Kelas: KP-2A
Absen: 20
Jakarta - Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) meminta seniman Butet
Kartaradjasa cs dan PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah melakukan mediasi. Hal ini
terkait gugatan investasi emas Butet seberat 4,89 kg atau senilai Rp 1,5 miliar.
Ikut bergabung dalam gugatan tersebut 6 nasabah lain yaitu Widodo, T L
Hardianto, Indah Sulistyowati, Elsie Hartini, Robert Sugiarto, dan Selly Kusuma. Para
penggugat tersebut minta ganti rugi materil dan imateril kepada BRI Syariah sejumlah Rp
47,78 miliar.
"Kami memberikan kesempatan untuk menjalani proses mediasi selama 40 hari,"
kata Ketua Majelis Hakim Kasianus Telaumbanua, di PN Jakpus, Jalan Gadjah Mada, Selasa
(2/4/2013).
Sehubungan hal ini, pengadilan memfasilitasi dengan menunjuk hakim mediator
Amin Sutikno. Jika mediasi berhasil maka penggugat dapat mencabut gugatannya, namun bila
gagal maka perkara akan dilanjutkan.
Kuasa hukum Butet dkk, Indra Perbawa menyatakan akan mengikuti proses
mediasi. Rencananya pertemuan mediasi akan berlangsung pada Rabu (10/4) mendatang dan
Butet cs bakal hadir langsung dalam mediasi yang digelar di PN Jakpus.
"Jika bisa damai ya bagus. Kalau mediatornya hakim mungkin akan lain jadinya,"
kata Indra.
Sementara itu, kuasa hukum BRI Syariah Beth Jasuance mengatakan akan
mengikuti proses mediasi yang disediakan oleh pengadilan. Dia belum mau memberikan
tanggapan atas gugatan Butet dkk dengan alasan belum masuk pada pokok perkara.
"Kita lihat saja nanti dalam mediasi," ujar Bath.
Kasus ini bermula saat seniman asal Yogyakarta itu bersama dengan enam nasabah
gadai emas BRI Syariah lainnya mengajukan gugatan permbuatan melawan hukum kepada BRI
Syariah. Sejak 2010, Butet tertarik dengan promosi produk investasi berupa gadai emas
syariah.
Menurut berkas gugatan, produk investasi emas itu berupa produk gadai emas
syariah yang ditawarkan dengan akad pinjaman dana (qardh) dan sewa-menyewa (ijarah). Para
nasabah meneken sertifikat gadai syariah (SGS) dengan jangka waktu 120 hari. Akad itu juga
dapat diperpanjang dengan membuat akad kembali terhitung sejak penandatanganan akte
perjanjian.
Namun, pada awal 2012, saat Butet dkk hendak memperpanjang akad pinjaman
dana dan sewa menyewa, BRI Syariah menolaknya.
BRI Syariah malah meminta Butet dkk menjual emas yang telah dijaminkan
dengan alasan adanya surat edaran Bank Indonesia No 14/7/Dpbs tentang pengawasan produk
qardh beragun emas di bank syariah dan Unit Usaha Syariah.
Penggugat mengaku heran dan terkejut dengan adanya surat edaran ini. Karena
pada saat ditawari produk gadai ini, BI telah mengizinkan pemasarannya kepada masyarakat
dan terdapat jaminan aman dari BRI Syariah.
Butet telah menggadaikan 4,89 kg emas, sedangkan M. Widodo 2,5 kg, T.L
Hardianto 4 kg, Indah Sulistyawati 9137 gram, Elsje Hartini 2 kg, Robert Sugiharto 5 kg, dan
Selly Kusam Dewi sebanyak 900 gram.
Penggugat menilai tindakan BRI Syariah yang memaksa menjual emas yang
dijaminkan atau opsi melunasi pinjaman pokok sangat merugikan nasabah. Butet sendiri
mengaku kerugian yang diderita mencapai Rp 1,5 miliar. Sementara itu, total kerugian enam
nasabah lainnya Rp 11,2 miliar.
Menurutnya, penjualan tanpa mekanisme lelang ini bertentangan dengan prinsip
syariah dan prinsip kepatutan. Butet cs menegaskan BRI Syariah telah melakukan perbuatan
melawan hukum karena tidak memberikan informasi yang benar dan jujur perihal kondisi dan
jaminan barang.
Dalam hal ini, penggugat menilai BRI Syariah melanggar Pasal 7 dan 8 ayat 1
huruf f UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Pasal 29 ayat 4 UU No 10/1998
tentang Perbankan.
Selain ganti rugi, tuntutan Butet dkk antara lain menyatakan perjanjian qardh dan
ijarah terhadap investasi emas berupa Produk Gadai Syariah Emas itu adalah cacat hukum dan
dapat dibatalkan.
(asp/fjp)
Kasus kredit fiktif, ini penjelasan Panin Syariah soal suntikan modal induk
Oleh: Anggar Septiadi
Kamis, 18 April 2019 21:10 WIB
Kasus kredit fiktif, ini penjelasan Panin Syariah soal suntikan modal induk