Anda di halaman 1dari 4

INTANGIBLE ASSET: FAKTOR DAN DAMPAKNYA TERKAIT IFRS, PSAK DAN

GAAP
Anis Hanifah, Sainada Oktoby Sherly, Jasmine Dio Pramesti
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anishanifah12@gmail.com, sainada1793@gmail.com jasminedio2303@gmail.com

Abstrak
Aset tak berwujud bukanlah sesuatu hal yang baru. Hal yang baru adalah
gelombang dramatis dalam ukuran serta pentingnya aset tak berwujud bagi
perusahaan. Penerapan PSAK 19 mengalami revisi pada tahun 2010 yang
diadopsi dari IAS 38. Standar ini diberlakukan secara efektif di Indonesia
mulai tanggal 1 Januari 2011. Dengan adanya perubahan dan revisi dari standar-
standar tersebut menjadikan penyusunan atas laporan keuangan pun menjadi
berubah. Sedangkan banyak perusahaan yang belum menerapkan perubahan
kebijakan pada standar tersebut pada laporan keuangan mereka. Hal ini
menyebabkan timbulnya dampak bagi beberapa pihak salah satu nya pada pajak
Adanya transfer pricing ini membuat penerimaan pemerintah yang berasal dari sektor
pajak menjadi lebih kecil.

1. Aktiva tidak berwujud atau Intangible assets 

Adalah aktiva non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai


bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya atau untuk
tujuan administratif.
Suatu aktiva dapat dimasukkan dalam kategori aktiva tidak berwujud jika :
- Aktiva tersebut dapat diidentifikasikan
- Perusahaan mempunyai kendali atas aktiva tersebut
- Perusahaan memperoleh manfaat dari aktiva tersebut dimasa yang akan datang

2. PSAK NO.19 (Revisi 2010): Aset Tak Berwujud

PSAK ini mulai berlaku 1 Januari 2011 menggantikan PSAK No.19


(Revisi 2000): Aset Tidak Berwujud. PSAK ini menentukan perlakuan
akuntansi aset takberwujud yang tidak diatur secara khusus pada PSAK
lainnya. Pernyataan ini mengatur tata cara pengakuan, pengukuran dan
pengungkapan aset tidak berwujud.
3. Faktor yang Mempengaruhi

a. Faktor Teori Akuntansi

Penyajian aset tak berwujud yang dicatat pada laporan keuangan


neraca sesuai PSAK No. 1 paragraf 52 yaitu Menghimbau perusahaan
yang memiliki aset tak berwujud untuk menyajikan asetnya pada laporan
posisi keuangan dibawah aset tetap. Aset tak berwujud yang telah diakui
dan disajikan oleh perseroan harus diungkapkan dalama catatan atas
laporan keuangan dengan indikator pengungkapan yang ditetapkan oleh
PSAK No.19
Sedangkan, Pengungkapan aset tak berwujud diampirkan dalam
CALK sesuai dengan PSAK 10 paragraf 119 yaitu Perseroan harus
mengungkapkan umur mandaaft aset tak berwujud, Metode Amortisasi,
jumlah tercatat bruto dan akumulasi amortisasi dan laporan laba rugi
komperhensif.

b. Faktor Ekonomi

Dalam pemberlakuan PSAK 19 yang diadopsi dari IAS 38 yaitu


Terdapat Business Competitions akibat adanya trade globalisasi dan
adanya deregulasi terhadap sektor jasa telekomunikasi, transportasi, dan
akselerasi dari internet yang membuat para manajemen membuat kebijakan
yaitu Pemberian inovasi baru terhadap asset tak berwujud agar
memperoleh benchmarking yang baik.

c. Faktor Politik

Pemberlakuan PSAK 19 yang diadobsi dari IAS 38 yaitu Terdapat


sinkronisasi antara kondisi global dan hukum di Indonesia dalam
mengahadapi litigasi hukum Internasional terkait permasalahan yang
berhubungan dengan Intangible Asset.

4. Praktek

a. Isu Penyatuan Akuntansi Atas Aset Tak Berwujud

The value chain blueprint menyediakan suatu sistem informasi


untuk digunakan baik dalam pembuatan keputusan internal serta
pengungkapan kepada investor. Indikator blueprint yang spesifik harus
dapat memenuhi tiga kriteria untuk memastikan kegunaan yang maksimal.
1) Mereka seharusnya kuantitatif. Aspek-aspek kualitatif dari value chain
(seperti praktik-praktik kerja pegawai) dapat disediakan dalam
pengungkapan tambahan.
2) Mereka seharusnya terstandardisasi, yang berarti mereka dapat
dibandingkan dengan perusahaan lainnya untuk tujuan penilaian dan
benchmarking.
3) Mereka seharusnya dapat diperkuat dengan bukti-bukti empiris yang
relevan bagi pengguna (umumnya dengan membentuk suatu asosiasi
statistik yang signifikan antara ukuran dan indikator dari nilai
perusahaan seperti return saham dan peningkatan produktivitas).

5. Dampak

a. Bagi Perusahaan

Dalam PSAK 19, Berkurang atau bahkan hilangnya asset tetap


dalam neraca perusahaan tidak akan menyebabkan hilangnya penghargaan
pasar terhadap perusahaan karena memiliki value chain dari intangible
asset mereka.

b. Bagi Pajak

Dalam PSAK 19 tidak hanya perusahaan, pemerintah pun juga


memiliki kendala yang sama. Karena itu, tidak jarang perusahaan
memanfaatkan aset tak berwujud untuk keuntungannya. Kesulitan
pengukuran ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk melakukan transfer
pricing dengan mengalihkan aset tidak berwujud kepada negara yang
rendah pajak. Adanya transfer pricing ini membuat penerimaan pemerintah
yang berasal dari sektor pajak menjadi lebih kecil.

c. Bagi Investor

Menambah kepercayaan berinvestasi dari adanya the value chain blueprint


MIND MAP

Anda mungkin juga menyukai