Anda di halaman 1dari 10

PERISTIWA PROKLAMASI

DAN
PROSES TERBENTUKNYA NKRI
KELOMPOK 5 :
1. Alya Adelia H. (04)
2. Derry Aristo M. (09)
3. Firda Nasha Dwi O. (10)
4. M. Aqsal Djilham R. (17)
5. Tyasa Putri R. (25)
KALAHNYA JEPANG DENGAN SEKUTU

Ambisi Jepang untuk menguasai dunia terwujud dalam usahanya untuk membuat suatu
Persemakmuran Asia Timur Raya (Negara-negara di Asia Timur dan Asia Tenggara berada dalam pengaruh
Jepang). Hal inipun yang membuat Jepang memborbardir Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941,
dengan tujuan untuk memudahkan usahanya membentuk Persemakmuran Asia Timur Raya.
 
Akan tetapi, langkah yang dibuat oleh Jepang ini malah membuat Amerika menjadi musuh berbahaya
baginya. Amerika memproklamirkan perang terbuka dengan Jepang. Alhasil, dalam perang Laut Karang (4
Mei 1942) dan perang Guadacanal (6 November 1942), jepang mengalami kekalahan beruntun dari
Amerika. Disusul dengan kekalahan selanjutnya yang dialami oleh Jepang pada perang  Bismarck (1 Maret
1943).
 
Dalam rangka untuk mengakhiri peperangan dengan Jepang, Amerika pun menyerang Jepang dengan
cara menjatuhkan bom atom k eke Nagasaki dan Hiroshima. Bom atom pertama dijatuhkan ke Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945, dan berselang tiga hari berikutnya, bom atom kembali dijatuhkan ke kota
Nagasaki. Hal ini selain membuat kerugian material bagi Jepang, juga banyak warga Jepang yang mati. Hal
ini pula yang mempersulit langkah Kaisar Hirohito untuk kembali melanjutkan perang, karena ditakutkan
akan kembali jatuh korban yang lebih banyak. Oleh sebab itu, pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu dengan cara menandatangani nota penyerahan kekuasaan di atas
kapal Missouri. Maka dengan menyerahnya Jepang kepada sekutu, maka terjadilah kekosongan kekuasaan
di Indonesia yang sebelumnya telah dikuasai oleh Jepang.
PERSIAPAN KEMERDEKAAN
INDONESIA
Seperti yang telah diceritrakan di atas, Jepang secara beruntun mengalami kekalahan dari tentara
Sekutu yang dipimpin oleh Amerika. Maka Jepang mulai mengobral janji kepada Indonesia untuk
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia apabila Indonesia mau membantu Jepang menghadapi sekutu.
Maka dari itu, untuk memenuhi janji tersebut, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI)dengan diketuai oleh Dr.Radjiman Widoyoningrat pada tanggal 7 Agustus 1945, dan
selanjutnya berubah menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang dipimpin oleh
Soekarno dan Mohd.Hatta.
 
Namun, akibat kekalahan yang tidak dapat dihindari lagi oleh Jepang, maka pada tanggal 14 Agustus
1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal ini mendapat perhatian dari para pejuang
kemerdekaan Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan.
 
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang menerbangkan Soekarno dan Mohd.Hatta selaku pimpinan
PPKI dan Dr.Radjiman Widoyoningrat selaku mantan ketua BPUPKI ke Dalat, Vietnam untuk bertemu
dengan Jenderal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa Jepang berada dalam ambang kekalahan dan akan
segera memberi kemerdekaan kepada Indonesia, sehingga proklamasi kemerdekaan segera dalam beberapa
hari ke depan. Namun sebenarnya, Jepang menghendaki kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada
tanggal 24 Agustus 1945.

Di lain waktu, di Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1945, SUtan Syahrir telah mendengar dari radi
bahwa Jepang tel;ah menyerah kepada sekutu. Hal ini membuat para pemuda langsung membuat pergerakan
untuk segera memproklamirkan kemerdekaan dan menolak kemerdekaan yang diberikan oleh Jepang.
Perbedaan Pandangan Antara Golongan Muda dan
Golongan Tua

Beberapa tokoh golongan tua ialah Moh.Yamin, Ki Hajar Dewantara, K.H.Mansyur,


Iwa Sumantri, dan Buntara. Mereka adalah golongan yang mengambil langkah kooperasi
dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Mereka berpendapat bahwa proklamasi
kemerdekaan tidak dapat dilaksanakan secepatnya menysuul kekalahan Jepang, karena akan
dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya pertumpahan darah yang lebih luas. Maka dari
itu, proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan sebagaimana dengan yang telah dijanjikan
oleh Jepang.

Namun, beberapa tokoh golongan muda yaitu Sukarni, Adam Malik, Muwardi,
Wikana, Chaerul Shaleh, dan Sutan Syahrir ini berpendapat lain. Mereka tidak ingin jika
kemerdekaan Indonesia adalah kemerdekaan abal-abal sebagai wujud hadiah dari Jepang.
Mereka menginginkan jika kemerdekaan Indonesia dilakukan secepatnya sebelum
kekuasaan diambil alih oleh sekutu.

Kendati berbeda pendapat mengenai penentuan waktu kemerdekaan, namun antara


golongan tua dan golongan muda setuju bahwa yang pantas untuk memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia adalah Soekarno-Hatta.
 
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda yang merasa bahwa kemerdekaan perlu dilakukan secepatnya, maka mereka membuat rapat di salah satu
ruangan Lembaga Bakteriologi di Pengangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul
Saleh itu melahirkan beberapa keputusan, antara lain :
1. Kemerdekaan Indonesia adalah hak rakyat Indonesia
2. Segala ikatan, hubungan, dan janji dengan Jepang harus dibatalkan
3. Golongan muda harus diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
 Atas dasar tersebut, para tokoh golongan muda mengutus Wikana dan Darwis untuk menemui Soekarno dan menyampaikan
perihal percepatan kemerdekaan Indonesia. Mereka pun menyampaikannya kepada Soekarno di kediamannya di jalan Pengangsaan
timur no.56, Jakarta. Namun, Soekarno tetap pada pendiriannya untuk tidak melakukan proklamasi kemerdekaan tanpa adanya
persetujuan dari anggota PPKI.
 Dengan ditolaknya keputusan para golongan muda oleh Soekarno, maka mereka kembali melakukan pertemuan. Keputusan
pun tetap pada rencana awal bahwa yang berhak memproklamirkan kemerdekaan Indonesia adalah Soekarno-Hatta. Oleh karena
itu, mereka sepakat untuk menjemput Soekarno-Hatta dan membawa mereka ke Rengasdengklok, sekitar 15 km dari jalan raya
Jakarta-Cirebon. Mereka berpendapat apabila Soekarno-Hatta masih berada di Jakarta, mereka akan terus dipengaruhi oleh Jepang
dan menghalanginya untuk memproklamirkan kemerdekaan.
 Di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta masih tetap pada pendiriannya untuk tidak memproklamirkan kemerdekaan sesuai
dengan tuntutan para golongan muda. Mereka masih belum memperoleh informasi tentang menyerahnya Jepang kepada sekutu.
 Di Jakarta, golongan muda yang diwakili oleh Wikana dan golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo melakukan
perundingan. Hasil perundingan menyatakan bahwa Ahmad Soebardjo menyetujui untuk segera dilaksanakannya proklamasi. Oleh
Karena itu, diutuslah Yusuf Kunto ke rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta agar dibawa kembali ke Jakarta.
 Malam harinya, Soekarno dan Mohd.Hatta pergi ke rumah Nishimura untuk membicarakan lebih lanjut perihal persiapan
kemerdekaan. Namun, Nishimura ingkar janji dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengambil keputusan apapun perihal
pemberian kemerdekaan bagi Indonesia, hal ini berdasarkan perintah dari Tokyo yang mengatakan bahwa Jepang harus menjaga
status quo nya. Soekarno dan Hatta merasa kecewa dengan jawaban Nishimura. Menanggapi hal ini, Soekarno dan Hatta berpikir
memang tidak ada gunanya lagi berdialog dengan Jepang.
 Setelah dari rumah Nishimura, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah Laksamana Maeda guna menyiapkan rapat untuk
menyusun teks proklamasi. Tempat yang dipilih bertujuan untuk menghindari konfrontasi dari tentara Jepang mengingat
Laksamana Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung angkatan Laut di Daerah kekuasaan Angkatan Darat, dikarenakan
Laksamana Maeda bersedia untuk menjamin keselamatan mereka sambil menyusun naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Penyusunan Teks Proklamasi
Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah kediaman Laksamana Maeda di jalan Imam Bojol No.1, Jakarta. Penyusunan teks
proklamasi dilaksanakan oleh Soekarno, Mohd.Hatta, Achmad Soebardjo, dan disaksikan oleh Soekarni, B.M.Diah, Sudiro, dan Sayuti Melik.
Pada kalimat pertama, “kami rakyat Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan kami” kemudian berubah menjadi “kami bangsa
Indonesia dnegan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia”, kalimat ini disampaikan oleh Achmad Soebardjo. Kemudian kalimat kedua dari
Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara  secermat-cermatnya
sereta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya” kemudian diperbaiki oleh Mohd.Hatta menjadi “Hal-Hal yang mengenai pemindahan
kekuasaan dan lain-lain diselenggrakan dnegan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Berikut adalah naskah proklamasi
yang ditulis oleh Soekarno setelah melalui perbaikan-perbaikan :

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menJatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 Jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-‘05
Wakil2 bangsa Indonesia

Setelah melalui waktu perumusan yang panjang, kemudian timbul masalah baru, yaitu tentang siapa yang akan menandatangani naskah
proklamasi. Soekarno manyarankan agar semua yang hadir menandatangani naskah proklamasi sebagai “wakil-wakil bangsa Indonesia”.
Usulan Soekarno kemudian mendapat sanggahan dari para golongan muda. Lalu oleh Soekarni mengusulkan kepada Soekarno-Hatta yang
menandatangani naskah proklamasi atas nama bangsa Indonesia, hal ini didasarkan kepada pengaruh dwitunggal yang dimiliki oleh kedua
tokoh tersebut, yang bahwa pengaruh Soekarno-Hatta sangat luas di dalam bangsa Indonesia. Usul ini kemudian dapat diterima oleh semua
yang hadir. Kemudian, Soekarno menyerahkan naskah yang telah ditulis tangan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Naskah asli yang ditulis tangan oleh Soekarno dikenal dengan nama Naskah Klad, sedangkan naskah yang diketik oleh Sayuti Melik
dikenal dengan nama Naskah Otentik. Antara naskah Klad dengan naskah Otentik memiliki beberapa perbedaan, perbedaan tersebut adalah
perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh Sayuti Melik saat mengetik naskah Klad, perbaikan tersebut adalah :
a. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo”.
b. Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa Indonesia”.
c. Tulisan “Djakarta 17-08-‘05”, diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 Tahoen ‘05”.
d. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada pagi hari tanggal 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno Jl.Pengangsaan timur No.56, Jakarta, dilakukanlah upacara pembacaan
proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Awalnya, proklamasi kemerdekaan bakal dihekat di Lapangan Ikada, namun akibat adanya ancaman
keamanan oleh tentara Jepang, maka acara proklamasi kemerdekaan dipindahkan ke kediaman Soekarno.
Acara dimulai pukul 10.00 WIB dengan agenda pembacaan naskah proklamasi oleh Soekarno lalu disambung pidato oleh Soekarno. Lalu,
dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih yang telah dijahit oleh Fatmawati beberap ahari sebelumnya. Setelah itu, dilanjutkan dengan
sambutan oleh Soewirjo (wakil walikota Jakarta saat itu) dan Moewardi (pimpinan Barisan Pelopor). 
Pada walanya, Trimurti diminta untuk melakukan pengerekan bendera merah putih, namun ia menolaknya dengan alasan sebaiknya pengerekan
bendera dilakukan oleh prajurit. Oleh sebab itu, ditunjuklah Latief Hendraningrat (seorang prajurit PETA) dan dibantu oleh Soehoed. Kemudian,
muncullah seorang wanita yang membawa nampan berisi bendera merah putih, setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Berikut adalah petikan pidato oleh Soekarno sebelum membacakan naskah proklamasi :
Saudara-saudara sekalian !
Saja sudah minta saudara-saudara hadlir disini untuk menjaksikan satu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita
bangsa Indonesia telah berdjoang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun ! Gelombangnja aksi kita untuk mentjapai
kemerdekaan kita itu ada naik dan ada turunnya, tetapi djiwa kita tetap menudju kearah tjita-tjita.
Djuga di dalam djaman Djepang, usaha kita untuk mentjapai kemerdekaan nasional tidak henti-henti. Didalam djaman Djepang ini, tampaknja sadja
kita menjandarkan diri kepada mereka. Tetapi pada hakekatnya, tetap kita menjusun tenaga kita sendiri, tetap kita pertjaja kepada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnja kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air di dalam tangan kita sendiri. Hanja bangsa jang berani
mengambil nasib dalam tangan sendiri akan dapat berdiri dengan kuatnja. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musjawarat dengan pemuka-
pemuka rakjat Indonesia, dari seluruh Indonesia. Permusjawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnja untuk
menjatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara ! Dengan ini kami njatakan kebulatan tekad itu. Dengarlah proklamasi
kami:
dilanjutkan dengan pembacaan naskah proklamasi
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang sudah bebas!
Tidak ada lagi penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan
memberkati dan membuat aman kemerdekaan kita ini!
PEMBENTUKAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA (NKRI)
Dengan dibacakannya naskah proklamasi, maka dengan itu pula Indonesia telah terbebas dari
belenggu penjajahan dan berhak menentukan nasibnya sendiri. Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI
mengadakan sidang dengan mengambil keputusan, mengesahkan, dan menetapkan Undang-Undang
Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai Dasar Negara Indonesia. Dengan demikian, terbentuklah Pemerintahan
Negara Republik Indoneisa dengan menganut sistem presidensial sebagai sistem pemerintahannya dan
Republik sebagai bentuk negaranya, dengan kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat yang
dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.

Sebagai presiden dan wakil presiden Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang pertama,
maka terpilihlah Ir.Soekarno dan Mohd.Hatta. hal ini didasarkan atas ususlan dari Otto Iskandardinata
dengan mendapatkan persetujuan anggota PPKI. Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah
komite yang bernama Komite Nasional.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI kembali menetapkan beberapa hal terkait untuk
menyempurnakan kemerdekaan Indonesia. Diantaranya membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi,
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Sunda Kecil, Maluku, dan Sumatera.
Selanjutnya membentuk Komite Nasional Indonesia tingkat daerah, dan membentuk 13 kementrian.

Terakhir, pada tanggal 22 Agustus 1945, PPKI menetapkan  pembentukan Komite Nasional,
pembentukan Partai Nasional Indonesia, dan pembentukan Badan Keamanan Rakyat.
Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan

Hal pertama yang menjadi kendala adalah setelah proklamasi kemerdekaan adalah bagaimana seluruh rakyat Indonesia tau
akan kemerdekaannya. Luasnya daerah Indonesia, moda transportasi dan komunikasi yang masih snagat terbatas, dan adanya
hambatan dan larangan yang dilakukan oleh tentara-tentara Jepang membuat penyebaran berita proklamasi kemerdekaan sangatlah
sulit. Akan tetapi, hal tersebut tidak menyurutkan semangat juang para pejuang kemerdekaan.

Untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya, berita proklamasi sangat cepat menyebar secara luas. Secara cepat, teks proklamasi
telah sampai ke tangan Kepala Bagian Radio Kantor Dumei (sekarang kantor berita ANTARA), Waidan B Palenewen. Ia menerima
teks tersebut dari seorang wartawan Domei yang ebrnama Syahruddin. Kemudian, ia memerintahkan kepada F.Wuz untuk segera
mungkin menyiarkan berita proklamasi ini selama 3 kali berturut-turut. Namun, belum smapai kali ke tiga F.Wuz melaksanakan
tugasnya, masuklah seorang tentara Jepang dengan marah-marah dan memerintahkan agar segera menghentikan penyiaran berita
proklamasi.

Akan tetapi, perintah dari tentara Jepang tersbeut tidak diindahkan oleh Waidan B Palenewen dan F.Wuz. mereka tetap
menyiarkan berita proklamasi bahkan setiap setengah jam sekali sampai pukul 16.00 WIB. Akibat dari penyebaran ini, pimpinan
tentara Jepang di Jawa memerintahkan agar meralat dan menatakan kepada public bahwa berita proklamasi sebagai kekeliruan. Dan
pada tanggal 20 Agustus 1945, kantor berota tersebut disegel dan para pegawainya dilarang masuk. Namun, seorang pemuda
bernama Yusuf Ronodipuro (pembaca berita di Radio Domei) membuat pemancar radio yang baru dnegan dibantu oleh teknisi
radio, diantaranya Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka membuat pemancar baru di Menteng 31 dengan kode
panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita kemerdekaan disebarkan.

Penyebaran berita kemerdekaan bukan hanya dilakukan dnegan penyebaran lewat radio saja, akan tetapi ada banyak cara yang
dilakukan oleh pemuda dalam usaha untuk menyebarkan kemerdekaan ke seluruh rakyat Indonesia. Mereka memasang plakat-
plakat  dan menuliskan slogan-slogan di dinding dan gerbong-gerbong kereta api. Berita penyebaran kemerdekaan Indonesia juga
disebarluaskan melalui perwakilan-perwakilan daerah yang hadi di dalam siding PPKI tanggal 18 Agustus 1945. Mereka adalah
T.Muhammad Hasan dari Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi, Ketut Pudja dari Bali, dan A.A Hamidan dari Kalimantan.

Anda mungkin juga menyukai