Modul Teori Akuntansi (TM14)
Modul Teori Akuntansi (TM14)
Teori Akuntansi
14
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi W321700016 Deni Syachrudin, SE., MS.Ak., Akt
Abstract Kompetensi
PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Mhs mampu menjelaskan tentang
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan perubahan kebijakan akuntansi, koreksi
Kesalahan mengatur tentang masalah- kesalahan PSAK 25 Kebijakan
masalah akuntansi berikut: (a) Akuntansi, Perubahan Estimasi
Pemilihan kebijakan akuntansi; (b) Akuntansi, dan Kesalahan mengatur
Perubahan kebijakan akuntansi; (c) tentang masalah masalah
Perbaikan kesalahan; dan PSAK 8 akuntansi
Perisiwa Setelah Periode
Pelaporan mengatur tentang peristiwa
peristiwa yang terjadi setelah periode
pelaporan (yang disebut juga dengan
‘peristiwa selanjutnya’), dan juga hal-hal
lain
PSAK 25 dan PSAK 8
Ilustrasi 12.1
Contoh 1
PSAK 14 Persediaan memperbolehkan berbagai rumus biaya (FIFO atau biaya rata-rata
tertimbang) untuk persediaan yang lazimnya dapat digantikan atau tidak diproduksi dan
dibedakan untuk proyek tertentu. PSAK 14 lebih lanjut mengatur bahwa suatu perusahaan
harus menggunakan rumus biaya yang sama untuk persediaan dengan sifat dan kegunaan
serupa bagi perusahaan, dan boleh menggunakan rumus biaya lain untuk persediaan yang
sifat dan kegunaannya berbeda.
PSAK 14 meupakan contoh standar akuntansi yang mensyaratkan pengelompokkan
pospos.
Dengan demikian, perusahaan harus memilih rumus biaya yang paling sesuai dan
menerapkannya secara konsisten.
Di samping itu, perubahan dasar pengukuran asset tetap dari biaya ke revaluasi,
yang merupakan perubahan kebijakan akuntansi, harus dilakukan sesuai dengan PSAK 16
Aset Tetap. Serupa dengan hal itu, perubahan dasar pengukuran asset takberwujud dari
biaya ke revaluasi merupakan perubahan kebijakan akuntansi, namun dilakukan sesuai
dengan PSAK 19 Aset Tak berwujud. Dengan demikian, ketentuan PSAK 25 tidak berlaku
untuk kedua perubahan kebijakan akuntansi ini (paragraf 17).
Konsistensi merupakan salah satu asumsi akuntansi terpenting yang mendasari
penyusunan laporan keuangan, sehingga praktik yang berlaku umum adalah tidak
mengubah kebijakan akuntansi.
Namun, terkadang perubahan kebijakan akuntansi diperlukan. PSAK 25 mengatur
bahwa perubahan kebijakan akuntansi seharusnya dilakukan hanya jika perubahan tersebut
(paragraf 14):
1) Disyaratkan oleh PSAK atau interpretasi tertentu; atau
2) Memungkinkan laporan keuangan untuk memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan.
Metode Retrospektif
Metode Prospektif
PERBAIKAN KESALAHAN
Secara khusus, PSAK 25 mensyaratkan pengungkapan hal-hal berikut, jika ada dan
selama dapat dilakukan (paragraf 49):
a) Sifat kesalahan;
b) Jumlah perbaikan untuk masing-masing pos yang dipengaruhi dalam laporan keuangan
tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya;
c) Jumlah perbaikan terhadap laba per saham dasar dan laba per saham dilusian pada
tahun berjalan dan tahun sebelumnya yang disajikan; dan
d) Jumlah perbaikan diawal tahun paling pertama yang disajikan; dan
e) Jika penyajian ulang retrospektif dianggap tidak praktis, alasan dan penjelasan tentang
mengapa dan sejak kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan.
Metode Retrospektif
Metode Prospektif
Hal-Hal Lain
Untuk perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mereka harus membuat
surat pernyataan dewan direksi mengenai tanggung jawab direksi atas laporan keuangan
yang dihasilkan.
Dividen
PSAK 8 mengatur bahwa dividen yang dideklarasikan pada periode laporan keuangan dan
yang diusulkan atau dideklarasikan setelah periode pelaporan tidak boleh diakui sebagai
liabilitas dalam laporan posisi keuangan (paragraf 12). Alasannya adalah kewajiban untuk
membayarkan dividen muncul hanya setelah dividen tersebut dideklarasikan, sehingga jika
Kelangsungan Usaha
Untuk perusahaan yang kondisi keuangannya memburuk, peristiwa setelah periode
pelaporan wajib ditinjau untuk ketepatan dasar kelangsungan usaha akuntansi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode pelaporan dapat mengindikasikan
bahwa seluruh atau sebagian usaha perusahaan harus dihentikan. Memburuknya hasil
operasi dan posisi keuangan setelah periode pelaporan dapat mengindikasikan perlunya
untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha masih sesuai untuk
penyusunan laporan keuangan.
Dari pihak lain, sumber-sumber dana baru setelah periode pelaporan dapat
menjustifikasi status kelangsungan usaha perusahaan yang kondisi keuangannya
sebelumnya buruk.
PSAK 8 secara khusus mengatur bahwa perusahaan tidak boleh menyusun laporan
keuangannya atas dasar kelangsungan usaha jika manajemen memutuskan untuk
melikuidasi perusahaan atau menghentikan usaha setelah periode pelaporan, atau jika
manajemen tidak memiliki alternative yang realistis selain itu (paragraf 14).
PSAK 8 dibuat berdasarkan IAS 10 Events After the Balance Sheet Date yang dikeluarkan
oleh IASB. Tidak ada perbedaan signifikan antara PSAK 8 dan IAS 10.
Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breeda. Teori Akunting. Edisi ke-5. Buku
satuBatam : Interaksara, 2000.
Godfrey J, A. Hodgson, A. Tarca, J. Halminton, S Holmes,2010. Accounting Theory, 7 Ed,
John Wiley & Sons Australia, Ltd
Riahi-Belkoui, Ahmed. Teori Akuntansi. Jilid ke-1. Jakarta: Penerbit: Salemba Empat, 2000.
Soewarjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan, BPFE ,
Yogyakarta.