Anda di halaman 1dari 3

IDENTIFIKASI LAPORAN KEUANGAN 2020

PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

Disusun oleh:
Fathiya Khansa Hanifa (F0321093)
Faza Fauhan Riza (F0321094)
Feby Dian Utami (F0321095)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2022
IDENTIFIKASI KEBIJAKAN AKUNTANSI TERKAIT KAS, PIUTANG, DAN
PERSEDIAAN
Profil Perusahaan
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (selanjutnya disebut “BNI” atau “Bank”) didirikan
sebagai bank sentral di Indonesia dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946.
Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No.17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi “Bank
Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Selanjutnya, BNI
berperan sebagai bank yang diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan
berpartisipasi dalam pembangunan nasional dikukuhkan oleh UU No.17 tahun 1968 tentsng
Bank Negara Indonesia 1946. BNI menjadi perusahaan yang bergerak di bidang usaha
perbankan sesuai dengan Anggaran Dasar No.52 tanggal 22 Mei 2018. Segmen usaha dari
Bank Negara Indonesia, yaitu Perbankan Bisnis Koperasi, Menengah, dan Kecil, Perbankan
Konsumer, dan Perbankan Internasional dan Tresuri.
Adapun hasil analisis kebijakan akuntansi laporan keuangan 2020 milik PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, sebagai berikut:
a. Kas
 Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi BNI sebesar Rp74,3 triliun di
tahun 2020 dan (Rp12,6) triliun di tahun 2019. Aktivitas Arus Kas operasi tersebut
dipengaruhi oleh:
a. Simpanan nasabah sebesar Rp65,0 triliun di tahun 2020 atau lebih tinggi
dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar Rp30,4 triliun.
b. Penurunan penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain menjadi Rp31,1 triliun
di tahun 2020.
 Arus kas bersih yang diperoleh dari aktivitas investasi BNI mencapai Rp12,0 triliun
di tahun 2020.
 Arus kas dari aktivitas pendanaan secara kumulatif, kas bersih yang digunakan untuk
aktivitas pendanaan sebesar Rp17,1 triliun di tahun 2020, karena adanya pembayaran
pinjaman yang diterima sebesar Rp13,1 triliun dan pembayaran dividen senilai Rp3,8
triliun.
 Kas dan setara kas akhir periode BNI membukukan surplus peningkatan neto kas dan
setara kas sebesar Rp45,1 triliun di tahun 2020 yang lebih dipengaruhi oleh adanya
surplus pada aktivitas operasional. Dengan begitu, kas dan setara kas akhir tahun 2020
sebesar Rp126,9 triliun.
 Kas dan setara kas terdiri atas kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain,
penempatan pada bank lain, dan Sertifikat Bank Indonesia yang jatuh tempo dalam
waktu 3 bulan atau kurang sejak tanggal perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterima serta tidak dibatasi penggunaannya.
 Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan menggunakan metode langsung
dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan,
 Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan arus kas konsolidasian adalah
mata uang Rupiah (Rp). Serta angka-angka yang disajikan (kecuali bila dinyatakan
secara khusus) dibulatkan dalam jutaan Rupiah.
b. Piutang
 Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.
 Wesel ekspor dan tagihan lainnya diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan
piutang.
 Tagihan akseptasi diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan dan piutang.
Liabilitas akseptasi diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur dengan
biaya perolehan diamortisasi.
 Piutang syariah adalah tagihan yang timbul dari transaksi berdasarkan akad-akad
ijarah, murabahah dan qardh.
 Piutang murabahah pada awalnya diukur pada nilai bersih yang dapat direalisasi
ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung dan biaya
tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal
diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode tingkat imbal hasil
efektif dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai.
 Pada setiap tanggal laporan posisi keuangan, Entitas Anak (BNI Syariah) mengevaluasi
apakah terdapat bukti obyektif bahwa piutang murabahah yang tidak dicatat pada nilai
wajar melalui laba rugi telah mengalami penurunan nilai.
 Piutang murabahah mengalami penurunan nilai jika bukti obyektif menunjukkan
bahwa peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal, dan peristiwa
tersebut berdampak pada arus kas masa datang yang dapat diestimasi secara handal.
 Pada tanggal 31 Desember 2020, piutang bunga sebagian besar merupakan bunga yang
berasal dari pinjaman yang diberikan dan Obligasi Pemerintah masing-masing sebesar
Rp876.734 dan Rp960.736 (31 Desember 2019: Rp1.052.939 dan Rp948.188).
 Piutang lain-lain sebagian besar merupakan piutang kepada pemerintah, imbal jasa
penjaminan dan penjualan obligasi.
 Deposito mudharabah yang dijadikan jaminan atas piutang dan pembiayaan yang
diberikan oleh Bank untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 dan
2019 masing-masing sebesar Rp486.211 dan Rp559.433.
 Giro pada bank lain dan Bank Indonesia diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan dan piutang.

c. Persediaan
Kebijakan mengenai akun persediaan tidak ditulis secara detail pada catatan atas
laporan keuangan.
 Aset selain asset keuangan diukur pada biaya perolehan diamortisasi atau nilai wajar
melalui penghasilan komprehensif lain, diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai
wajar melalui laba rugi.
 Persediaan kantor terdiri dari perbotan dan perlengkapan, Anjungan Tunai Mandiri
(ATM), perangkat lunak dan perangkat keras kompoter, peralatan komunikasi dan
peralatan kantor lainnya.

Anda mungkin juga menyukai