Anda di halaman 1dari 3

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dari Ancaman Sekutu

(1945-1949)
Pada awal tahun 1945, pihak sekutu memutuskan bahwa pasukan-pasukan Amerika akan
memusatkan perhatian pada pulau-pulau di Jepang, sedangkan tanggung jawab atas Indonesia
dipindahkan dari South Weast Pasific Command (SWPC) di bawah Amerika kepada South East
Asia Command (SEAC) di bawah Inggris. Pada tanggal 29 September 1945, tibalah pasukan
Inggris di Jakarta di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Pasukan ini bernaung
di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indis/ Pasukan Hindia
Belanda).AFNEI diserahi beberapa tugas sebagai berikut:
1. Menerima penyerahan Jepang;
2. Membebaskan tawanan perang Jepang yang berasal dari Eropa;
3. Melucuti dan memulangkan tentara Jepang;
4. Menegakkan serta memelihara kondisi damai untuk diserahkan kepada pemerintahan sipil;
5. Mencari informasi tentang para penjahat perang Jepang untuk selanjutnya diserahkan
pengadilan sekutu.
Semula kedatangan AFNEI disambut hangat oleh rakyat Indonesia. Namun, ketegangan
mulai terjadi ketika diketahui bahwa Inggris membawa serta NICA (Netherland Indische Civil
Administration) dimana mereka dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di
Indonesia. Namun, Belanda juga sadar bahwa hal itu tidak dapat mereka lakukan sendiri. Mereka
bekerja sama dengan Inggris yang mempersenjatai kembali tawanan perang yang baru saja
dibebaskan.
Pada tanggal 01 Oktober 1945 panglima AFNEI menyatakan memperlakukan pemerintahan
Republik Indonesia yang ada di daerah-daerah sebagai kekuasaan de facto. Pemerintah Republik
Indonesia menerima AFNEI dengan tangan terbuka bahkan memerintahkan pejabat daerah untuk
membantu tugas AFNEI. Dalam kenyataannya, kedatangan tentara sekutu di daerah selalu
menimbulkan insiden. Kenyataan ini memicu rakyat Indonesia untuk melakukan strategi
perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia dengan dua cara yang ditempuh.
a. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dengan Kekuatan Senjata
Perjuangan dengan kekuatan senjata atau secara fisik yaitu perjuangan yang dilakukan
dengan cara kontak senjata dimana para pejuang bersiap untuk mempertaruhkan seluruh tenaga
bahkan nyawanya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Strategi perjuangan dengan
kekuatan senjata terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia. Berikut daerah yang melakukan
pertempuran dengan menggunakan kekuatan senjata:
1. Pertempuran Medan Area (13 Oktober 5. Pertempuran di Bandung (23 Maret
1945) 1946)
2. Pertempuran Ambarawa (26 Oktober 6. Puputan Margaran (18 November 1946)
1945) 7. Peristiwa Westerling di Makassar (7
3. Pertempuran Surabaya (10 November Desember 1946)
1945) 8. Serangan Umum 1 Maret
4. Peristiwa Merah-Putih di Manado (14 9. Agresi Militer Belanda 1
Februari 1946) 10. Agresi Militer Belanda 2
b. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Dengan Diplomasi
Selain dengan kekuatan senjata, perjuangan bangsa Indonesia dilakukan melalui
perundingan atau diplomasi. Diplomasi dilakukan dengan mencari dukungan Negara-negara
anggota PBB, membawa masalah Indonesia-Belanda ke hadapan Dewan Keamanan PBB, dan
berunding secara langsung dengan Belanda. Berikut adalah jalan yang ditempuh melalui
diplomasi yaitu:
1. Perjanjian Linggarjati (10 November 1946)
2. Komisi Tiga Negara (25 Agustus 1947)
3. Perjanjian Renville (8 Desember 1947)
4. Perjanjian Roem-Royen (17 April 1949)
5. Konferensi Meja Bundar (23 Agustus 1949-2 Desember 1949)
TUGAS (Minggu ke-3 Pembelajaran Dalam Jaringan)
Buatlah tabel perbedaan dari pertempuran dan perjanjian yang sudah disebutkan di atas dengan format di
bawah ini:
a. Pertempuran Dengan Menggunakan Kekuatan Senjata
Tokoh Keterangan Dampak
No Pertempuran Tanggal
Indonesia Belanda Latar Belakang Jalannya Pertempuran

b. Pertempuran dengan menggunakan upaya diplomasi

Tokoh Keterangan Dampak


No Perjanjian Tanggal
Indonesia Belanda Latar Belakang Isi Perjanjian

Kerjakan dibuku catatan


sejarah Indonesia
dikumpulkan sesuai dengan
hari mata pelajarannya,
kirimkan melalui
WhatsApp 089657883761!

Guru Mata Pelajaran Sejarah Indonesia,


Nur Rizkiah Sawitri Supriatna, S. Pd.

Anda mungkin juga menyukai