Anda di halaman 1dari 19

DRAFT SEMINAR HASIL PENELITIAN

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2021
Judul Penelitian : Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi
Pemrasaran/NIM : Resi Hepani/C.1711035
Dosen Pembimbing : 1. Mas Nur Mukmin, S.E., M.Ak
2. Ayi Jamaludin Aziz, S.E., M.Ak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Fenomena perkembangan sektor publik dapat dilihat dengan semakin kuatnya tuntuntan pelaksanaan
terhadap akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (PANRB) setiap tahunnya melaksanakan evaluasi atas implementasi Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada seluruh Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah. Dengan menerapkan SAKIP merupakan salah satu langkah konkret yang dilakukan pemerintah
untuk mewujudkan reformasi birokrasi melalui pengelolaan anggaran secara efektif dan efisien.
Implementasi SAKIP yang dilaksanakan setiap pemerintah daerah tidak hanya diperuntukan bagi
kepentingan daerah itu sendiri, melainkan juga harus dapat langsung dirasakan dampaknya oleh masyarakat
dalam rangka memenuhi hak-hak publik. Hasil evaluasi SAKIP tahun 2019 untuk Kabupaten/Kota, rata-rata
nilai hasil evaluasi meningkat dari 56,53 di tahun 2018, menjadi 58,97 di tahun 2019. Sedangkan untuk
tingkat Provinsi, nilainya rata-ratanya meningkat dari 67,28 di tahun 2018 menjadi 69,63 di tahun 2019
(Menpan, 2020). Hasil rata-rata nilai hasil evaluasi akuntabilitas kinerja setiap instansi pemerintah yang
diharapkan minimal harus 70 dan saat ini nilai rata-rata yang diperoleh masih di bawah nilai yang
diharapkan.
Provinsi Jawa Barat meraih predikat A (skor 80-90) pada hasil evaluasi SAKIP 2019 selama tiga tahun
berturut-turut. Selain itu untuk Enam Kabupaten/Kota di Jawa barat mendapatkan predikat BB (skor 70-80)
dan 21 Kabupaten/Kota mendapatkan predikat B (60-70) (TribunJabar, 2020). Kabupaten Sukabumi
merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mendapatkan predikat B dalam hasil evaluasi SAKIP
nya. MenPANRB Tjahjo Kumolo menyatakan bagi provinsi dan Kabupaten/Kota yang masih berpredikat B,
diharapkan para Gubernur, Bupati, Wali Kota, dan Sekretaris Daerah untuk fokus pada upaya peningkatan
efektivitas dan efisiensi anggaran dan penyelesaian target kinerja tingkat Pemerintah Daerah melalui
kolaborasi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau cross-cutting program, monitoring dan evaluasi
berkala atas kinerja OPD untuk mendorong pencapaian kinerja.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran
(FITRA) Sukabumi terkait bedah kinerja perencanaan dan realisasi APBD, di mana kondisi APBD
Pemerintah Kabupaten Sukabumi sendiri secara makro belum menunjukan perubahan yang signifikan. Porsi
belanja daerah Kabupaten Sukabumi masih didominasi Belanja Tidak Langsung (BTL). APBD 2020
misalnya, BTL mencapai 57,95 persen dari total Belanja Daerah sebesar Rp. 4.098.550.488.057. Sementara
Belanja Modal dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang signifikan, di mana pada tahun 2020 hanya
dialokasikan sebesar Rp. 448.754.889.602 lebih kecil dari realisasi belanja modal pada tahun anggaran 2018
yang mencapai Rp. 614.381.109.002 sehingga masyarakat Sukabumi tidak dapat berharap besar dalam
pembangunan fisik yang bersumber dari APBD tahun 2020 (Sukabumiupdate, 2020). Dari hasi evaluasi
tersebut, Kabupaten Sukabumi masih harus memperbaiki kinerja budgeting-nya. Selain itu, minim nya
publikasi laporan akuntabilitas kinerja keuangan kepada publik yang seharusnya Pemda memiliki kewajiban
dalam publikasi laporan kinerja tersebut agar masyarakat sebagai principal dapat menilai dan mengevaluasi
kinerja pemerintah. Pemberian informasi dan pengungkapan akuntabilitas kinerja tersebut dalam rangka
pemenuhan tuntuntan publik terhadap akuntabiltas kinerja pemerintah.
Akuntabilitas kinerja merupakan salah satu kunci bagi terwujudnya tata kelola pemerintah yang baik
(good governance), Akuntabilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
1
memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan
kegiatan yang menjadi tanggung jawab kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan
kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut (Mardiasmo, 2017: 11). Dalam menghadapi
akuntabilitas, pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal antara lain: anggaran, pengendalian dan sistem
pelaporan. Dalam pengelolaan sumber daya yang baik diperlukan anggaran untuk mencapai kinerja yang
diharapkan oleh masyarakat dan untuk menciptakan akuntabilitas terhadap masyarakat salah satunya adalah
kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan
secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang
bertanggung jawab atas pencapaian anggaran tersebut (Putra, 2016). Untuk menjamin bahwa anggaran yang
telah ditetapkan tersebut dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan tujuan organisasi, maka perlu
diterapkan pengendalian. Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah pengendalian.
Pengendalian akuntansi merupakan suatu perencanaan, prosedur dan sistem pelaporan yang bersangkutan
dengan penjagaan harta atau asset organisasi (Precelina dan Wuryani, 2019). Sistem pelaporan merupakan
suatu sistem yang dapat memantau dan mengendalikan kinerja dalam mengimplementasikan anggaran yang
telah ditetapkan dan menggambarkan sistem pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan (kepala
bagian anggaran), yang mana sistem pelaporan digunakan untuk memantau hasil kerja pusat
pertanggungjawaban (Precelina dan Wuryani, 2019). Dengan adanya sasaran anggaran yang jelas,
pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan yang baik dapat meningkatkan akuntabilitas kinerja.
Beberapa peneliti meneliti mengenai akuntabilitas kinerja dan dalam hasil penelitiannya masih
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Sehingga penelitian mengenai akuntabilitas kinerja merupakan salah
satu hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dengan melakukan pengujian ulang beberapa variabel yaitu
variabel kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan. Adapun perbedaan
penelitian ini dengan peneletian sebelumnya yaitu pada waktu, lokasi dan hanya tiga variabel bebas yang
masih menunjukkan hasil yang berbeda-beda saja yang akan diteliti dalam penelitian ini. Adapun penelitian
ini akan dilakukan di pemerintah Kabupaten Sukabumi karena berdasarkan hasil evaluasi SAKIP Kabupaten
Sukabumi mendapatkan predikat B dengan harapan adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi anggaran
dan penyelesaian target kinerja tingkat Pemerintah Daerah melalui kolaborasi seluruh Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) untuk mendorong pencapaian kinerja. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ““PENGARUH KEJELASAN SASARAN
ANGGARAN, PENGENDALIAN AKUNTANSI DAN SISTEM PELAPORAN TERHADAP
AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai
berikut :
1. Apakah kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh secara
parsial terhadap akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi?
2. Apakah kejelasan sasaran anggaran pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh secara
simultan terhadap akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi?
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan lebih terfokus maka dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai pengaruh
kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas kinerja
pada Pemerintah Kabupaten Sukabumi yaitu OPD yang ada di Kabupaten Sukabumi saja yang di teliti yang
terdiri dari Badan dan Dinas.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk menguji kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh
secara parsial terhadap akuntabilitas kinerja di Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
2. Untuk menguji kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh
secara simultan terhadap akuntabilitas kinerja di Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi
2
3. Bagi Lingkungan Akademik
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
BAB III :METODE PENELITIAN
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pendapat Hasil Penelitian Terdahulu


Mikoshi (2020) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,
Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilias Kinerja (Studi Empiris Koni Se
Sumatera Barat)” hasil penelitian ini membuktikan secara parsial kejelasan sasaran anggaran dan sistem
pelaporan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja sedangkan pengendalian akuntansi berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja. Hasil secara simultan menunjukkan kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
Precelina dan Wuryani (2019) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kejelasan Sasaran
Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Jombang” hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan
pengendalian akuntansi berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja, namun sistem pelaporan
berpengaruh negatif terhadap akuntabilitas kinerja.
Pratama dkk (2019) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Sistem
Pelaporan dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah” hasil
penelitian ini membuktikan bahwa pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja, sedangkan kejelasan sasaran anggaran tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas
kinerja.
Wulandari (2018) dengan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris Pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karanganyar)”
hasil penelitian menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran dan sistem pelaporan berpengaruh terhadap
akuntabilitas kinerja, sedangkan pengendalian akuntansi dan pemanfaatan teknologi informasi tidak
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja
Pebrianti dan Aziza (2018) “Effect of Clarity of Budget Objectives, Accounting Control, Reporting
Systems, Compliance with Regulation on Performance Accountability of Government Agencies” hasil
penelitian menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan dan
kepatuhan terhadap regulasi secara parsial berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.
Humaidi dkk (2017) dengan penelitian yang berjudul “Determinan Akuntabilitas Kinerja Sekolah
Menengah Negeri Se-Pulau Lombok” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran,
partisipasi anggaran, sistem pelaporan dan pengendalian akuntansi berpengaruh secara parsial dan simultan
terhadap akuntabilitas kinerja sekolah menengah negeri se-Pulau Lombok.
Amalia (2017) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Musi
Banyuasin (Studi Kasus Pada OPD Pendidikan dan Kebudayaan, OPD Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah dan Sekretariat DPRD)” hasil penelitiannya membuktikan bahwa kejelasan sasaran
anggaran berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja sedangkan pengendalian akuntansi dan
sistem pelaporan tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
Rahmatullah dkk (2017) dengan penelitian yang berjudul “Determinants of Performance
Accountability in Local Government of NTB” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial
partisipasi anggaran dan kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja
sedangkan sistem pelaporan dan kompetensi sumber daya manusia tidak berperngaruh terhadap akuntabilitas
kinerja.

3
Mukmin dan Wulansari (2017) dengan penelitian yang berjudul “Akuntabilitas Kinerja Akuntan
Pendidik berdasarkan Kompetensi Akuntan dan Etika Profesional (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi
Swasta di Bogor)” hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan etika professional dan kompetensi
akuntan pendidik bersama-sama mempengaruhi secara signifikan atas akuntabilitas kinerja akuntan
pendidik. Sedangkan secara parsial kompetensi akuntan pendidik secara mempengaruhi signifikan atas
akuntabilitas kinerja akuntan pendidik dan etika professional tidak mempengaruhi signifikan atas
akuntabilitas kinerja akuntan pendidik.
Putra (2016) dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi, Sistem Pelaporan dan Desentralisasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SKPD
Bengkalis)” hasil penelitiannya membuktikan bahwa kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan dan
desentralisasi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja, sedangkan pengendalian akuntansi tidak
berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Teori Keagenan (Agency Teory)
Budi (2015), mengatakan Agency adalah keterikatan hubungan antara dua pihak yang mana pihak
yang satu sering disebut dengan agent, yaitu yang diberikan kewenangan untuk melakukan perbuatan untuk
dan atas nama serta dibawah pengawasan pihak lain yaitu pricipal. Principal adalah pihak yang memberikan
kewenangan pada agent untuk melakukan tindakan tertentu serta melakukan pengawasan tindakan agent.
Teori keagenan akan terjadi pada berbagai organisasi termasuk dalam organisasi pemerintah dan berfokus
pada permasalahan ketimpangan atau asimetri informasi antara pengelola (agen/pemerintah) dan publik
(prinsipal/masyarakat). Prinsipal harus memonitor kerja agen, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
dengan efisien serta tercapainya akuntabilitas publik.
2.2.2 Akuntabilitas Kinerja
Pengertian akuntabilitas berdasarkan Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 menyatakan Akuntabilitas
Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk memertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran melalui alat
pertanggungjawaban secara periodik.
2.2.3 Dimensi Akuntabilitas
Mardiasmo (2017: 21) Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi publik terdiri atas
beberapa dimensi. Terdapat empat dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi organisasi sektor publik
(Ellwood, 1993) :
1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang ditetapkan
sedangkan akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of
power).
2. Akuntabilitas Proses
Akuntabilitas proses yaitu terkait dengan apakah prosedur yang digunakan untuk melaksanakan tugas
sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan
prosedur administrasi. Dimanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan
murah biaya. Untuk menghindari kolusi, korupsi dan nepotisme terhadap akuntabilitas proses yaitu
dengan dilakukan pengawasan dan pemeriksaan.
3. Akuntabilitas Program
Untuk pertimbangan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya
minimal dan apakah ada alternatif program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Merupakan akuntabilitas terkait dengan pertanggung jawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.
2.2.4 Anggaran
Berdasarkan UU. No. 17/2003 Pengertian anggaran, atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

4
2.2.5 Kejelasan Sasaran Anggaran
Salah satu karakterisik anggaran adalah kejelasan sasaran anggaran. Kejelasan sasaran anggaran
merupakan sejauh mana tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dengan tujuan agar anggaran tersebut
dapat dimengerti oleh orang yang bertanggungjawab atas pencapaian sasaran anggaran tersebut (Putra,
2016).
2.2.6 Pengendalian Akuntansi
Mardiasmo (2017: 35) Fungsi utama informasi akuntansi pada dasarnya adalah pengendalian.
Informasi akuntansi memberikan informasi yang bersifat kuantitatif sehingga menjadi alat pengendalian
yang vital bagi organisasi. Carter (2009: 165) Pengendalian keuangan yang biasa dikenal dengan
pengendalian akuntansi adalah seperangkat kebijakan dan prosedur yang membatasi dan menjadi pedoman
bagi aktivitas-aktivitas dalam pemrosesan data keuangan dengan tujuan mencegah atau mendeteksi
kesalahan dan tindakan kecurangan.
2.2.7 Manfaat Pengendalian Akuntansi
Carter (2009: 14) Manfaat dari pengendalian akuntansi yang di dalamnya adalah mengenai
pengendalian biaya adalah tanggung jawab atas pengendalian biaya. Pengendalian biaya sebaiknya
diberikan kepada individu-individu tertentu yang juga bertanggung jawab untuk menanggarkan biaya yang
berada di bawah kendali mereka.
2.2.8 Sistem Pelaporan
Precelina dan Wuryani (2019) Sistem pelaporan merupakan suatu sistem yang dapat memantau dan
mengendalikan kinerja dalam mengimplementasikan anggaran yang telah ditetapkan dan menggambarkan
sistem pertanggungjawaban dari bawahan (pimpinan unit anggaran) kepada atasan (kepala bagian anggaran),
yang mana sistem pelaporan digunakan untuk memantau hasil kerja pusat pertanggungjawaban.
2.3 Kerangka Pemikiran
 Teori Keagenan: Budi (2015), Kim dan Verrechia (2001), Ismiyanti dan Hanafi (20013)
 Akuntabilitas Kinerja: Inpres No. 7 Tahun 1999, Mardiasmo (2002), Adisasmita (2011), Renyowijoyo
(2013), Mardiasmo (2017)
 Kejelasan Sasaran Anggaran: Putra (2013), Hidayatulloh dan Heridjiono (2015)
 Pengendalian Akuntansi: Peraturan Dalam Negri No. 13 Tahun 2006, Carter (2009), Paramitha (2016),
Mardiasmo (2017)
 Sistem Pelaporan: Anthony (2000), Zakiyudin dan Susanto (2015), Mardiasmo (2017)
 Penelitian Terdahulu:
 Mikoshi (2020), Precelina dan Wuryani (2019), Pratama dkk (2019), Wulandari (2018), Pebrianti dan
Aziza (2018), Humaidi dkk (2017), Amalia (2017), Rahmatullah dkk (2017), Mukmin dan Wulansari
(2017), Putra (2016)

Kejelasan Sasaran Anggaran (X1)


Pengendalian Akuntansi (X2) Akuntabilitas Kinerja (Y)
Sistem Pelaporan (X3)

Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran dan Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Kabupaten Sukabumi
Sumber : Data Diolah Penulis (2021)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
H1 : Diduga Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Kabupaten Sukabumi
H2 : Diduga Pengendalian Akuntansi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten
Sukabumi
H3 : Diduga Sistem Pelaporan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi
5
H4 : Diduga Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan berpengaruh
secara simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian


Objek dalam penelitian ini adalah pejabat Pemerintah Kabupaten Sukabumi di lingkungan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang terkait dalam pengelolaan anggaran dan keuangan daerah pada Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yaitu Badan dan Dinas yang berada di Kabupaten Sukabumi dalam rangka
mewujudkan akuntabilitas kinerja. Sedangkan untuk lokasi penelitiannya sendiri akan dilakukan di
Kabupaten Sukabumi.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan rumusan masalah assosiatif berbentuk
hubungan kausal. Sugiyono (2013: 7) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode positivistik
karena berlandaskan pada filsafat positivisme atau teori akuntansi. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, objektif, terukur,
rasional dan sistematis. Sedangkan untuk rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah pada
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua varibael atau lebih. Dan hubungan kausal adalah
hubungan yang bersifat sebab akibat. Chandarin (2017: 98) Kausalitas merupakan desain riset yang
digunakan dengan tujuan menguji pengaruh, hubungan atau dampak variabel independen (yang
mempengaruhi) terhadap variabel dependen (yang dipengaruhi).
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (bebas) dalam penelitian ini terdiri dari Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem Pelaporan
2. Variabel Dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu Akuntabilitas Kinerja
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Indikator Skala
Akuntabilitas Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban pihak 1. Akuntabilitas Kejujuran Ordinal
Kinerja (Y) pemegang amanah (agent) untuk memberikan 2. Akuntabilitas Hukum
pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan 3. Akuntabilitas Proses
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang 4. Akuntabilitas Program
menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi 5. Akuntabilitas Kebijakan
amanah (principals) yang memiliki hak dan (Mardiasmo, 2017: 21)
kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut (Mardiasmo, 2017: 20)
Kejelasan Kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh mana 1. Spesifik Ordinal
Sasaran tujuan anggaran ditetapkan secara spesifik dengan 2. Terukur
Anggaran tujuan agar anggaran tersebut dapat dimengerti oleh 3. Menantang tapi realistis
(X1) orang yang bertanggungjawab atas pencapaian 4. Berorientasi pada hasil
sasaran anggaran tersebut. (Putra, 2016) akhir
5. Memiliki batas waktu
(Amalia, 2017)
Pengendalian Pengendalian keuangan yang biasa dikenal dengan 1. Pemisahan fungsi Ordinal
Akuntansi pengendalian akuntansi adalah seperangkat 2. Prosedur pemberian
(X2) kebijakan dan prosedur yang membatasi dan wewenang
menjadi pedoman bagi aktivitas-aktivitas dalam 3. Prosedur dokumentasi
pemrosesan data keuangan dengan tujuan mencegah 4. Prosedur dan catatan
atau mendeteksi kesalahan dan tindakan akuntansi
kecurangan. (Carter, 2009: 165) 5. Pengawasan fisik
6. Pemeriksaan internal
(Precelina dan Waryuni

6
(2019))
Sistem Sistem pelaporan merupakan suatu sistem yang 1. Pembuatan laporan Ordinal
Pelaporan dapat memantau dan mengendalikan kinerja dalam 2. Pertanggung jawaban
(X3) mengimplementasikan anggaran yang telah laporan
ditetapkan dan menggambarkan sistem 3. Kejelasan laporan
pertanggungjawaban dari bawahan kepada atasan, (Precelina dan Wuryani
yang mana sistem pelaporan. (Precelina dan (2019))
Wuryani, 2019)
Sumber: Data Diolah Penulis (2021)
3.4 Unit Analisis, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
3.4.1 Unit Analisis
Unit Analisis merupakan tingkat kesatuan data yang dikumpulkan selama tahap analisis selanjutnya
(Sekaran, 2009). Unit analisis dalam penelitian ini yaitu Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
3.4.2 Populasi
Chandarin (2017: 125) Populasi adalah kumpulan dari elemen-elemen yang mempunyai karakteristik
tertentu yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini yaitu Organisasi
Perangkat Daerah Kabupaten Sukabumi yang terdiri dari 5 Badan dan 25 Dinas dengan jumlah pegawai
sebanyak 2.142 orang.
3.4.3 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Chandarin (2017: 125) menyatakan bahwa sampel merupakan kumpulan subjek yang mewakili
populasi. Sampel yang diambil harus mempunyai karakteristik yang sama dengan populasinya dan harus
mewakili (representative) anggota populasi. Dalam suatu penelitian, tidak semua anggota populasi akan
diamati karena terbatasnya waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu, penelitian kuantitatif identik dengan
pengambilan sebagian atau sejumlah tertentu dari karakteristik yang dimliki populasi (Sujarweni, 2015:81).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling yaitu teknik
dimana dalam pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Sampel dalam
penelitian ini adalah pegawai yang melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi dan pengelolaan anggaran
dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja di tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai dengan
Peraturan Bupati Sukabumi No. 50-79 Tahun 2016 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di tiap OPD
Kabuputen Sukabumi. Kriteria sampel yang ditetapkan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
2. Kepala Sub Bagian keuangan,
3. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran
4. Staf Akuntansi/ Keuangan
Dengan 5 Badan dan 25 Dinas dan sesuai kriteria yang terlah ditentukan maka didapatkan sampel untuk
penelitian ini sebanyak 120 responden.
3.5 Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer, yaitu data
yang berasal langsung dari objek penelitian atau responden, baik individu maupun kelompok (Chandarin,
2017: 123). Teknik pengumpulan data menggunakan instrument kuesioner dengan memberikan daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden.
3.5.2 Prosedur Pengumpulan Data
1. Studi Pustaka
2. Studi Lapang
Chandarin (2017: 125) Metode pengumpulan data dapat melalui beberapa cara beikut:
a. Interview
b. Kuesioner
c. Observasi
3.6 Metode Pengujian Data
3.6.1 Instrument Penelitian dan Skala Pengukuran
Sugiyono (2013: 92) Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti.
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Karena instrument penelitian
akan digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat,
7
maka setiap instrument harus mempunyai skala. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Likert. Bobot nilai yang digunakan dalam setiap pertanyaan/pernyataan sebagai berikut:
Tabel 3.2 Penilaian Kuesioner
Jawaban Responden Bobot Nilai
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-ragu 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Sugiyono (2013: 94)
Pengelolaan data ordinal menjadi analisis regresi terlebih dahulu harus ditransformasikan ke bentuk
data interval dengan menggunakan rumus:
ilai Tertinggi ilai Terendah 1
0,8
Banyaknya Kelas
Setelah besarmya diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui di mana rata-rata
penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasi dan sejauh mana variasinya. Berdasarkan hasil
perhitungan panjang kelas interval tersebut diperoleh kriteria penelitian pada Tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.3 Skala Penilaian
Skala Interfresentasi
1,00 – 1,80 Sangat Tidak Setuju
1,81 – 2,60 Tidak Setuju
2,61 – 3,40 Ragu-ragu
3,41 – 4,20 Setuju
4,21 – 5,00 Sangat Setuju
Sumber : Sugiyono (2013: 94)
Untuk membantu dalam penelitian Skala Likert menggunakan diagram di bawah ini:

STS TS RG S SS

1,00 1,80 2,60 3,40 4,20 5,00


Sumber: Sugiyono (2013: 95)
Gambar 3.1 Skala Likert
Dapat dilihat rata-rata jawaban yang diberikan oleh responden tersebut, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :

Keterangan :
M = Kriteria penilaian rata-rata F = Frekuensi jumlah responden
Skor = Pembobotan skala hasil N = Jumlah sampel
3.6.2 Uji Validitas
Suyigono (2013: 121) menyatakan instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid, valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid berarti terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menguji validitas pada
tiap-tiap item, yaitu dengan mengkolerasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap
skor butir. Jika koefisien kolerasinya sama atau di atas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid tetapi jika
nilai kolerasinya kurang dari 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak valid.
Tabel 3.4 Kriteria Uji Validitas
Corrected Item Total Corelation Keterangan
≥ 0,3 Valid
≤ 0,3 Tidak Valid
Sumber: Sugiyono (2013)

8
3.6.3 Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2013: 121) instrument yang realibel adalah instrument yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reabilitas
digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran
dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama. Untuk
melihat reabilitas masing-masing instrument yang digunakan, penulis menggunaka koefisien cornbach
alpha () dengan menggunakan software IBM SPSS Statisticsts 22. Kriteria untuk memenuhi uji reliabilitas
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Uji Reliabilitas
Cronbach Alpha Keterangan
≥ 0,6 Reliabel
≤ 0,6 Tidak Reliabel
Sumber : Sugiyono (2013)
3.6.4 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Ghojali, I., (2016) mendefinisikan uji normalitas sebagai pengujian untuk mengetahui apakah dalam
model regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi secara normal. Uji Normalitas menggunakan
uji analisis grafik (Histogram dan Normal P-plots) dan pengujian dengan menggunakan metode One Sample
Kolmogorov Smirnov (OSKS) suatu memenuhi asumsi normalitas jika, taraf signifikasi Kolmogorov
Smirnov:
a. Nilai signifikan atau probabilitas <0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.
b. Nilai signifikan atau probabilitas , maka distribusi data adalah normal
2. Uji Multikolinieritas
Ghozali, I., (2016) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai pengujian yang bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik mensyaratkan tidak terjadinya gejala multikolinieritas atau tidak adanya kolerasi antar variabel
bebas (independen). Uji multikolonieritas dilakukan dengan teknik VIF (Variance Inflation Factors) dan
Tolerance. Suatu model regresi dikatakan terbebas dari multikolonieritas, jika memiliki Tolerance lebih dari
0,1 dan VIF (Variance Inflation Factors) kurang dari 10.
3. Uji Heterokedastisitas
Ghojali, I., (2016) mendefinisikan uji heteroskedatisitas sebagai pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari suatu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Uji heteroskedatisitas dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap Grafik
Scattter Plot, dimana model regresi diasumsikan terbebas dari gejala heteroskedatisitas jika titik-titik
menyebar tidak berpola di atas dan di bawah angka 0 pada Sumbu Y.
3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data diawali dengan menentukan paradigma penelitian berdasarkan kerangka
penelitian, apabila dituangkan kedalam model maka hubungan antara variabel penelitian dapat
diungkapkan kedalam model penelitian sebagai berikut:

Sumber: Data Diolah Penulis (2021)


Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
= Pengaruh Secara Parsial X1 = Kejelasan Sasaran Anggaran
= Pengaruh Secara Simultan X2 = Pengendalian Akuntansi

9
= Error Y = Akuntabilitas Kinerja
3.7.2 Analisis Regresi Linear Berganda
Chandarin (2017 :101) Jika jumlah variabel independen lebih dari satu maka data dianalisis dengan
menggunakan model regresi linear berganda. Berikut ini model riset yang menggunakan model riset yang
menggunakan variabel dependen akuntabilitas kinerja dan variabel independen kejelasan sasaran anggaran,
pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan, yang dianalisis menggunakan regresi linear berganda
(multiple regression analysis).
Model Statistik Persamaan Regresi Linear Berganda
Y=a+
Y : Akuntabilitas Kinerja : Sistem Pelaporan : Error
: Kejelasan Sasaran Anggaran a : Konstanta
: Pengendalian Akuntansi & : Koefisien regresi
3.7.3 Koefisien Kolerasi Berganda
Analisis koefisien kolerasi berganda (R) digunakan untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Peneliti menggunakan analisis kolerasi berganda atau
multiple colleration untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) antara variabel independen dan variabel
dependen (Sugiyono, 2013)
Tabel 3.6 Interprestasi Terhadap Koefisien Kolerasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono (2013)
Tingkat hubungan simultan (keseluruhan variabel) dilihat dari R pada output Model Summary,
sedangkan tingkat hubungan secara parsial dilihat dari nilai B dari output coefficients.
3.7.4 Koefisien Determinasi
Ghozali (2016 :95) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Adapun rumus koefisien determinasi sebagai berikut :

Keterangan :
Kd = Koefisien Determinasi
2
R = Koefisien Korelasi
3.8 Uji Hipotesis
1. Uji Simultan (F-Test)
Uji simultan (uji F) digunakan untuk mengetahui tingkat signifikasi pengaruh variabel independen secara
bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.
a. Adapun perumusan hipotesis statistiknya sebagai berikut :
Ho : , , = 0 ; Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ha : , , 0: Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan
berpengaruh secara simultan terhadap akuntabilitas kinerja.
b. Kriteria Pengambilan Keputusan
Dasar pengambilan keputusan uji F dengan taraf siginifikansi = 5% (0,05).
1) Apabila (Fhitung Ftabel) pada = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Apabaila (Fhitung Ftabel)pada α 0,0 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

10
2. Uji Parsial (T-test)
Uji parsial (uji T) digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independen terhadap
variabel dependen.
a. Adapun perumusan hipotesis statistiknya sebagai berikut :
Ho : Kejelasan Sasaran Anggaran tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ha : 0 : Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ho : Pengendalian Akuntansi tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ha : 0 : Pengendalian Akuntansi berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ho : Sistem Pelaporan tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
Ha : 0 : Sistem Pelaporan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja.
b. Dasar pengambilan keputusan uji T dengan taraf siginifikansi = 5% (0,05).
1) Apabila (thitung ttabel) pada = 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
2) Apabila (thitung ttabel) pada = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Dalam penelitian ini bentuk pengujian hipotesisnya adalah dengan menggunakan uji dua pihak (two
tailed). Uji dua pihak diartikan sebagai pengujian dua arah yang digunakan untuk hipotesis yang belum jelas
arahnya, apakah positif atau negatif. Uji dua pihak adalah seperti gambar 3.3 berikut ini:

Sumber: Sugiyono (2013: 163)


Gambar 3.3 Uji Dua Pihak

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Sukabumi


Nama Sukabumi berasal dari bahasa Sunda, yaitu Suka-Bumen, yang bermakna bahwa pada kawasan
yang memiliki udara sejuk dan nyaman ini membuat orang-orang suka bumen-bumen atau menetap.
Lambang Kabupaten Sukabumi diwujudkan dalam gambar berpola perisai dengan latar belakang berwarna
hitam. Luas wilayah 4.162 km2 atau 11,21 % dari luas Jawa Barat atau 3,01 % dari luas seluruh pulau jawa.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Data dan Responden Penelitian
Tabel 4.1 Hasil Pengumpulan Data Kuesioner
Keterangan Jumlah Responden Persentase
Kuesioner di sebar 120 100%
Kuesioner kembali 117 98%
Kuesioner tidak kembali 3 3%
Kuesioner yang tidak dapat diolah 2 2%
Kueisioner yang dapat diolah 115 95%
Sumber: Data diolah penulis (2021)
Tabel 4.2 Rekapitulasi Karakteristik Responden
No Kriteria Responden Karakteristik Jumlah/orang
1 Jenis Kelamin Laki-Laki 67
2 Usia >41 62
3 Pendidikan Terakhir S1 79
4 Masa Kerja 11 - 15 Tahun 33
Sumber: Data diolah penulis (2021)
11
4.2.2 Rekapitulasi Jawaban Responden
Tabel 4.3 Rekapitulasi Jawaban Responden
Nilai Rata-Rata Skor
Pernyataan Keterangan
Tanggapan
Kejelasan Sasaran Anggaran 4,28 Sangat Setuju
Pengendalian Akuntansi 4,28 Sangat Setuju
Sistem Pelaporan 4,46 Sangat Setuju
Akuntabilitas Kinerja 4,36 Sangat Setuju
Sumber: Dara diolah penulis (2021)
4.2.3 Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Tabel 4.4 Rekapitulasi Uji Validitas
No Variabel rhitung rkritis Keterangan
1 Kejelasan Sasaran 0,664 0,3 Valid
Anggaran
2 Pengendalian Akuntansi 0,641 0,3 Valid
3 Sistem Pelaporan 0,816 0,3 Valid
4 Akuntabilitas Kinerja 0,717 0,3 Valid
Sumber: Output pengolahan data dengan SPSS versi 20, 2021
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa dari skor rata-rata variabel Kejelasan Sasaran
Anggaran yaitu sebesar 0,664, variabel Pengendalian Akuntansi sebesar 0,641, variabel Sistem Pelaporan
sebesar 0,816, dan variabel Akuntabilitas Kinerja sebesar 0,717, hal ini menunjukan bahwa nilai rhitung
yang lebih dari 0,3 sehingga dapat dinyatakan bahwa sesmua instrumen yang digunakan valid, dan layak
digunakan.
2. Uji Reliabilitas
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s Alpha Kesimpulan
1 Kejelasan Sasaran Anggaran 0,678 0,6 Reliabel
2 Pengendalian Akuntansi 0,764 0,6 Reliabel
3 Sistem Pelaporan 0,751 0,6 Reliabel
4 Akuntabilitas Kinerja 0,880 0,6 Reliabel
Sumber: Output pengolahan data dengan SPSS 22 (2021)
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan semua instrument variabel memiliki nilai cronbach’s alpha lebih
besar dari rkritis. Maka semua instrument variabel dinyatakan reliabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan
dengan alat ukur tersebut digunakan secara berulang dan pada kesempatan yang berbeda.
4.2.4 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
a. Metode Grafik

Sumber: Output pengolahan data dengan SPSS 22 (2021)


Gambar 4.1 Grafik Histrogram Gambar 4.2 Grafik Normal P- Plots
12
Berdasarkan grafik histogram gambar 4.1 di atas mempunyai kurva berbentuk lonceng sehingga dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi normal. Sedangkan jika mengamati grafik
normal probability plots pada gambar 4.2 di atas terlihat bahwa titik menyebar disekitar garis diagonal,
dengan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dengan menganalisis kedua gambar tersebut
dapat dikatakan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal serta model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.
b. Metode StatistifOne Sample Kolmogorov Smirnov
Tabel 4.6 One Sample Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 115
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 2.34432294
Most Extreme Differences Absolute .073
Positive .073
Negative -.067
Test Statistic .073
Asymp. Sig. (2-tailed) .193c
Sumber: Output pengolahan data dengan SPSS 22 (2021)
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa hasil pengujian One Sampel Kolmogorov Smirnov
memiliki nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,193. Hal tersebut menunjukan bahwa data telah terdistribusi
normal karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan model regresi
terdistribusi normal dan data layak untuk dilakukan uji regresi.
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.7 Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Kejelasan Sasaran Anggaran .803 1.246
Pengendalian Akuntansi .512 1.953
Sistem Pelaporan .586 1.707
Sumber: Output pengolahan data dengan SPSS 22 (2021)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa ketiga variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan
memiliki nilai tolerance lebih dari 0,01. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi gejala
multikolonieritas yang menunjukkan bahwa variabel kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi
dan sistem pelaporan tidak terjadi gejala kolerasi yang signifikan.
3. Uji Heterokedastisitas
a. Grafik Scatter Plots

Sumber: Output Pengolahan Data SPSS 22 (2021)


Gambar 4.3 Grafik Scatter Plots
Berdasarkan gambar di atas menunjukan bahwa titik titik menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal
tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
tersebut layak digunakan untuk memprediksi akuntabilitas kinerja berdasarkan masukan variabel kejelasan
sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan.
13
4.2.6 Hasil Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.8 Analisis Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 5.011 3.264 1.535 .128
Kejelasan Sasaran Anggaran .295 .129 .167 2.280 .025
Pengendalian Akuntansi .400 .133 .276 3.014 .003
Sistem Pelaporan 1.199 .238 .430 5.029 .000
a. Dependent Variable: Akuntabilitas Kinerja
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS (2021)
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai dari persamaan regresi Y = a +
atau Y = 5,011 + .
4.2.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi Berganda
Tabel 4.9 Koefisien Kolerasi Berganda
Model Summaryb
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate
a
1 .724 .524 .511 2.376
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS (2021)
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R sebesar 0,724 yang menunjukan bahwa nilai R (0,724)
tersebut berada pada interval nilai R (0,60-0,799) dengan derajat kekuatan hubungan yang kuat, sehingga
terdapat pengaruh yang kuat antara variabel kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem
pelaporan secara bersama-sama terhadap akuntabilitas kinerja
4.2.8 Koefisien Determinasi
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,524 atau (52,4%). Hal ini
menunjukan bahwa kontribusi Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan
sebesar 52,4%. Sedangkan sisanya 47,6% dipengaruhi oleh faktor variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model penelitian ini.
4.2.9 Pengujian Hipotesis
1. Uji F (Simultan)
Tabel 4.10 Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
b
1 Regression 688.864 3 229.621 40.681 .000
Residual 626.527 111 5.644
Total 1315.391 114
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS (2021)
Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat di lihat bahwa hasil pengujian uji F diperoleh nilai F hitung sebesar
40,681, sedangkan nilai Ftabel yang di dapat sebesar 2,69. Karena Fhitung > Ftabel (40,681 > 2,69) dengan nilai
signifikansi sebesar 0,00 < 0,05. Hal ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kondisi tersebut
bermakna bahwa kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

14
2. Uji t (Parsial)
Tabel 4.11 Uji t
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 5.011 3.264 1.535 .128
1
Kejelasan Sasaran
.295 .129 .167 2.280 .025
Anggaran
Pengendalian Akuntansi .400 .133 .276 3.014 .003
Sistem Pelaporan 1.199 .238 .430 5.029 .000
Sumber: Output Pengolahan Data SPSS (2021)
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa hasil pengujian uji t diperoleh nilai thitung untuk
variabel kejelasan sasaran anggaran sebesar 2,280, sedangkan nilai ttabel yang didapat sebesar 1,982. Apabila
thitung dibandingkan dengan ttabel nilai ≥ (2,280 ≥ 1,982) dengan nilai signifikansi t sebesar 0,02
< 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh positif
signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Untuk hasil pengujian uji t
diperoleh nilai thitung untuk variabel pengendalian akuntansi sebesar 3,014, sedangkan nilai ttabel yang didapat
sebesar 1,982. Apabila thitung dibandingkan dengan ttabel nilai ≥ (3,014 ≥ 1,982) dengan nilai
signifikansi t sebesar 0,003 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Pengendalian Akuntansi
berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Dan untuk
hasil pengujian uji t diperoleh nilai thitung untuk variabel sistem pelaporan sebesar 5,029, sedangkan nilai ttabel
yang didapat sebesar 1,982. Apabila thitung dibandingkan dengan ttabel nilai ≥ (5,029 ≥ 1,982)
dengan nilai signifikansi t sebesar 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya Sistem Pelaporan
berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Uji F (Simultan)
Berdasarkan hasil uji F menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara
simultan kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan terhadap akuntabilitas
kinerja. Pengaruh positif tersebut dapat diartikan semakin tinggi kejelasan sasaran anggaran, pengendalian
akuntansi dan sistem pelaporan, maka semakin tinggi pula akuntabilitas kinerja yang akan dihasilkan.
Berdasarkan tanggapan responden, pada kuesioner kejelasan sasaran anggaran butir 1 yang menyatakan
bahwa sasaran-sasaran anggaran satuan kerja yang terdapat dalam APBD harus diuraikan secara jelas dan
spesifik, sehingga dapat dipahami dengan yakin, kemudian kuesioner pengendalian akuntansi butir 5 yang
menyatakan bahwa setiap transaksi harus sesuai dengan sistem dan prosedur akuntansi, dan kuesioner sistem
pelaporan butir 3 yang menyatakan bahwa kejelasan dalam pencatatan penggunaan anggaran yang
digunakan haruslah jelas dan terperinci. Pernyataan tersebut berpengaruh terhadap pernyataan pada
kuesioner akuntabilitas kinerja butir 7 dan butir 8, yaitu pelaksanaan program-program APBD benar-benar
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan anggaran yang dirancang dan ditetapkan pemerintah daerah
bersama DPRD sesuai dengan realisasinya bagi kepentingan publik. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian Mikoshi (2020) serta Humaidi dkk (2017) yang hasilnya secara simultan kejelasan sasaran
anggaran, pengendalian akuntansi dan sistem pelaporan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas
kinerja.
4.3.2 Uji t (Parsial)
1. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten
Sukabumi
Berdasarkan hasil uji parsial, Kejelasan Sasaran Anggaran berpengaruh positif siginifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data
dimana diperoleh nilai thitung sebesar 2,280 dan nilai ttabel sebesar 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
jelas sasaran anggaran yang disusun maka akan berimplikasi pada peningkatan kinerja dan dapat
meningkatkan akuntabilitas kinerja di Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan tanggapan responden,
pada kuesioner kejelasan sasaran anggaran butir 4 yang menyatakan bahwa pegelola dan pengguna anggaran
dapat mengetahui secara jelas hasil yang akan dicapai pada setiap program kegiatan. Pernyataan tersebut

15
berpengaruh terhadap pernyataan pada kuesioner akuntabilitas kinerja butir 6 yang menyatakan program-
program anggaran dirancang dengan mempertimbangkan efektifitas bahwa pengguna anggaran mencapai
target atau tujuan kepentingan publik. Hal ini berarti pernyataan pada kuesioner kejelasan sasaran anggaran
butir 4 tersebut mempengaruhi pernyataan pada kuesioner akuntabilitas kinerja butir 6 yang berarti bahwa
dengan mengetahui secara jelas hasil yang akan dicapai pada setiap program kegiatan dan program anggaran
yang dirancang mempertimbangkan efektifitas sehingga para pengelola dan pengguna anggaran dapat
mencapai target atau tujuan kepentingan publik. Kejelasan sasaran anggaran akan mendorong para individu
yang mempunyai wewenang agar lebih efektif dan melakukan yang terbaik dalam hal mengelola suatu
anggaran. Adanya sasaran anggaran yang jelas akan memudahkan penyusunan target-target anggaran dan
mempermudah setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan
atau kegagalan pelaksanaan tugas pemerintah dalam rangka mencapai tujuan dan sasran yang telah
ditetapkan sebelumnya sehingga akan meningkatkan akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Precelina dan Wuryani (2019),
Pebrianti dan Aziza (2018) dan Rahmatulloh dkk (2017) dengan hasil penelitian secara parsial variabel
kejelasan sasaran anggaran berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.
2. Pengaruh Pengendalian Akuntansi terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten
Sukabumi
Berdasarkan hasil uji parsial, Pengendalian Akuntansi berpengaruh positif signifikan terhadap
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data
dimana diperoleh nilai thitung sebesar 3,014 dan nilai ttabel sebesar 1,982. Hal ini menunjukkan semakin
tingginya pengendalian akuntansi yang diterapkan pada setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
berpengaruh terhadap tingginya tingkat akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan
tanggapan responden, pada kuesioner pengendalian akuntansi butir 1 dan 2 yang menyatakan bahwa
pemisahan tugas penyimpanan aset dari tugas akuntansi sudah dilakukan dan uraian tugas untuk setiap
pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab yang didelegasikan sangat jelas. Pernyataan tersebut
berpangaruh terhadap pernyataan pada kuesioner akuntabilitas kinerja butir 1 yang menyatakan bahwa setiap
kegiatan dan keputusan yang ditetapkan dilakukan secara jujur dan terhindar dari penyalahgunaan jabatan,
hal ini berarti pernyataan pada kuesioener pengendalian akuntansi butir 1 dan 2 tersebut mempengaruhi
pernyataan pada kuesioner akuntabilitas kinerja butir 1 yang berarti bahwa dengan pemisahan tugas
pernyimpanan aset dari tugas akuntansi sudah dilakukan dan uraian tugas setiap pelaksanaan wewenang dan
tanggungjawab sudah didelegasikan secara jelas sehingga setiap kegiatan dan keputusan yang dilakukan
akan benar adanya sehingga tidak ada penyalahgunaan jabatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Precelina dan Wuryani (2019) dan
Pebrianti dan Aziza (2018) dengan hasil peneltian secara parsial pengendalian akuntansi berpengaruh positif
terhadap akuntabilitas kinerja.
3. Pengaruh Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan hasil uji parsial, sistem pelaporan berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis data dimana diperoleh
nilai thitung sebesar 5,029 dan nilai ttabel sebesar 1,982. Hal ini berarti semakin tingginya tingkat sistem
pelaporan berpengaruh terhadap semakin tingginya tingkat akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten
Sukabumi. Berdasarakan tanggan responden, pada kuesioner sistem pelaporan butir 2 yang menyatakan
bahwa pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan anggaran harus sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dengan menerbitkan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pernyataan tersebut
berpengaruh terhadap penyataan pada kuesioner akuntabilitas kinerja butir 4 yang menyatakan bahwa
pengalokasian dana anggaran mengikuti proses-proses dan prosedur yang berlaku, hal ini berarti
pelaksanaan anggaran sudah sesuai dengan prosedur dengan menetapkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban dan dengan adanya sistem pengelolaan keuangan daerah yang mencakup sistem
pelaporan, akan menciptakan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Sistem pelaporan yang
baik diperlukan untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Pebrianti dan Aziza (2018) dengan hasil penelitian
sistem pelaporan berpengaruh positif terhadap akuntabilitas kinerja.

16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Kejelasan Sasaean Anggaran secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
2. Pengendalian Akuntansi secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
3. Sistem Pelaporan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Kabupaten Sukabumi.
4. Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
5. Variabel dominan berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi yaitu
variabel Sistem Pelaporan.
5.2 Saran
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk mempublikasikan hasil laporan akuntabilitas kinerjanya
secara update beserta setiap Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Sukabumi agar masyarakat sebagai
principal dapat menilai keberhasilan atau kegagalan pemerintah dalam mengelola anggaran. Masyarakat
juga dapat mengevaluasi kinerja pemerintah melalui hasil laporan akuntabilitas kinerja tersebut.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan ataupun mengembangkan variabel selain dari variabel
yang sudah digunakan dalam penelitian ini. Sehingga penelitian mendatang diperoleh pemahaman yang
lebih baik mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja.
3. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menambahkan karakteristik
responden dengan jumlah sampel yang lebih besar dan mengembangkan indikator yang akan digunakan,
selain itu melakukan penelitian pada lokasi penelitian di Instansi Pemerintah yang berbeda selain dari
sektor pemerintah seperti Balai-balai penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, H. 2005, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris pada Kabupaten dan
Kota Daerah Istimewa Yogyakarta). Disertasi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Adisasmita, R., 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Amalia, S. H.. 2017, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Studi
Kasus Pada OPD Pendidikan dan Kebudayaan, OPD Pendapatan). Skripsi, Politeknik Negeri
Sriwijaya, Palembang.
Anthony, R. N., 2000, Sistem Pengendalian Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Bastian, I., 2007, Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Carter, W. K., 2009, Akuntansi Biaya. Edisi 14. Diterjemahkan oleh: Krista S.E., Ak. Jakarta: Salemba
Empat.
Chandarin, G., 2017, Metode Riset Akuntansi Pendekatan Kuantitatif. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, I., 2016, Aplikasi Analisis Multivarial Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Herawati, N. 2011. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi Dan Sistem
Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Kota Jambi. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol. 13 No. 2, 31-36.
Hidayatullah, A., 2005, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja SKPD di Merauke. Prosiding Seminar Nasional Multi
Disiplin Ilmu dan Call for Papers Unisbank, Semarang.
Humaidi, Pituringsih, E., dan Irwan, M., 2017, Determinan Akuntabilitas Kinerja Sekolah Menengah
Negeri Se-Pulau Lombok. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol. 1 No. 4, 532-551.

