BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DESKRIPSI TEORI
1. PERAN
a. Pengertian Peran
Istilah "peran" kerap diucapkan banyak orang. Sering kita
Kata "peran" dikaitkan dengan "apa yang dimainkan" oleh seorang aktor
peran adalah :
diberikan;
menjalankan suatu peranan. Dari hal diatas lebih lanjut kita lihat pendapat
8
9
Bauer 2003: 55) teori peran ini memberikan suatu kerangka konseptual
itu “melibatkan pola penciptaan produk sebagai lawan dari perilaku atau
fungsi.
b. Syarat-syarat peran
status.
dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam
maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang
deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna
kita selalu menulis kata peran tetapi kadang kita sulit mengartikan dan
definisi peran tersebut. peran biasa juga disandingk an dengan fungsi. Peran
dan status tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran tanpa kedudukan atau
status, begitu pula tidak ada status tanpa peran. Setiap orang mempunyai
c. Struktur Peran
Peran Formal (Peran yang Nampak Jelas) Yaitu sejumlah perilaku yang
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-
12
seksual.
b.) Peran Informal (Peran Tertutup) Yaitu suatu peran yang bersifat
2. HUMAS
a. Pengertian HUMAS (Hubungan Masyarakat)
Menurut Haris Munandar (1992: 9) menerjemahkan definisi humas dari
komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu
sebagai suatu kegiatan usaha yang berencana yang menyangkut itikad baik, rasa
dan Daniel Yadin adalah sebuah sistem komunikasi untuk menciptakan niat baik.
sesuatu yang terdiri dari semua bentuk komunikasi berencana baik ke dalam
Cutlip, Center dan Broom Pengertian humas menurut Cutlip, Center dan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organiasai dengan publik yang
yang disesuaikan dengan kepentingan orang-orang atau golongan agar orang atau
lembaga itu memperoleh kepercayaan dan itikad baik dari mereka. Kedua,
J.C Seidel Pengertian humas menurut J.C Seidel adalah proses yang
mengadakan pernyataan-pernyataan.
Cutlik dan Allen H. Center adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik,
14
menurut IPRA adalah fungsi manajemen dari ciri yang terencana dan
mendapatkan pengertian, simpati dan dukungan dari mereka yang terkait atau
sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat
terhadap permasalahannya.
New World Dictionary adalah suatu hubungan yang dibentuk untuk masyarakat
Public Relations Society of America adalah usaha yang dilakukan oleh organisasi
fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang
yang ada kaitannya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai
kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan
Howard Bohham adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang
lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik yang lebih baik atau
Ruslan adalah suatu proses yang kontinyu dari usaha manajemen untuk
organisasi.
menguntungkan lembaga/organisasi,”
opini publik. Peran humas sebagai perantara (mediator), peran humas sebagai
target sasaran.
humas adalah :
secara lisan, tertulis atau melalui gambar (visual) kepada publik, sehingga publik
umum/masyarakat.
organisasi.
2. KAMTIBMAS
a. Pengertian KAMTIBMAS
Keamanan yang asal katanya aman adalah suatu kondisi yang bebas
Ketertiban adalah suatu keadaan dimana segala kegiatan dapat berfungsi dan
dasar, yaitu:
b. Tujuan KAMTIBMAS
itu perlu hadirnya Polri pada saat yang tepat di tempat itu.
tugas awal daripada tugas pencegahan yang penampilannya melalui suatu kegiatan
yang disebut dengan tugas jaga atau penjagaan dalam rangka mewujudkan
kesamaptaan Polri yang setiap saat harus selalu ada dan siap siaga.
Penjagaan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota Polri untuk
tertentu lainnya.
benda;
peraturan yang berlaku dalam rangka mewujudkan tegak dan tertib hukum dalam
masyarakat.
Kamtibmas.
yang mengandung adanya perasaan bebas dari gangguan fisik dan psikis
bahaya dan gangguan (safely), dan perasaan damai lahiriah maupun batiniah
(peace) dalam suasana tertib (order), dimana segala sesuatu berjalan secara
teratur, yang merangsang gairah kerja dan kesibukan dalam rangka mencapai
kesejahteraan masyarakat.
pembangunan nasional. Dengan perkataan lain, “how to manage the society” dari
Kamtibmas dianggap sebagai bahagian dari permasalahan besar dalam arti realita
kamtibmas.
mulai dari bentuknya yang laten (tersembunyi) sampai pada bentuknya yang
ekonomi, sosial budaya dan hankam. Bentuk ini dinamai faktor-faktor sosio
struktural dan faktor korelatif kriminogen (FKK), yang bila berinteraksi dengan
faktor lain akan berkembang menjadi Police Hazard (PH). PH ini dapat muncul
menjadi peristiwa gangguan kamtibmas bila bertemu dengan faktor pencetus yang
dinamika sosial yang kondusif bagi ketertiban dan keamanan bersama. Adapun
upaya-upaya berskala repressif, akan dilakukan sebagai alternatif terakhir (in the
last resort) oleh aparat keamanan, khususnya Kepolisian yang menurut undang-
dalam bentuk dan wujud apapun. Sedangkan sirategi yang dikembangkan adalah :
swakarsa.
akan adanya kepastian hukum, bebas dari kekhawatiran, adanya rasa aman damai
dan menata setiap prilaku warga masyarakat dalam berbagai segi kehidupan
yang tak terbantahkan bahwa konsep ini tidak mampu menghadapi perubahan dan
Stabilitas kamtibmas, bahkan juga stabilitas nasional yang kita banggakan selama
3 (tiga) dekade ternyata cukup rentan (fragile), ketika rakyat sudah mulai jenuh
kebebasan yang telah dibuka oleh Presiden BJ Habibie pada tahun 1998, ternyata
justru lebih menambah rumit dan bahkan memperburuk kualitas Kamtibmas. Atas
umum. Intervensi politik demikian keras dan luas merambah sektor-sektor hukum
dan Perpolisian. Dan celakanya, setiap upaya penindakan (law enforcement) yang
dan perlindungan warga dari kejahatan dan bahaya (protecting people) menjadi
Lantas, apa yang keliru terhadap konsepsi Binkamtibmas ini ? Apa yang
keliru terhadap bangsa ini ? Bangsa Indonesia yang kita cintai bersama ini.
bernegara. Beberapa fenomena yang dicatat oleh Eep Saifulloh Fatah antara lain :
negara ke otonomi massa. Fenomena inilah yang secara awarn sering kita sebut
Pada era orde baru hak-hak politik rakyat sangat terbatas, pendek, dan hanya
sebatas formalitas belaka. Hak-hak ini hanya muncul menjelang Pemilu, melalui
ditunjuk dan direstui oleh kekuasaan. Ketika kebebasan pers terbuka, maka hak-
mengganggu Kamtibmas.
hanya pada 3 parpol (PPP, PDI dan GOLKAR), kini menjadi semakin banyak.
Lebih seratus Partai Politik di daftarkan menjelang Pemilu 1999, namun yang
Berbagai forum dan gerakan massa secara periodik turun kejalan dengan berbagai
atribut seperti Forkot, Fordem, GPI, dll, mengklaim diri mewakili aspirasi rakyat;
masih terus berlanjut hingga sekarang ini. Partisipasi seperti ini di suatu sisi
memang menjadi ciri masyarkat demokratis. akan tetapi di sisi lain membawa
& kerusuhan. Setiap partai merasa berhak melakukan arak-arakan keliling kota di
kekuasaan, yang didalam kehidupan sehari-hari dijalankan oleh Polisi, atau aparat
dari gejala ini. Sering terjadi bentrokan antara massa dengan petugas Polisi,
kantor-kantor Polisi dibakar hanya karena alasan sepele yang tentunya lebih
kekuasaan meluntur, hukum tidak lagi pada otoritas mengatur pergaulan hidup.
Sementara itu otonomi negara telah tergeser oleh otonomi massa. Semua tindakan
yang dilakukan atas nama massa sepertinya harus benar dan legal. Euphoria
ngamen sambil mengharapkan uang dari pemakai jalan. Sebahagian dari mereka
Inilah potret situasi Kamtibmas pasca lengsernya Pak Harto. Bahkan hingga
Sukarno Putri tampil sebagai Presiden yang terpilih secara demokratis, gejala ini
suburnya konflik horizontal, dan rakyat yang tidak berdosa selalu menjadi korban.
limbah kegiatan dan proses reformasi politik, ekonomi dan hukum bermuara pada
situasi ini.
Sementara itu, Polri telah berupaya berbenah diri untuk mewujudkan jati
diri Polisi Sipil, semenjak 1 April 1999, setelah dipisahkannya dengan TNI. Akan
tetapi upaya ini tidak serta merta akan terwujud, karena berbagai kegiatan
halnya juga pada prajurit TNI. Akibatnya, seringkali terjadi penerapan kekerasan
berlebihan, atau bahkan diantara prajurit TNI dan Polri yang saling berhadapan
berkelahi untuk hal-hal yang tidak berdasar. Inilah kondisi buruk yang harus
29
ditanggung bersama oleh bangsa ini. Inilah sebahagian ongkos yang harus dipikul
ini ? Untuk itu pada bagian berikut akan kita diskusikan format pemeliharaan
mengabaikan jaringan (net work). Memobilisasi rakyat laksana massa dan bukan
warga sendiri.
ritual dan upacara yang tidak memiliki kekuatan yang orisinil. Rakyat senantiasa
semua yang dianggap baik harus digulirkan dari atas oleh sistem pemerintahan
kedekatan antara Polisi dan warga didalam upaya mencegah, mengurangi akar-
crime prevention secara terpadu. Ini berarti Polisi mengabdi kepada rakyat dan
dan kelembagaannya, sumber daya yang rnendukungnya serta sistein kerja yang
sentuhan yang bersifat personal, yang tidak terpenuhi melalui patroli bermotor
suatu hal yang mungkin berbeda adalah prioritas yang dikendalikan dari atas,
inisiatif warga dikaburkan, dengan dalih masyarakat masih kurang terdidik dan
seseorang atau kelompok orang yang lebih tinggi atau lebih kuasa berhadapan
dengan warga yang imferior dan tidak berdaya. Ketika sebahagian besar warga
telah terididik, dan banyak yang keluaran perguruan tinggi, maka ia tidak dengan
yang berbasis community policing masih perlu didukung (support) oleh satuan-
satuan Polisi yang responsif, terbuka dan akuntabel. Seirama dengan konsep
Tentu saja upaya-upaya ini tidak akan dapat menghilangkan semua bentuk
kejahatan dan ketidak tertiban. Karena itu, disiapkan setuan-satuan detektif bagi
baru ditangani oleh detektif-detektif ditingkat Polda. Khusus untuk kejahatan yang
berkaitan dengan politik dan luar negeri ditangani oleh Mabes. Sementara itu
khusus di BKO pada tingkat Polda; yang hanya digunakan untuk upaya-upaya
repressif.
Format ini tidak mungkin terlaksana, apalagi berhasil tanpa dukungan dan
partisipasi warga masyarakat. Karena kejahatan dan ketidak tertiban serta bencana
masyarakat kita sebagai masyarakat yang penuh risiko (the risk society); yang
perlu memperoleh persetujuan warga, tentunya warga yang law abiding citizen.
perubahan ini akan bermuara pada tata laku, etika dan budaya Polri sebagai
tersebut ternyata tidak semulus harapan semula, Polri menghadapi tantangan dan
kendala yang satu persatu secara bertahap harus ditangani secara tepat dan
berwawasan kedepan. Tantangan dan kendala yang dihadapi polisi pada era
reformasi khususnya dalam membangun kepolisian sipil dapat dilihat dalam tiga
Undang-undang No. 2 tahun 2002. Demikian pula penegakan hukum yang harus
bersifat nasional juga tidak semulus yang diharapkan. Belum lagi masih
dengan tuntutan masyarakat sekarang ini. Tumpang tindih hukum formal juga
masih ditemukan dalam upaya mewujudkan sistem peradilan pidana yang terpadu.
terwujudnya reformasi Polri yang sampai sekarang belum terwujud antara lain :
tataran dan kewenangan dibidang keamanan dalam negeri dan sebagai nya.
dalam bentuk validasi organisasi Polri tingkat pusat maupun daerah, pengaturan
logistik dan anggaran sejak pemisahan dari TNI, pembinaan personil dan
pembinaan pada tingkat Polda maupun Polres dan sebagainya masih memerlukan
perilaku dan kebijakan-kebijakan yang dinilai oleh banyak pihak masih cenderung
militeristik, Polri menghadapi kendala yang tidak kecil. Upaya kepolisian yang
dalam rangka maintaining law and order senantiasa berhadapan dengan otonomi
sebagai pelanggar hak azasi manusia. Kendala internal Polri memang tidak dapat
terlepas dari sosiokultural pada akselerasi reformasi, sehingga rasa ketidak adilan,
rasa ketidak puasan dan rasa ketidak percayaan masyarakat sering kali
a. Pengertian Polres
memiliki satuan tugas kepolisian yang lengkap, layaknya Polda, dan dipimpin
Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Polres dan
36
yang berada di bawah Kapolda” (Perkap No.23 Tahun 2010 tentang Susunan
Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Polres dan
Polsek, pada bagian kesatu bab tersebut menjelaskan perihal kedudukan, tugas
dan fungsi Polres. Dalam pasal tersebut mengatakan: “Kepolisian Resort (Polres)
Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan
Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan
nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah
2. Kecamatan Gantarang
3. Kecamatan Kindang
5. Kecamatan Bulukumpa
6. Kecamatan Ujungloe
7. Kecamatan Bontobahari
8. Kecamatan Bontotiro
9. Kecamatan Kajang
B. Kerangka Pikir
penerangan dan informasi kepada masyarakat tentang kebijakan serta tujuan yang
akan dicapai oleh pemerintah, merupakan salah satu upaya humas untuk
menciptakan opini publik yang positif demi tercapainya citra yang positif. Kunci
38
tersebut akan dapat diraih jika lembaga yang bersangkutan memiliki citra yang
baik dimata masyarakat. Untuk memperoleh citra yang baik, maka seorang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran humas pemerintah dalam
digunakan dalam membahas peran ini adalah menggunakan konsep dari Dozeir
menjalankan paran sebagai penasehat ahli dan fasilitator pemecah masalah apabila
komunikasi dan teknisi komunikasi merupakan peran yang utama dijalankan oleh
humas POLRES.
39
Anggota
Kepolisia
n
Polres Citra
KAMTIBMAS
Bulukumba Kepolisian HUMA
S
Masyaraka
t