Anda di halaman 1dari 8

Penerapan IFRS Mengenai Investment Property Terhadap Penyajian Laporan

Keuangan

(Studi kasus pada PT Gajah Tunggal Tbk.)

Nurjanah (11160820000042)

Eka Putri Andini (11160820000068)

Rahmawati (11160820000080)

Abstrack

Dalam pelaporan keuangan perusahaan, tiap akun yang tersaji harus merujuk pada aturan yang
berlaku yaitu PSAK yang diberlakukan oleh IAI. Pengadopsian dan konvergensi IFRS yang
dilakukan mengakibatkan terjadinya revisi pada PSAK yang diterapkan selama beberapa kali,
yang terjadi pada PSAK 13 contohnya. Revisi yang dilakukan pada PSAK 13 terkait Properti
Investasi tentu akan mempengaruhi pelaporan keuangan entitas-entitas yang menerapkannya.
Baik itu dari sisi penyajian laporan maupun jumlah yang dilaporkan. Untuk mengikuti
perkembangan tersebut, PT. Gajah Tunggal sebagai salah perusahaan subsektor otomotif yang
mengadopsi IFRS untuk properti investasi harus melakukan penyesuaian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan analisis deskriptif. Hasil
dari penelitian menunjukkan bahwa pengadopsian IFRS mengenai properti investasi tidak
berpengaruh signifikan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan, tetapi
mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan.

PENDAHULUAN

Dalam melakukan pelaporan keuangan diperlukan adanya pedoman atau standar untuk
menetapkan bentuk formal serta material atas laporan keuangan perusahaan, sehingga para
pengguna laporan keuangan memperoleh interpretasi yang baik atas laporan keuangan tersebut.
Standar akuntansi yang berlaku dan diterima secara umum oleh masyarakat luas sebagai aturan
yang baku didukung oleh adanya sanksi-sanksi untuk setiap ketidak patuhan atas standar tersebut
(Belakoui, 2006 dalam Chariri dan kusuma, 2010). Penggunaan standar menjadikan laporan
keuangan dapat diperbandingkan dan dapat memenuhi informasi keuangan yang dibutuhkan oleh
para user. Adapun lembaga yang berwenang mengatur dan menetapkan standar laporan
keuangan di Indonesia disebut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dan pedoman penyusunan laporan
keuangan disebut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan).

Di era saat ini, banyak inverstor asing yang tertarik untuk menanamkan modalnya di indonesia.
Hal tersebut menuntut adanya harmonisasi standar dalam pelaporan keuangan agar
meminimalisir perbedaan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan. Oleh karena itu, IAI
mengkonvergensikan IFRS ke PSAK agar standar yang digunakan sesuai dengan standar
internasional. Pengadopsian yang dilakukan secara bertahap mengakibatkan dilakukannya revisi
pada beberapa psak yang sudah diterapkan sebelumnya. salah satu contohnya psak 13 tentang
properti investasi.

Properti investasi tergolong dalam kelompok aset tidak lancar pada laporan posisi keuangan
perusahaan dan merupakan bagian dari aset yang tidak digunakan secara pribadi oleh pemilik
perusahaan (non occupied). Properti investasi merupakan aset (tanah atau bangunan) yang
dimiliki atau dikuasai dengan tujuan untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai. Aset
properti invesatasi ini bukan aset yang digunakan untuk kegiatan produksi atau penyedian barang
dan jasa maupun untuk tujuan administratif, dan tidak pula untuk dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari pemilik. PSAK 13 mengharuskan adanya pemisahan antara properti investasi dalam
laporan keuangan dengan yang digunakan sehari-hari (aset tetap).

Dengan diterapkannya PSAK tentu akan berpengaruh terhadap kewajaran pelaporan keuangan
yang secara umum mencerminkan opini auditor independen atas laporan keuangan tersebut.
Revisi PSAK 13 yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari adopsi IFRS mengenai Investment
Property dianggap akan mempengaruhi penyajian laporan keuangan perusahaan. PSAK 13
tentang Properti Investasi (revisi 2015) merupakan revisi terkini dari PSAK 13 tentang properti
investasi (revisi 2007) yang menggantikan PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk Investasi
(1994). Dalam menerapkan PSAK 13 entitas diberikan dua alternatif pengukuran properti
investasi yaitu dengan menggunakan model biaya dan model nilai wajar. Dari kedua model
alternatif yang ditawarkan, pengukuran menggunakan model nilai wajar dirasa mampu
menyediakan informasi keuangan yang lebih relevan dalam pengambilan keputusan
dibandingkan dengan pengukuran menggunakan model biaya.
Menggunaan nilai wajar dalam pengukuran properti investasi akan mengakibatkan terjadinya
perubahan nilai properti investasi tersebut. perubahan nilai tersebut dapat berupa kenaikan nilai
atau penurunan nilai atas properti investasi tersebut. Jika saat pengukuran dilakukan properti
investasi mengalami kenaikan nilai, maka atas selisih nilai tersebut perusahaan akan
mendapatkan keuntungan, namun jika nilai properti investasi yang diukur mengalami penurunan
maka perusahaan harus menanggung kerugiannya. Dengan demikian menggunakan model nila
wajar dalam mengukur properti investasi tentu akan mempengaruhi laba perusahaan.

Penelitian ini dilakukan pada PT. Gajah Tunggal Tbk, yang merupakan sebuah perusahaan yang
bergerang dibidang otomotif. Perusahaan yang berdiri sejak tahun1951 ini mulanya hanya
memproduksi ban sepeda saja namun kini telah menjelma menjadi produsen ban terpadu terbesar
di Asia Tenggara. Tidak hanya memproduksi ban untuk berbagai jenis mobil dan sepeda motor,
perusahaan inipun memproduksi dan mendistribusikan produk-produk karet terkait lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penerapan IFRS mengenai properti nvestasi atau
PSAK 13 pada perusahaan subsektor otomotif yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk serta mengetahui
dampak dari penerapan PSAK tersebut terhadap laba yang diperoleh perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Properti Investasi

Menurut PSAK 13 pengertian dari properti investasi adalah properti tanah, bangunan atau bagian
dari suatu bangunan yang dikuasai oleh pemilik atau penyewa melalui sewa pembiayaan untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai, dan tidak untuk:

(a) digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif

(b) dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari


Klasifikasi Properti Investasi

Menurut PSAK 13, kriteria untuk mengkalsifikasikan sebuah properti ke dalam properti
investasi adalah sebagai berikut:

1. Tujuan penggunaan : rental ataupun kenaikan nilai

2. Jenis kepemilikan : dimiliki sendiri ataupun melalui sewa pembiayaan

Pengukuran Properti Investasi

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK 13 Tahun 2015 (Par. 32) entitas dapat :

A. Memilih apakah model nilai wajar atau model biaya untuk seluruh properti investasi yang
menjadi angunan kewajiban yang menghasilkan imbalan yang terkait langsung dengan nilai
wajar atau imbalan dari aset tertentu termasuk properti investasi

B. Memilih apakah menggunakan model nilai wajar atau menggunakan model biaya untuk
seluruh properti investasi lain, tanpa memperhatikan pilihan sebagaimana yang dimaksud pada
point A

Pengungkapan Properti Investasi

Menurut PSAK 13 tahun 2015 (par.79) pengungkapan untuk model biaya dan model nilai wajar
adalah sebagai berikut :
A. Entitas terebut menggunakan model nilai wajar atau model biaya
B. Jika entitas menggunakan model nilai wajar, apakah dan dalam keadaan bagaimana, hak atau
properti yang dimiliki dalam sewa operasi didiskualifiasikan dan dicatat sebagai properti
investasi
C. Jika sulit untuk mengkalsifikasikan, kriteria untuk membedakan properti investasi dengan
properti yang digunakan sendiri dan dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari

D. Metode dan asumsi signifikan yang ditetapkan dalam menentukan nilai wajar untuk properti
investasi, yang di dalamnya terdapat pernyataan apakah dalam menentukan nilai wajar itu
didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak atas dasar faktor lain yang juga diungkapkan karena
sifat properti itu dan keterbatasan data pasar yang dapat dibandingkan
E. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi yang diukur atau diungkapkan dalam
laporan keuangan, berdasarkan pada penilaian oleh penilai independen memiliki kualifikasi
profesional yang diakui dan relevan serta memiliki pengalaman dilokasi dan kategori properti
investasi yang dinilai. Jika tidak ada penilaian itu, maka hal itu diungkapkan
F. Jumlah yang diakui di dalam laba rugi untuk;

1. Penghasilan rental dari properti investasi

2. Beban operasi langsung yang di dalamnya termasuk perbaikan dan pemeliharaan yang
timbul dari properti investasi yang menambah penghasilan selama periode
3. Beban operasi langsung yang di dalamnya termasuk perbaikan dan pemeliharaan yang
timbul dari properti investasi yang tidak menambah penghasilan selama periode
4. Perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laba rugi atas penjualan
properti investasi dari kelompok aset yang menerapkan model biaya ke kelompok yang
menerapkan nilai wajar

G. Keberadaan jumlah pembatasan kemampuan realisasi dari properti investasi atau dari
pengiriman penghasilan dan hasil dari pelepasan
H. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun, ataupun mengembangkan dan untuk
memperbaiki, memelihara, ataupun meningkatkan properti investasi

Transfer Properti Investasi

Menurut PSAK 13 Tahun 2015, transfer properti investasi dilakukan jika terdapat perubahan
penggunaan yang ditujukan dengan:

A. Dimulai oleh pemilik, ditransfer dari properti investasi menjadi properti yang digunakan
sendiri
B. Dimulai pengembangan untuk dijual, ditransfer dari properti investasi menjadi persediaan
C. Sudah tidak dipakai oleh pemilik, transfer dari properti yang digunakan sendiri jadi properti
investasi
D. Dimulai sewa operasi kepada pihak lain, ditransfer dari persediaan menjadi properti investasi

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian, seperti: Studi literature, yang mana
studi ini dilakukan dengan melihat penelitian terdahulu mengenai penerapan PSAK 13 atau
tentang property investasi. Dan juga metode analisis deskriptif, studi ini dilakukan dengan cara
mendeskripikan perusahaan yang dijadikan sebagai sampel, metode ini juga menguraikan
mengenai penerapan property investasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah
perusahaan property yaitu PT Gajah Tunggal, Tbk. Pengambilan data dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan data sekunder, data ini diambil dari website perusahaan PT Gajah
Tunggal, Tbk yaitu data laporan keuangan perusahaan periode 2008 dan 2019. Metode lain
dalam memperoleh data penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sttudi pustaka
(Library Research). Menurut zed (2003) Studi pustaka dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, seperti membaca, mencatat
serta mengolah bahan penelitian. Dalam penelitian studi pustaka ini, maka pengumpulan data
dalam penelitian dilakukan dengan menelaah atau mengeksplorasi beberapa jurnal, buku, dan
dokumen-dokumen (baik yang berbentuk cetak maupun elektronik) serta sumber-sumber data
dan informasi lain yang dianggap relevan dengan penelitian.

Pembahasan dan Analisis

PT. Gajah Tunggal adalah perusahaan yang bergerak di bidang subsektor otomotif, PT. Gajah
Tunggal mulai mengadopsi IFRS pada tahun 2012. Pada tahun tersebut laba bersih PT. Gajah
Tunggal sebesar (1.132.247 juta), sedangkan pada tahun 2011 laba bersih PT. Gajah Tunggal
sebesar (648.614 juta). Angka tersebut menunjukan ada kenaikan laba bersih antara tahun 2011
dengan 2012, namun kenaikan tersebut bukan karena penerepan PSAK 13 melainkan dari
performa penjualan PT.Gajah Tunggal yang bagus. Karena PT. Gajah Tunggal sendiri
mengklaim bahwa penerapan PSAK 13 (revisi 2011) mengenai properti investasi tidak memiliki
pengaruh yang signifikan atas jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan konsolidasian,
tetapi penerapan PSAK 13 mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan.
Kesimpulan

Pengadopsian IFRS mengenai property investasi tidak berpengaruh signifikan atas jumlah yang
dilaporkan dalam laporan keuangan, tetapi mempengaruhi akuntansi untuk transaksi masa depan.

DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 13. Jakarta

Kadir, Abdul. 2012, Oktober. Analisis Pengaruh Penerapan IFRS Mengenai Investment Propety
Terhadap Pengakuan Laba Perusahaan (Studi Kasus Pada PT Astra Internationl Tbk., PT Astra
Otoparts Tbk., dan PT Astra Graphla Tbk. yang Terdaftar di BEI). Jurnal Spread, 2 (2). 108 –
116.

Kahiking, Konda Nurul, Jenny Morasa, dan Treesje Runtu. 2017. Analisis Penerapan Psak 13
Mengenai Properti Investasi Pada PT Ciputra Development Tbk. Jurnal EMBA, 5 (2), 1697 –
1708.

Sasongko, H, dan Dida Marhamah. 2014. Analisis Pengaruh Penerapan Ifrs Mengenai
Investment Property Terhadap Penyajian Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Sektor Otomotif Yang Terdaftar Di Bei). Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi Fakultas
Ekonomi, Semester 1, 84 – 87.

Supriyadi, Community of Practitioners : Solusi Alternatif Berbagai Pengetahuan Antar


Pustakawan, Lentera Pustaka 2, 2016.
Susilo,Joko, Muhammad Saifi, dan Devi Farah Azizah. 2016. Analisis Implementasi PSAK 13
dan Dampaknya Pada Beban Pajak Penghasilan Perusahaan (Studi Pada PT. Ciputra
Development Tbk Tahun 2010 - 2012). Jurnal Perpajakan. 8 (1). 1 – 9.

Anda mungkin juga menyukai