DISUSUN OLEH:
AHMAD ILHAM ROMAIDON SIPAHUTAR
NIM: 2111420030
DOSEN PENGAMPU:
ARUM PUSPITASARI, MA.
Status sosial merupakan salah satu konsep sosiologi yang menjelaskan tentang posisi
seseorang dalam stratifikasi sosial. Dengan kata lain, status sosial menunjukkan dimana
individu berada dalam sebuah sistem yang hierarkis. Individu yang berada di posisi atas
memiliki status sosial yang tinggi. Individu yang berada di posisi bawah memiliki status
sosial yang rendah.
Kata ”status” berasal dari bahasa Latin yang berarti suatu kondisi seseorang
berdasarkan aturan hukum. Pada perkembangannya, istilah status diadopsi oleh sosiologi
untuk menjelaskan mengapa interaksi sosial antar individu atau kelompok berbeda dan apa
yang menentukan setiap individu menjalankan peran sosialnya yang berbeda.
Definisi status sosial di atas menunjukkan bahwa status berkaitan erat dengan
stratifikasi sosial. Pembedaan nilai terhadap status sosial berada dalam sistem stratifikasi.
Oleh sebab itu, apabila seseorang hidup dalam masyarakat yang kondisinya sama rata dan
sama rasa, dimana setiap orang memiliki kedudukan yang relatif sama, maka status sosial
menjadi kurang penting untuk dikejar.
Status sosial pada dasarnya merupakan kumpulan hak dan kewajiban, tugas dan
keistimewaan yang dimiliki seseorang. Hak dan kewajiban tersebut bersifat statis. Sebagai
contoh, seorang dokter memiliki status sosial yang relatif tinggi di masyarakat pelosok karena
memiliki tugas mengobati warga yang sakit. Dokter di pelosok bahkan kadang dianggap
sebagai dewa penyelamat sehingga dihormati dan dihargai. Tugas, hak, dan kewajiban yang
dimiliki seorang dokter di pelosok membuat dirinya mendapat penghormatan yang tinggi.
Contoh lain adalah seorang mantan copet yang baru saja keluar penjara. Di
masyarakat ia memiliki status sosial yang rendah karena ia cenderung akan dipandang
rendah. Hal ini disebabkan oleh status sosialnya sebagai mantan copet yang pernah
merugikan orang lain. Untuk menaikkan status sosial agar orang respek padanya, ia harus
mengubah posisinya di masyarakat. Misal, ia mendirikan sekolah gratis buat anak-anak,
sembari mengumumkan bahwa dirinya telah tobat. Maka, perlahan orang akan menghargai
dan statusnya sebagai mantan copet mungkin bisa berubah. Di TV, misalnya ada penceramah
yang mengaku dulunya pelaku kriminal. Saat ini ia dihormati karena statusnya telah menjadi
penceramah bukan lagi tokoh kriminal.
Individu memiliki status yang multiple atau lebih dari satu. Tak jarang status yang bermacam
ini menimbulkan konflik status. Realitas kehidupan menunjukkan bahwa status tidak
selamanya bekerja sebagaimana mestinya, Sering kali muncul konflik status dalam diri kita.
Saya akan sebutkan di sini beberapa jenis konflik status yang kadang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.
Konflik status
Konflik status individual
Yaitu konflik yang terdapat dalam diri seseorang karena memiliki lebih dari satu status.
Sebagai contoh, seorang polisi yang lagi butuh duit harus memilih apakah akan menarik
biaya pendaftaran sim atau tidak ketika regulasinya mengatakan gratis. Terjadi konflik status
dalam dirinya, mau minta duit tapi ingat dirinya sebagai penegak hukum.
Kata ”peran” dalam Bahasa Inggris disebut dengan ”role”, adalah istilah yang
diadopsi dari dunia teater Shakespeare. Role atau peran adalah aktivitas yang dimainkan oleh
aktor panggung. Dalam sosiologi, peran juga senantiasa dimainkan oleh aktor sosial dalam
kehidupan sehari-hari. Peran ada waktu dimulainya, dan ada pula waktu diakhirnya,
sebagaimana drama teater.
Sebagai contoh, ketika pagi tiba, seseorang karyawan bangun dari tempat tidur lalu
mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor. Ia memiliki status sebagai karyawan . Di sini kita
bisa mengidentifikasi bahwa setiap pagi ia memulai peran sosialnya sebagai karyawan. Sore
hari sepulang kerja, ia pun mengakhiri perannya sebagai karyawan. Begitulah peran sosial
dimainkan dalam kesehariannya.
Sebagaimana yang sudah disinggung di awal, seseorang memiliki status sosial lebih dari satu
sehingga peran yang bisa dimainkan juga lebih dari satu. Kondisi ini tak jarang
mengakibatkan timbulnya konflik peran. Bentuk konflik peran bisa berupa ketegangan,
kegagalan atau kesenjangan saat mengeksekusi peran. Berikuti ini saya paparkan contoh
konflik peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Kegagalan peran
Kegagalan terjadi apabila seseorang tidak dapat menjalankan berbagai peran sekaligus karena
ada tuntutan-tuntutan atau tugas yang bertentangan. Kegagalan peran biasanya dimulai
dengan perasaan serba salah. Dilakukan salah, tidak dilakukan juga salah. Sebagai contoh,
seorang peneliti sosial yang sedang melakukan studi tentang jaringan kriminal. Sebagai
peneliti ia harus merahasiakan identitas informan yang ditelitinya, yaitu para pelaku kriminal.
Sebagai warga negara, ia harus melaporkan kepadap pihak yang berwenang apabila
mengetahui posisi pelaku kriminal. Ketika ia melaporkan jaringan kriminal yang ditelitinya
kepada polisi, ia telah gagal memainkan perannya sebagai peneliti.
Kesenjangan peran
Kesenjangan peran atau disebut juga role distance terjadi ketika seseorang menjalani peran
yang bukan prioritas dalam hidupnya sehingga merasa tidak cocok. Ia merasa ada
kesenjangan antara siapa dirinya dan apa yang dilakukannya. Sebagai contoh, seorang pejabat
yang melakukan mark up anggaran program. Ketika melakukan mark up, terjadi kesenjangan
antara dirinya yang merupakan pejabat dengan kerjaannya me-mark up anggaran.
Peran sosial dapat menjadi alat analisis karena mempu digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara struktur sosial dan pola perilaku individu. Dalam sosiologi ada beberapa
pendekatan teoritis yang bisa digunakan untuk analisis terhadap peran sosial. Berikut ini saya
jelaskan pada pembaca beberapa pendekatan teoritis peran sosial.
Pendekatan teoritis untuk memahami peran
Teori struktural
Pendekatan ini merupakan pendekatan makro, dikenalkan oleh sosiolog Amerika Robert E.
Park. Pendekatan struktural melihat peran sosial ditentukan oleh posisi dalam struktur sosial.
Posisi sosial mengandung status dan secara langsung menentukan perilaku individu. Teori ini
melihat bahwa peran sosial adalah produk dari status sosial.
Teori interaksional
Pendekatan teoritis ini merupakan pendekatan mikro. Peran menurut teori interaksional
dimainkan oleh individu berdasarkan situasi dan interaksi dengan lingkungan sosialnya. Teori
ini dikenalkan oleh George H. Mead dalam bukunya ”Mind, Self and Society”. Menurut
Mead, individu memiliki kapasitas melakukan refleksi untuk melihat dirinya sendiri melalui
kaca mata orang lain. Kemampuan ini menentukan peran sosial yang dipraktikkan oleh
seseorang. Dengan demikian, peran tidak ditentukan oleh posisi atau status, melainkan oleh
hasil refleksi dan ekspektasi tentang dirinya melalui lensa mata orang lain.
Teori relasional
Pendekatan ini merupakan rekonsiliasi antara teori struktural dan teori interaksional. Tokoh
yang berpengaruh dalam perkembangan pendekatan ini, antara lain R. Turner, G. Ritzer dan
J. Turner. Menurut teori relasional, peran sosial yang dimainkan oleh seseorang bisa
dideterminasi oleh kekuatan struktural atau bisa juga oleh kekuatan interaksional. Masing-
masing memiliki keterbatasan untuk melakukan analisis peran. Teori relasional melihat kedua
faktor determinan tersebut sangat tergantung pada mana yang lebih efisien untuk mencapai
tujuan, melalui konfirmasi ekspektasi dan refleksi. Dengan demikian relasi antara konfirmasi
(selaras dengan ekspektasi masyarakat) dan efisiensi (refleksi individu) menentukan apa
peran sosial yang dimainkan seseorang.
Analisis peran juga dapat dimulai dengan melihat kehidupan sosial seperti panggung teater,
dimana setiap individu adalah aktor. Peran yang dimainkan aktor begitu beragam. Faktor
penentunya pun beragam. Peran sosial tidak selalu berlangsung harmonis dan fungsional. Tak
jarang berwujud konflik. Hal ini menunjukan bahwa peran sosial bersifat dinamis.