17
Ismayanti, Fitri dan Hanafi, Mamduh, 2003, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional,
Sebaran Kepemilikan dan Ukuran Periode Perusahaan (Studi pada perusahaan yang Terdaftar
di BEI Periode 2005- 2006). Skripsi: Universitas Brawijaya. Malang
Kenis, I., 1979, American Accounting Association: Effects of Budgetary Goal Characteristics on
Managerial Attitudes and Performance. The Accounting Review, 707-721.
Kim, O, & Verrecchia, R. E, (2001), The Relation among Disclosure, Return, and Trading Volume
Information, The Accounting Review, 633-654
Krismiaji, 2010, Sistem Informasi Akuntansi Edisi Ketiga. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu YPN.
Kusumaningrum, I., 2010, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Prodi
Magister Akuntansi Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Mardiasmo, 2017, Akuntansi Sektor Publik Edisi IV. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Mikoshi, M. S., 2020, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja (Studi Empiris Koni Se Sumatera Barat). Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Batanghari Jambi Vol. 4 No. 1 ISSN : 2597-
8829, 192-199.
Mukmin dan Wulansari., (2017), Akuntabilitas Kinerja Akuntan Pendidik berdasarkan
Kompetensi Akuntan dan Etika Profesional (Studi Empiris pada Perguruan Tinggi Swasta di
Bogor). Jurnal Akunida Vol.3 No. 2 ISSN 2442-3033.
Nafarin, M., 2007, Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Paramitha, I. A., 2016, Pengaruh Ketepatan Sasaran Anggaran, Sistem Pengendalian Manajerial
Sektor Publik dan Sistem Pelaporan pada Akuntabilitas Kinerja. E-Journal Akuntansi Universitas
Udayana Vol. 16 No. 3.
Pebrianti dan Aziza., 2018, Effect of Clarity of Budget Objectives, Accounting Control, Reporting
Systems, Compliance with Regulation on Performance Accountability of Government Agencies.
Atlantis Press Advances in Social Science, Education and Humanities Research, Vol. 292
Pratama, R., Agustin, H., dan Taqwa, S., 2019, Pengaruh Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan
dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Jurnal
Eksploarsi Akuntansi Vol. 1 No. 1 ISSN : 2656-3649, 429-444.
Precelina, D. D., dan Wuryani, E., 2019, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian
Akuntansi dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten
Jombang. Jurnal Mahasiswa Unesa, 1-10.
Putra, B. A., 2016, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem
Pelaporan dan Desentralisasi terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SKPD Bengkalis).
JOM Fekon, Vol. 1 No. 1, 1123-1136.
Putra, D., 2013, Pengaruh Akuntabilitas Publik dan Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Kinerja
Manajerial Satuan Perangkat Daerah Kota Padang. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negri Padang,
Vol. 1 No. 1, 1-23
Renyowijoyo, M., 2013, Akuntansi Sektor Publik Organisasi Non Laba Edisi 3. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Rahmatullah dkk., 2017, Determinants of Performance Accountability in Local Government of NTB.
International Conference and Call for Papers.
Setiawan, Ade Budi., 2016, Analisis Value For Money Pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Jurnal Akunida Vol. 3 No. 2 ISSN 2442-
3033, 14-26.
Sugiyono, 2013, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suhartono, E., dan M. Solichin., 2006, Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran terhadap Senjangan
Anggaran Instansi Pemerintah Daerah dengan Komitmen Organisasi sebagai Pemoderasi. Simposium
Nasional Akuntansi IX Padang.

18
Wulandari, F. O., 2018, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi AKuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Studi Empiris Pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Karanganyar). Electronic
Theses and Dissertations Universitas Muhamadiyah Surakarta, 1-15.
Zakiyudin, M. A., 2015, Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian AKuntansi, Sistem Pelaporan dan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI. Jurnal
Riset Akuntansi dan Perpajakan (JRAP) Vol. 2 No. 1, 89-96.
https://amp.sukabumiupdate.com/detail/sukabumi/pemerintahan/63463-FITRA-Sukabumi-Evaluasi-APBD-
Era-Marwan-Adjo-DPRD-Perbaiki-Kinerja-Budgeting di akses tanggal 27 September 2020
https://amp.sukabumiupdate.com/detail/sukabumi/pemerintahan/49437-Fitra-Soroti-Lima-Kesalahan-
Berulang-Pengelolaan-Keuangan-Pemkab-Sukabumi di akses tanggal 27 September 2020
https://jogja.tribunnews.com/2020/02/24/kemenpanrb-dorong-instansi-pemerintah-tingkatkan-kualitas-
implementasi-sakip di akses tanggal 23 Oktober 2020
https://sukabumikab.go.id/portal/perangkat-daerah/daftar-opd.html diakses tanggal 27 September 2020
https://sukabumikab.go.id/portal/profil.html di akses tanggal 31 Januari 2021
https://tribunjabar.co.id/news/read/index/2020/02/11/pemprov-jabar-hattrick-nilai-a-sakip-27-
kabupatenkota-dapat-nilai-b-dan-bb di akses tanggal 27 Oktober 2020
https://menpan.go.id/site/berita-terkini/kementerian-panrb-akan-serahkan-rapor-sakip-161-pemda di akses
tanggal 23 Oktober 2020
https://www.menpan.go.id/site/ di akses tanggal 23 Oktober 2020
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/185-pemda-akan-terima-rapor-akuntabilitas di akses tanggal 23
Oktober 2020
https://www.menpan.go.id/site/berita-terkini/lagi-pemprov-yogyakarta-raih-predikat-tertinggi-sakip-2019 di
akses tanggal 23 Oktober 2020

19

Anda mungkin juga menyukai