Anda di halaman 1dari 12

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH II

PAPER SAK TERDAMPAK COVID-19


PSAK 8

Kelas : 01
Dosen Pengampu :
St. Vena Purnamasari, M.Si, CPMA.,CPA.

Oleh : Kelompok 2
Rosalinda Lis P 17.G1.0033
Andriani Dionisia Barek Making 17.G1.0163
Cesarina P. S da C. Alves 17.G1.0175
Maria Febryartha M Habeahan 17.G1.0190

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK SEOGIJAPANATA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................ii


BAB I PENDAHULUAN……. .....................................................................................1
BAB II DISKUSI DAN PEMBAHASAN ......................................................................3
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................9
1.
2.
3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10

ii
PENDAHULUAN
Pheumonia Wuhan atau yang sering disebut Corona Virus atau COVID-19
merupakan virus yang menggemparkan dan telah menyebar ke seluruh dunia.
Awal mula virus ini diketahui dari Wuhan Municipal Health Committee yang
mengeluarkan pernyataan bahwa adanya sejenis pheumonia yang tidak diketahui
penyebabnya. Pheumonia ini menyebabkan infeksi pernapasan yang menyerang
paru-paru. Virus ini terdeteksi di Wuhan, Provinsi Hubei, China, kebanyakan
yang terinfeksi merupakan pedagang di Wuhan South China Seafood Market pada
tanggal 30 Des 2019.

Pertama kali kasus ini terdeteksi diluar China yaitu di Thailand pada 3
Januari 2020 dan terus menunjukkan angka yang signifikan dalam penyebarannya.
Salah satunya negara yang terkena wabah COVID-19 yaitu di Indonesia, pada
tanggal 2 Maret 2020. Melihat makin banyaknya masyarakat Indonesia terkena
virus ini, dan pemerintah menyatakan bahwa COVID-19 dianggap sebagai
bencana nasional. Pemerintah memberikan himbauan untuk isolasi mandiri dan
mengurangi kegiatan berkumpul dan beraktifitas diluar rumah.

Himbauan pemerintah yang mengatakan untuk melakukan isolasi mandiri


dan mengurangi kegiatan diluar rumah berdampak pada segala aspek, contohnya
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi melakukan pembelajaran dengan sistem
daring (online). Perusahaan di Indonesia juga banyak yang melakukan work from
home (WFH) dan ada beberapa perusahaan maupun UMKM menghentikan
pegawainya dan gulung tikar atau tutup. Tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan virus ini membuat perekonomian Indonesia dan dunia pun melambat.

Sejak bulan Maret 2020 Indonesia mengalami wabah COVID-19, dimana


waktu tersebut entitas-entitas mempublikasikan laporan keuangan tahun 2019
yang sudah diaudit. Lalu dirasa adanya ketidakpastian yang ditimbulkan dari
pandemi dalam proses penyusunan laporan keuangan, sehingga Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (DSAK IAI) menerbitkan
publikasi yang digunakan sebagai petunjuk dalam penggunaan SAK berbasis
prinsip dimana SAK ini dapat memberikan ruang bagi entitas dalam

1
menggunakan pertimbangan untuk menyelesaikan permasalahan akuntansi yang
timbul akibat pandemik COVID-19.

Dalam hal penerapan standar akuntansi yang berdampak pada situasi


pandemi COVID-19 ini pada penerapan prinsip going concern yang berhubungan
dengan PSAK 8. Hal ini dilakukan karena munculnya dampak yang ditimbulkan
dari pandemik ini, sehingga entitas harus mempertimbangkan kembali asumsi
kelangsungan usaha (going concern) dalam proses penyusunan laporan keuangan
tahun 2019. Makalah ini akan memberikan penjelasan mengenai dampak
pandemik terhadap penerapan PSAK 8.

2
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

1. ISI PSAK 8
PSAK 8 diterapkan sebagai pengungkapan atas peristiwa yang
terjadi setelah periode pelaporan. Tujuannya untuk menentukan :
a) Waktu yang tepat untuk entitas dalam menyesuaikan laporan
keuangannya untuk peristiwa setelah periode pelaporan;
b) Pengungkapan yang dibuat entitas harus diotorisasi untuk terbit dan
peristiwa setelah periode pelaporan.

PSAK 8 juga menyatakan bahwa entitas tidak diperbolehkan


menyusun laporan keuangan yang berdasarkan pada kelangsungan
usahanya apabila peristiwa setelah periode pelaporan mengindikasikan
bahwa penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.

a. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan

Hal ini yang dimaksud adalah peristiwa yang timbul diantara akhir
periode pelaporan dengan tanggal pelaporan keuangan diotorisasi untuk
terbit baik yang menguntungkan (favourable) atau tidak menguntungkan
(unfavourable).

Terdapat dua jenis peristiwa dapat diidentifikasikan:


1. Peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan
penyesuaian
Peristiwa-peristiwa yang memberikan bukti adanya kondisi
pada akhir periode pelaporan berakhir, dimana entitas
menyesuaikan jumlah pengakuan yang diakui dalam laporan
keuangan untuk menunjukkan bahwa peristiwa setelah periode
pelaporan perlu dilakukannya penyesuaian.

3
b. Tanggal Laporan Keuangan Diotorisasi untuk Terbit
Hal ini diartikan sebagai tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk
terbit adalah:
 Tanggal ketika laporan keuangan sudah final, artinya tidak
diperbolehkan melakukan penyesuaian setelah melewati dari tanggal
tersebut (tanggal laporan keuangan selesai disusun manajemen)
 Untuk laporan keuangan auditan, tanggal yang pakai merupakan
tanggal laporan auditor.

c. Pengakuan dan Pengukuran


1. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan Yang Tidak Memerlukan
Penyesuaian
Entitas perlu melakukan penyesuaian jumlah yang diakui
dalam laporan keuangan untuk mencerminkan peristiwa
penyesuaian setelah periode pelaporan. Contoh:
a. Keputusan pengadilan setelah periode pelaporan, dimana
perusahaan memiliki kewajiban kini pada akhir periode
pelaporan.
b. Penerimaan informasi setelah periode pelaporan
mengindikasi adanya penurunan nilai aset pada akhir
periode pelaporan, atau perlunya penyesuaian jumlah yang
sebelumnya telah diakui sebagai rugi penurunan nilai aset.
c. Penentuan setelah periode pelaporan terhadap biaya
perolehan aset yang dibeli, atau atas hasil penjualan aset
yang dijual sebelum periode pelaporan.
d. Penentuan atas jumlah pembayaran bagi laba setelah
periode pelaporan
e. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan
bahwa laporan keuangan tidak benar.

4
2. Peristiwa Setelah Periode Pelaporan Yang Tidak Memerlukan
Penyesuaian
Entitas tidak menyesuaikan jumlah yang diakui dalam
laporan keuangan atas peristiwa non penyesuai setelah periode
pelaporan kedalam laporan keuangan.
Contoh peristiwa ini :
a. Penurunan nilai pasar suatu investasi setelah tanggal
neraca
b. Penggabungan usaha yang signifikan setelah tanggal
neraca
c. Pengumuman penghentian operasi
d. Pembelian dan pelepasan aset yang signifikan,
pengambilalihan aset oleh pemerintah.
e. Kerusakan aset akibat kebakaran setelah tanggal neraca
 Dividen :
Dividen yang yang diumumkan setelah tanggal neraca tidak
diakui sebagai kewajiban pada tanggal neraca, tetapi akan
diungkapkan jika praktik entitas membayar dividen di masa lalu
adalah kewajiban konstruktif
 Kelangsungan usaha :
Entitas tidak menyusun laporan keuangan dengan dasar
kelangsungan usaha jika setelah periode pelaporan diperoleh bukti
kuat bahwa perusahaan akan dilikuidasi atau dihentikan usahanya,
atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis
kecuali melakukan hal tersebut.

d. Pengungkapan
a. Tanggal Otorisasi untuk Terbit

Sangat penting untuk mengetahui tanggal laporan


keuangan diotorisasi untuk terbit oleh pengguna karena laporan

5
keuangan tidak mencerminkan peristiwa setelah tanggal
otorisasi tersebut.

b. Pemutakhiran Pengungkapan Kondisi pada Akhir Periode


Pelaporan

Bila entitas menerima informasi setelah periode


pelaporan tentang kondisi yang ada pada akhir periode
pelaporan, maka entita dapat melakukan pemutahirkan
pengungkapan kondisi tersebut sesuai dengan informasi terkini.

c. Peristiwa Nonpenyesuai Setelah Periode Pelaporan


Entitas perlu untuk mengungkapkan informasi berikut
berkaitan dengan peristiwa tersebut:
 Sifat peristiwa, dan
 Estimasi atas dampak keuangan atau pernyataan bahwa
estimasi tersebut tidak dapat dibuat.

2. DAMPAK PANDEMI COVID- 19


COVID-19 masuk ke Indonesia pada bulan maret 2020 yang
7
berimbas pada perekonomian Indonesia terlebih di sektor manufaktur, ritel
dan pariwisata. Banyak perusahaan diketahui terus mengalami kerugian
sehingga untuk tetep bertahan di situasi ini, mereka melakukan beberapa
kebijakan baru, yang akan memunculkan dampak positif dan negative dari
kebijakan tersebut, berikut merupakan dampak yang telah terjadi
belakangan ini:
1. Lapangan usaha menerapkan sistem PHK  perusahaan mengambil
Langkah ini supaya bisa terus bertahan dimasa sulit seperti ini,
kejadian ini mulai dari bulan Mei diamana perusahaan berlomba-
lomba untuk menekan biaya variabelnya dengan cara mengurangi
tenaga kerjanya seperti pegawai dirumahkan atau di putuskan
kontraknya. Hingga detik ini sudah tercatat ada 1,7 juta orang di
seluruh Indonesia.

6
2. Perusahaan skala kecil dan menengah mengurangi rekrutmen
pagawai  banyak perusahaan di Indonesia yang diketahui memilih
untuk menunda rekrutmen atau menggurangi jumlah rekrutmen
pegawai hingga waktu yang tidak ditentukan. Hal yang sama juga
yang dipikirkan perusahaan yaitu menjaga perusahaan untuk tetep
berjalan dan memenuhi permintaan konsumen.
3. Perusahaan lebih memilih pekerja yang produktif tinggi dan
multitasking  hampir mayoritas perusahaan mempertahankan
pegawai atau merekrut yang produktif tinggi dan mampu melakukan
beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu, karena modal yang
mulai menipis dan tidak tau kapan pandemic ini berakhir sehingga
perusahaan harus siap untuk menghadapi hal-hal yang mungkin akan
terjadi.
4. Pelaku usaha lebih memilih Outsourcing  sistem ini dianggap lebih
fleksibel untuk dijalani diaman masa kerja mereka lebih singkat dan
akan kerja jika dibutuhakan perusahaan.
5. Perusahaan lebih bergantung pada teknologi  kejadian Work from
home yang diterapkan pemerintah, membuat perusahaan lebih
memilih teknologi untuk membantu menghasilkan produknya, maka
sisi ini diharapkan banyak pekerja mahir dalam penggunaan
teknologi. Dari hal ini dapat di lihat hanya beberapa perusahaan yang
masih bisa berkembang.
6. Banyak perusahaan yang tutup permanen  dampak COVID-19
bukan hanya merugikan pegawai, akan tetapi perusahaan juga
merasakan kerugian yang sangat besar hingga harus gulung tikar
yang disebabkan tidak mampu lagi untuk produksi dan tidak
memiliki modal untuk menutupi kerugian, diprediksi beberapa
perusahaan hanya dapat bertahan hingga Juli 2020, karena dilihat
virus corona yang terus bertambah dan sistem Work from home.

7
3. IMPLEMENTASI PSAK 8 DITENGAH PANDEMI COVID- 19
Pada akhir tahun 2019, di Indonesia belum terkena wabah Covid-
19. Maka dari itu laporan keuangan entitas di Indonesia pada tahun 2019
tidak perlu melakukan peristiwa penyesuaian yang memengaruhi
penyajian hasil dari laporan keuangan 2019, dikarenakan wabah Covid-19
masuk ke negara Indonesia pada tanggal 3 Maret 2020, yaitu setelah
tanggal pelaporan keuangan.
Bagi perusahaan yang sudah go-public, dalam penyusunan laporan
interim atau laporan keuangan kuartal I dan II, yaitu pada tanggal 31 Maret
2020 hasil laporan keuangan tersebut perlu dilakukannya peristiwa
penyesuaian. Dikarenakan pada awal periode Maret, wabah Covid-19
sudah masuk ke negara Indonesia.

8
KESIMPULAN

Dari hasil diskusi dan pembahasan diatas, kelompok kami menyimpulkan


bahwa penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ketika di
masa pandemik COVID-19. Penerapan PSAK 8 pada masa pandemi ini menurut
IAI bahwa PSAK 8 yang dipengaruhi oleh pandemi ini tidak dapat dijadikan dasar
peristiwa yang mewajibkan entitas melakukan adjustment atas laporan keuangan
2019 dikarenakan penyebaran pandemik di Indonesia dimulai pada awal bulan
Maret 2020 dimana pada tanggal tersebut laporan keuangan disusun dan diperiksa
oleh auditor. Kemudian dalam PSAK 8 paragraf 14 mengatakan jika entitas dalam
peristiwa setelah periode pelaporan terdapat peristiwa yang dapat mengancam
kelangsungan usaha dimasa depan maka entitas diminta harus mempertimbangkan
asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Baksara, Bima. (2020, April 18). Rangkaian Peristiwa Pertama COVID-19.


Diakses pada 30 November 2020. Retrieved from
https://kompas.id/baca/riset/2020/04/18/rangkaian-peristiwa-pertama-covid-19/

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2014). PSAK No. 8 (revisi 2011):


Peristiwa Setelah Periode Pelaporan. Jakarta: IAI.

Fachrunnisa, Z. H. (2017). PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN:


PSAK 8. Diakses pada 2 Desember. Retrieved from
https://www.academia.edu/34200102/PERISTIWA_SETELAH_PERIODE_PE
LAPORAN_PSAK_8

IAI. (2020, May 4). Part 1 Opening Webinar IAI - BEI Dampak Pandemi COVID-
19 Terhadap Penerapan PSAK 8, PSAK 68, dan 71. Diperoleh dari
https://www.youtube.com/watch?v=wfheb81_T7s&feature=youtu.be

IAI. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Penerapan Psak 8 Peristiwa


Setelah Periode Pelaporan Dan Psak 71 Instrumen Keuangan. Diakses pada
30 November 2020. Retrieved
from http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_berita/PRESS%20RELEASE
%20DSAK%20IAI-%20DAMPAK%20PANDEMI%20COVID-
19%20TERHADAP%20PENERAPAN%20PSAK%208%20PERISTIWA
%20SETELAH%20PERIODE%20PELAPORAN%20DAN%20PSAK
%2071%20INSTRUMEN%20KEUANGAN.pdf

Kementrian Kesehatan RI. Tentang Novel Coronavirus (Ncov). Jakarta:


Kemenkes RI. Diakses pada 30 November 2020. Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/COVID-19/
TENTANG%20NOVEL%20CORONAVIRUS.pdf

Nainggolan, Putri. (2020, May 8). Accounting Standars in the Light of Covid-19
Pandemic. Diakses pada 30 November 2020. Retrieved
https://spa-febui.com/accounting-standards-in-the-light-of-covid-19-pandemic/

10

Anda mungkin juga menyukai