Anda di halaman 1dari 11

Peran adalah aktivitas yang dijalankan seseorang atau suatu lembaga/organisasi 1.

Peran yang harus dijalankan oleh suatu lembaga/organisasi biasanya diatur dalam suatu
ketetapan yang merupakan fungsi dari lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran
yang diharapkan (expected role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan
peran yang diembannya, terdapat faktor pendukung dan
penghambat.
Peran menurut Koentrajaraningrat, berarti tinkahlaku individu yang memutuskan suatu
kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran
menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang memiliki status/posisi
tertentu dalam organisasi atau sistem. Menurut Abu
Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya
individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan
status dan fungsi sosialnya.
Pengertian peran menurut Soerjono Soekanto, yaitu peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status), apabila seseorang melaksankan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka a menjalankan suatu
peranan.3

Pengertian Peran Menurut Para Ahli


Suhardono (1994)
Menurut Suhardono, Peran adalah patokan atau ukuran yang ada dalam kehidupan manusia sehingga berfungsi untuk membatasi
perilaku dalam setiap posisi.

Riyadi (2002)
Menurut Riyadi, Peran adalah sebuah orientasi atau konsep yang terbentuk karena suatu pihak dalam oposisi sosial di kehidupan
masyarakat. Hal ini didasari pada individu dan alasan untuk melangsungkan tindakan yang diinginkan.

Mifta Thoha (2002)


Menurut Mifta Thoha, Peran adalah serangkaian perilaku seseorang yang dilakukan berdasarkan dengan karakternya. Kondisi ini
bisa dilatarbelakangi oleh psikologi seseorang setiap melakukan tindakan yang diinginkan, sesuai kata hatinya.

Soekanto (2009)
Menurut Soekanto, Peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan dengan dinamis sesuai dengan status atau kedudukan yang
disandang. Status dan kedudukan ini sesuai dengan keteraturan sosial, bahkan dalam keteraturan tindakan semuanya disesuaikan
dengan peran yang berbeda.
Poerwadarminta
Menurut Poerwadarminta, Peran adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang berdasarkan peristiwa yang
melatarbelakanginya. Peristiwa tersebut bisa dalam hal baik dan hal buruk sesuai dengan lingkungan yang sedang mempengaruhi
dirinya untuk bertindak.

Katz dan Kahn


Menurut Katz dan Kahn, pengertian peran adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang berdasarkan karakter dan
kedudukannya. Hal ini didasari pada fungsi-fungsi yang dilakukan dalam menunjukan kedudukan serta karakter kepribadian
setiap manusia yang menjalankannya.

1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, (Jakarta:PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2014
3 Nuruni dan Kustini. Exveriental Marketing. Emotional Branding, and Brand, Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan Vol. 7 (1).(2011),
4. https://www.pelajaran.co.id/pengertian-peran-konsep-struktur-dan-jenis-jenis-peran-
menurut-para-ahli/

(control + shift + = )

2. HUMAS
John E. Marston membatasi hubungan masyarakat atau public relations dalam dua batasan yaitu
dalam arti mum dan publik relation dalam arti khusus. Dalam arti umum dinyatakan bahwa
publik relation it terencana, komunikasi persuasif yang didesain untuk mempengaruhi publik
tertentu.
Sementara dalam art khusus dinyatakan bahwa publik relation adalah seni untuk perusahaan
agar disukai dan dihormati ole para karyawan, konsumen dan para penyalurnya (Fajri, 2017).
Menurut (Effendy, 2006), Humas atau Publik Relations juga merupakan kegiatan komunikasi dua
arah secara timbal-balik antara suatu perusahaan dengan publik lainnya, public internal maupun
eksternal baik, dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan perusahaan, dengan meningkatkan
pembinaan kerjasama dan memenuhi kepentingan bersama, yang dilandasi atas asas saling
pengertian dan saling percaya. Perusahaan perusahaan besar memiliki staf humanya sendiri. Ole
karena itu humas harus mempunyai manajemen komunikasi yang efektif agar dapat mendukung
segala kegiatan dalam perusahaan.
Menurut Harlow
(Ruslan, 2010), Humas
merupakan fungsi manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan alur
bersama antara perusahaan dengan publikya menyangkut aktivitas komunikasi, pengertian,
penerimaan dan Kerjasama. Jika perusahaan tidak menjalin hubungan yang baik dengan
masyarakat, maka ada rasa enggan untuk memberikan aspirasi dari masyarakat kepada
perusahaan tersebut (Hakim, 2019).
Menurut (Hakim, 2019), Humas adalah praktisi yang memang berfungsi sebagai perantara untuk
menjembatani antara lembaga yang ada didalam masyarakat (masyarakat itu sendiri) yang
diwakili dengan masyarakat, akibatnya humas bertanggungjawab
secara merata terhadap
Lembaga yang diwakilinya dengan masyarakat terkait. Wasesa & Macnamara (2010), menyatakan
fungsi humas adalah multi persepsi dan melihat humas dalam beberapa sudut pandang yaitu
kepribadian, segi komunikasi, publikasi, pemasaran, manajemen dan periklanan. Sementara
Luqman (2013), mengatakan pandangan multi persepsi tentang humas adalah sebuah
keunggulan. Menjadi sebuah keunggulan apabila dijadikan sebuah kesatuan sehingga
memunculkan sebuah keyakinan bahwa sebetulnya humas adalah sebuah profesi yang bisa
dimanfaatkan oleh profesi apapun.
Hubungan Masyarakat (Humas) memegang peran penting bagi kesuksesan perusahaan. Humas
sebagai representasi dari perusahaan, yang dianggap memiliki kedekatan dengan masing masing
public tent harus menjadi penyeimbang antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
publik.

Fungsi tujuan humas


Fungsi humas itu sendiri adalah membangun fungi manajemen serta mempertahankan hubungan
baik dan bermanfaat antara perusahaan dengan publik lain yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan dalam perusahaan (Musyarrofah, 2018).
Menurut Cutlip dan Center (Fajri, 2017), bagian dan fungsi public relations it adalah hubungan
internal, publisitas, advertising, press agentry, public affairs, lobbying, manajemen is, dan
hubungan investor.
Fungsi humas sebagai hubungan internal
merupakan bagian khusus humas yang membangun dan mempertahankan hubungan baik dan
saling bermanfaat antara manajer dan karyawan tempat perusahaan meletakkan kesuksesannya.
Sementara itu, fungsi humas sebagai publisitas merupakan sumber sumber informasi yang
disajikan oleh humas dan digunakan oleh media sebab informasi tersebut bernilai berita. Selain
itu, fungsi humas sebagai advertising, merupakan metode terkontrol dalam menempatkan pesan
di media, dimana informasi yang digunakan oleh humas untuk dapat menjangkau masyarakat
secara masiv. Disamping itu, fungsi humas sebagai press agentry yakni penciptaan berita dan
peristiwa yang mempunyai nilai berita untuk menarik media massa dan mendapatkan perhatian
masyarakat. Fungi humas sebagai public affair yakni untuk membangun dan mempertahankan
hubungan pemerintah dan komunitas local dalam hal mempengaruhi kebijakan publik.
Sementara itu, fungsi humas sebagai lobbying adalah untuk menialin dan membertahankan
hubungan dengan pemerintah terutama dengan tujuan memengaruhi penyusunan undang
undang dan regulasi. Fungsi humas sebagai manajemen isu yakni untuk mengantisipasi,
mengidentifikasi, mengevaluasi dan merespon is is kebijakan public yang memengaruhi
hubungan perusahaan dengan publik. Dan fungsi humas sebagai investor adalah untuk
membangun dan menjaga hubungan yang bermanfaat dan saling menguntungkan dengan
shareholder dan pihak lain didalam komunikasi
keuangan guna memaksimalkan nilai pasar.
Sedangkan fungsi prioritas humas adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik
antara Lembaga/instansi dan publiknya internal ataupun eksternal dalam rangka menanamkan
pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dengan upaya menciptakan iklim
pendapat yang menguntungkan (Mukarom et al, 2015).

