang terjadi ada kontak
secara langsung antara pelaku yang bertanggung jawab dan korban dan berakibat bagi
korban. Kekerasan langsung meliputi kejahatan perang, pemusnahan etnis, pengusiran paksa
terhadap masyarakat tertentu, serta penganiayaan dan perkosaan. Kekerasan langsung
dapat mengancam HAM, yaitu khususnya pada hak untuk hidup.
2. Kekerasan tidak langsung (indirect violence)
Kekerasan tidak langsung yaitu suatu tindakan yang bisa membahayakan manusia, bahkan
kadang-kadang bisa sampai membunuh, akan tetapi tidak melibatkan hubungan yang
langsung antara korban dan pihak lain yang mempunyai tanggung jawab atas tindakan
kekerasan tersebut. Kekerasan tidak langsung terdiri dari kekerasan perantara (mediated
violence) dan kekerasan karena kelalaian (violence by ommision).
a. Kekerasan karena kelalaian mengakibatkan seseorang dalam bahaya dan tidak ada orang
yang dapat menolongnya. Jenis kekerasan ini terdiri dari kekerasan sosial (contohnya
distribusi sembako yang tidak merata) serta ’kekerasan bisu’ (contohnya kelaparan).
b. Kekerasan perantara yaitu hasil dari intervensi manusia yang sengaja terhadap lingkungan
alam dan sosial yang membawa pengaruh tidak langsung pada manusia yang lain. Salah
satu bentuk kekerasan perantara yaitu ecocide, misalnya mengganggu serta perusakan
lingkungan alam karena mengganggu kesehatan, mengakibatkan manusia menderita dan
sengsara, tindak penghancuran.

3. kekerasan represif
Kekerasan represif yaitu kekerasan yang dilakukan dengan mengekang atau membatasi
kebebasan hak-hak orang lain, yang terdiri dari pencabutan hak-hak yang siatnya dasar selain
hak untuk hidup serta hak untuk dilindungi dari bahaya kecelakaan. Kekerasan represif
berhubungan dengan tiga hak dasar, yaitu hak politik, hak sipil, serta hak sosial. Dalam hal
ini, kekerasan represif dilakukan dengan cara menekan pihak-pihak tertentu.

Iklan (Tutup KI!k 2x)

4. kekerasan alienatif
Kekerasan alienatif dalam hal ini menyebabkan seseorang diasingkan dengan lingkungannya.
Kekerasan alientatif mencakup pencabutan pada hak-hak individu yang lebih tinggi,
contohnya hak perkembangan budaya atau intelektual, emosional. Jenis kekerasan alienatif
penting untuk bisa menegaskan bahwa keberadaan manusia juga memerlukan pemenuhan
berbagai kebutuhan non-materi. Salah satu bentuk kekerasan alienatif adalah ethnocide, yaitu
tindakan atau kebijakan yang benar-benar mengubah keadaan material atau sosial menjadi
di bawah satu identitas kultural kelompok tertentu.

C. Jenis-Jenis kekerasan menurut Yayasan Sejiwa


Berbeda dengan Johann Galtung, yayasan Sejiwa dalam bukunya tentang Bullying (2008)
membagi jenis-jenis kekerasan ke dalam dua jenis, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan non
fisik. Berikut ini penjelasannya.
1. Kekerasan fisik:
Kekerasan fisik yaitu jenis kekerasan yang dapat dilihat atau kasat mata. Maksudnya,
siapapun dapat melihatnya karena timbul benturan fisik antara pelaku dan korban kekerasan.
Contohnya, menimpuk, menampar, menjegal, menginjak kaki, memalak, meludahi, dan
melempar dengan barang.

2. Kekerasan non fisik:


Kekerasan non fisik yaitu jenis kekerasan yang tidak dapat dilihat atau kasat mata.
Maksudnya, kekerasan ini tidak bisa langsung diketahui siapa perilakunya jika kita tidak teliti
dalam memperhatikan, karena tidak ada benturan fisik antara pelaku dan korbannya.
Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua jenis yaitu kekerasan verbal dan kekerasan
psikologis/psikis.
a. Kekerasan verbal adalah jenis kekerasan yang dilakukan melalui kata-kata yang diucapkan.
MIsalnya: memaki, membentak, menjuluki, menghina, memfitnah, meneriaki, menuduh,
menyebar gosip, mempermalukan di depan umum dengan lisan,menolak dengan kata-kata
kasar, dll.
b. Kekerasan psikologis/psikis adalah kekerasan yang dilakukan melalui bahasa tubuh
seseorang. Contohnya memandang penuh ancaman, memandang sinis, mendiamkan,
mempermalukan, memandang yang merendahkan, mengucilkan, memelototi dan mencibir.

Apa Sajakah Faktor-Faktor Penyebab


Konflik Sosial ?
Banyak orang berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab konflik sosial terjadi karena adanya
perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik
muncul karena adanya ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas
atas dan kelas bawah.

Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan tujuan dari
masing masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono Soekanto mengemukakan
bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.

1. Perbedaan Antar perorangan

Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat
bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada kesamaan
yang baku antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan-perbedaan inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial
, sebab dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu
sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas, kamu bersama
kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah.

Pada satu kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi
dengan menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut.
Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan
pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi
menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan.

Perbedaan pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci
yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan

Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam
kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual,
kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama.

Setiap individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam


lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya tidak
sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan norma yang
ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok atau masyarakat
tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat lain.

Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak
menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial. Contohnya
seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis
dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan
apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia
akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya
menguntungkan satu pihak saja.

Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh kelompok besar dan yang pasti kebijakan
tersebut tidak akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus
mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang
disebabkan perbedaan kebudayaan.

Contoh lainnya adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A,
pindah ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan
asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di wilayah barunya.
Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh yang kuat, alangkah lebih baik
jika tetap melakukan penyesuaian terhadap kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.

3. Bentrokan Kepentingan

Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan
memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain. Misalnya
kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’
atau ‘Miss Universe’.

Dalam hal ini pemerintah menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai
kepentingan untuk promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis
menolak pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran
(bangsa Indonesia).

Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang menjunjung tinggi
budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk mengikuti kontes yang ternyata
di dalamnya ada salah satu persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan
swim suit (pakaian untuk berenang).
4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat

Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian


mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi secara
cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam masyarakat,
bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap
mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.

Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya secara cepat
akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat,
yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik sosial.

Contohnya kenaikan BBM, termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang
kurang siap dan kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.

Selain yang disebutkan di atas, proses sosial dalam masyarakat ada juga yang menyebabkan
atau berpeluang menimbulkan konflik adalah persaingan dan kontravensi.

1. Persaingan (Competition)

Dalam persaingan individu atau kelompok berusaha mencari keuntungan melalui bidang-
bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Cara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menarik perhatian atau mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.

Jika dikelompokkan, ada dua macam persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan
tidak pribadi atau kelompok. Persaingan pribadi merupakan persaingan yang dilakukan orang
per orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi. Persaingan
kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk yang sama untuk
memperebutkan pasar di suatu wilayah.

Persaingan pribadi dan kelompok menghasilkan beberapa bentuk persaingan, antara lain
persaingan di bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan peranan, dan persaingan ras.

a. Persaingan di Bidang Kebudayaan

Persaingan di bidang kebudayaan merupakan persaingan antara dua kebudayaan untuk


memperebutkan pengaruh di suatu wilayah. Persaingan kebudayaan misalnya terjadi antara
kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli. Bangsa pendatang akan berusaha
agar kebudayaannya dipakai di wilayah di mana ia datang. Begitu pula sebaliknya, penduduk
asli akan berusaha agar bangsa pendatang menggunakan kebudayaannya dalam kehidupan.

b. Persaingan Kedudukan dan Peranan

Apabila dalam diri seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui
sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan peranan terpandang maka
terjadilah persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar tergantung pada apa yang paling
dihargai oleh masyarakat pada suatu masa tertentu.

c. Persaingan Ras
Persaingan ras sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras
baik perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu
perlambang kesadaran dan sikap atau perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan. Persaingan
dalam batas-batas tertentu memiliki fungsi.

Lalu, apa fungsi persaingan itu ?


Berikut ini adalah beberapa fungsi persaingan:

1) alat untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan sosial;

2) menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif;

3) jalan untuk menyalurkan keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu masa
tertentu menjadi pusat perhatian sehingga tersalurkan dengan baik oleh mereka yang
bersaing;

4) alat untuk menyaring para warga golongan fungsional sehingga menghasilkan pembagian
kerja yang efektif.

Persaingan dalam segala bentuknya akan menghasilkan hal-hal yang bersifat positif maupun
negatif. Hal-hal positif yang dihasilkan dengan adanya persaingan, antara lain makin kuatnya
solidaritas kelompok, dicapainya kemajuan, dan terbentuknya kepribadian seseorang (baca
juga: mengenal sifat pluralisme budaya).

a. Makin Kuatnya Solidaritas Kelompok


Persaingan yang dilakukan dengan jujur akan menyebabkan individu saling menyesuaikan
diri dalam hubungan sosialnya. Dengan demikian, keserasian dalam kelompok akan tercapai.
Hal itu bisa tercapai apabila persaingan dilakukan dengan jujur.

b. Dicapainya Kemajuan
Persaingan akan lebih banyak dijumpai pada masyarakat yang maju dan berkembang pesat.
Untuk itu, individu yang berada dalam masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan tersebut. Persaingan akan menyebabkan seseorang terdorong untuk bekerja
keras supaya dapat berperan dalam masyarakat.

c. Terbentuknya Kepribadian Seseorang


Persaingan yang dilakukan dengan jujur dapat menimbulkan tumbuhnya rasa sosial dalam
diri seseorang. Namun sebaliknya, persaingan juga bisa menimbulkan hal yang negatif, yaitu
terciptanya disorganisasi. Adanya disorganisasi karena masyarakat hampir tidak diberi
kesempatan untuk menyesuaikan diri dan melakukan reorganisasi saat terjadi perubahan. Hal
itu disebabkan karena perubahan yang terjadi bersifat cepat atau revolusi.

2. Kontravensi

Kontravensi berasal dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi atau
menantang. Kontravensi merupakan usaha untuk menghalang-halangi pihak lain dalam
mencapai tujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan
tercapainya tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan karena rasa tidak senang atas keberhasilan
pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian, dalam kontravensi tidak ada maksud
untuk menghancurkan pihak lain.

Bagaimana bentuk kontravensi itu ?


Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker ada lima macam bentuk kontravensi.

1. Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan, keengganan, perlawanan,


perbuatan menghalanghalangi, protes, gangguan-gangguan, dan kekerasan.

2. Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal pernyataan pihak lain di
depan umum, memakimaki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan memfitnah.

3. Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut, menyebarkan desas-desus,


dan mengecewakan pihak lain.

4. Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan dan mengumumkan


rahasia pihak lain.

5. Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan lawan dan mengganggu
pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai