Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENJAGA CITRA POSITIF

ORGANISASI ATAU LEMBAGA


Jiehany Agustina Putri Chandra (2070201023)

Abstrak

Peran public relations atau humas merupakan bentuk mengoptimalkan kerja humas yang bertugas untuk
menciptakan, membangun, menigkatkan, mempertahankan citra dan mempublikasikan segala bentuk program
kerja lembaga/instansi. Peran seorang humas bertujuan untuk menjalin kerja sama yang baik kepada semi publik
sehingga mendapatkan feedback langsung dari masyarakat sebagai bentuk partisipasi dan menyakinkan publik
untuk mempercayai keunggulan lembaga/instansi tersebut. Strategi juga sangat diperlukan didalam
mempertahankan citra lembaga/instansi. Dengan bgitu peran humas dalam suatu instansi sanat penting, baik atau
tidaknya seorang humas dapat mempengaruhi opini publik bagi lembaga/perusahaan tersebut. Didalam dunia
organisasi bisnis seorang humas mampu bersaing dengan lembaga lainnya. Penelitian ini dianggap penting untuk
mengetahui peran humas dalam meningkatkan citra pada Perusahaan atau Organisasi dengan menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriftif. Selain itu penelitian ini menggunakan beberapa hal untuk bisa memperoleh data,
yaitu wawancara dan dokumentasi. Kemudian untuk memeriksa keabsahan data yang sudah dianalisis
menggunakan teknik triangulasi data.

Kata Kunci : Peran,Humas,Citra

PENDAHULUAN

Humas atau yang lebih dikenal saat ini sebagai Public Relations, saat ini dibutuhkan
di setiap instansi perusahaan baik swasta maupun negeri. Humas sendiri memiliki
tugas dan fungsi yaitu untuk menjalani keharmonisan hubungan antar public internal
maupun public external. Public internal yang dimaksut adalah hubungan antar
karyawan dengan pimpinan dengan owner perusahaan. Dan public extemal yang
dimaksut yaitu membangun hubungan antara perusahaan dengan perusahaan,
maupun perusahaan dengan masyarakat bahkan perusahaan dengan para pers.
Tugas dan fungsi humas tidak hanya untuk membangun hubungan tetapi juga untuk
menyebarkan informasi penting mengenai sejarah perusahaan, kegiatan-kegiatan
perusahaan, kehebatan perusahaan, bahkan ketika perusahaan mengalami
permasalahan yang berat yang sanggat berkaitan dengan citra (image) perusahaan.
Perlu diketahui setiap perusahaan mempunyai citra yang disadari atau tidak telah
melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan begitu kuat citranya dibenak konsumermya. Citra perusahaan adalah
respon konsumen pada keseluruhan penawaran yang diberikan perusahaan dan
didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide-ide, dan kesan masyarakat pada
suatu organisasi.
Citra dapayt dilakukan sebagai persepsi masyarakat dari adanya pengalaman,
kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap
perusahaan , sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan, dan layanan yang
disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi peresepsi konsumen
terhadap citra.
Dengan demikian citra merupakan salah satu asset terpenting dari perusahaan atau
organisasi yang selayaknya terus menerus dibangun dan dipelihara. Citra yang balk
nnerupakan perangkat kuat bukan hanya untuk menarik konsumen dalam memilih
produk atau perusahaan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan
pelanggan terhadap perusahaan.
Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra tidak datang dengan sendirinya
melainkan dibentuk oleh masyarakat, dari upaya komunikasi dan keterbukaan
perusahaan dalam usaha membanggun citra positif yang diharapkan. Upaya
membangun citra tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja,
tetapi merupakan suatu proses yang panjang. Karena citra merupakan semua
persepsi atau objek yang dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses informasi
dari berbagai sumber sepanjang waktu.
Fenomena ini mendorong penulis unluk menulis karya ilmiah tentang Public
Relations dalam mempertahankan citra positif perusahaan. Dalam hal ini Public
Relations perusahaan harus dapat membuat strategi - strategi yang akan ia lakukan
untuk tetap mempertahankan citra perusahaan.
Public Relations (PR) merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target
tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci,
mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil
apa yang telah dicapainya. Public relations atau hubungan masyarakat masih
merupakan bidang baru terutama di Indonesia. Lahirnya public relations seperti yang
dipraktekkan sekarang ialah karena adanya kemajuan- kemajuan dalam berbagai
macam bidang itu. Kemajuan yang sekaligus merupakan juga kekuatan-kekuatan
dalam masyarakat, memisahkan manusia ke dalam berbagai kelompok atau
golongan, yang masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan berusaha untuk
mencapai tujuan itu dengan sebaik-baiknya. Effendy (1993), dalam praktiknya, public
relations banyak melakukan komunikasi, baik komunikasi secara langsung maupun
secara tidak langsung melalui media massa. Seorang public relations, dengan
berkomunikasi maka akan mudah dalam mencapai dan membangun citra organisasi
atau lembaga. Citra merupakan kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk
mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya
terhadap objek tersebut. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-
informasi yang diterima seseorang (Ardianto, 2003: 114).
Biasanya landasan citra itu berakar dari nilai-nilai kepercayaan yang konkritnya
diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi serta terjadinya
proses akumulasi dari kepercayaan yang telah dipersepsikan oleh individu-individu
tersebut, hal ini akan mengalami suatu proses cepat atau lambat dalam membentuk
opini publik yang lebih luas dan abstrak, yang sering dinamakan dengan citra (image)
(Ardianto, 2004: 118).
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka untuk menciptakan kerja sama, public relations
merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini, dimana orang-orangnya
bergerak diberbagai bidang, misalnya dalam bidang industri, organisasi/lembaga,
pendidikan, pemerintahan, kerokhanian, social ekonomi, politik perburuan dan
sebagainya. Banyak orang tidak percaya dan sulit mempercayai bahwa humas
bermanfaat bagi organisasi atau lembaganya, anggapan itu dikarenakan kesalahan
penerapan humas itu sendiri, penerapan humas terkadang cenderung tidak
terintegrasi dengan bagian yang lain, dan tidak terencana dengan baik , padahal
humas tidak beda dengan fungsi manajemen yang lainnya, yang memerlukan
perencanaan, pengorganisasian, aksi dan evaluasi, dalam arti kerja humas haruslah
terencana dengan baik, dan dirumuskan tujuannya serta ditentukan tingkat
keberhasilannya.

KAJIAN TEORITIS

Scott M, Cutlip, Aleen H. Center dan Glen M. Broom dalam bukunya “Effective Public
Relations” definisi PR, yakni: Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai
sikap- sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur- prosedur dari
individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana
kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik (Ardianto, 2011: 8).
Menurut Denny Griswold, Public Relations adalah suatu fungsi manajemen yang
menilai sikap publik, menunjukkan kebijaksanaan dan prosedur dari seorang individu
atau sebuah lembaga atas dasar kepentingan publik, merencanakan, dan
menjalankan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan dapat diterima
dengan baik oleh publik (Danandjaja, 2011 : 16). Menurut John E. Marston, Public
Relations merupakan fungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang
sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta,
merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah
dicapainya (dalam Rosady Ruslan, 2002 : 5).
Dari kedua uraian tersebut dapat dijelaskan, Public Relations merupakan alat
organisasi/lembaga yang berfungsi melihat perilaku dan persepsi publik serta
merencanakan suatu kegiatan yang sesuai dengan keinginan publik. Maksud dari
penjelasan di atas adalah bahwa Public Relations merupakan ilmu manajemen yang
dilakukan secara berkelanjutan dan memiliki strategi yang berguna untuk membina
hubungan yang baik antara organisasi dengan publik.
A. Tujuan Public Relation. Rosady Ruslan (2002 : 246), tujuan Public Relations adalah
sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan citra organisasi/lembaga yang positif untuk publik
eksternal atau masyarakat dan konsumen.
2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan
organisasi/lembaga.
3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations.
4. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan
pengetahuan merek.
5. Mendukung bauran pemasaran.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan Public Relations adalah
mengembangkan citra baik terhadap internal dan eksternal, sebagai penengah
diantara publik dan organisasi/lembaga, mengembangkan fungsi pemasaran dengan
Public Relations, membangun merek, dan mengembangkan bauran pemasaran.
Menurut Bertram R. Canfield dan Frazier Moore (Danandjaja, 2011 : 44) dalam buku
“Public Relation, Principles Cases and Problem”, tujuan Public Relations yaitu:
1. Mengabdi kepada kepentingan publik. Public Relations selalu siap mendengarkan
dan melayani keinginan publik.
2. Menjaga atau memelihara komunikasi yang baik. Public Relations dapat melakukan
komunikasi yang baik.
3. Menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik. Public Relations
memiliki moral dan tingkah laku yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan Public
Relations adalah untuk mengabdi kepada organisasi/lembaga, menjalin komunikasi
yang baik antara organisasi/lembaga dengan publik, dan menjaga moral serta tingkah
laku yang baik untuk menghasilkan persepsi yang baik dari publik terhadap
organisasi/lembaga.
a. Fungsi Public Relation
Menurut Onong Uchjana Effendy (dalam Rosady Ruslan, 2002: 9), dalam bukunya
“Hubungan Masyarakat Suatu Komunikoliogis” mengemukakan bahwa ada empat
fungsi dari Public Relations yaitu:
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Public
Relations bertanggung jawab dalam kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan organisasi/lembaga/ organisasi.
2. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik baik publik
eksternal maupun publik internal.
Public Relations menjalin hubungan baik dengan berbagai kalangan publik baik
internal maupun ekternal.
3. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi
dari organisasi kepada publik dan menyalurkan opini publik kepada organisasi.
Public Relations berfungsi dalam mengkomunikasikan informasi organisasi kepada
publik dan mengkomunikasikan opini publik
kepada organisasi.
4. Melayani publik dan menasehati
pimpinan organisasi demi kepentingan umum.
Public Relations berfungsi memberi pelayanan yang baik terhadap publik dan
memberi nasihat kepada pimpinan organisasi.
b. PeranPublicRelation
Rosady Ruslan (2002 : 10), peran PR pada intinya sebagai berikut:
1. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang
diwakili dengan publiknya.
Dari uraian tersebut dijelaskan Public Relations berperan sebagai perwakilan
organisasi/lembaga dalam melakukan komunikasi dengan publik internal dan
eksternal.
2. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling
menguntungkan dengan pihak publiknya.
Dalam hal ini Public Relations berperan dalam melakukan pendekatan hubungan baik
dengan publik.
3. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen
organisasi atau organisasi/lembaga.
Public Relations memiliki peranan sebagai pendukung organisasi yang selalu sigap
dalam menjalankan tugas dari atasan/ organisasi/lembaga.
4. Membentuk corporate image Artinya peranan Public Relations berupaya
menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.
Dalam hal ini Public Relations berperan menjaga dan menciptakan citra yang positif
terhadap organisasi/lembaga dimata publik. Sedangkan Danandjaja (2011 : 65)
mengatakan peran PR dalam suatu organisasi:
1. Mempersiapkan temu pers.
Public Relations bertugas mengatur dan mempersiapkan jadwal bertemu dengan
awak media.
2. Menerbitkan laporan tahunan. Public Relations bertugas menerbitkan laporan
tahunan anggaran yang terpakai.
3. Mempersiapkan wawancara pers. Public Relations bertugas mempersiapkan segala
sesuatu yang dibutuhkan dalam wawancara pers.
4. Menyusun dan merancang naskah pidato untuk pimpinan. Public Relations
bertugas membuat naskah pidato yang sesuai dengan tema acara yang akan
dipidatokan oleh atasan/ pimpinan.
5. Mempersiapkan presentasi bagi pimpinan puncak. Public Relations bertugas
mempersiapkan keperluan presentasi seperti slide power point dan menyusun
dengan baik kata-kata dalam slide.
6. Menerbitkan brosur atau company profile.
Public Relations bertugas membagikan brosur ke sales dan kebagian House Keeping
untuk dibagikan ke kamar-kamar tamu.
7. Mempersiapkan jamuan makan malam (charity dinner). Public Relations juga
bertugas menyiapkan pemilihan menu yang akan disediakan dalam jamuan makan
malam.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peran Public Relations adalah
sebagai penghubung antara organisasi/lembaga dengan publik melalui penciptaan
pendekatan
dan pengelolaan Brand Image yang positif.
2. Citra (Image)
a. Pengertian Citra (Image)
Secara bahasa, image berarti citra. Image (citra) bisa sebagai mitra lawan visual atau
kesamaan dari suatu obyek, atau sebagai konsep khayalan yang diciptakan oleh iklan
dan diproyeksikan oleh media, yang mewujudkan emosi, persepsi, sikap, dan
mengelompokkan orientasi intelektual menjadi suatu kesatuan. Image (citra)
berkaitan dengan reputasi sebuah merek atau organisasi/lembaga. Image (citra)
adalah persepsi konsumen tentang kualitas yang berkaitan dengan merek atau
organisasi/lembaga. Pada tingkat organisasi/lembaga, image (citra)
organisasi/lembaga didefinisikan sebagai persepsi tentang sebuah organisasi yang
terefleksi dalam ingatan pelanggan (Aaker dan Keller,1990).
Menurut Kotler (2000), adalah kepercayaan, ide, dan impressi seseorang terhadap
sesuatu, image merupakan kesan, impressi, perasaan atau persepsi yang ada pada
publik mengenai organisasi/lembaga, suatu obyek, orang atau lembaga. Bagi
organisasi/lembaga, image (citra) berarti persepsi masyarakat terhadap jati diri
organisasi/lembaga. Persepsi ini didasarkan pada apa yang masyarakat ketahui atau
yang masyarakat kira tentang organisasi/lembaga yang bersangkutan. Oleh karena
itulah organisasi/lembaga yang sama belum tentu memiliki image (citra) yang sama
pula dihadapan orang.
Image (citra) organisasi/lembaga menjadi salah satu pegangan bagi public dalam
mengambil keputusan penting. Image (citra) yang baik akan menimbulkan dampak
positif bagi organisasi/lembaga, sedangkan image (citra) yang buruk melahirkan
dampak negatif dan melemahkan kemampuan organisasi/lembaga dalam persaingan.
Image (citra) adalah persepsi masyarakat terhadap organisasi/lembaga atau
produknya.
Image (citra) dipengaruhi oleh banyak faktor yang diluar kontrol organisasi/lembaga.
Image (citra) yang efektif melakukan 3 hal, antara lain:
a. Memantapkan karakter produk dan usulan nilai,
b. Menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan
dengan karakter pesaing,
c. Memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra mental.
Image (citra) supaya berfungsi, harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi
yang tersedia dan kontak produk pada organisasi/lembaga. Image (citra) dapat
diperkuat dengan menggunakan simbol yang kuat. Image (citra) yang dipilih harus
ditampilkan dalam iklan yang menyampaikan suatu cerita, suasana hati, pernyataan
atau sesuatu yang jelas berbeda dengan yang lain (Kotler, 2000). Organisasi/lembaga
merancang suatu identitas atau penetapan organisasi/lembaga untuk membentuk
image (citra) masyarakat, tetapi faktor lain mungkin mempengaruhi image (citra) nya
diterima tiap orang.
Image (citra) adalah realita, oleh karena itu jika komunikasi pasar tidak cocok dengan
realita, secara normal realita akan menang. Periklanan yang tidak didasarkan pada
realita hanya akan menciptakan harapan yang lebih tinggi dari pada kenyataan yang
dirasakan, akibatnya ketidakpuasan akan muncul dan konsumen mempunyai persepsi
yang buruk terhadap image (citra) (Sutisna, 2001).
Berdasarkan uraian di atas, image (citra) merupakan suatu kesan konsumen pada
organisasi/lembaga. Image organisasi/lembaga akan menjadi baik, ketika konsumen
mempunyai pengalaman yang cukup dengan realita yang diharapkan ini cenderung
berkonotasi lebih baik.
4) Corporate image/citra organisasi/lembaga
Citra yang terfokus terhadap organisasi/lembaga itu sendiri, dan pada produk atau
pelayanannya.
5) Themultiple/imagecitramajemuk
Citra terhadap berbagai aspek dari organisasi/lembaga.
6) Good and bad image/citra yang baik dan buruk
Pada intinya citra yang baik dan buruk ini bersumber dari citra yang berlaku baik
yang bersifat positif maupun negatif.
b. Jenis-Jenis Citra (Image)
Menurut Frank Jefkins (2000), membagi image ke dalam berbagai jenis:
1) The mirror image/citra bayangan Citra yang seseorang, organisasi khalayak akan
mempunyai kesan yang sama seperti yang dimilikinya.
timbul apabila organisasi/pimpinan percaya bahwa
2) The current image/citra yang berlaku Citra yang terdapat pada khalayak diluar
organisasi yang mungkin diperoleh melalui pengalaman atau akibat kemiskinan
informasi.
3) The wish image/citra yang diharapkan
Citra yang diharapkan atau diinginkan tercapai oleh organisasi/lembaga. Citra ini
biasanya timbul ketika informasi yang diperoleh belum lengkap atau terhadap
sesuatu yang baru- baru sekali. Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan
bahwa jenis-jenis image adalah the mirror image, the current image, the wish image,
corporate image, the multiple image, good and bad image. Berdasarkan teori
tersebut, penelitian ini termasuk jenis corporate image, yakni image yang terfokus
pada organisasi/lembaga itu sendiri, dan pada produk atau pelayanannya.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Citra (Image)
Membangun image produk dimata konsumen bukanlah suatu hal yang mudah,
karena banyak faktor yang melatarbelakanginya. Salah satunya sangat berhubungan
erat dengan pribadinya, karena didalamnya akan mengungkap tentang keunggulan,
kebanggaan dan kesenangan. Beberapa penelitan mengidentifikasi faktor-faktor yang
merefleksi image (citra) dalam benak pelanggan melalui beberapa kombinasi faktor-
faktor yang ada (Fatmawati, 2004).
Sementara Gronroos (1998), mengemukakan bahwa faktor- faktor image (citra) yang
mempengaruhi benak pelanggan/public, antara lain melalui:
a. Fasilitas fisik
Fasilitas fisik organisasi/lembaga maupun produk yang memadai, harus menjadi
pemikiran awal agar dapat menarik dan mempertahankan konsumen,
b. Layanan karyawan
Layanan yang diberikan karyawan dalam pelayanannya terhadap pelanggan harus
sesuai dengan etika dan peraturan yang ada sehingga pelanggan merasa nyaman,
c. Kualitas dan keterandalan produk.
Menurut Kotler dan Amstrong (1996), kualitas produk adalah kemampuan dari suatu
produk
dalam menjalankan fungsinya. Kualitas produk dapat dinilai dari kemampuan produk
tersebut untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Sedangkan menurut Mowen dan Minor (2002), bahwa kualitas produk mempunyai
pengaruh yang bersifat langsung terhadap kepuasan pelanggan. Untuk itu kualitas
suatu produk harus terus menerus diperbaharui dengan meningkatkan kinerja pada
salah satu atau bahkan semua dimensi- dimensi yang ada pada produk. Dengan
meningkatkan kemampuan suatu produk maka akan tercipta keunggulan bersaing
sehingga pelanggan menjadi semakin puas dan loyal.
d. Harga
Harga adalah suatu komponen penentu dalam suksesnya penjualan suatu produk.
Dalam teori marketing 4P (pricing, promotion, product, placing), harga merupakan
salah satu yang harus dipertimbangkan. Di Indonesia, dominan masyarakat masih
sensitif terhadap harga. Baik itu produk barang, maupun jasa, termasuk jasa layanan
seluler.
Menurut Tjiptono dalam Suryono (2003), image (citra) suatu organisasi/lembaga
dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga. Organisasi/lembaga dapat
menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau mempertahankan image (citra)
prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk membentuk image
(citra) nilai tertentu (image of value). Misalnya dengan memberikan jaminan bahwa
harganya merupakan harga yang terendah disuatu wilayah tertentu. Pada hakikatnya,
baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk meningkatkan persepsi
konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang ditawarkan
organisasi/lembaga.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dimana penelitian


kualitatif sebagai metode ilmiah sering digunakan dan dilaksanakan oleh sekelompok
peneliti dalam bidang ilmu social, termasuk juga ilmu pendidikan. Sejumlah alasan
juga dikemukakan yang intinya bahwa penelitian kualitatif memperkaya hasil
penelitian kuantitaif. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun
pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan. Pendekatan penelitian kualitatif
adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metode yang
menyelidiki suatu fenomena social dan masalah manusia. Pada penelitian ini peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandagan
responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.


Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument kunci. Oleh karna itu peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis
dan mengkonstruksi objek yang dilteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai.

Hakikat penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya


berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya, mendekati atau berinteraksi dengan orang-orang yang berhubungan
dengan focus penelitian dengan tujuan mencoba memahami, menggali pandangan dan
pengalaman mereka untuk mendapat informasi atau data yang diperlukan Penelitian
kualitatif dimana peran peneliti adalah sebagai instrument kunci dalam
mengumpulkan data, dan menafsirkan data. Alat pengumpulan data biasanya
menggunakan pengamatan langsung, wawancara, studi dokumen. Sedangkan
kesahihan dan keterandalan data menggunakan triangulasi dengan menggunakan
metode induktif, hasil penelitian kualitatif lebih menkankan pada makna daripada
generalisasi.
PEMBAHASAN

Fungsi humas perguruan tinggi dapat dilihat pula dalam aktivitas humas Universitas
Tribhuwana Tunggadewi Malang yang dilakukan, yakni : (a)branding, Dalam Ruslan
2012:19 salah satu peran humas dalam sebuah organisasi yaitu sebagai fasilitaor
komunikasi. Peran ini bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu
pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan
oleh publiknya. Humas Unitri melakukan branding dalam menginformasikan kampus
Unitri kepada masyarakat untuk mengetahui profil Unitri, kegiatan ini salah satu
bentuk dalam mempertahankan citra lembaga, dan beberapa waktu sekali menjadi
narasumber di media elektronik di Malang.

Branding yang dilakukan program kerja humas yaitu.Unitri melakukan pendidikan


untuk semua, mahasiswa Unitri yaitu mahasiswa yang sangat beragam dan berbagai
nusantara semua ada di Unitri. Mengenai kegiatan humas dalam menjadi narsumber
pada media elektronik, juga merupakan aktivitas humas dalam mempertahankan citra
positif lemaga, jika publik semakin mengenal kampus Unitri maka image positif
Unitri semakin berkembang di kalangan masyarakat.

Building, Kegiatan dan sasaran humas menurut H. Fayol (dalam Ruslan, 2012:24)
disebutkan salah satunya yaitu membangun identitas dan citra perusahaan (building
corporate identity and image) kegiatan ini diantaranya yaitu menciptakan
identitascitra perusahanan yang positif dan sera mendukung kegiatan komunikasi
timbalbalik dua arah dengan berbagai pihak. Bulding merupakan salah satu bentuk
kegiatan Unitri yang bisa mempengaruhi pemikiran dan pandangan masyarakat
terdapat baik atau tidaknya suatu instansi tersebut. (c)Hubungan Internal dan
Eksternal, sebagaimana yang diketahui menurut Cutlip dkk (2006:6) humas diartikan
sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang
baik dan bermnanfaat antara organisasi. Dalam mempertahankan citra positif lembaga
maka humas Unitri menjalin hubungan yang baik dan harmonis kepada publik, baik
publik internal maupun eksternal, agar tercapainya tujuan perusahaan.

Hubungan baik dengan publik internal yaitu dengan relasi Unitri, dengan sesama
pegawai menjalin hubungan publik yaitu komunikasi, sesama dosen program kerja
humas yang menggunakan media. Sedangkan dengan publik eksternal menjalin
hubungan baik dengan media, dan juga masyarakat sekitar Tlogomas dengan
bersama-sama menanam seribu pohon dll.

Peran dan fungsi humas yaitu manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan baik dan harmonis juga bermanfaat antara organisasi dengan publik
sehingga dapat mempengaruhi gagal atau suksesnya lembaga tersebut, sehingga
fungsi humas dalam lembaga tersebut berperan penting sebagai perantara jalan untuk
mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Berdasarkan teori dan peran public
relations menurut Dozier dan Broom (dalam Ruslan, 2012:19) dalam suatu organisasi
peran public relations dapatdi bagi menjadi 4 kategori yaitu, sebagai penasehat ahli,
fasilitator komunikasi, fasilitator pemecahan masalah dan teknisi komunikasi. Sebagai
garda terdepan Universitas Tribhuwana Tunggadewi, humas Unitri telah
melaksanakan peran yang wajib dilakukan halini di buktikan dengan adanya peran
humas Unitri diantaranya yaitu, branding, building dan hubungan internal dan
eksternal.

Peran humas dalam sebuah lembaga atau organisasi sangat penting, karena disetiap
lembaga membutuhkan kerja seorang humas untuk membantu jalannya program kerja,
dan juga humas dapat mempertahankan citra suatu lembaga tersebut, sehingga suatu
lembaga dapat di kenal dan di percaya publik dengan strategi humas. Seorang humas
adalah jembatan atau pintu pertama dari sebuah image yang terbentuk dimasyarakat
pada lembaga tertentu, seperti yang dilakukan humas unitri dalam mempertahankan
citra dengan melakukan branding, bulding dan hubungan internal eksternal kepada
publik, humas Unitri selalu mementingkan kepentingan publik yang selalu
menampung aspirasi mahasiswa Unitri. Selain itu juga humas Unitri menjalin kerja
sama yang sangat efektif kepada publik, sehingga dapat terjalin kerja sama yang
saling menguntungkan, tujuan dari seorang humas itu mampu dalam menjalankan
tugas yang baik dengan membentuk dan menjaga hubungan yang baik serta harmonis
dengan semua pihak internal dan eksternal, jadi berdasarkan hasil di lapangan humas
Unitri mampu menciptakan dan mempertahankan citra positif, dilihat dari branding,
building dan hubungan internal eksternal.

Dalam rangka memperahankan citra positif melalui aktivitas humas yang mmiliki
fungsi melakukan branding, building dan hubungan internal eksternal serta melakukan
timbal balik antar lembaga pendidikan dan masyarakat umum, mengumpulkan bahan
yang dapat dimasukkan dalam rapat koordinasi dengan berbagai pimpinan di
lingkungan Universitas sebagai masukkan baik sebelum di buatnya peraturan baru.
Untuk itu pembinaan diperlukan untuk opini publik yang berkembang ditengah
masyarakat terutamanya yang menjadi humas Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang. Fungsi humas ini mengetahui pandangan publik terhadap Unitri dengan
tujuan tercapainya keinginan organisasi. Fungsi humas perguruan tinggi dalam
mempertahankan citra positif lembaga

Persaingan di dunia pendidikan tidak dapat terelakkan lagi. Banyak lembaga


pendidikan yang ditinggalkan oleh pelanggannya sehingga dalam beberapa tahun ini
banyak terjadi merger beberapa lembaga pendidikan. Kemampuan administrator
untuk memahami pemasaran pendidikan menjadi prasyarat dalam mempertahankan
dan meningkatkan pertum buhan lembaganya. Pendidikan merupakan produk jasa
yang dihasilkan dari lembaga pendidikan yang bersifat non-profi t sehingga hasil dari
proses pendidikan bersifat kasat mata. Untuk mengenal lebih dalam pemasaran
pendidikan, maka harus mengenal lebih dahulu pengertian dan karakteristik
pendidikan, misalnya posisi yang tepat sesuai dengan nilai dan sifat dari pendidikan
itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan yang dapat laku dipasarkan ialah pendidikan
seperti; (1) ada produk sebagai hasil komoditas, (2) produknya memiliki standar,
spesifi kasi dan kemasan, (3) memiliki sasaran yang jelas, (4) memiliki jaringan dan
media, (5) memiliki tenaga pemasaran. 

a) Pengertian Pemasaran Pendidikan Pemasaran atau marketing tidak diasumsikan


dalam arti yang sempit yaitu penjualan, akan tetapi marketing memiliki pengertian
yang sangat luas. Intinya penerapan marketing tidak hanya berorientasi pada
peningkatan laba lembaga, akan tetapi bagaimana menciptakan kepuasan bagi
customer sebagai bentuk tanggung jawab stakeholder atas mutu pendidikannya.
Penerapan marketing tersebut terlebih dahulu harus memperbaiki fondasi, di
antaranya perhatian pada kualitas yang ditawarkan, serta jeli melihat segmentasi dan
penentuan sasaran. Konsep marketing tidak berorientasi asal barang habis tanpa
memperhatikan orientasi jangka panjang yang lebih menekankan pada kepuasan
konsumen. Marketing itu sendiri adalah suatu usaha bagaimana memuaskan,
memenuhi needs and wants dari konsumen. Demikian halnya dengan pemasaran
pendidikan, beberapa ahli memberikan pengertian. Kotler mengemukakan bahwa
pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial, baik oleh individu atau
kelompok, untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diingin kan melalui
penciptaan, penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan pihak lain.
Khususnya dalam marketing pendidikan, John R. Silber yang dikutip Buchari Alma
menyatakan bahwa etika marketing dalam dunia pendidikan adalah menawarkan mutu
layanan intelektual dan membentuk watak secara menyeluruh. 
Hal itu karena pendidikan sifatnya lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab. Hasil pendidikan me ngacu jauh ke depan, membina kehidupan
warga negara dan mendidik generasi penerus ilmuwan di kemudian hari. Dalam
membangun lembaga pendidikan, Brubacher menyatakan ada dua landasan fi losofi
yaitu; landasan epistemologis dan landasan politik. Landasan epistemologis yaitu
lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengerti dunia sekelilingnya dan
memikirkan sedalam-dalamnya masalah yang ada di masya rakat. Tujuan pendidikan
tidak dapat dibelokkan oleh berbagai pertimbangan dan kebijakan, tetapi harus
berpegang teguh pada kebenaran. Sedangkan landasaan politik adalah memikirkan
kehidupan praktis untuk tujuan masa depan bangsa karena masyarakat kita begitu
kompleks sehingga banyak masalah. 
b) Penerapan Pemasaran Pendidikan Dalam pemasaran pendidikan, madrasah perlu
memahami elemen-elemen pokok pemasaran agar produk jasa pendidikan dapat
diterima di benak publik. Elemen pokok tersebut antara lain: 
1. Product, merupakan hal yang paling mendasar yang akan menjadi pertimbangan
preferensi bagi customer. Segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada customer
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. 
2. Price, merupakan elemen yang berjalan sejajar dengan mutu produk. Apabila mutu
produk baik, maka calon siswa berani membayar lebih tinggi dalam batas
kejangkauan pelanggan pendidikan.
3. Place, adalah letak lokasi sekolah. Hal itu mempunyai peran yang sangat penting
karena lingkungan di mana jasa disampaikan merupakan bagian dari nilai dan manfaat
yang dipersepsikan cukup berperan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
pilihan. 
4. Promotion, merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran, yaitu aktivitas
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk,
atau meng ingaatkan pasar sasaran atas lembaga dan produknya agar bersedia
menerima, membeli dan loyal pada produk yang di tawarkan oleh lembaga tersebut.
5. People, ini menyangkut peran pemimpin dan civitas akademika dalam
meningkatkan citra lembaga, dalam arti semakin berkualitas unsur pemimpin dan
civitas akademika dalam melakukan pelayanan pendidikan maka akan meningkat
jumlah pelanggan. 
6. Physical evidence, merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses
penyampaian jasa pendidikan sehingga akan membantu tercapainya janji lembaga
kepada pelanggannya. 
7. Process, ini adalah penyampaian jasa pendidikan yang merupakan inti dari seluruh
pen didikan. Kualitas dari seluruh elemen yang menunjang proses pendidikan menjadi
hal yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran,
sekaligus sebagai bahan evaluasi terhadap pengelolaan lembaga pendidikan. Citra
yang terbentuk akan membentuk circle dalam merekrut pelanggan pendidikan. 
c) Langkah-Langkah Strategis Pemasaran Pendidikan Agar produk jasa madrasah
dapat diterima di masyarakat luas, maka madrasah perlu me mahami beberapa
langkah strategis. Hal tersebut dilakukan untuk terus mengetahui peluang dan
tantangan madrasah kedepannya. Beberapa langkah strategis tersebut, yaitu:
1. Identifi kasi pasar, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi dan ekspektasi pasar termasuk atributatribut pendidikan yang menjadi
kepentingan konsumen pendidikan. 
2. Segmentasi pasar dan positioning, yaitu membagi pasar menjadi kelompok pembeli
yang dibedakan berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau tingkah laku yang
mungkin membutuhkan produk yang berbeda. Sedangkan positioning adalah
karakteristik dan pembedaan produk yang nyata yang memudahkan konsumen untuk
membedakan produk jasa antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. 
3. Diferensiasi produk, yaitu melakukan diferensiasi merupakan cara yang efektif
dalam mencari perhatian pasar. Strategi ini adalah strategi yang memberikan
penawaran yang berbeda dibandingkan penawaran yang diberikan oleh kompetitor.
4. Komunikasi pemasaran, yaitu publikasi prestasi oleh media independen, seperti
berita dalam media masa.

KESIMPULAN

Pada lembaga pendidikan public relations atau humas sangat dibutuhkan, apalagi
pada era global yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek
kehidupan masyarakat. Humas berperan penting untuk membangun image positif
lembaga pendidikan, menciptakan dan menjaga hubungan yang harmonis baik secara
internal maupun eksternal dalam lembaga pendidikan, dan mengelola informasi
kepada publik terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga
pendidikan karena lembaga pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada era global. Mengingat pentinganya
keberadaan humas pada lembaga pendidikan, maka lembaga pendidikan juga harus
mulai mengfungsikan kembali peran humas.

DAFTAR PUSTAKA

Andyretno. (2009). Maksimalkan Fungsi Humas dalam Lembaga Pendidikan Diakses


dari http://andyretno.wordpress.com/2009/01/06/memaksimalkan-fungsi- humas-
dalam-dunia-pendidikan/. pada 12 Mei 2020.
Effendy, O. U. (2002). Hubungan Masyarakat Suatu Studi komunikologis . Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Kasali, R. (2003). Manajemen Public Relations: Konsep & Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama.
Nasution, Z. (2006). Manajemen Humas di Lembaga Pendidikan. Malang; UMM Pers
Rumanti, M. A. (2001). Dasar-Dasar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: PT
Grasindo.
Ruslan, R. (2010). Manajemen. Public Relations & Media Komunikasi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai