Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SOSIOLOGI

STATUS DAN PERAN SOSIAL

DISUSUN OLEH:
AHMAD ILHAM ROMAIDON SIPAHUTAR
NIM: 2111420030

DOSEN PENGAMPU:
ARUM PUSPITASARI, MA.

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2021/2022
PERAN SOSIAL
A. STATUS SOSIAL DAN CONTOHNYA

Status sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang menjelaskan tentang posisi
seseorang dalam stratifikasi sosial. Dengan kata lain, status sosial menunjukkan dimana
individu berada dalam sebuah sistem yang hierarkis. Individu yang berada di posisi atas
memiliki status sosial yang tinggi. Individu yang berada di posisi bawah memiliki status
sosial yang rendah.

Kata ”status” berasal dari bahasa Latin yang berarti suatu kondisi seseorang
berdasarkan aturan hukum. Pada perkembangannya, istilah status diadopsi oleh sosiologi
untuk menjelaskan mengapa interaksi sosial antar individu atau kelompok berbeda dan apa
yang menentukan setiap individu menjalankan peran sosialnya yang berbeda.

Pengertian status sosial


Status sosial adalah lokasi atau posisi seseorang dalam sistem sosial yang hierarkis,
yang sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Lokasi atau posisi dalam strata sosial
berbeda-beda, tergantung pada hak dan kewajiban, serta biasanya ditentukan pula oleh gaya
hidup dan pola konsumsi seseorang. Perbedaan posisi tersebut menggambarkan perbedaan
status. Pada gilirannya, posisi tertentu bernilai sosial tinggi dan posisi yang lain rendah.
Masyarakat pada umumnya mengejar posisi yang bernilai sosial tinggi untuk mendapat
penghargaan, penghormatan, dan respek dari masyarakat banyak.

Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa status berkaitan erat dengan
stratifikasi sosial. Pembedaan nilai terhadap status sosial berada dalam sistem stratifikasi.
Oleh sebab itu, apabila seseorang hidup dalam masyarakat yang kondisinya sama rata dan
sama rasa, dimana setiap orang memiliki kedudukan yang relatif sama, maka status sosial
menjadi kurang penting untuk dikejar.

Status sosial pada dasarnya merupakan kumpulan hak dan kewajiban, tugas dan
keistimewaan yang dimiliki seseorang. Hak dan kewajiban tersebut bersifat statis. Sebagai
contoh, seorang dokter memiliki status sosial yang relatif tinggi di masyarakat pelosok karena
memiliki tugas mengobati warga yang sakit. Dokter di pelosok bahkan kadang dianggap
sebagai dewa penyelamat sehingga dihormati dan dihargai. Tugas, hak, dan kewajiban yang
dimiliki seorang dokter di pelosok membuat dirinya mendapat penghormatan yang tinggi.

Contoh lain adalah seorang mantan copet yang baru saja keluar penjara. Di
masyarakat ia memiliki status sosial yang rendah karena ia cenderung akan dipandang
rendah. Hal ini disebabkan oleh status sosialnya sebagai mantan copet yang pernah
merugikan orang lain. Untuk menaikkan status sosial agar orang respek padanya, ia harus
mengubah posisinya di masyarakat. Misal, ia mendirikan sekolah gratis buat anak-anak,
sembari mengumumkan bahwa dirinya telah tobat. Maka, perlahan orang akan menghargai
dan statusnya sebagai mantan copet mungkin bisa berubah. Di TV, misalnya ada penceramah
yang mengaku dulunya pelaku kriminal. Saat ini ia dihormati karena statusnya telah menjadi
penceramah bukan lagi tokoh kriminal.

Contoh status sosial


 Status yang digariskan (ascribed status)
Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang karena kondisi lahiriah atau alami.
Contohnya adalah ras, etnis, keturunan. Anak raja memperoleh status lebih tinggi ketimbang
masyarakat kebanyakan karena ia anak raja. Di beberapa negara yang rasis, orang kulit putih
lebih lebih dihormati ketimbang orang kulit kuning. Ketika kamu lahir dengan kulit sawo
matang, kamu akan dipandang sebelah mata oleh mereka yang rasis.

 Status yang diusahakan (achieved status)


Achieved status adalah status yang diperoleh seseorang karena usaha yang dilakukannya
dengan sengaja dan biasanya penuh perjuangan. Contohnya, untuk memperoleh status
sebagai mahasiswa sehingga dapat diskon belanja di supermarket, seseorang harus lulus tes
masuk universitas. Untuk memperoleh gelar sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan skripsi
dan lulus. Achieved status merupakan contoh status sosial yang terbuka, artinya berpeluang
dicapai oleh banyak orang, terutama mereka yang tidak potensial memperoleh ascribed status
yang tinggi.

 Status yang diberikan (assigned status)


Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang karena mandat atau pemberian
orang lain. Mandat tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga dianggap berjasa oleh
masyarakat atau setidaknya oleh pemberi mandat. Sebagai contoh, panglima besar Jenderal
Sudirman, diberi mandat oleh Bung Korno untuk memimpin perang gerilya melawan
Belanda. Jasanya pada bangsa membawa dirinya berhak memperoleh gelar pahlawan. Sang
jenderal memperoleh assigned status yang tinggi sebagai pahlawan nasional karena jasanya.

 Status simbol (symbolic status)


Status simbol adalah status yang diperoleh seseorang karena simbol-simbol yang dimiliki
atau dikenakannya. Biasanya status jenis ini diperagakan dalam kehidupan keseharian.
Sebagai contoh, seorang pejabat kemana-mana naik sepeda onthel, menunjukkan statusnya
yang sederhana. Seorang mahasiswa pakai jam tangan sport mahal akan dipandang sebagai
orang dari kelas atas. Cara berpakaian, rumah, dan tempat yang dikunjungi juga bisa menjadi
status simbol seseorang.

 Status aktif (active status)


Status aktif adalah status yang sedang miliki seseorang pada kurun waktu tertentu. Status
aktif menunjukkan bahwa ada status lain yang tidak aktif di saat bersamaan. Sebagai contoh,
ketua RT yang merangkap sebagai guru SD. Ketika berada di depan kelas, ia memperoleh
status sebagai seorang guru. Ketika di kampung, ia dipanggil pak atau bu RT. Tetangganya
tentu saja tidak datang ke rumahnya untuk belajar, melainkan untuk minta stempel RT,
misalnya.

 Status laten (latent status)


Status laten adalah kebalikan dari status aktif. Status laten disebut juga status pasif atau diam
karena status lain sedang aktif. Misalnya mahasiswa yang merangkap sebagai kader partai
politik. Saat di kampus ia mengerjakan tugas kuliah sebagaimana mahasiswa lainnya.
Statusnya sebagai mahasiswa aktif. Sedangkan status latennya adalah kader partai. Kadang ia
menjelma menjadi kader dengan cara diam-diam mengampanyekan partainya lewat tulisan
atau pilihan organisasi kemahasiswaannya.

Individu memiliki status yang multiple atau lebih dari satu. Tak jarang status yang bermacam
ini menimbulkan konflik status. Realitas kehidupan menunjukkan bahwa status tidak
selamanya bekerja sebagaimana mestinya, Sering kali muncul konflik status dalam diri kita.
Saya akan sebutkan di sini beberapa jenis konflik status yang kadang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.

Konflik status
 Konflik status individual
Yaitu konflik yang terdapat dalam diri seseorang karena memiliki lebih dari satu status.
Sebagai contoh, seorang polisi yang lagi butuh duit harus memilih apakah akan menarik
biaya pendaftaran sim atau tidak ketika regulasinya mengatakan gratis. Terjadi konflik status
dalam dirinya, mau minta duit tapi ingat dirinya sebagai penegak hukum.

 Konflik status antarkelompok


Yaitu konflik status yang terjadi karena satu kelompok merugikan kelompok lain. Sebagai
contoh, peraturan reklamasi di DKI yang legal menurut pemerintah pusat, tetapi kelompok
masyarakat mayoritas menentang adanya proyek tersebut.

 Konflik status antarindividu


Yaitu konflik status yang terjadi antara individu satu dengan individu lain. Misalnya, seorang
polisi harus menilang pengendara yang tidak pakai helm saat berkendara, padahal pengendara
itu anaknya sendiri.

Individu atau kelompok cenderung berupaya untuk meningkatkan atau mempertahankan


status sosial yang dimiliki. Pada saat yang sama berupaya penuh untuk menghindari
hilangnya status sosial.
B. PERAN SOSIAL DAN CONTOHNYA
Peran sosial adalah eksekusi dari hak, kewajiban, tugas, atau tanggung jawab
seseorang yang sesuai dengan status sosialnya. Dengan demikian peran sosial ditentukan
oleh status sosial. Apabila apa yang dikerjakan oleh individu selaras dengan status atau
posisinya di masyarakat, maka individu tersebut sedang memainkan peran sosialnya.
Peran sosial lebih dinamis ketimbang status sosial. Pada praktiknya, peran sosial tak
jarang berbentuk konflik, hal ini karena individu memiliki lebih dari satu status sehingga
menuntut dimainkannya lebih dari satu peran. Sebagai contoh, seorang ayah yang punya anak
kecil. Ia merasa dilema antara mengasuh anaknya di rumah atau kerja di kantor. Seorang ibu
juga bisa merasakan dilema yang sama.

Kata ”peran” dalam Bahasa Inggris disebut dengan ”role”, adalah istilah yang
diadopsi dari dunia teater Shakespeare. Role atau peran adalah aktivitas yang dimainkan oleh
aktor panggung. Dalam sosiologi, peran juga senantiasa dimainkan oleh aktor sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Peran ada waktu dimulainya, dan ada pula waktu diakhirnya,
sebagaimana drama teater.

Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat tidur lalu
mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status sebagai karyawan . Di sini kita
bisa mengidentifikasi bahwa setiap pagi ia memulai peran sosialnya sebagai karyawan. Sore
hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri perannya sebagai karyawan. Begitulah peran sosial
dimainkan dalam kesehariannya.

Contoh macam-macam peran sosial


 Peran ideal
Yaitu peran yang sesuai dengan status sosial. Biasanya peran ideal juga sesuai dengan
ekspektasi masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh, peran ideal seorang siswa dan
mahasiswa adalah belajar. Ketika mendapat tugas sekolah atau kuliah, ia mengerjakannya
sembari menyadari peran sosialnya. Ada pula seorang siswa atau mahasiswa yang tidak
mengerjakan tugas sekolah atau kuliah dan banyak mengeluh. Orang tipe ini jelas tidak
menjalankan peran idealnya.

 Peran yang diinginkan


Yaitu peran yang dimainkan oleh seseorang karena keinginannya sendiri. Misalnya, seorang
ayah yang memainkan perannya sebagai seorang kakak pada anaknya yang beranjak remaja.
Atau seorang bos yang berperan sebagai mentor pada karyawannya. Peran ini dimainkan
karena kehendak pribadi tanpa mempertimbangkan status sosialnya.

 Peran yang dikerjakan


Yaitu peran ideal yang dikerjakan atau dieksekusi. Misal, seorang presiden di Indonesia yang
juga sekaligus seorang panglima tertinggi dan kepala pemerintahan. Ia mengambil keputusan
untuk berperang atau tidak sebagai panglima tertinggi. Ia juga membuat regulasi sebagai
kepala pemerintahan. Contoh lain, seorang ayah memilih menjadi kepala keluarga sebagai
peran yang dikerjakannya.

Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, seseorang memiliki status sosial lebih dari satu
sehingga peran yang bisa dimainkan juga lebih dari satu. Kondisi ini tak jarang
mengakibatkan timbulnya konflik peran. Bentuk konflik peran bisa berupa ketegangan,
kegagalan atau kesenjangan saat mengeksekusi peran. Berikuti ini saya paparkan contoh
konflik peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh konflik peran sosial


 Ketegangan peran
Ketegangan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan eksekusi peran karena dihadapkan
dua atua lebih kewajiban dalam waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, seorang dokter yang
harus standby 24 jam di rumah sakit karena ada pasien yang membutuhkan. Pada saat yang
sama, keluarganya menunggu di rumah. Dokter tersebut mengalami ketegangan peran karena
ada dua kewajiban yang menanti. Solusinya adalah salah satu kewajiban harus dikorbankan
untuk menunaikan kewajiban yang lain.

 Kegagalan peran
Kegagalan terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan berbagai peran sekaligus karena
ada tuntutan-tuntutan atau tugas yang bertentangan. Kegagalan peran biasanya dimulai
dengan perasaan serba salah. Dilakukan salah, tidak dilakukan juga salah. Sebagai contoh,
seorang peneliti sosial yang sedang melakukan studi tentang jaringan kriminal. Sebagai
peneliti ia harus merahasiakan identitas informan yang ditelitinya, yaitu para pelaku kriminal.
Sebagai warga negara, ia harus melaporkan kepadap pihak yang berwenang apabila
mengetahui posisi pelaku kriminal. Ketika ia melaporkan jaringan kriminal yang ditelitinya
kepada polisi, ia telah gagal memainkan perannya sebagai peneliti.

 Kesenjangan peran
Kesenjangan peran atau disebut juga role distance terjadi ketika seseorang menjalani peran
yang bukan prioritas dalam hidupnya sehingga merasa tidak cocok. Ia merasa ada
kesenjangan antara siapa dirinya dan apa yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang pejabat
yang melakukan mark up anggaran program. Ketika melakukan mark up, terjadi kesenjangan
antara dirinya yang merupakan pejabat dengan kerjaannya me-mark up anggaran.

Peran sosial dapat menjadi alat analisis karena mempu digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara struktur sosial dan pola perilaku individu. Dalam sosiologi ada beberapa
pendekatan teoritis yang bisa digunakan untuk analisis terhadap peran sosial. Berikut ini saya
jelaskan pada pembaca beberapa pendekatan teoritis peran sosial.
Pendekatan teoritis untuk memahami peran

 Teori struktural
Pendekatan ini merupakan pendekatan makro, dikenalkan oleh sosiolog Amerika Robert E.
Park. Pendekatan struktural melihat peran sosial ditentukan oleh posisi dalam struktur sosial.
Posisi sosial mengandung status dan secara langsung menentukan perilaku individu. Teori ini
melihat bahwa peran sosial adalah produk dari status sosial.

 Teori interaksional
Pendekatan teoritis ini merupakan pendekatan mikro. Peran menurut teori interaksional
dimainkan oleh individu berdasarkan situasi dan interaksi dengan lingkungan sosialnya. Teori
ini dikenalkan oleh George H. Mead dalam bukunya ”Mind, Self and Society”. Menurut
Mead, individu memiliki kapasitas melakukan refleksi untuk melihat dirinya sendiri melalui
kaca mata orang lain. Kemampuan ini menentukan peran sosial yang dipraktikkan oleh
seseorang. Dengan demikian, peran tidak ditentukan oleh posisi atau status, melainkan oleh
hasil refleksi dan ekspektasi tentang dirinya melalui lensa mata orang lain.

 Teori relasional
Pendekatan ini merupakan rekonsiliasi antara teori struktural dan teori interaksional. Tokoh
yang berpengaruh dalam perkembangan pendekatan ini, antara lain R. Turner, G. Ritzer dan
J. Turner. Menurut teori relasional, peran sosial yang dimainkan oleh seseorang bisa
dideterminasi oleh kekuatan struktural atau bisa juga oleh kekuatan interaksional. Masing-
masing memiliki keterbatasan untuk melakukan analisis peran. Teori relasional melihat kedua
faktor determinan tersebut sangat tergantung pada mana yang lebih efisien untuk mencapai
tujuan, melalui konfirmasi ekspektasi dan refleksi. Dengan demikian relasi antara konfirmasi
(selaras dengan ekspektasi masyarakat) dan efisiensi (refleksi individu) menentukan apa
peran sosial yang dimainkan seseorang.

Analisis peran juga dapat dimulai dengan melihat kehidupan sosial seperti panggung teater,
dimana setiap individu adalah aktor. Peran yang dimainkan aktor begitu beragam. Faktor
penentunya pun beragam. Peran sosial tidak selalu berlangsung harmonis dan fungsional. Tak
jarang berwujud konflik. Hal ini menunjukan bahwa peran sosial bersifat dinamis.

Anda mungkin juga menyukai