Menurut Darmastuti (Sari, 2012), secara garis besar tujuan humas menyangkut tiga hal yaitu
reputasi dan citra, jembatan komunikasi dan mutual benefit relationship. Tugas humas tidak
terlepas dari reputasi dan citra yang positif akan berkaitan dengan semakin tingginya akses publik
terhadap output dari perusahaan.
Sedangkan tujuan jembatan
komunikasi, humas sebagai komunikator dan mediator perusahaan dengan lingkungannya.
Tujuan mutual benefit relationship yaitu dimana humas menjamin publiknya bahwa didalam
jalannya perusahaan memiliki niat baik dalam berbisnis yang diwujudkan dalam tanggungjawab
sosial dan ditunjukkan melalui hubungan yang saling menguntungkan diantara perusahaan dan
publiknya.
Danandja (Najib, 2015) menguraikan tujuan humas berdasarkan kegiatannya, yaitu tujuan
berdasarkan kegiatan internal humas dan tujuan berdasarkan kegiatan eksternal humas. Tujuan
humas berdasarkan kegiatan internal humas adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan suatu penelitian terhadap sikap, tingkah laku dan opini publik terhadap
perusahaan, terutama ditujukan kepada kebijaksanaan perusahaan yang sedang dijalankan.
b. Mengadakan suatu Analisa dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan berusahaan dengan tidak melubakan kegiatan
perusahaan dengan tidak melupakan kegiatan publik.
c. Memberikan penerangan kepada publik karyawan mengenai suatu kebijaksanaan yang bersifat
objektif serta menyangkut kepada berbagai aktivitas rutin perusahaan; juga menjelaskan tentang
perkembangan perusahaan tersebut.
d. Merencanakan bagi penyusunan suatu staff yang efektif bagi penugasan kegiatan yang bersifat
internal humas dalam perusahaan tersebut.

Sementara itu, tujuan humas bedasarkan kegiatan eksternal dimaksudkan adalah untuk
mendapatkan dukungan dari publik, yang dibatasi pada:
a. Memperluas langganan atau pemasaran.
b. Memperkenalkan suatu jenis hasil produk atau gagasan yang berguna bagi publik dalam arti
luas.
c. Memperbaiki citra perusahaan terhadap opini masyarakat luas yang bertujuan mendapatkan
opini publik yang positif.

PERANAN
HUBUNGAN
MASYARAKAT
DALAM
MEMBANGUN
CITRA
PERUSAHAAN
Oleh AGNITA YOLANDA, B.COMM., M.SC,
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
NURISMILIDA, M.HUM, RURI ADITYA SARI, M.SC: 2021 hal (2-8)
Penerbit: Cattleya Darmaya Fortuna

MASJID DARUSSALAM
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), itu adalah rumah atau bangunan tempat umat
Islam beribadah.1 Masjid secara harfiah adalah tempat sembahyang bagi umat muslim. Masjid
memiliki makna yang lebih luas, bukan sekedar sebuah gedung untuk bersujud namun memiliki
makna yang beragam sesuai umat islam memahami dan mempersepsi pada saat ini. Masjid
dibedakan menjadi dua yaitu masjid agung dan masjid jami. Adapun pengertian dari masjid
agung adalah masjid besar yang memiliki bangunan luas dan dapat menampung ratusan jamaah.
Sedangkan masjid jami adalah masjid utama dari suatu wilayah yang seringkali didatangi oleh
banyak orang pada hari jumat.
Kedudukan masjid lebih dari sekedar simbol tempat ibadah umat muslim, tetapi memiliki makna
yang lebih luas dan erat dengan elemen lainnya seperti pendidikan, ekonomi, resolusi konflik dan
pemberdayaan masyarakat.
2. Pengertian Masjid
unsur penting dalam struktur masyarakat
Islam. Masjid bagi umat Islam memili ki makna yang besar dalam kehidupan, baik
makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata
sajada-vasjudu-masjidan (tempat sujud).3 Sementara Sidi Gazalba menguraikan
tentang masjid; dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tepat sembahyang.
Perkataan masiid berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya sujadan, fi'il madinva
sajada (ia sudah sujud) fi'il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah isim
makan. Isim makan in menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu,
masjida. Jadi ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambil alih kata masjid
oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e,
sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me,
disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah,
sudah tent kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing
sudah biasa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan
atau kesalahan dilakukan secara mum a dianggap benar. Menjadilah ia kekecualian.4

3 Sofyan Syafri Harahap, Manajemen Masjid, (Jogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h. 26
4 Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah Dan Kebudayaan Islam. Cet VI (Jakarta: Pustaka Al husna
1994) h. 118

1 “masjid”. 2012. Pada KBBI Daring. Diambil 01 Juni 2022, dari https://www.kbbi.web.id/masjid

Masjid merupakan rumah Allah di muka Bumi, tempat bersujud dan pusat beribadah umat
manusia kepada Sang Pencipta. Sebagai pusat beribadah, masjid adalah lembaga keislaman
pertama yang dibangun oleh Rasulullah saw. Tak hanya itu, masjid juga difungsikan sebagai pusat
pembinaan umat dan pengembangan peradaban Islam, oase spiritual, dan pencerahan
intelektual dalam mencetak kader-kader untuk mewujudkan misi rahmatan lil 'alamin dan
sebagai Khalifatullah fil Ardl. Dalam konteks ini, maka di samping sebagai pusat kegiatan ibadah
mahdhah (khusus) seperti shalat, dzikir, i'tikaf, dan sebagainya, Masjid juga berfungsi sebagai
pusat kegiatan ibadah Aam (umum) yang bersifat sosial kemasyarakatan seperti kegiatan belajar-
mengajar, bimbingan dan konseling umat, dan kegiatan-kegiatan siar Islam.
Kota Wisata, sebuah kawasan permukiman yang menjadi lokomotif perkembangan area Cibubur
Raya, dengan keindahan dan keasrian pepohonan maupun bunga yang menghiasi sudut-sudutya
di sana-sini, tentu saja tidak lengkap tapa adanya oase spiritual di dalamnya. Kota Wisata yang
mulai dikembangkan sejak 1996 kini menjadi rumah bagi sedikitnya 8.000 kepala keluarga dan
tentu saja tidak sedikit umat Muslim yang juga bermukim di dalamnya. Bagi umat Muslim
tersebut, kebutuhan oase spiritual itu tentu saja hanya dapat dipenuhi kalau di tengah-tengah
mereka terdapat masjid sebagai pusat kegiatan beribadah maupun pengembangan spiritual. Bagi
umat Muslim pula, keberadaan masjid identik dengan kebutuhan ikan akan perairan, baik itu
berupa akuarium, kolam, danau, maupun lautan.
Berangkat dari fungsi masjid sebagai pusat pembinaan dan pemersatu umat seperti tersebut
diatas, dan dengan memperhatikan firman Allah SWT, "Sesungguhnya Masjid yang didirikan atas
dasar takwa sejak awal (didirikan) itulah yang patut kamu shalat didalamnya. Didalamnya ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah mencintai orang-orang yang bersih" (Q.S. At
Taubah, 9:108). dan sabda Rasulullah saw,
"Barangsiapa yang mencintai masjid, maka Allah mencintainya" (H.R. Thabrani), maka dimulailah
gerakan untuk mewujudkan rumah Allah tersebut di kawasan Kota Wisata selain sebagai Oase
Spiritual juga Pusat Peradaban dan Pengembangan Umat.... Ini merupakan sebuah gerakan yang
murni sebagai bagian dari pengabdian kepada Allah SWT.
Maka, pada 1999, dimulailah langkah kecil dari gerakan besar tersebut. Pada awalnya dibikinlah
Aksi Shalat Tarawih Bersama di lapangan tenis
Cluster Paris.
Lalu pada 2000, sejumlah warga sedekat mendeklarasikan berdirinya Yayasan Umat Islam Kota
Wisata (Yamatista) sebagai inisiasi untuk memperjuangkan berdirinya sebuah Masjid yang
didamkan bersama. Sementara, kegiatan tarawih berjama'ah tetap diselenggarakan di Aula
Sementara Sekolah Fajar Hidayah...
Setahun kemudian, pada 2001, dimulailah proyek pembangunan Masjid Jami' Kota Wisata. Pada
Ramadhan tahun itu, shalat tarawih berjam'ah tetap diadakan di Aula Sementara Sekolah Fajar
Hidayah.
Saat itu, Pengurus dan Pengawas Pembangunan Masjid adalah juga Pengurus Yamatista.

Pada 2002, bangunan fisik masjid sudah bisa dipakai untuk Shalat Tarawih, dan umat Muslim
sepakat menamakannya Masjid Raya Kota Wisata.
Yayasan mash bernama Yayasan Umat Islam Kota
Wisata dan Ketua Umum Yayasan itu juga bertindak sebagai Ketua Masjid. Jadi, Yayasan identik
dengan Masjid.
Tahun berikutnya, 2003, nama masjid diganti menjadi Masjid Darussalam Kota Wisata, dan
sejalan dengan itu, yayasan pun berganti nama menjadi Yayasan Darussalam Kota Wisata. Saat itu
pula, Ketua Umum Yayasan merangkap sebagai Ketua Badan Pengelola Masjid. Yayasan tetap
identik dengan Masjid.
Kegiatan peribadatan pun makin berkembang, misalnya penyelenggaraan Shalat 'Idain dan masjid
ta'lim pun bersemi.
Pada 2006, Ketua Umum Yayasan mash merangkap sebagai Ketua Badan Pengelola Masjid
Darussalam yang membawahi 3 bidang: Bidang Ibadah, Bidang Pembinaan, dan Bidang Umum.
Masing-masing bidang membawahi 3 bagian/divisi
Perialanan di tahun-tahun berikutnya, sejalan dengan dinamika dan perkembangan kegiatan,
Yayasan melakukan restrukturisasi sehubungan dengan kian banyakya tenaga maupun dukungan.
Ketua Yayasan tidak lagi merangkap sebagai Ketua DEWAN PENGURUS. Darussalam, tapi
dikembalikan fungsinya seperti halya
Direktur Utama pada Perseroan Terbatas (tugas tanfidziyah atau eksekutif), yang salah satu
tugasnya adalah membawahi Ketua DEWAN PENGURUS.

Berbagai muhasabah (evaluasi) dan restrukturisasi pun dilakukan sebagai upaya penyempurnaan
Yayasan.
Menjelang pengujung 2012, dilakukan kembali restrukturisasi secara menveluruh pada
kelembagaan Masjid Darussalam Kota Wisata, Maka, pada awal 2013 dihasilkan sejumlah
perubahan cukup signifikan tentang kelembagaan tersebut, baik dari struktur yayasan beserta
kelengkapannya maupun program kerja yang berbeda dari periode sebelumnya, serta perubahan
visi dan misi yayasan yang kini disempurnakan namanya menjadi Yayasan Masjid Darussalam Kota
Wisata (Yamasdarkowi).
Kepengelolaan yayasan diupayakan seprofesional mungkin, sehingga tujuan jangka panjang untuk
meniadikan Masiid Darussalam Kota Wisata selain sebagai Oase Spiritual juga Pusat Peradaban
dan Pengembangan Umat dapat tercapai, tent saja dengan berharap ridla Allah SWT.
Masjid Darussalam terletak di komplek perumahan Kota Wisata Desa Ciangsana Kec.
Gunung Putri - Bogor, yang lebih dikenal dengan Kota Wisata Cibubur. Letakya yang strategis
berada dipusat perumahan, menjadikan Masjid Darussalam makmur dan sering dikunjung
jamaah baik dari dalam maupun dari luar komplek.
Dengan besarnya jumlah warga / penduduk yang tinggal di Kota Wisata dan para pekerja di
lingkungan Kota Wisata maka jamaah masjid khususnya pada sholat jum'at bisa mencapai lebih
dari 2000 orang.
VISI DAN MISI Masjid Darussalam Kota Wisata Visi:
" Membangun Masjid Darussalam sebagai Model Pusat Kemakmuran Masjid Menuju Kebangkitan
Islam Yang Kaffah"
Misi:
Menyelengarakan kegiatan peribadatan dan dakwah demi tersebarnya syiar Islam dan nilai-nilai
keislaman yan rahmatan lil 'alamin dan moderat dalam kehidupan umat Islam dan bangsa
Indonesia
Melaksanakan program-program ekonomi syariah, pemberdayaan ekonomi umat, kewirausahaan
dan peningkatan kesehatan masyarakat dan kebersihan lingkungan demi peningkatan
kemakmuran bangsa Indonesia Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan pelayanan yang
modern, profesional dan islami dalam rangka pemabangunan karakter bangsa, demi
meningkatnya kecerdasan intelektual, emosisonal dan spiritual mat secara terpadu dan
meningkatnya daya saing bangsa
Indonesia serta kebangkitan kembali umat islam.
STRUKTUR Masjid Darussalam Kota Wisata

https://darussalam.id/

UPAYA MENINGKATKAN CITRA


Citra
a. Pengertian
Secara etimologi, citra berasal dari bahasa sanskerta, yang berarti gambar.
Kemudian dikembangkan menjadi "gambaran" sebagai padanan perkataan image
dalam Bahasa Inggris. Citra meliputi segala sesuatu yang telah dipelajari
seseorang, yang relevan dengan situasi dan tindakan yang bisa terjadi didalamnya.
Dalam citra, tercakup (1) seluruh pengetahuan seseorang (kognitif), baik benar
maupun keliru; (2) semua perujukan (afeksi) yang melekat kepada tahap tertentu
peristiwa yang menarik atau menolak orang tersebut dalam situasi itu, serta (3)
semua pengharapan (konasi)
dimiliki orang tentang apa yang mungkin
terjadi jika ia berperilaku dengan cara berganti-ganti terhadap objek didalam
situasi itu.
30 Anwar Arifin. Opini Publik (Jakarta: Gramata Publishing, 2010), 146

2. Jenis-jenis Citra
Menurut Frank Jefkins, dalam bukunya Hubungan Masyarakat ada beberapa jenis citra (image)
yang dikenal di dunia public relations diantaranya :

a. Citra Cermin (Mirror Image)


Citra cermin diyakini ole perusahaan bersangkutan terutama para
pimpinannya yang selalu merasa dalam posisi baik tapa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah
diadakan studi tentang tanggapan, kesan dan
citra masyarakat ternyata terjadi perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan citra di
lapangan, karena bisa terjadi citra sebaliknya yakni citra negatif.
b. Citra Kini (Current Image)
Citra merupakan kesan baik yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau hal lain yang
berkaitan dengan produknya. Berdasarkan
pengalaman dan informasi kurang baik penerimannya, sehingga dalam
posisi tersebut pihak humas akan menghadapi resiko yang sifatnya
permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk dan hingga muncul
kesalahpahaman yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi secara tidak adil atau bahkan
kesan yang negatif diperolehnya.
c. Citra keinginan(Wish Image)
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh
pihak manajemen terhadap lembaga tau perusahaan, atau produk yang
ditampilkan tersebut lebih dikenal, menyenangkan dan diterima dengan
kesan yang selalu positif, yang diberikan ole publiknya atau masyarakat
итит26.
d. Citra Perusahaan (Corporate Image)
Citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai
tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif, lebih dikenal, serta
diterima oleh publiknya. Dalam hal ini public
relations berupaya atau bahkan ikut bertanggung jawab untuk
mempertahankan citra perusahaan
e. Citra Majemuk (Multiple Image)
Citra in merupakan pelengkap dari citra perusahaan, pihak public
relations menampilkan pengenalan terhadap identitas perusahaan, atribut,
logo, brands name, dil
f. Citra Penampilan (Performance Image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana
kinerja atau penampilan diri para professional pada perusahaan
bersangkutan. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang
diperhatikan atau banyak disepelekan orang.
26 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, h. 77-79.

Membangun Citra Positif


Membicarakan citra sama halnya dengan pekerjaan bagaimana
manusia membangun image atau persepsi organisasi atau perusahaan
dibenak khalayak. Citra yaitu persepsi yang paling menonjol. Jika suatu
perusahaan memiliki citra baik dimata konsumen maka relatif lebih bisa
diterima konsumen dari pada perusahaan yang tidak memiliki citra.
Bukan saja hanya citra positif tetapi juga ada citra negatif, kedua
macam citra bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku yang bersifat positif atau negatif-
.Citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni
sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atau
kenyataan yang sesungguhnya. Suatu citra yang sesungguhnya bisa dimunculkan kapan saja,
caranya adalah dengan menjelaskan secara jujur
apa yang menjadi penyebabnya, baik itu informasi yang salah atau suatu perilaku yang keliru.
Citra merupakan tujuan utama dan sekaligus reputasi dan prestasi
yang hendak dicapai bagi dunia public relations, citra tidak dapat diukur
secara metematis tetapi wujudya bisa dirasakan dari penelitian baik dan
buruk seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif yang
khususnya datang dari publik atau masyarakat yang luas pada umumnya.
Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan
timbulnya rasa hormat, kesan baik dan menguntungkan terhadap suatu citra
lembaga atau organisasi atau produk barang dan jasa dan pelayanannya
yang diwakili oleh public relations. Biasanya landasan citra itu berakar dari
nilai-nilai kepercayaan yang konkretnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan
tau persepsi.
Proses akumulasi dari kepercayaan yang telah diberikan oleh
individual atau masyarakat tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau
lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas yang biasanya
dinamakan citra (image). Citra lembaga tidak bisa direkayasa. Citra positif
akan terbentuk jika performa lembaga benar-benar seperti apa yang
diberitakan oleh lembaga tersebut. Citra akan terbentuk dengan sendirinya
dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan lembaga
merupakan salah satu kunci penting untuk mendapat citra yang positif.
27 M. Linggar Anggoro, Teori dan Profesi Kehumasan, h. 69.

KEGIATAN KEAGAMAAN
Didalam kehidupan ini bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu membutuhkan
peraturan (undang-undang) yang dapat mengatur dirinya untuk hidup lebih baik, yang salah
satunya aturan itu adalah agama, sebab agama merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap
pemeluknya. Agama selanjutnya memang mengendalikan seseorang, membuat dia taat pada
Tuhan, dan menerapkan ajaran agama yang dititahkanNya.21
Oleh karena itu mana kala manusia menghendaki kehidupan yang teratur dan terarah serta
berguna, maka ia seharusnya dalam melakukan seluruh kegiatannya berdasarkan pada nilai yang
terkandung dalam setiap ajaran agama, dalam arti kata bahwa manusia diharapkan senantiasa
tidak melepaskan diri dari kegiatan keagamaan.
Kegiatan keagamaan memiliki dua kata yang harus dipahami yakni kegiatan dan keagamaan,
Kegiatan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia untuk mencapai tujuan,
sedangkan keagamaan berasal dari kata agama dan agama secara etimologi yaitu berasal dari
bahasa sang sekerta yang terdiri atas dua kata yakni “a” berati tidak dan “gama” yang berarti
kacau, kocar-kacir, atau berantakan dan kalau disatukan menjadi kata agama yang berarti sesuatu
yang tidak kacau/berantakan, sedangkan dalam bahasa arab agama dikenal dengan sebutan “din”
dan “millah” kedua kata ini ditemukan dalam Al-Qur‟an maupun as-Sunnah, kata din berasal dari
bahasa arab dengan kata dasar ”dana” yang sebenarnya memiliki banyak makna, termasuk
metode atau kebiasaan, peraturan, hukum, kepatuhandan pembalasan, menunggalkan
ketuhanan, perhitungan, kiamat, nasihat, dan kepercayaan agama. Serta makna-makna tersebut
makna kata „din‟ yang paling tepat adalah agama Islam.
Secara terminologi agama didefinisikan oleh para ahli dan tergantung pada latar belakang
masing-masing. Para ahli agama berbeda dari para filsuf dalam definisi. Demikian juga, pengikut
agama yang berbeda akan mendefinisikan agama yang berbeda sesuai dengan agama mereka.
Endang Saefudin Anshary mendefinisikan agama sebagai hubungan manusia dengan suatu
kekuatan suci yang dianggapnya lebih tinggi untuk dipuja, dimohon pertolongan dalam mengatsi
kesulitan hidupnya. Harun Nasution mendefinisikan agama sebagai ajaran-ajaran yang
diwujudkan tuhan kepada manusia melalui para rosul-Nya. Menurut Tahir Abdul Mu‟in
mengemukakan agama sebagai suatu peraturan tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang
mempunyai akal memegang peraturan dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai
kebahagiaan hidup didunia dean akhirat kelak.22
Jadi dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kegiatan
keagamaan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia yang didasarkan pada aturan atau
ajaran agama yang diwujudkan tuhan kepada manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia
akhirat.
Dengan demikian kegiatan keagamaan dapat dikatakan sebagai upaya manusia yang harus diikuti
agar setiap orang mempunyai pemahaman-pemahaman dan cara pengamalan-pengamalan yang
semestinya diamalkan, sebab dengan mengamalkan ajaran agama, maka seluruh kebutuhan
hidup manusia akan terarah dan terhindar dari hal-hal yang menyesatkan, jadi dapat dikatakan
bahwa kegiatan keagamaan pada dasarnya merupakan pedoman, petunjuk, panduan, dan aturan
yang baku bagi hidup manusia yang tidak bisa diabaikan baik kehidupan dunia maupun akhirat.23

20Drs. Mohammad E.Ayub, Manajemen Masjid:petunjuk praktis bagi para pengurus..., h.13
21Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press. 1984), h. 9
22Tim Dosen Pai UNY,Din Al-Islam, (Yogyakarta:Unit pelaksanaan Mata kuliah Umum UNY 2002),
h. 12
23M.Bahri Ghazal, Kesehatan Mental II,(Bandar Lampung: Harikindo Publising, 2018).h. 22

Pemantauan atas kegiatan takmirul masjid dewasa ini akan me-


nemukan fakta sebagai berikut:
1. Masjid yang hanya diramaikan sekali seminggu, yakni pada waktu shalat Jum'at di hari Jum'at;
2. Masjid yang dimanfaatkan sekadar untuk menunaikan shalat se- tiap waktu shalat fardhu;
3. Masjid yang sudah mempunyai kegiatan, selain hanya Jum'at, juga diadakan dakwah Islam
sekali dalam sebulan;
4.Masjid yang sibuk dengan berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan pelajaran agama,
seperti belajar tilawatil Qur'an bagi anak-anak muslimin, ceramah agama bagi umum, dan
5. Masjid yang sangat sibuk dengan aktivitas, hingga masjid itu senantiasa ramai. Ya lantaran
taman kanak-kanaknya, madrasahnya, pengajian ibu-ibunya, pengajian untuk para pemuda dan
pemudinya, ya juga pengajian untuk umum.

manajemen masjid 1996 hal 134-135 Moh E Ayub (gema Insani Press )

Anda mungkin juga menyukai