Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
IFRS untuk entitas kecil dan menengah (UKM) dimaksudkan untuk mengaplikasikan tujuan
umum laporan keuangan entitas yang tidak dimemiliki akuntabilitas public atau yang sering kita
sebut dengan Entitas Tanpa Akuntan Publik (ETAP). Di beberapa Negara, yang entitas tidak
memiliki akuntabilitas public disarankan untuk memiliki keseragaman pelaporan, termasuk
perusahaan perorangan dan entitas yang tidak mempublikasikan akuntabilitasnya.
Standar pelaporan keuangan global diaplikasikan secara konsisten, akan meningkatkan
keterbandingan inIormasi keuangan. Perbedaan pelaporan dapat mengaburkan perbandingan
yang digunakan oleh investor, penyandang dana dan pengguna lainnya. Syarat penyajian
inIormasi keuangan yang bermanIaat (relevan, reliable,keterbandingan,dll) standar pelaporan
keuangan global yang berkualitas meningkatkan eIisiensi dari alokasi dan pengunaan modal.
Keuntungannya tidak hanya bagi kreditor atau pemilik modal tapi juga menguntungkan bagi
entitas yang membutuhkan modal karena akan mengurangi pengeluaran mereka dan
mengalihkan resiko tidak pasti yang berakibat pada biaya modal. Standar global juga
meningkatkan konsistensi dalam kualitas audit dan memudahkan pendidikan dan pelatihan.
Kelebihan standar pelaporan keuangan global tidak terbatas pada entitas yang terdaItar di pasar
modal. Dalam penilaian IASB, SMEs-dan bagi mereka yang menggunakan laporan keuangan-
mendapatkan keuntungan dari pengaturan umum standar akuntansi. Laporan keuangan ETAP
berbeda dari satu Negara dengan Negara lain dengan alasan :
1.Intitusi keuangan membuat pinjaman antar Negara beroperasi secara multinasional. Dalam
tataran hukum yang luas sebagian besar SMEs termasuk yang paling kecil memiliki pinjaman
bank. Pihak bank mengandalakan laporan keuangan untuk membuat keputusan kredit, dan
menetapkan jangka waktu serta tingkat bunga.
2.Supplier ingin mengevaluasi kondisi keuangan pembeli di berbagai Negara sebelum mereka
menjual barang atau jasa secara kredit.
3.Banyak SMEs yang memiliki pemasok luar negri dan menggunakan menggunakan laporan
keuangan pemasok untuk menilai prospek dari kelangsungan hubungan bisnis jangka panjang.
4.Lembaga peyedia modal menyediakan modal untuk SMEs di setiap Negara.
5.Banyak SMEs yang memiliki investor luar negri yang tidak terlibat dengan entitas manajemen
setiap harinya.

B.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan arrtikel 'Accounting Advisory New, Switzerland yang diterbitkan 09 September
2009, maka dapat mengambil beberapa poin rumusan masalah, yaitu :
1.Apakah pengukuran dengan metode current market value akan mempengaruhi besarnya pajak ?
2.Apakah penggunaan IFRS lebih praktis dibandingkan dengan SAK ETAP bagi UKM ?



















BAB II
TELAAH PUSTAKA

A.Small and Medium Entyties atau Usaha Kecil Menengah
Small and Medium Entyties menurut IFRS Ior SMEs adalah :
a.perusahaan kecil dan menengah adalah perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik,
dan
b.menerbitkan laporan keuangan tujuan umum untuk pengguna eksternal. Contoh
pengguna eksternal termasuk pemilik yang tidak terlibat dalam pengelolaan
bisnis, dan potensi yang ada kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
Sebuah entitas memiliki akuntabilitas publik jika:
(a)utang atau instrumen ekuitas yang diperdagangkan di pasar umum atau dalam proses
menerbitkan instrumen tersebut untuk diperdagangkan di pasar umum (Bursa eIek dalam negeri
atau asing atau pasar over-the-counter, termasuk pasar lokal dan regional), atau
(b) memegang aset dalam kapasitas Iidusia bagi sekelompok orang luar yang luas sebagai salah
satu bisnis utama. Hal ini biasanya terjadi bagi bank, serikat kredit perusahaan asuransi, broker
sekuritas / dealer, reksa dana dan
bank investasi
Beberapa perusahaan juga dapat memegang aset dalam Iiduciary untuk grup luas orang luar
karena mereka memegang dan mengelola sumber daya keuangan yang dipercayakan kepada
mereka oleh klien, pelanggan atau anggota tidak terlibat dalam manajemen entitas. Namun, jika
mereka melakukannya untuk alasan yang terkait dengan bisnis utama (seperti, Misalnya,
mungkin kasus untuk perjalanan atau agen real estat, sekolah, amal organisasi, perusahaan
koperasi yang membutuhkan deposit keanggotaan nominal, dan penjual yang menerima
pembayaran sebelum pengiriman barang atau jasa seperti perusahaan utilitas), yang tidak
membuat mereka publik akuntabel.
Jika sebuah entitas publik akuntabel menggunakan IFRS ini, laporan keuangan tidak akan
digambarkan sebagai sesuai dengan IFRS untuk UKM-bahkan jika hukum atau peraturan yang
yurisdiksi izin atau membutuhkan ini IFRS untuk digunakan oleh publik akuntabel entitas.
Sebuah perusahaan anak yang perusahaan induknya menggunakan IFRSs penuh, atau yang
merupakan bagian dari kelompok konsolidasi yang menggunakan IFRSs penuh, tidak dilarang
menggunakan IFRS dalam perusahaan memiliki keuangan laporan jika anak dengan sendirinya
tidak memiliki akuntabilitas publik. Jika perusahaan
laporan keuangan yang digambarkan sebagai menyesuaikan dengan IFRS untuk UKM, harus


