Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Teori Akuntansi

PSAK 25 dan PSAK 8

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi W321700016 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt

Abstract Kompetensi
PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Mhs mampu menjelaskan tentang
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan perubahan kebijakan akuntansi, koreksi
Kesalahan mengatur tentang masalah- kesalahan PSAK 25 Kebijakan
masalah akuntansi berikut: (a) Akuntansi, Perubahan Estimasi
Pemilihan kebijakan akuntansi; (b) Akuntansi, dan Kesalahan mengatur
Perubahan kebijakan akuntansi; (c) tentang masalah masalah
Perbaikan kesalahan; dan PSAK 8 akuntansi
Perisiwa Setelah Periode
Pelaporan mengatur tentang peristiwa
peristiwa yang terjadi setelah periode
pelaporan (yang disebut juga dengan
‘peristiwa selanjutnya’), dan juga hal-hal
lain
PSAK 25 dan PSAK 8

KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN


ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
KESALAHAN (PSAK 25)
PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
mengatur tentang masalah-masalah akuntansi berikut: (a) Pemilihan kebijakan akuntansi;
(b) Perubahan kebijakan akuntansi; (c) Perbaikan kesalahan; dan (d) Perubahan estimasi
akuntansi.PASK 25 (Revisi 2009) wajib diterapkan untuk periode tahunan yang dimulai pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2011. PSAK 25 sering menjadi rujukan bagi PSAK lainnya
terkait dengan perubahan dan kesalahan.
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi adalah sejumlah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan praktik
tertentu yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan (paragraph 5).

Dalam memilih kebijakan akuntansi, PSAK 25 mengatur bahwa:


a. Apabila ada Standar yang secara khusus mengatur tentang suatu transaksi,
peristiwa, maupun kondisi lainnya, kebijakan akuntansi harus ditentukan dengan
menerapkan standar tersebut dan memperhatikan segala petunjuk penerapan terkait
(paragraf 7).
b. Apabila tidak ada Standar tertentu yang secara khusus mengatur tentang suatu
transaksi, peristiwa, maupun kondisi lainnya, manajemen harus menggunakan
penilaiannya dalam membuat dan menerapkan kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang :
 Relevan dengan kebutuhan pembuatan keputusan oleh pengguna; dan
 Andal, yang artinya laporan keuangan: (i) menyajikan hasil dan posisi keuangan
entitas itu secara tepat, (ii) mencerminkan substansi keekonomian dari peristiwa dan
transaksi, bukan bentuk formalnya saja, (iii) bersifat netral atau tidak mengandung
bias, (iv) terbuka, dan (v) lengkap secara material (paragraf 10).

2018 Teori Akuntansi


2 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pada PSAK 25 mengatur bahwa manajemen harus memperhatikan dan
memperhitungkan keberterapan dari sumber-sumber berikut secara berurutan (paragraf 11).
(a) Persyaratan dan petunjuk Standar yang mengatur tentang masalah serupa dan terkait.
(b) Definisi, kriteria pengakuan, dan konsep pengukuran asset, liabilitas, pendapatan,
dan beban yang dijelaskan dalam kerangka.
(c) Peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga standar akuntansi lainnya dan praktik-praktik
yang berlaku di industry selama tidak bertentangan dengan butir (a) dan (b) diatas (paragraf
12).
Setelah suatu kebijakan akuntansi dipilih, PSAK 25 mensyaratkan bahwa kebijakan
akuntansi tersebut diterapkan secara konsisten. Konsistensi ini sangat penting karena untuk
tujuan komparasi dan evaluasi kinerja. Selanjutnya PSAK 25 mengatur bahwa suatu entitas
harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansinya secara konsisten untuk semua
transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya, kecuali jika suatu Standar secara khusus
mensyaratkan atau memperbolehkan pengelompokkan pos-pos yang memerlukan kebijakan
yang berbeda. Jika suatu Standar mensyaratkan atau memperbolehkan pengelompokkan
semacam itu, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara konsisten
untuk setiap kelompok (paragraf 13).

Contoh berikut mengilustrasikan persyaratan paragraf 13.

Ilustrasi 12.1

Contoh 1
PSAK 14 Persediaan memperbolehkan berbagai rumus biaya (FIFO atau biaya rata-rata
tertimbang) untuk persediaan yang lazimnya dapat digantikan atau tidak diproduksi dan
dibedakan untuk proyek tertentu. PSAK 14 lebih lanjut mengatur bahwa suatu perusahaan
harus menggunakan rumus biaya yang sama untuk persediaan dengan sifat dan kegunaan
serupa bagi perusahaan, dan boleh menggunakan rumus biaya lain untuk persediaan yang
sifat dan kegunaannya berbeda.
PSAK 14 meupakan contoh standar akuntansi yang mensyaratkan pengelompokkan
pospos.
Dengan demikian, perusahaan harus memilih rumus biaya yang paling sesuai dan
menerapkannya secara konsisten.

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI

2018 Teori Akuntansi


3 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Perubahan kebijakan akuntansi mencakup pergantian dari satu prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP) ke GAAP lainnya.

Dengan demikian, hal-hal berikut tidak dianggap sebagai perubahan kebijakan


akuntansi.
1) Penerapan suatu kebijakan atas suatu transaksi, peristiwa atau kondisi yang sebelumnya
secara substansif berbeda dari sebelumnya.
2) Penerapan kebijakan baru terhadap transaksi atau peristiwa baru (paragraf 16).
3) Pergantian dari satu kebijakan akuntansi ke kebijakan lainnya akibat perubahan estimasi
(ini harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi).

Di samping itu, perubahan dasar pengukuran asset tetap dari biaya ke revaluasi,
yang merupakan perubahan kebijakan akuntansi, harus dilakukan sesuai dengan PSAK 16
Aset Tetap. Serupa dengan hal itu, perubahan dasar pengukuran asset takberwujud dari
biaya ke revaluasi merupakan perubahan kebijakan akuntansi, namun dilakukan sesuai
dengan PSAK 19 Aset Tak berwujud. Dengan demikian, ketentuan PSAK 25 tidak berlaku
untuk kedua perubahan kebijakan akuntansi ini (paragraf 17).
Konsistensi merupakan salah satu asumsi akuntansi terpenting yang mendasari
penyusunan laporan keuangan, sehingga praktik yang berlaku umum adalah tidak
mengubah kebijakan akuntansi.
Namun, terkadang perubahan kebijakan akuntansi diperlukan. PSAK 25 mengatur
bahwa perubahan kebijakan akuntansi seharusnya dilakukan hanya jika perubahan tersebut
(paragraf 14):
1) Disyaratkan oleh PSAK atau interpretasi tertentu; atau
2) Memungkinkan laporan keuangan untuk memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan.

PSAK 25 mengatur bahwa perubahan kebijakan akuntansi harus diperhitungkan:


1) Untuk perubahan kebijakan akuntansi yang mengharuskan penerapan standar akuntansi
baru, PSAK 25 mengatur bahwa perubahan tersebut diperhitungkan sesuai dengan
ketentuan masa transisi, jika ada, dari standar akuntansi tersebut (paragraf 19 (a));
2) Untuk perubahan kebijakan akuntansi dalam kondisi lainnya (dan apabila standar
akuntansi baru tidak memuat ketentuan masa transisi), PSAK 25 mensyaratkan bahwa
perubahan tersebut diperhitungkan secara retrospektif (paragraf 19 (b)); dan
3) Untuk perubahan kebijakan akuntansi yang dianggap tidak praktis dalam menentukan
dampak kumulatif, PSAK 25 memperbolehkan perubahan tersebut untuk diperhitungkan
secara prospektif (paragraf 24 dab 25) sejak menjadi praktis.

2018 Teori Akuntansi


4 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan PSAK 25, penentuan dampak kumulatif ‘dianggap tidak praktis’ jika
dampak penerapan secara retrospektif tidak dapat ditentukan sekalipun telah melakukan
segala usaha rasional (paragraf 5).
PSAK 25 mensyaratkan bahwa jika kebijakan akuntansi mengalami perubahan, sifat,
alasan, dan dampak perubahan tersebut harus diungkapkan (paragraf 28 dan 29).
Secara khusus, untuk perubahan kebijakan akuntansi yang diwajibkan oleh PSAK 25
mensyaratkan pengungkapkan hal-hal berikut, jika ada dan dapat dilakukan (paragraf 28):
a) Judul PSAK atau Interpretasi;
b) Fakta bahwa perubahan kebijakan akuntansi tersebut dibuat sesuai dengan ketentuan
masa transisinya;
c) Sifat perubahan kebijakan akuntansi tersebut;
d) Penjelasan tentang ketentuan masa transisi;
e) Ketentuan masa transisi yang dapat berdampak dimasa depan;
f) Jumlah penyesuaian untuk masing-masing pos yang terpengaruh pada tahun berjalan dan
tahun laporan keuangan sebelumnya;
g) Jumlah penyesuaian terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian tahun
berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya;
h) Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode
penyajian; dan
i) Jika penerapan secara retrospektif dianggap tidak praktis, alasannya serta penjelasan
tentang bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.

Untuk perubahan kebijakan akuntansi yang bersifat sukarela, PSAK 25


mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut, jika ada dan dapat dilakukan (paragraf 29):
a) Sifat perubahan kebijakan akuntansi;
b) Alasan mengapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan;
c) Jumlah penyesuaian untuk masing-masing pos yang terpengaruh pada tahun berjalan
dan tahun laporan keuangan sebelumnya;
d) Jumlah penyesuaian terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian tahun
berjalan dan tahun laporan keuangan sebelumnya;
e) Jumlah penyesuaian yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode
penyajian; dan
f) Jika penerapan secara retrospektif dianggap tidak praktis, alasannya serta penjelasan
tentang bagaimana dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.

2018 Teori Akuntansi


5 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apabila suatu entitas belum menerapkan PSAK atau Interpretasi baru yang telah
dikeluarkan oleh DSAK-IAI namun belum berlaku, PSAK 25 mensyaratkan bahwa entitas
tersebut mengungkapkan fakta dan informasi yang relevan untuk menilai kemungkinan
dampak Standar baru tersebut terhadap laporan keuangannya pada periode penerapan
awal (paragraf 30).

Secara khusus, PSAK 25 mensyaratkan bahwa suatu entitas mempertimbangkan


mengungkapkan hal-hal berikut (paragraf 31).
a) Judul Standar baru
b) Sifat perubahan kebijakan akuntansi mendatang.
c) Tanggal berlaku resmi standar baru tersebut.
d) Tanggal entitas tersebut berencana menerapkan standar baru.
e) Penjelasan tentang dampak penerapan awal standar baru terhadap laporan keuangan
perusahaan, atau pernyataan bahwa dampaknya belum diketahui atau belum dapat
diperkirakan secara andal.

Metode Retrospektif

Dalam metode akuntansi ‘retrospektif’ untuk perubahan kebijakan akuntansi, dampak


kumulatif dari perusahaan tersebut dihitung dan dilaporkan sebagai penyesuaian terhadap
saldo laba awal. Selain itu, informasi komparatif periode-periode sebelumnya, yang
disertakan dalam laporan keuangan, harus disesuaikan pula.
Penyesuaian saldo laba awal dan perbaikan angka komparatif dilakukan atas dasar
bahwa kebijakan akuntansi diasumsikan telah diterapkan sejak hari pertama transaksi terkait
tersebut.

Metode Prospektif

Sebagaimana diatur dalam PSAK 25, perubahan kebijakan akuntansi diperhitungkan


menggunakan metode prospektif, jika penentuan dampak kumulatif perubahan tersebut
dianggap tidak praktis.
(Berdasarkan PSAK 25, penentuan dampak kumulatif ‘dianggap tidak praktis’ jika
dampak penerapan secara retrospektif tidak dapat ditentukan sekalipun telah melakukan
segala usaha rasional (paragraf 5).)

Dalam metode ‘prospektif’, dampak perubahan akuntansi diperhitungkan pada tahun

2018 Teori Akuntansi


6 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berjalan. ‘Dampak Kumulatif’ dari perubahan kebijakan akuntansi tidak diperhitungkan dan
laporan keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebagai informasi komparatif tidak
disajikan ulang.

PERBAIKAN KESALAHAN

Perbaikan kesalahan yang dimaksud dalam PSAK 25 adalah kesalahan material


yang ditemukan pada tahun berjalan yang sedemikian signifikan sehingga laporan keuanga
untuk satu atau lebih periode sebelumnya tidak lagi dapat dianggap andal pada tanggal
keluarnya. Kesalahan tersebut mencakup dampak kesalahan matematis, penerapan
kebijakan akuntansi yang keliru, kesalahan penafsiran fakta, kekeliruan, dan penipuan
(paragraf 5).
PSAK 25 mengatur bahwa perbaikan kesalahan harus diperhitungkan secara
retrospektif (paragraf 42). Namun, jika dalam perbaikan kesalahan penentuan dampak
kumulatif dianggap tidak praktis, PSAK 25 memperbolehkan perbaikan tersebut
diperhitungkan secara prospektif (paragraf 44 dan 45).
PSAK 25 mensyaratkan bahwa apabila terdapat perbaikan kesalahan, sifat, alasan,
dan dampak perbaikan tersebut diungkapkan.

Secara khusus, PSAK 25 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut, jika ada dan
selama dapat dilakukan (paragraf 49):
a) Sifat kesalahan;
b) Jumlah perbaikan untuk masing-masing pos yang dipengaruhi dalam laporan keuangan
tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya;
c) Jumlah perbaikan terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian pada
tahun berjalan dan tahun sebelumnya yang disajikan; dan
d) Jumlah perbaikan diawal tahun paling pertama yang disajikan; dan
e) Jika penyajian ulang retrospektif dianggap tidak praktis, alasan dan penjelasan tentang
mengapa dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.

Metode Retrospektif

Dalam metode ‘retrospektif’, dampak kumulatif perbaikan kesalahan dihitung dan


dilaporkan sebagai penyesuaian terhadap saldo laba awal. Disamping itu, informasi
komparatif tahun-tahun sebelumnya, yang dimasukkan ke dalam laporan keuangan, harus
diubah pula.

2018 Teori Akuntansi


7 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Penyesuaian terhadap saldo laba awal dan perubahan angka-angka komparatif
dilakukan seolah-olah kesalahan belum timbul sejak hari pertama transaksi terkait.

Metode Prospektif

Sebagaimana diatur dalam PSAK 25, perbaikan kesalahan diperhitungkan menggunakan


metode prospektif, jika penentuan dampak kumulatif perbaikan kesalahan dianggap tidak
praktis.
Berdasarkan PSAK 25, penentuan dampak kumulatif ‘dianggap tidak praktis’ jika
dampak pernyataan kembali secara retrospektif tidak dapat ditentukan sekalipun telah
melakukan segala upaya (paragraf 5).
Dalam metode ‘prospektif’, dampak perbaikan kesalahan diperhitungkan pada tahun
berjalan. ‘Dampak kumulatif’ dari perbaikan kesalahan tidak diperhitungkan dan laporan
keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebagai informasi komparatif tidak disajikan
ulang.

PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

Dalam praktik pengkukuran akuntansi maka tidak dapat dihindarkan adanya


kebutuhan untuk melakukan estimasi karena merupakan bagian integral dari proses
akuntansi. Akuntansi untuk estimasi mensyaratkan digunakannya penilaian terhadap kondisi
dan peristiwa di masa depan. Estimasi diperlukan karena kondisi dan peristiwa di masa
depan tidak dapat diketahui dengan pasti. Pada umumnya perubahan estimasi dilakukan
karena terjadinya peristiwa baru atau diperolehnya informasi baru.
Beberapa contoh perubahan estimasi akuntansi adalah perubahan estimasi masa
manfaat aset yang dapat disusutkan, perubahan estimasi ketertagihan utang, dan
perubahan estimasi jumlah beban garansi.
PSAK 25 mensyaratkan bahwa perubahan estimasi akuntansi diperhitungkan secara
prospektif (paragraf 36 dan 37).

Dalam metode prospektif, dampak perubahan harus dimasukkan ke dalam


penentuan laba atau rugi neto tahun berjalan (dan periode-periode mendatang, jika ada),
dan harus dimasukkan ke dalam klasifikasi pos yang serupa (paragraf 38).
Misalnya, dampak perubahan jumlah utang diragukan harus diperlakukan sebagai
bagian dari beban utang diragukan dalam laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan.
Serupa dengan hal itu, dampak perubahan estimasi masa manfaat aset yang dapat
disusutkan harus dimasukkan ke dalam beban penyusutan dalam laporan laba rugi

2018 Teori Akuntansi


8 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komprehensif tahun berjalan dan periode setelahnya.
Perubahan metode penyusutan aset tetap yang dapat disusutkan (misalnya dari
metode garis lurus menjadi metode jumlah angka tahun) harus diperhitungkan sebagai
perubahan estimasi akuntansi (dan bukan sebagai perubahan kebijakan akutansi). Ini
karena berdasarkan PSAK 16, pilihan metode penyusutan bergantung pada estimasi pola
penggunaan aset yang dapat disusutkan, dan bahwa kapan pun estimasi pola penggunaan
berubah, metode penyusutan pun harus berubah pula. Dengan demikian, perubahan
metode penyusutan tidak termasuk perubahan kebijakan akuntansi karena perubahan
estimasi akuntansi, sehingga harus diperhitungkan sebagai perubahan estimasi akuntansi
dalam PSAK 25.
PSAK 25 juga mengatur bahwa jika perubahan estimasi akuntansi berdampak
material dalam periode berjalan, atau dapat berdampak material pada periode setelahnya,
sifat dan dampak perubahan tersebut harus diungkapkan (paragraf 39). Jika dampak itu
dianggap tidak praktis untuk dikuantifikasi, maka fakta ini harus diungkapkan pula (paragraf
40).Oleh karena diperhitungkan secara prospektif, perubahan estimasi akuntansi lazimnya
tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan keuangan.
Dalam metode ‘prospektif’, dampak perubahan metode prospektif diperhitungkan
dalam periode terjadinya perubahan jika perubahan tersebut hanya memengaruhi periode
berjalan; atau periode terjadinya perubahan di periode setelahnya, jika perubahan tersebut
memengaruhi keduanya.‘Dampak Kumulatif’ perubahan tidak diperhitungkan dan laporan
keuangan periode sebelumnya yang disajikan sebagai informasi komparatif tidak disajikan
ulang.

PERBEDAAN DENGAN STANDAR


IASB
PSAK 25 dibuat berdasarkan IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates
and Errors yang dikeluarkan oleh IASB. Tidak ada perbedaan signifikan antara PSAK 25
dan IAS 8 selain tambahan definisi Standar Akuntansi Keuangan di dalam PSAK 25 juga
termasuk peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada dalam
pengawasannya.

PERISTIWA SETELAH PERIODE PELAPORAN (PSAK 8)

PSAK 8 Perisiwa Setelah Periode Pelaporan mengatur tentang peristiwa-peristiwa yang


terjadi setelah periode pelaporan (yang disebut juga dengan ‘peristiwa selanjutnya’), dan
juga hal-hal lain. PSAK 8 (Revisi 2015) berlaku efektif untuk periode laporan yang dimulai
pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011.

2018 Teori Akuntansi


9 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Peristiwa Setelah Periode Pelaporan
Peristiwa setelah periode pelaporan didefinisikan dalam PSAK 8 sebagai peristiwa-peristiwa,
baik yang menguntungkan (favourable) maupun tidak menguntungkan (unfavourable), yang
terjadi diantara periode pelaporan dan tanggal penyelesaian laporan keuangan (paragraf 3).
Peristiwa setelah periode pelaporan penting untuk diperiksa dan diperhitungkan.
Sebagian peristiwa setelah periode pelaporan dapat menerangkan masalah-masalah yang
belum dapat dipecahkan pada periode pelaporan dan/atau memberikan bukti lanjutan
tentang tepat atau tidaknya perlakuan akuntansi yang diterapkan pada periode pelaporan,
sementara sebagian lainnya dapat berdampak signifikan terhadap operasi perusahaan
dimasa depan, yang wajib diungkapkan.
Untuk tujuan akuntansi, peristiwa setelah periode pelaporan dapat dikelompokkan
menjadi peristiwa setelah periode pelaporan yang memerlukan penyesuaian dan peristiwa
setelah periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian.

Hal-Hal Lain

Tanggal Pengesahan untuk Penyelesaian Laporan Keuangan


PSAK 8 mensyaratkan bahwa suatu perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut dalam
catatan atas laporan keuangannya (paragraf 17):
(a) Tanggal pengesahan laporan keuangan diotorisasi untuk terbit; dan
(b) Pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan keuangan.
Pada kebanyakan situasi, tanggal pengesahan otorisasi terbit laporan keuangan
adalah tanggal diadakannya rapat dewan direksi untuk mengesahkan laporan keuangan,
tanpa memandang fakta bahwa laporan keuangan tersebut harus disetujui oleh dewan
pengawas (yang beranggotakan para non-eksekutif) atau para pemegang saham dalam
rapat umum.

Untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mereka harus membuat
surat pernyataan dewan direksi mengenai tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
yang dihasilkan.

Dividen
PSAK 8 mengatur bahwa dividen yang dideklarasikan pada periode laporan keuangan dan
yang diusulkan atau dideklarasikan setelah periode pelaporan tidak boleh diakui sebagai
liabilitas dalam laporan posisi keuangan (paragraf 12). Alasannya adalah kewajiban untuk
membayarkan dividen muncul hanya setelah dividen tersebut dideklarasikan, sehingga jika

2018 Teori Akuntansi


10 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dividen dideklarasikan setelah periode pelaporan, maka perusahaan tersebut tidak memiliki
kewajiban pada periode pelaporan. Dengan demikian, tidak ada liabilitas yang wajib diakui
dalam laporan posisi keuangan (lihat juga PSAK 57 Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset
Kontijensi).
Ini berarti bahwa dividen yang diusulkan atau dideklarasikan sebelum periode
pelaporan (dan yang belum dibayarkan pada periode pelaporan) wajib diakui sebagai
liabilitas dalam laporan posisi keuangan.
Dapat dilihat bahwa PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan mensyaratkan
perusahaan untuk mengungkapkan dividen yang diusulkan semacam itu dalam catatan atas
laporan keuangan.

Kelangsungan Usaha
Untuk perusahaan yang kondisi keuangannya memburuk, peristiwa setelah periode
pelaporan wajib ditinjau untuk ketepatan dasar kelangsungan usaha akuntansi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan dapat mengindikasikan
bahwa seluruh atau sebagian usaha perusahaan harus dihentikan. Memburuknya hasil
operasi dan posisi keuangan setelah periode pelaporan dapat mengindikasikan perlunya
untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih sesuai untuk
penyusunan laporan keuangan.
Dari pihak lain, sumber-sumber dana baru setelah periode pelaporan dapat
menjustifikasi status kelangsungan usaha perusahaan yang kondisi keuangannya
sebelumnya buruk.

PSAK 8 secara khusus mengatur bahwa perusahaan tidak boleh menyusun laporan
keuangannya atas dasar kelangsungan usaha jika manajemen memutuskan untuk
melikuidasi perusahaan atau menghentikan usaha setelah periode pelaporan, atau jika
manajemen tidak memiliki alternative yang realistis selain itu (paragraf 14).

PERBEDAAN DENGAN STANDAR IASB

PSAK 8 dibuat berdasarkan IAS 10 Events After the Balance Sheet Date yang dikeluarkan
oleh IASB. Tidak ada perbedaan signifikan antara PSAK 8 dan IAS 10.

2018 Teori Akuntansi


11 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breeda. Teori Akunting. Edisi ke-5. Buku
satuBatam : Interaksara, 2000.
Godfrey J, A. Hodgson, A. Tarca, J. Halminton, S Holmes,2010. Accounting Theory, 7 Ed,
John Wiley & Sons Australia, Ltd
Riahi-Belkoui, Ahmed. Teori Akuntansi. Jilid ke-1. Jakarta: Penerbit: Salemba Empat, 2000.
Soewarjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, BPFE ,
Yogyakarta.

2018 Teori Akuntansi


12 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai