Anda di halaman 1dari 8

Dasar Pertimbangan Pencabutan

05. Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 32: Akuntansi


Kehutanan, PSAK 35: Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37: Akuntansi
Penyelenggaraan
Jalan Tol adalah:
(a) Dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial Reporting
Standard atau
IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan PSAK untuk suatu industri tertentu yang sudah ada
pengaturannya
dalam PSAK lain yang mengacu ke IFRS.
(b) Adanya inkonsistensi antara pengaturan dalam PSAK 32, 35 dan 37 dengan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan PSAK lain.
(c) Adanya tumpang tindih pengaturan dalam PSAK 32, 35, dan 37 dengan PSAK lain untuk suatu
transaksi dan
peristiwa lainnya.
(d) Adanya perubahan konsep atau peraturan yang menjadi dasar penyusunan PSAK untuk suatu
industri tertentu
sehingga pengaturan dalam PSAK tersebut tidak sesuai dengan konsep atau peraturan yang ada
sekarang.

Penerbitan ED PPSAK 101: Pencabutan PSAK 59: Akuntansi Perbankan


Syariah bertujuan untuk meminta tanggapan atas semua pengaturan dan
paragraf dalam ED PPSAK 101 tersebut.
Untuk memberikan panduan dalam memberikan tanggapan, berikut ini hal
yang diharapkan masukannya:
1. Alasan Pencabutan
PSAK 59: Akuntansi Perbankan Syariah yang telah disahkan pada
tahun 2009 mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan
aktivitas bank syariah, termasuk prinsip mudharabah, musyarakah,
murabahah, salam, istishna, ijarah, penyisihan kerugian aset produktif,
wadiah, qardh, sharf, dan kegiatan bank syariah berbasis imbalan.
Dalam perkembangannya, pengaturan akuntansi di dalam PSAK 59 ini
sudah diatur di PSAK lain, baik di dalam PSAK non-syariah, maupun
PSAK Syariah mulai dari PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syariah hingga PSAK 110: Akuntansi Sukuk. Hal ini karena pada
dasarnya PSAK syariah tidak mengatur transaksi spesifik yang sudah
diatur di PSAK lain.
Standar Akuntansi Keuangan pun kini tidak lagi disusun berdasarkan
industri atau jenis entitas tertentu, namun berdasarkan pada jenis
transaksi pada laporan keuangan.
Selain itu, terdapat pengaturan transaksi pada PSAK 59 yang sudah tidak
sesuai dengan regulasi perbankan syariah saat ini, seperti penyisihan
kerugian aset produktif.
Dengan dasar pertimbangan tersebut, DSAS IAI memutuskan untuk
mencabut PSAK 59.

06. Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 21:


Akuntansi Ekuitas, ISAK 1: Interpretasi atas paragraf 23
PSAK 21 Tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Saham,
ISAK 2: Interpretasi atas paragraf 25 dan 31 PSAK 21
Tentang Penyajian Modal dalam Neraca dan Tentang Piutang
pada Pemesan Saham, dan ISAK 3: Interpretasi Tentang
Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan
adalah:
Dampak dari konvergensi ke standar akuntansi
internasional (International Financial Reporting
Standards atau IFRS) yang mengakibatkan perlunya
pencabutan SAK yang sudah ada pengaturannya dalam
SAK lain.
Adanya inkonsistensi antara pengaturan dalam PSAK
21 dengan PSAK lain.
Adanya pertentangan dengan peraturan perundang undangan tentang perseroan terbatas akibat
perubahan undang undang tersebut .

Penerbitan ED PPSAK 8: Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Koperasi


bertujuan untuk meminta tanggapan atas semua pengaturan dan paragraf
dalam ED PPSAK 8 tersebut.
Untuk memberikan panduan dalam memberikan tanggapan, berikut ini
hal yang diharapkan masukannya:
1. Alasan pencabutan
Pencabutan PSAK 27 dilandasi alasan sebagai dampak dari
konvergensi IFRS yang mengakibatkan SAK berbasis industri
harus dicabut karena sudah diatur dalam SAK lain.
PSAK 27 mengatur mengenai akuntansi koperasi bagi badan usaha
koperasi atas transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi
anggotanya, meliputi:
- Transaksi setoran anggota koperasi
- Transaksi usaha koperasi dengan anggotanya
Transaksi
yang spesifik pada badan usaha koperasi:
Cadangan
Modal penyertaan
Modal sumbangan
Beban-beban perkoperasian
- Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.
Prinsip-prinsip untuk hal di atas sudah diatur dalam SAK lain.

Penerbitan ED PPSAK 10: Pencabutan PSAK 51 tentang Akuntansi


Kuasi-Reorganisasi bertujuan untuk meminta tanggapan atas semua
pengaturan dan paragraf dalam ED PPSAK 10 tersebut.
Untuk memberikan panduan dalam memberikan tanggapan, berikut
ini hal-hal yang diharapkan masukannya:
masukannya:.
Pencabutan PSAK 51: Akuntansi Kuasi-Reorganisasi dilandasi
pertimbangan adanya ketidaksesuaian prinsip pengaturan dalam
PSAK 51 dengan PSAK lain.
- Aspek akuntansi. Konsep yang digunakan untuk kuasireorganisasi dalam PSAK 51 adalah fresh start accounting.
Entitas yang memiliki saldo laba negatif atau defisit tetapi
memiliki prospek baik di masa depan dapat melakukan
kuasi-reorganisasi. Hal ini hanya dapat dilakukan ketika
entitas memiliki keyakinan yang cukup bahwa setelah kuasireorganisasi
entitas
akan
bisa
mempertahankan
kelangsungan
usahanya
(going concern) dan berkembang dengan baik.
Pencatatan dampak kuasi-reorganisasi tersebut dalam laporan
keuangan tanpa didasari terjadinya transaksi atau peristiwa
akuntansi, atau kuasi-reorganisasi berdasarkan peristiwa
buatan.
- Aspek hukum. Dari perspektif hukum, dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perseroan terbatas tidak
diperkenankan membagi dividen jika cadangan atau saldo laba
untuk menutup kerugian di masa mendatang belum mencapai
20% dari modal yang ditempatkan dan disetor. Kuasireorganisasi
bisa menjadi salah satu cara untuk perseroan
terbatas yang menghasilkan laba, tetapi tidak dapat menutup
saldo laba negatif, untuk membagi dividen.
- Aspek ekonomi makro. Ketika terjadi krisis keuangan dan
krisis ekonomi pada tahun akhir 1990-an banyak perusahaan
Indonesia yang mengalami kerugian sangat besar sehingga
mengakibatkan ekuitasnya menjadi negatif. Salah satu cara
yang tidak memerlukan biaya besar untuk memulihkan
kondisi tersebut dengan melakukan kuasi-reorganisasi
ini disebabkan SAK saat itu belum menggunakan fair value
accounting, tetapi menggunakan historical cost accounting,
khususnya untuk aset tidak lancar seperti aset tetap dan properti
investasi. Saat ini akuntansi untuk aset tetap dan properti
investasi (lihat PSAK 16: Aset Tetap dan PSAK 13: Properti
Investasi) memberikan pilihan untuk menggunakan fair value
accounting, serta akan dilengkapi dengan akuntansi untuk
ekonomi hiperinflasi.

PENCABUTAN PSAK 44: AKUNTANSI AKTIVITAS


PENGEMBANGAN REAL ESTAT
PENDAHULUAN
Tujuan
01. Pernyataan ini bertujuan untuk mencabut
pemberlakuan PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan
Real Estat.
02. PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan
Real Estat mengatur akuntansi pengembangan real estat yang
disusun dan diberlakukan bagi entitas yang melakukan aktivitas
pengembangan real estat, walaupun aktivitas pengembangan
real estat tersebut bukan aktivitas utamanya.
Dasar Pertimbangan
03. Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 44:
Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat adalah:
(a) Dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional
(International Financial Reporting Standards atau IFRS)
yang mengakibatkan perlunya pencabutan SAK untuk
suatu industri tertentu yang sudah ada pengaturannya
dalam SAK lain yang mengacu ke IFRS.
(b) Adanya inkonsistensi antara pengaturan dalam PSAK 44
dengan SAK lain.

Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 31 (revisi


2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana adalah:

(a) Dampak dari konvergensi ke standar akuntansi internasional (International Financial Reporting Standard atau
IFRS) yang mengakibatkan perlunya pencabutan PSAK
untuk suatu industri tertentu yang sudah ada pengaturannya dalam PSAK lain yang mengacu ke IFRS
(b) Adanya inkonsistensi antara pengaturan dalam PSAK 31,
PSAK 42, dan PSAK 49 dengan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
(c) Adanya tumpang tindih pengaturan dalam PSAK 31,
PSAK 42, dan PSAK 49 dengan PSAK lain untuk suatu
transaksi dan peristiwa lainnya.
(d) Adanya perubahan konsep atau peraturan yang menjadi
dasar penyusunan PSAK untuk suatu industri tertentu
sehingga pengaturan dalam PSAK tersebut tidak sesuai
dengan konsep atau peraturan yang ada sekarang.
02. PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang-Piutang
Bermasalah mengatur standar akuntansi keuangan dan
pelaporan restrukturisasi utang-piutang bermasalah, baik bagi
debitor maupun kreditor.
Dasar Pertimbangan Pencabutan
03. Dasar pertimbangan pencabutan PSAK 54: Akuntansi
Restrukturisasi Utang-Piutang Bermasalah adalah adanya
tumpang tindih pengaturan dalam PSAK 54 dengan PSAK
lain untuk suatu transaksi dan peristiwa lainnya.

PPSAK 6 tentang Pencabutan PSAK 21: Akuntansi Ekuitas,


ISAK 1: Penentuan Harga Pasar Dividen, ISAK 2: Penyajian
Modal dalam Neraca dan Piutang kepada Pemesan Saham dan
ISAK 3: Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan
telah disahkan Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada 5
Oktober 2010.
Alasan pencabutan
Pencabutan PSAK 21, ISAK 1, ISAK 2, dan ISAK 3 dilandasi
pertimbangan,di antaranya, adanya perubahan peraturan perundang-undangaAN yang menjadi dasar
penyusunan PSAK 21dan ISAK-nya dan PSAK lain yang diacu oleh PSAK 21.
- Beberapa bagian dari PSAK 21 disusun berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD) terkait dengan perseroan terbatas. Sementara peraturan perundangan-undangan sudah
mengalami perubahan yaitu UU 1tahun 1995 yang kemudian direvisi menjadi UU 40 tahun 2007.
- Beberapa bagian dari PSAK 21 mengacu pada PSAK lain yang mana PSAK lain tersebut sudah
direvisi, misalnya PSAK 16: Aktiva Tetap dan Aktiva Lain-lain dan PSAK 22: Penggabungan Usaha.

Anda mungkin juga menyukai