B.IFRS Ior SMEs
1.Pengukuran.
IFRS Ior SMEs memiliki dua metode pengukuran atau measurement yang tercantum pada IFRS
No.2 paragarI 34, sebagai berikut ;
'2. 34 Two common measurement bases are historical cost and Iair value:
(a) For assets, historical cost is the amount oI cash or cash equivalents paid or the Iair value oI
the consideration given to acquire the asset at the time oI its acquisition. For liabilities, historical
cost is the amount oI proceeds oI cash or cash equivalents received or the Iair value oI non-cash
assets received in exchange Ior the obligation at the time the obligation is incurred, or in some
circumstances (Ior example, income tax) the amounts oI cash or cash equivalents expected to be
paid to settle the liability in the normal course oI business. Amortised historical cost is the
historical cost oI an asset or liability plus or minus that portion oI its historical cost previously
recognised as expense or income.
(b) Fair value is the amount Ior which an asset could be exchanged, or a liability settled, between
knowledgeable, willing parties in an arm`s length transaction.

2.Pajak Penghasilan dan pengungkapannya
IFRS Ior SMEs No.29 menyatakan bahwa lingkup untuk pajak penghasilan adalah;
'29.1 pajak penghasilan mencakup semua pajak dalam negeri dan luar negeri yang berdasarkan
laba kena pajak. pajak penghasilan juga termasuk pajak, seperti pemotongan pajak, yang harus
dibayar oleh anak perusahaan, asosiasi atau joint venture pada distribusi bagi entitas pelaporan

Pengungkapan atas pajak harus dilakukan oleh entitas sehingga memungkinkan pengguna
laporan keuangan untuk mengevaluasi siIat dan dampak keuangan dari pajak kini dan tangguhan
konsekuensi transaksi diakui dan acara lainnya. Ketentuan pengungkapan dalam IFRS Ior SMEs
No. 29 paragraI 31, adalah sebagai berikut;

'29,31 entitas harus mengungkapkan secara terpisah komponen utama dari beban pajak
(penghasilan). Komponen tersebut dari beban pajak (penghasilan) mungkin termasuk:
(A) beban pajak kini (penghasilan).
(B) penyesuaian yang diakui pada periode pajak kini periode sebelumnya.
(C) jumlah beban pajak tangguhan (penghasilan) yang berkaitan dengan originasi dan
pembalikan dari beda.
(D) Beban pajak tangguhan (penghasilan) sehubungan dengan perubahan pajak
tariI atau pengenaan pajak baru.
(E) pengaruhnya terhadap beban pajak tangguhan yang timbul dari perubahan dalam pengaruh
hasil yang mungkin dari tinjauan oleh otoritas pajak (lihat ayat 29,24).
(F) penyesuaian untuk beban pajak tangguhan yang timbul dari perubahan status pajak
perusahaan tersebut atau para pemegang saham.
(G) perubahan dalam penyisihan penilaian (lihat ayat 29,21 dan 29,22).
(H) jumlah beban pajak sehubungan dengan perubahan kebijakan akuntansi dan
kesalahan (lihat Pasal 10 Kebijakan Akuntansi, Perkiraan dan Kesalahan).


Tunjukkan huruI
C.SAK ETAP
No.
Elemen
SAK UMUM
SAK ETAP
1.
Penyajian Laporan Keuangan
Dengan adanya ED PSAK 1 di masa depan penyajian laporan keuangan mengikuti IFRS dengan
perubahan antara lain,
- Tidak ada lagi pos luar biasa pada neraca
- Laba Rugi comprehensive
- Cash Ilow metode langsung (dianjurkan), dan tidak langsung.
Minimum pos yang harus ada di neraca lebih sedikit.
- Silent terhadap pos luar biasa
- Laporan laba rugi (tanpa harus menyajikan laba rugi komprehensive)
- Cash Ilow dengan metode tidak langsung
2.
Aset Tetap dan Properti Investasi
1. Memberikan pilihan metode biaya atau revaluasi untuk aset tetap.
2. Metode Fair value untuk properti investasi.
Aset tetap, properti investasi menggunakan metode biaya kecuali ada ketentuan pemerintah yang
mengharuskan model revaluasi diterapkan.
3.
Aset Tidak Berwujud
- Saat ini aset tidak berwujud diamortisasi selama 20th.
- ED PSAK 19 (Terbit 2011)
- Aset tidak berwujud dengan masa manIaat tak terbatas, tidak diamortisasi.
- Aset tidak berwujud diamortisasi selama 10th.
- Pengukuran menggunakan metode biaya.
4.
Instrumen Keuangan
- Ruang lingkup: aset dan kewajiban keuangan,
- DiklasiIikasikan pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, dimiliki hingga jatuh tempo,
tersedia untuk dijual, pinjaman dan pinjaman yang diberikan.
- Impayment menggunakan incurred loss concept.
- Derecognition
- Hedging dan derivatiI.
- Ruang lingkup; investasi pada eIek tertentu
- KlasiIikasi trading, held to maturity, dan available Ior sale. Hal tsb mengacu pada PSAK no
50 (1998).
- Jauh lebih sederhana dibanding ketentuan PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006)
5.
Pajak Penghasilan
Menggunakan deIIered tax concept
Pengukuran dan pengakuan pajak kini
Pengakuan dan pengukuran pajak tangguhan

Menggunkan tax payable konsep
Tidak ada pengakuan&pengukuran untuk pajak tangguhan
6
Imbalan kerja
Komponen biaya
Kapitalisasi dan pengakuan biaya
Biaya pinjaman langsung dibebankan

BAB III
PEMBAHASAN
A.ARTIKEL
1.Artikel IFRS Ior SMEs

ACCOUNTING ADVISORY SERVICES Accounting Advisory News Switzerland ADVISORY
Issue 2 September 2009 In July 2009
One oI the longest and most controversial projects oI the IASB culminated with the release oI the
standard IFRS Ior Small and Medium-sized Entities (IFRS Ior SMEs). More than 8 years have
passed since the issue was added to the IASB`s project agenda. During this time Iundamental
changes were considered in relation to the basic concept oI the standard and individual
accounting rules. The Iirst draIt oI the standard was based on cost-beneIit considerations Ior
SMEs and provided a slimmed-down version oI Iull IFRSs with simpliIication to recognition,
measurement and disclosure requirements oI Iull IFRSs. The Iinal standard issued by the IASB,
however, presents itselI as a selI-contained standard Ior SMEs that contains, to some extent,
extensive recognition and measurement simpliIications.
In Switzerland, the accounting standard IFRS Ior SMEs competes with the generally accepted
accounting principles oI Swiss GAAP FER, which are also based on the true and Iair view
principle.
According to the current draIt oI the new Swiss accounting law, consoli-dated Iinancial
statements will need to be prepared under generally accepted accounting principles. A directive
oI the Swiss Federal Council will set out which standards are likely to be accepted as generally
accepted accounting principles which is likely to include Swiss GAAP FER, IFRS, US GAAP
and, potentially, IFRS Ior SMEs.
Hence, a group oI entities that has neither equity nor debt instruments listed on a public market
and is neither a bank nor an insurance company, theoretically has the choice between Iour
diIIerent accounting principles. However, Iull IFRSs and US GAAP are not likely to constitute a
sensible alternative Ior SMEs given their complexity. In this newsletter, we explain to you the
signiIicant simpliIications oI the SME standard and highlight the major diIIerences to Swiss
GAAP FER.
IFRS Ior SMEs- a Standard Ior Switzerland ?
Structure and content
The Iinal IFRS Ior SMEs is a stand-alone document, without connections to Iull IFRSs (except
Ior the reIerence to IAS 39), which has been developed on the basis oI the Iull IFRSs and its
Iramework. The cross-reIerences to Iull IFRSs (e.g. Ior details on applying more complex
accounting options or as a source oI guidance when the IFRS Ior SMEs does not address an
accounting issue directly) that had been proposed in the exposure draIt to this standard were
eliminated in the Iinal standard.
Example: The IFRS Ior SMEs does not include any guidance regarding the derecog-nition oI
goodwill that has been allocated to a cash-generating unit when an entity disposes oI an
operation within that unit. Hence, entities that apply the SME standard have the choice oI
applying IAS 36 (in particular paragraph 86) by analogy or to develop an independent
accounting policy.
The IASB plans to update the IFRS Ior SMEs approximately every three years, however urgent
matters may need to be considered earlier than in the normal three-year cycle. With this
provision, the SME standard remains Iairly Ilexible but is still not considered Ior amendment as
oIten as Iull IFRSs. New IFRSs, issued by the IASB since the SME standard was last revised do
not automatically apply to the IFRS Ior SMEs.
The IFRS Ior SMEs is organised by topics, with each topic presented in a separate section.
Section 1-10 are general in nature and include the scope oI the standard (section 1), the relevant
excerpts Irom the Iramework and the basic recognition and measurement principles (section 2),
which now Iorm part oI the mandatory accounting standard unlike Iull IFRSs.
Sections 11-29 contain topics related to individual balance sheet items and transactions, that have
been more or less derived Irom the corresponding IFRSs. A derivation table in the back oI the
standard identiIies the IASs/IFRSs Irom which the principles in each section oI the IFRS Ior
SMEs were derived.
Sections 30-34 include special topics that are not related to single balance sheet items or
transactions, such as Foreign Currency Translation, Hyper-inIlation and Special Activities (i.e.
Agriculture and Exploration oI Mineral Resources).
Section 35 sets out the requirements Ior Iirst-time adoption oI the SME standard. The
requirements apply regardless oI whether the transition is Irom Iull IFRSs or Irom another set oI
accounting principles such as the Swiss Code oI Obligations or Swiss GAAP FER.
The standard is supplemented by the Basis Ior Conclusions, Illustrative Financial Statements and
a Disclosure Checklist that are not mandatory.
Accounting options
While the exposure draIt granted all accounting options available under Iull IFRSs to SMEs, the
Iinal standard only includes the simpler option Ior SMEs. The cross-reIerences to Iull IFRSs that
allowed SMEs to apply the more complex options included in Iull IFRSs, were eliminated in the
Iinal standard in order to allow a stand-alone IFRS Ior SMEs standard. Hence, in contrast to the
original intention oI the IASB, the Iinal standard includes considerably less accounting options
than Iull IFRSs.
Example: The exposure draIt oI the SME standard allowed the subsequent measurement oI
property, plant and equipment either at cost less any accumulated depreciation and impair-ment
losses or at Iair value. While the Iirst (simpler) option was explicitly set out in the exposure draIt,
SMEs would have had the option to apply the more complex option via a cross-reIerence to Iull
IFRSs (IAS 16.31 II.).
Further signiIicant accounting options in Iull IFRSs that are not available Ior SMEs, include the
Iollowing:
4 Recognition oI actuarial gains and losses Irom deIined beneIit plans in line with the corridor
method (IAS 19.92) or by adopting any systematic method that results in Iaster recognition (IAS
19.93),
4 Proportionate consolidation Ior investments in jointlycontrolled entities (IAS 31.30 II.),
4 Subsequent measurement oI intangible assets at Iair value (IAS 38.75 II.),
4 Deducting government grants Irom the carrying amount oI the corresponding asset (IAS
20.24),
4 Subsequent measurement oI investment properties at cost less any accumulated depreciation
and impairment losses (IAS 40.30).

In contrast, SMEs still have the option to prepare the cash Ilow statement by using either the
direct or indirect method.
Further, the SME standard provides the Iollowing additional accounting options:
4 Financial instruments can be accounted Ior by either applying the requirements oI sections 11
and 12 oI the IFRS Ior SMEs or by applying the recognition and measurement requirements oI
IAS 39,
4 Investments in associates and jointly controlled entities can be accounted Ior in the
consolidated Iinancial statements at cost, at Iair value through proIit or loss or by applying the
equity method.

SigniIicant simpliIications
The Iinal IFRS Ior SMEs contains several recognition and measurement simpliIications
compared to Iull IFRSs and to the exposure draIt.
Financial instruments
The most Iar going separation Irom Iull IFRSs becomes obvious in the Iinancial instruments
section. In this section, an independent approach has been developed, which was also used as a
starting point Ior the discussions around the revision oI accounting Ior Iinancial instruments in
Iull IFRSs.
In contrast to Iull IFRSs, there are only two instead oI Iour categories oI Iinancial instruments:
(1) basic Iinancial instruments and (2) other Iinancial instruments.
Basic Iinancial instruments comprise, Ior example, debt instruments at Iixed or variable rates
with common terms, bank deposits, trade receivables and payables, bills and others. These
Iinancial instruments shall be measured at amortised cost using the eIIective interest method less
any impairment losses.
Basic Iinancial instruments also com-prise investments in non-convertible preIerence shares and
non-puttable ordinary and preIerence shares. These Iinancial instruments shall be measured at
Iair value with changes in Iair value recognised in proIit or loss, iI the shares are publicly traded
or their Iair value can otherwise be measured reliably. All other such investments shall be
measured at cost less impairment.
Other Iinancial instruments, including all derivatives, that are not part oI a hedge relationship,
shall be measured at Iair value with changes in Iair value to be recognised in proIit or loss.
Comparison to Swiss GAAP FER: Under Swiss GAAP FER, only securities as part oI the
current assets Ior which a Iair value exists and derivatives that are not part oI a hedge
relationship, shall be measured at Iair values. Hence, more Iinancial instruments tend to be
measured at Iair values under IFRS Ior SMEs than under Swiss GAAP FER. The Iuture will
show whether this will lead to signiIicant divergence in practice as most SMEs are likely to have
only basic Iinancial instruments.
The complex requirements Ior embedded derivatives set out in IAS 39 have not been transIerred
to the IFRS Ior SMEs. As per IFRS Ior SMEs Iinancial instruments with embedded derivates
(such as convertible bonds) are classiIied as other Iinancial instruments and hence measured in
their entirety at Iair value.
Contracts to buy or sell non-Iinancial items that include risks that are not in accordance with the
entity`s expected purchase, sale or usage requirements are also classiIied as other Iinancial
instruments and measured in their entirety at Iair value. Hence, the separation oI the embedded
derivative is not necessary.
Comparison to Swiss GAAP FER: Swiss GAAP FER does not set out detailed requirements Ior
embedded derivatives, which probably shows that the issue is not as relevant Ior the users oI
Swiss GAAP FER.
In general, Swiss GAAP FER requires the recognition oI a derivative as soon as it constitutes an
asset or a liability. Embedded derivatives are treated together with the basic instrument, with
separation as an allowed alternative. Components oI non-Iinancial contracts that are in
accordance with the entity`s expected purchase, sale or usage requirements are not likely to IulIil
the deIinition oI an asset or a liability and hence would not be separable. Thus, there are no
signiIicant diIIerences between the SME standard and Swiss GAAP FER.
In addition, the requirements Ior hedge accounting have been simpliIied but are still relatively
complex. The SME standard still requires relevant docu-mentation and prospective eIIective-
ness testing oI the hedge relationship. Only retrospective eIIectiveness testing oI the hedge
relationship is not required as the termination oI the hedge relationship is accounted Ior
prospectively unlike IAS 39.

.........

Topics without major simpliIications
The Iollowing accounting topics, which are considered to be complex in practice, are consistent
with Iull IFRSs without major simpliIications Ior SMEs:

4 Leases,
4 Revenue recognition,
4 Share-based payments,
4 Income taxes and
4 Business combinations.

While the guidance on income taxes in the IFRS Ior SMEs anticipates Iuture changes to Iull
IFRSs, such as the deIinition oI the tax base and the accounting Ior uncertain tax positions, the
requirements Ior business combinations are not based on the current IFRS 3 (2008) but on the
previous version issued in 2004.
Comparison to Swiss GAAP FER: Accounting Ior leases as lessees is comparable with IFRS.
However, accounting Ior leases as lessors is not speciIied in Swiss GAAP FER.
There is only one general require-ment in the Iramework regarding revenue recognition,
however, the results are likely to be comparable to the SME standard. As accounting Ior share-
based payments is not set out under Swiss GAAP FER, recognition as an expense is not
inevitable. The concept oI accounting Ior deIerred taxes is comparable to the IFRS Ior SMEs, but
there are signiIicant diIIerences in relation to the detailed requirements. Under Swiss GAAP
FER, the temporary diIIerences concept is not Iollowed as strictly as under the SME stan-dard.
For example, deIerred taxes are not recognised Ior temporary diIIerences oI income and
expenses that do not aIIect the results (such as translation diIIerences that have been recognised
in equity). Accounting Ior business combinations is generally comparable with the SME standard
but the requirements are signiIicantly less detailed.
Disclosures
The Iinal SME standard still requires detailed disclosures in some areas, although the overall
quantity oI disclosures has been signiIicantly reduced compared to Iull IFRSs.
For example, the disclosure oI a tax rate reconciliation is not required Ior SMEs. However,
disclosures are required in relation to the signiIicant diIIerences in tax amounts presented in the
statement oI comprehensive income and amounts reported to tax authorities.
Comparison to Swiss GAAP FER: Overall, the disclosure requirements under Swiss GAAP FER
are signiIi-cantly less than under the IFRS Ior SMEs. The disclosure requirements in relation to
deIined beneIit obliga-tions under Swiss GAAP FER are similar to IFRS Ior SMEs. The disclo-
sures required Ior transactions with related parties are also comparable. However, Swiss GAAP
FER does not require the disclosure oI key manage-ment personnel compensation.
First-time adoption
IFRS Ior SMEs should be applied retro-spectively when adopted Ior the Iirst time, i.e.
recognition and measurement oI all assets and liabilities as iI the standard would have been
applied in the past. However, the standard grants several exemptions Irom the retro-spective
application requirement some oI them are mandatory and others are optional.
An entities` Iirst Iinancial statements prepared under the IFRS Ior SMEs would require the
disclosure oI comparative inIormation in respect oI the previous comparable period Ior all
statements.
Further, the Iirst Iinancial statements under the IFRS Ior SMEs require the disclosure oI a
reconciliation oI the entity`s equity and proIit or loss determined in accordance with its previous
Iinancial reporting Iramework to its equity determined in accordance with the SME standard.
Comparison to Swiss GAAP FER: Swiss GAAP FER requires only the disclosure oI an opening
balance sheet upon Iirst time adoption Ior the current reporting period (closing balance at the end
oI the previous Iinancial year).The retrospective application oI the standard is not explicitly set
out in Swiss GAAP FER. Hence, there are no exemptions Irom the retrospective application
comparable to the ones included in the SME standard.
Adoption in Switzerland
The comparison between IFRS Ior SMEs and Swiss GAAP FER shows that, despite the
sometimes signiIicant simpliIications to Iull IFRSs, the requirements oI the SME standard are
more detailed than Swiss GAAP FER. Further, due to the signiIicant larger quantity oI
disclosures under IFRS Ior SMEs, the compilation oI Iinancial statements under the SME
standard is likely to take more time and eIIort. However, the accuracy oI this state-ment will
depend on the individual circumstances.
However, Swiss GAAP FER oIten does not set out any, or only general, requirements Ior certain
important accounting areas. In addition, the Irequency oI changes to the standards is likely to be
higher under IFRS Ior SMEs than under Swiss GAAP FER due to the planned regular revisions
oI the SME standard. This might require costly changes to the current accounting processes and
systems.
On the other hand, Swiss GAAP FER users are in practice oIten required to develop and
consistently apply their individual accounting policies in accounting areas with no or only
general requirements, iI applicable to the company. This might involve substantial costs and
coordination eIIort especially Ior multinational groups oI companies with a certain size.
In addition, the comparability oI Swiss GAAP FER Iinancial statements might be limited Irom
the point oI view oI users oI Iinancial statements, due to the necessity to develop individual
accounting policies in accounting areas with no or only general requirements. Financial
statements under IFRS Ior SMEs might potentially be more comparable than under Swiss GAAP
FER resulting Irom the more detailed requirements oI the SME standard. This is also the case in
relation to Iinancial statements under Iull IFRSs given the Iewer accounting options included in
the IFRS Ior SMEs.
A disadvantage oI the IFRS Ior SMEs is that the scope oI application is considerably more
restricted. Swiss GAAP FER can be applied by all entities that are not listed on the Main
Standard oI the SIX (and hence are required to apply Iull IFRSs or US GAAP anyway).
However, entities that are listed in the Domestic Standard oI the SIX or whose debt instruments
are traded in a public market, are not allowed to apply the SME standard. Even a change oI the
SIX`s listing rules would not change the applicability oI the SME standard to entities whose debt
and equity instruments are traded in public market, as it was the IASB`s intention that Iinancial
statements oI these entities shall not be described as conIorming to the IFRS Ior SMEs.
The individual circumstances oI Swiss entities and the international acceptance oI the SME
standard will determine whether Swiss entities will be prepared to accept the higher costs and
time eIIort to prepare Iinancial statements under the IFRS Ior SMEs. In this regard, one oI the
key consider-ations is likely to be the endorsement oI the SME standard by the EU, which is still
pending.

http://kpmg.ch


2.Artikel Surat Edaran Bank Indonesia
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs)
SE NO.11/37/DKBU/2009 TANGGAL 31 DESEMBER 2009 TENTANG PENETAPAN
PENGGUNAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BAGI BANK PERKREDITAN
RAKYAT
1. Apa latar belakang penerbitan Surat Edaran (SE) ini?
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku bagi BPR selama ini adalah PSAK 31 tentang
Akuntansi Perbankan (PSAK 31) yang berlaku bagi seluruh perbankan. Dengan diberlakukannya
PSAK 50 Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan (PSAK 50) dan PSAK 55
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran (PSAK 55), yang menggantikan PSAK 31,
maka standar akuntansi bagi perbankan mengacu pada PSAK yang berlaku. Namun demikian,
penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai bagi BPR dan memerlukan
biaya yang besar dibandingkan dengan manIaat yang diperoleh. Sehubungan dengan itu maka
BPR memerlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai. SE ini diterbitkan sebagai penetapan
penggunaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
sebagai standar akuntansi keuangan bagi Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan
usaha berbasis konvensional.
2. Apa pokok-pokok pengaturan dalam SE ini?
Pokok pengaturan dalam SE ini adalah pemberlakuan SAK ETAP sebagai standar akuntansi
keuangan bagi BPR.
3. Mengapa BPR sebagai bank menggunakan SAK ETAP?
Mempertimbangkan bahwa penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 bagi BPR dipandang tidak sesuai
dengan karakteristik operasional BPR dan memerlukan biaya yang besar dibandingkan dengan
manIaat yang diperoleh maka BPR memerlukan standar akuntansi keuangan yang sesuai. Standar
akuntansi keuangan yang ditetapkan adalah SAK ETAP. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan
DSAK-IAI dalam SAK ETAP bahwa SAK ETAP dapat diberlakukan bagi entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signiIikan, sepanjang otoritas berwenang mengatur penggunaan SAK ETAP
dimaksud. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signiIikan adalah entitas yang menguasai
asset dalam kapasitas sebagai Iidusia untuk sekelompok besar masyarakat, contohnya bank.
4. Kapan SE ini berlaku?
SE ini berlaku sejak tanggal 1 Januari 2010.


B.ISI
1.Perbedaan SAK Umum & SAK ETAP
Indonesia memberlakukan SAK ETAP bagi UKM dan entitas tanpa akuntan publik sebagai
pengganti PSAK 50 dan PSAK 55(bagi BPR) sejak 1 Januari 2010. Ada beberapa perbedaan
antara SAK umum dengan SAK ETAP ini. Perbedaan ini menybabkan kendala dalam penerapan
SAK ETAP . Jika pada SAK ETAP pajak tangguhan tidak diakui maka, pada SAK Umum pajak
tangguhan diakui.Meskipun begitu, telah ada beberapa entitas khususnya BPR yang telah
menerapkan SAK ETAP ini, salah satunya adalah Bank Perkreditan Artha Graha.
Penerapan SAK ETAP akan membantu UKM utuk menyajikan Laporan Keuangan lebih baik
dan dengan biaya yang lebih sedikit.



2.Perbedaan pengukuran dan pengungkapan IFRS Ior SMEs dengan ETAP
Switzerland atau Swiss terkenal sebagai salah satu Negara 'Surga Pajak karena pajak yang
ditetapkan hamper mendekati 0(nol persen) bagi investor asing tapi, itu dulu sebelum akhirnya
Negara- Negara lain melakukan protes atas peraturan pajak pemerintah Swiss yang
dikhawatirkan akan membuat Swiss menjadi Negara 'pencuci uang.
Swiss menerapkan IFRS secara perlahan dan melakukan harmonisasi dengan GAAP FER.
Ketika IFRS Ior SMEs muncul, terdapat beberapa kendala diantaranya mengenai perpajakan.
Swiss dan beberapa Negara lain mengalami kendala ketika akan menerapakan IFRS Ior SMEs,
metode pengukuran IFRS yang tersedia adalah Historical Cost dan Fair Value. Metode ini
memberikan kontrovesi, beberapa penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa investor
lebih mempercayai Laporan Keuangan yang disusun dengan metode pengukuran Historical Cost
dibandingkan dengan Fair Value. Current Market Value atau nilai sekarang telah merubah nilai
kos yang akan ditandingkan dengan penjualan, penurunan ekuitas dan aliran kas masuk agar
dapat mengukur pendapatan, laba, dan untung. Pada saat kos diukur dengan metode Iair value
akan tercipta nilai yang baru sehingga akan merubah besarnya nilai pendapatan, laba, dan untung
(menurut IAI semua unsur tersebut merupakan satu kesatuan yaitu pengasilan).
Ketika nilai penghasilan berubah akan muncul indikasi bahwa perubahan nilai tersebut diikuti
pula dengan perubahan nilai dari komponen kos. Jika perusahaan menggunakan nilai sekarang
dalam mengukur seluruh asset tetapnya, maka akan timbul nilai kos depresiasi yang baru. Nilai
tersebut akan mempengaruhi jumlah kos yang akan ditandingkan dengan penjualan sehingga
laba perushaan - pun akan berubah dan besaran pajak yang harus dibayar oleh entitas berubah
pula terlebih jika harga pasar dari asset tetap berIluktuasi dan atau mengalami penurunan yang
drastis. Hal ini tentu aka merugikan entitas karena jumlah pajak yang akan dibayarkan akan
menjadi lebih besar.
SAK ETAP memiliki metode pengukuran yang sama dengan SAK Umum sehingga entitas ridak
perlu melakukan revaluasi untuk semua nilai asset yang tercatat. Namun pengungkapan atas
pajak tangguhan dari UKM tidak dicantumkan secara rinci dalam SAK ETAP dan hal ini
berbanding terbalik dengan IFRS Ior SMEs. PAjak tangguhan dalam IFRS tetap diungkapkan
dengan tujuan pengguna laporan dapat memperkirakan bessarnya pajak yang akan dibayar pada
periode mendatang dan diatur dalam IFRS Ior SMEs No.29 paragaraI 31.

3.Tingkat kepraktisan penggunaan IFRS Ior SMEs dan SAK ETAP
Penerapan akuntansi dan pemilihan kebijakannya didasarkan pada tingkat kepraktisan
penggunaannya serta keselarasan dengan tujuan Negara. SAK ETAP tentu akan digunakan
secara menyeluruh oleh entitas dari Negara tersebut, berbeda dengan IFRS untuk UKM yang
menyediakan penerapan secara menyeluruh atau tidak secara menyeluruh.
Pada tahun 2009, muncul wacana bahwa IASB memiliki rencana untuk memperbaharui IFRS
untuk UKM dengan Irekuensi tiga tahun sekali. IASB dan rencananya ini menimbulkan banyak
pertanyaan, terlebih sebelumnya muncul banyak kontroversi dari metode pengukuran yang
terrcantum dalam IFRS.
Bagi UKM Indonesia yang baru akan menerpakan SAK ETAP pada 01 Januari 2011, penerapan
IFRS dirasa telalu cepat dan akan menyedot baanyak biaya, meskipun penerapan SAK ETAP
akan membantu entitas dalam penyediaan modal dan perluasan usaha. Namun, hal ini tidak
menutup kemungkinan pilihan bagi UKM untuk menggunakan IFRS sebagai pengganti SAK
ETAP. Harmonisasi antara keduanya telah dilakukan dan bahkan SAK ETAP melakukan adopsi
IFRS untuk standar atas klasiIikasi asset sewa dan biayanya.
Jika IASB dengan rencananya memperbarui IFRS setiap tiga tahun sekali maka, perlu dikaji
ulang pilihan menggunakan IFRS sebagai standar untuk UKM. Perubahan dalam IFRS adalah
perubahan yang akan menimbulkan dampak biaya yang material dan sebanding dengan
manIaatnya atau tidak serta tingkat kepraktisan penerapan standar yang baru dan dipilih yang
tidak menimbulkan kompleksitas dan lebih sederhana.


BAB IV
KESIMPULAN

A.Penerapan SAK ETAP
Indonesia, Negara dengan struktur pelaku ekonomi yang didominasi oleh pebisnis skala UKM
dan perdaganagan di sector riil memiliki persoalan yang harus segera diselesaikan yaitu dimana
sebagian besar UKM membutuhkan pendanaan dengan jumlah yang besar dan terkendala dengan
persyaratan perbankan yang mengharuskan adanya laporan keuangan sesuai dengan PSAK. Hal
ini membuat bervariasinya laporan keuangan UKM dan bahkanUKM tidak menyajikan laporan
keuangan dalam mengajukan pinjaman kepada bank. Standar tentang pelaporan keuangan UKM
yang belum tersedia merupakan sebuah kendala yang harus segera diselesaikan. Hal ini memacu
IAI membuat standar untuk entitas tanpa akuntan public dan Bank Indonesia segera
mengeluarkan Surat Edaran untuk memberlakukan SAK ETAP yang merupakan sebuah bentuk
penyederhanaan dari SAK Umum.
Penerapan SAK ETAP ini tentu akan menyita sumber daya yang dimiliki oleh entitas. Namun
jika prinsip biaya yang ditandingkan dengan manIaat dimasa depan atas pengguaan SAK ETAP
ini maka, entitas akan memperoleh manIaat yang lebih besar karena akan lebih mudah
mendapatkan pendanan guna memperluas usahanya, disamping itu biaya yag dikeluarkan akan
lebih kecil jika dibandingkan dengan penerapan SAK Umum oleh entitas.

B.IFRS Ior SMEs sebagai Pengganti SAK ETAP
IFRS untuk UKM akan membantu UKM mendapatkan pendanaan dari pihak bank, investor local
bahkan inbestor asing. Standar yang berlaku internasional ini juga akan membantu UKM untuk
memperluas lingkup usahanya hingga kancah internasional.
IFRS memiliki kendala dan kontroversi ketika akan ditetapkan dibeberapa Negara juga
Indonesia, kendala tersebut diantaranya;
1.Penggunaan IFRS secara menyeluruh dan tidak secara menyeluruh akan membuat laporan
keuangan menjadi tidak standar;
2.Penggunaan metode pengukuran nilai sekarang masih mengundang kontroversi di berbagai
negara yang telah lebih dulu menerapkan IFRS;
3.Pengukuran nilai sekarang membuat jumlah pajak yang harus dibayarkan entitas akan berubah;
dan
4.Mengingat IASB mempunyai rencana untuk memperbarui IFRS untuk UKM setiap tiga tahun
maka, perlu pengkajian ulang atas penerapannya karena jika ada perubahan yang medasar atas
IFRS apakah akan membawa dampak biaya yang material dan menurunkan nilai manIaat yang
dipengaruhi juga oleh tingkat kepraktisan penerapan standar.

Indonesia yang baru saja memberlakukan SAK ETAP pada 01 Januari 2010 sebelumnya telah
melakukan harmonisasi dengan IFRS Ior SMEs dalam beberapa hal sehingga harmonisasi
selanjutnya perlu dipercepat, diperkuat, dan lebih diselaraskan dengan tujuan Negara dan tujuan
pelaporan keuangan.sehingga tidak menimbulkan komlpekstisitas.
Pada akhirnya, UKM akan memiliki kesempatana yang cukup luas untuk mengembangkan
usahanya, memiliki hubungan kerjasama dengan pihak asing dan memperluas usaha hingga luar
negeri.









DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia NO.11/37/DKBU/2009 TANGGAL 31
DESEMBER 2009 TENTANG PENETAPANPENGGUNAAN STANDAR AKUNTANSI
KEUANGAN BAGI BANK PERKREDITANRAKYAT.
HIMATANSI. SAK Umum vs SAK ETAP. 2010, Mei. www.himatansi.ac.id
IAI. SAK Entitas Tanpa Akuntan Publik. 2010. Jakarta
IASB. IFRS Ior SMEs. 2009. www.iasb.org. United Kingdom.
Ken, Lewis. SAK ETAP, sebuah versi sederhana dari SAK Umum. 2010, Februari.
www.rss.com
Koster, Oliver. IFRS Ior SMEs A Standard Ior Switzerland. Accounting Advisory News,
Switzerland. 2009, September. www.kpmg.ch
Posted by tugas semak at 3:02 AM
Labels: anisa), kelompok 6 (khalisah, tyas
0 comments:
Post a Comment
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)
Blog Archive
O 2010 (18)
4 June (7)
Perbedaan PSAK 50 dan IFRS 32 Penyajian : Kewajiba...
Perbedaan PSAK 50 dan IFRS 32 "Penyajian : Kewajib...
IFRS FOR SME`s STUDI PERBANDINGAN DENGAN GAAP
IFRS untuk UKM di Swiss dan SAK ETAP di Indonesia
IFRSs Ior SMEs Tony Sulistyo Pambudi C1C00523...
Solvency II versus IFRS: Cost oI Capital Implicati...
FINANCIAL INSTRUMENT : IMPEMENTASI PSAK NO 50 DAN ...
4 May (10)
4 April (1)
2010 Contributors. Picture Window template. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai