Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS DAMPAK SEBELUM DAN SESUDAH PENERAPAN

PSAK 72 TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA


PERUSAHAAN SEKTOR PROPERTY DAN REAL ESTATE
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

ICHA ZEIN SABINA

206602052

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah salah satu bursa saham yang dapat

memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung

pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya

mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal

Indonesia yang stabil.

Pasar modal didefinisikan sebagai “pasar untuk berbagi instrumen keuangan

(sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang

maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities, maupun

perusahaan swasta”. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa pasar modal

memperdagangkan berbagai komoditas modal sebagai instrumen jangka panjang.

Komoditas modal tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu modal yang diperoleh

dengan modal hutang dan modal sendiri .

Berdasarkan tujuannya perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu

perusahaan nirlaba yang berorientasi kepada pelayanan publik dan perusahaan laba

yang berorientasi menghasilkan keuntungan atau pendapatan yang diperoleh atas

suatu usaha yang dijalankan. Pendapatan itu sendiri merupakan elemen penting yang

dilaporkan di dalam laporan keuangan perusahaan, perubahan dan pertumbuhan


pendapatan sebagai cerminan dari kinerja masa lalu serta prospek masa depan

perusahaan (Shabirah HS, 2020). Pendapatan perlu diakui pada saat yang tepat atas

suatu transaksi atau kejadian ekonomi yang terjadi (Sentosa, 2020). Pengakuan

pendapatan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan

perusahaan, sedangkan pengukuran pendapatan adalah besaran jumlah pendapatan

yang seharusnya diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu

(Samsu, 2013). Maka dari itu, untuk mencerminkan nilai pendapatan yang sebenarnya

pendapatan perlu diukur secara wajar dan sesuai dengan standar atau prinsip yang

berlaku.

International Accounting Standards Board (IASB) dan Financial Accounting

Standards Board (FASB) telah mengembangkan International Financial Reporting

Standards(IFRS 15) Revenue from Contracts with Customers lalu diadopsi menjadi

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72 tentang Pendapatan dari

Kontrak dengan Pelanggan yang mulai berlaku efektif pada tanggal 01 Januari 2020.

Penerapan standar baru ini menggantikan PSAK 34 (Kontrak Konstruksi), PSAK 23

(Pendapatan) serta IAS 18, ISAK 21 (Kontrak Konstruksi Real Estate), ISAK 27

(Pengalihan Aset Pelanggan), ISAK 10 (Program Loyalitas Pelanggan), PSAK 44

(Akuntansi Operasional Pengembangan Real Estate), BAS 7 (Perlakuan Akuntansi

dan Keterbukaan dalam Transaksi Hubungan Keagenan).

Standar baru ini mengubah pendapatan kontrak dari (rule based) menjadi

(principle based). Dalam PSAK 72, pengakuan pendapatan diakui bukan sejumlah
penerimaan uang muka, melainkan berdasarkan kewajiban kontrak yang sudah

diberikan oleh suatu entitas kepada pelanggannya sesuai dengan kontrak yang sudah

disepakati. Pendapatan diakui secara bertahap sesuai umur kontrak yang disepakati

atau pada titik tertentu. Untuk pengakuan pendapatan yang dilakukan bertahap harus

memenuhi persyaratan tertentu diantaranya adanya: peningkatan asset yang diterima

oleh pelanggan dan pemenuhan kewajiban yang sudah dilakukan oleh suatu entitas

atas suatu kontrak tertentu. Jika belum memenuhi syarat tertentu maka pendapatan

baru bisa diakui setelah adanya penyerahan asset (at a point of time). Sebelumnya

pendapatan bisa diakui setelah hak dan kewajiban selesai sehingga emiten harus

menyortir kembali kontrak dengan pelanggan.

Dalam PSAK 72, untuk mengakui pendapatan perlu menganalisis model

dalam 5 langkah, yaitu menentukan kontrak, menentukan kewajiban pelaksanaan,

menentukan harga transaksi, mengalokasikan kewajiban pelaksanaan pada harga

transaksi, dan mengakui pendapatan kapan entitas telah memenuhi kewajiban

kinerja. Kontrak merupakan perjanjian perusahaan dengan pihak lain, yakni

pelanggan yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban yang dapat dipaksakan.

Identifikasi kontrak dengan pelanggan akan mencakup identifikasi setiap hak dan

kewajiban semua pihak yang bersangkutan serta syarat-syarat pembayaran sesuai

kesepakatan dengan kontrak yang memiliki subtansi komersial seperti risiko waktu

kontrak dan penerimaan aset dimana yang akan datang akibat adanya waktu kontrak

tersebut. Mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan cukup rumit dilakukan pada tahap


awal penerapan standar baru. Hal ini dikarenakan perusahaan harus memilah setiap

pendapatan jasa atau barang yang dijual secara bundled atau produk gabungan. Tahap

selanjutnya, menentukan harga transaksi sesuai dengan jumlah kewajiban yang

dilakukan dan penerimaan hak atas pemenuhan kewajiban yang diterima perusahaan

dari pelanggan. Mengalokasikan harga transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan

dimana perusahaan diminta untuk mempertimbangkan harga relatif dengan harga

standalone apabila kewajiban pelaksanaan berdiri sendiri. Seperti halnya produk

gabungan, perusahaan harus memilah pendapatannya sesuai kewajiban pelaksanaan

yang berbeda-beda pada produk gabungan. Hal ini penting dilakukan karena

mempengaruhi pendapatan yang akan di terima oleh perusahaan setelah kontak ini

berakhir. Pemisahan tersebut meliputi total pendapatan hasil dari menjual produk A

dan total pendapatan dari produk B yang dijual dalam satu gabungan pada waktu

yang bersamaan. Pendapatan diakui ketika entitas telah menyelesaikan kewajiban

pelaksanaan. Tahap ini menjelaskan bahwa jika kewajiban sudah terpenuhi secara

keseluruhan, maka pendapatan baru diakui sesuai aturan akuntansi yang berlaku.

Penerapan PSAK 72 yang memiliki perbedaan dengan PSAK 23

menyebabkan adanya perbedaan pengakuan dalam transaksi dan penyajian di laporan

keuangan. Ketika ada transaksi yang berhubungan dengan kontrak, maka

berhubungan dengan pengakuan kewajiban yang harus dipenuhi. Kemudian, ketika

kewajiban tersebut sudah dilakukan maka transaksi tersebut berhubungan dengan

pengakuan pendapatan yang nantinya akan dilaporkan diaset serta penambah modal
ditahan sampai ke penambahan modal. Pada PSAK 44 untuk industri real estate tidak

bisa mengakui pendapatan dari aktivitas konstruksi properti sampai properti tersebut

diserahkan kepada pembeli sedangkan pada PSAK 72 berlaku sebaliknya. Persiapan

penerapan PSAK 72 pada organisasi entitas yakni pencatatan, pengungkapan, sudut

perpajakan, sistem proses dari sistem aplikasi serta pengendalian internal.

Menurut Wisnantiasri (2018) sektor-sektor yang terpengaruh oleh PSAK ini

yaitu seperti sektor properti, real estate, jasa konstruksi, komunikasi, dan manufaktur.

Real estate merupakan tanah yang diatasnya sebagai bangunan seperti tanah terbuka,

gedung, segala bentuk pengembangan laiinya secara permanen dan pembangunan

jalan (Aji, 2014). Real estate serta property yaitu entitas yang mempunyai

kepemiliikan namun menjalankan penjualan (pemasaran) terhadap kepemilikannya.

Menyewakan maupun menjual termasuk dalam pemasaran. Real property mencakup

hak kepemilikan atas real estate. Sedangkan real estate mengacu kearah pada tanah,

bangunan & sumber daya lainnya yang permanen. Perbedaan real estate serta properti

terdapat dalam kepemilikan serta fisik. Kontruksi bangunan yaitu suatu proses untuk

membangun sarana serta prasarana terhadap suatu bangunan diarea tertentu

contohnya membangun gedung, jalan raya dan sebagainya. Laba sering digunakan

sebagai ukuran kinerja ataupun atas dasar untuk pengukuran lain seperti tingkat

pengembalian investasi atau laba per saham.

Dengan adanya perubahan standar baru ini, khususnya PSAK 72 tentang

pengakuan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan, maka perubahan model


pengakuan pendapatan mempunyai dampak yang signifikan terhadap laporan

keuangan khususnya laporan laba rugi, karena laporan laba rugi menggambarkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. PSAK 72 mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan karena membuktikan tingkat nilai perusahaan

sehingga memberikan sinyal positif kepada investor dan diharapkan untuk

pengambilan keputusan, dari sisi laporan keuangan juga berkualitas dan dapat

dipahami (HS, H.S,2020). Dengan demikian, jika terdapat perbedaan antara PSAK 23

dengan PSAK 72 maka hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan suatu entitas

yang tersaji dilaporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari sisi

solvabilitas, likuiditas, aktivitas, dan profitabilitas.

Kinerja keuangan merupakan elemen penting dalam suatu perusahaan sebagai

penilaian prestasi yang dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu untuk

menghasilkan laba. Keberhasilan suatu perusahaan dapat diukur dengan berdasarkan

kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Kondisi kinerja keuangan perusahaan

sangat dibutuhkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan guna mengetahui

perkembangan perusahaan.kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan

mengevaluasi laporan keuangan di masa lalu dan digunakan untuk memprediksi

kinerja serta posisi keuangan di masa yang akan datang. Apabila kinerja keuangan

perusahaan dinilai baik, maka dapat menarik investor serta memudahkan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjangnya. Selain itu,

dengan kinerja keungan yang baik akan memudahkan dalam pencapaian target laba
perusahaan. Sehingga, penting bagi perusahaan untuk membandingkan kinerja

keuangannya sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72 untuk mengetahui

perbedaannya, perbedaan dalam laporan keungan dapat di lihat dari sisi likuiditas,

solvabilitas, profitabilitas dan aktivitas. Kemudian Semakin besar kontrak yang

belum diselesaikan akan meningkatkan jumlah kewajiban yang harus dipenuhi.

Dengan adanya penerapan PSAK 72 ini bisa berdampak pada tingkat likuiditas

perusahaan.

Laporan keuangan merupakan hal mendasar untuk menentukan kinerja

perusahaan sehingga manajemen perusahaan dapat mengevaluasi kondisi perusahaan

serta merancang sistem yang lebih efektif bagi perusahaan untuk dijadikan sebagai

alat pengambilan keputusan lebih lanjut di masa yang akan datang. Dengan kata lain,

laporan berkepentingan baik internal maupun eksternal atas segala aktivitas yang

dijalankan perusahaan yang berisi informasi kondisi keuangan. Dengan adanya

laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dapat

menilai sejauh mana kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Dampak Sebelum dan Sesudah

Penerapan PSAK 72 Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sektor Property

dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang, dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Dampak Sebelum dan Sesudah penerapan PSAK 72 Terhadap

Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah focus pada Analisis Dampak

Sebelum dan Sesudah Penerapan PSAK 72 Terhadap Kinerja Keuangan Pada

Perusahaan Sektor Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru

mengenai PSAK 72 dalam hal meningkatkan kinerja keuangan perusahaan Property

dan Real Estate yang terdampak karena adanya perubahan dalam pengakuan

pendapatan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan

wawasan penulis pada bidang ekonomi, khususnya dibidang akuntansi keuangan, dan

sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana program studi
akuntansi dalam pendidikan tingkat strata satu pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Enam Enam Kendari.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai bahan referensi dan gambaran

dalam melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang berhubungan dengan PSAK

72 serta menambah wawasan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Peneliti Terdahulu

Pada bab ini peneliti mencantumkan penelitian terdahulu dengan maksud

untuk mengetahui apa yang telah diteliti terdahulu dianggap relevan untuk dijadikan

sebagai pembanding terhadap penelitian ini adalah:

1. Trianggunani Purnaning Siwi & Andi Kartika (2022) “Analisis Perbandingan

Kinerja Keuangan Berdasarkan PSAK 23 dan PSAK 72 Mengenai

Pendapatan Pada Perusahaan Manufaktur”. Penelitian ini merupakan

penelitian komparatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif

kuantitatif dan teknik pengumpulan sampel dengan mengumpulkan data

sekunder pada perusahaan manufaktur subsektor farmasi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan beberapa kriteria tertentu melalui laporan

keuangan masing-masing perusahaan tersebut dengan menggunakan program

SPSS versi 26. Hasil penelitian ini menunjukan hanya pada rasio price earning

yang terdapat beda signifikan saat penerapan PSAK 72. Dengan adanya aturan

baru mengenai PSAK 72 ini, dapat menjadikan laporan keuangan dengan

pendapatan yang sesungguhnya/real, dikarenakan adanya pendapatan yang

masih belum selesai transaksinya, sehingga belum boleh diakui sebagai

pendapatan. Oleh karena itu, nilai pendapatan pada tahun 2020 pada masing-

masing Perusahaan menjadi lebih kecil jika dibanding dengan nilai


pendapatan saat masih menerapkan PSAK 23. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian Trianggunani Purnaning Siwi, Andi Kartika adalah sama-

sama menganalisis penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Trianggunani

Purnaning Siwi, Andi Kartika adalah pada penelitian Trianggunani Purnaning

Siwi, Andi Kartika berfokus pada perbandingan kinerja keuangan berdasarkan

PSAK 23 dan PSAK 72 pada perusahaan manufaktur. Sedangkan penelitian

ini berfokus pada dampak sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72 terhadap

kinerja keuangan pada perusahaan sektor property dan real estate.

2. Duwi rahayu (2020) “Analisis dampak penerapan PSAK 72 terhadap kinerja

keuangan perusahaan telekomunikasi dimasa pandemi covid 19”. Penelitian

ini menggunakan teknis analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik

pengambilan sampel menggunakan teknik non probability purposive

sampling. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan PSAK 72

mengakibatkan kinerja keuangan ketiga perusahaan tersebut sedikit tidak

lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan standar sebelumnya.

Perbedaan ketentuan pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK 72 dan

standar sebelumnya menyebabkan sedikit perubahan nilai pendapatan dari

kontrak dengan pelanggan pada kuartal III tahun 2020, sehingga nilai

pendapatan menjadi lebih kecil apabila dibandingkan dengan menggunakan

standar sebelumnya. Disisi lain berdasarkan penilaian ketiga perusahaan

tersebut, pandemi Covid-19 tidak memberikan dampak buruk secara


signifikan terhadap kelangsungan bisnis PT.Telkomsel Indonesia Tbk, PT.

INDOSAT Tbk dan PT. XL AXIATA Tbk. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian Duwi Rahayu adalah sama-sama menganalisis penerapan PSAK 72

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Duwi Rahayu adalah pada penelitian Duwi rahayu berfokus pada

penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

telekomunikasi di masa pandemic covid 19. Sedangkan penelitian ini berfokus

pada dampak sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72 terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan sektor property dan real estate.

3. Mutiha, Arthaingan H. (2023) “Analisis Dampak Penerapan PSAK 72

Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan: Studi Kasus Pada Dua Perusahaan

Properti Di Indonesia”. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode

gabungan (mixed method) dengan pendekatan eksplanatoris sekunsial.

Penelitian kuantitatif dilakukan dengan deskriptif kuantitatif untuk

memberikan gambaran mengenai kinerja keuangan perusahaan sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 72 dengan menggunakan paired sample test,

selanjutnya penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan content

analysis (analisis isi) pada catatan atas laporan keuangan dan laporan tahunan

perusahaan. Hasil penelitian ini adalah Rasio Likuiditas pada dua perusahaan

mengalami penurunan pada tahun 2020, Rasio Profitabilitas PT Pakuwon Jati,

Tbk mengalami penurunan pada tahun 2020, sedangkan pada PT Ciputra

Development, Tbk relatif stabil. Rasio solvabilitas kedua perusahaan relatif


stabil pada tahun 2020. Sementara pada uji beda (paired sample t test), pada

PT Pakuwon Jati terdapat perbedaan untuk rasio likuiditas dan rasio

profitabilitas sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72, dan tidak terdapat

perbedaan untuk Rasio solvabilitas sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72,

sedangkan pada PT Ciputra Development tidak terdapat perbedaan untuk

ketiga rasio keuangan sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian Mutiha, Arthaingan H. adalah sama-sama

menganalisis penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Mutiha, Arthaingan H. adalah pada

penelitian Mutiha, Arthaingan H. berfokus pada dampak penerapan PSAK 72

terhadap kinerja keuangan pada perusahaan properti dan menggunakan

metode gabungan (mixed method). Sedangkan penelitian ini berfokus pada

dampak sebelum dan sesudah penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan

pada perusahaan sektor property dan real estate dan menggunakan metode

kuantitatif.

4. Rafrini Amyulianthy, dkk (2022) “Analisis Dampak Implementasi PSAK 72

Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia”.

Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif

dengan SPSS dan teknik pengambilan sampel purposive sampling pada

perusahaan manufaktur sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 92 perusahaan dengan

periode observasi 2019 – 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


implementasi PSAK 72 memberikan dampak yang signifikan pada kinerja

keuangan perusahaan manufaktur sektor industri dan PSAK 72 menyajikan

laporan keuangan yang lebih transparan sehingga memberikan dampak positif

dalam pengambilan keputusan investor maupun perusahaan. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian Rafrini Amyulianthy, dkk adalah sama-sama

menganalisis penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Rafrini Amyulianthy, dkk adalah

pada penelitian Rafrini Amyuliamthy, dkk berfokus pada dampak

implementasi PSAK 72 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur. Sedangkan penelitian ini berfokus pada dampak sebelum dan

sesudah penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

sektor property dan real estate.

5. Afifa (2023) “ Pengaruh Penerapan PSAK 72 Terhadap Kinerja Keuangan

Subsektor Industri Kontruksi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun

2020-2022”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dan

Sumber data yang digunakan yaitu data sekunder berupa laporan keuangan

dengan teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi. Sampel penelitian ini

terdiri dari 71 perusahaan industri konstruksi yang terdaftar di BEI tahun

2020-2022. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu

analisis deskriptif, uji asumsi klasik, uji regresi linier sederhana, uji parsial,

dan uji koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan

PSAK 72 tidak memiliki pengaruh terhadap masing-masing kinerja keuangan


yang diproksi menggunakan current ratio, total asset turn over, debt to asset

ratio, return on equity, dan price per earning. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian Nur Afifa adalah sama-sama menganalisis penerapan PSAK 72

terhadap kinerja keuangan perusahaan. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian Nur Afifa adalah pada penelitian Nur Afifa berfokus pada pengaruh

penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan subsektor

industry konstruksi. Sedangkan penelitian ini berfokus pada dampak sebelum

dan sesudah penerapan PSAK 72 terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

sektor property dan real estate.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. PSAK 72

Pendapatan adalah hasil imbalan terhadap penyerahan barang atau jasa

yang diproduksi dalam operasi perusahaan dan merupakan unsur yang paling

utama dalam menentukan tingkat laba yang dapat dilihat sebagai prestasi

perusahaan dalam mengoperasikan perusahaannya pada suatu periode

tertentu. Pendapatan adalah salah satu akun utama pada laporan keuangan

yang informasinya sangat bermanfaat bagi para penggunanya terkait laporan

posisi keuangan dan penilaian kinerja suatu perusahaan (IASB, 2018).

Pendapatan merupakan patokan dalam melakukan perhitungan kinerja suatu

perusahaan (Kieso, 2018).


Di Indonesia, pendapatan pada perusahaan properti/real estat diatur

dalam PSAK 72 tentang Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan, dimana

sebelumnya diatur dalam PSAK 44 tentang Akuntansi Aktivitas

Pengembangan Real Estat. Berdasarkan PSAK 44, pengakuan pendapatan

kontrak jangka panjang menggunakan metode persentase penyelesaian.

Sedangkan, berdasarkan PSAK 72, sebelum perusahaan mengakui pendapatan

perlu dilakukan lima tahap analisis, yaitu identifikasi kontrak, identifikasi

kewajiban pelaksanaan, menentukan harga transaksi, mengalokasikan harga

transaksi terhadap kewajiban pelaksanaan, dan mengakui pendapatan. Pada

PSAK 72 dijelaskan bahwa perusahaan dapat mengakui pendapatan ketika

(atau selama) perusahaan memenuhi kewajiban pelaksanaan dengan

mengalihkan aset yang dijanjikan kepada pelanggan, dimana pengalihan aset

terjadi ketika (atau selama) pelanggan memperoleh pengendalian atas aset

tersebut.

PSAK 72 merupakan salah satu dari tiga PSAK baru yang disahkan

oleh DSAK IAI (Dewan Standar Akuntansi Keuangan- Ikatan Akuntan

Indonesia) pada tahun 2017. PSAK 72 mengatur mengenai Pendapatan dari

Kontrak Pelanggan dan merupakan adopsi secara lengkap dari IFRS 15:

Revenue from contract with customers yang diberlakukan efektif per 1 Januari

2018.
PSAK 72 menjadi standar tunggal untuk pengakuan pendapatan yang

berlaku dalam sebagian besar kontrak dengan pelanggan dan menggantikan

standar-standar yang berlaku sebelumnya yaitu PSAK 23: Pendapatan, PSAK

34: Kontrak Konstruksi, PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real

Estate, ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan, ISAK 27: Pengalihan Aset

dari Pelanggan dan ISAK 21: Perjanjian Konstruksi Real Estate). PSAK 72

menetapkan metode 5 langkah dalam mengakui pendapatan yaitu: 1.

Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan 2. Mengidentifikasi kewajiban

pelaksanaan dalam kontrak 3. Menentukan harga transaksi 4. Mengalokasikan

pendapatan ketika entitas sudah (atau sedang) menyelesaikan kewajiban

pelaksanaan.

2.2.2. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil replikasi dari

sekian banyak transaksi uang yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi-

transaksi dan peristiwa yang bersifat financial dicatat, digolongkan, dan

diringkas dengan cara yang tepat dalam satuan uang dan kemudian diadakan

penafsiran untuk berbagai tujuan. Menurut Kasmir (2012:7) laporan keuangan

adalah “laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini

atau dalam suatu periode tertentu”. Menurut Subramanyam (2012:79) laporan

keuangan adalah “produk proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar
dan aturan akuntansi, insentif manager, serta mekanisme pelaksanaan dan

pengawasan perusahaan”.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada ruang lingkup laporan

keuangan (2015:1) adalah: Laporan Keuangan merupakan bagian dari proses

pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi

neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat

disajikan dalam berbagai cara, sebagai contoh, sebagai laporan arus kas, atau

laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang

merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga

termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan

tersebut, sebagai contoh, informasi keuangan segmen industry dan geografis

serta perangkapan pengaruh perubahan harga.

Menurut Harahap (2009:105), laporan keuangan adalah “merupakan

output dan hasil akhir dari proses akuntansi”. Laporan keuangan inilah yang

menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan

dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan

keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau accountability, sekaligus

menggambarkan indicator kesuksesan dalam mencapai tujuannya.

2.2.3. Tujuan Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang dibuat pada dasarnya sudah pasti memiliki

tujuan tertentu seperti sebagai media informasi keuangan terhadap kegiatan

usaha yang digunakan oleh pihak manajemen sebagai acuan pertimbangan

dalam pengambilan suatu keputusan. Menurut Ikatan Standar Akuntansi

Keuangan (2015) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah

“menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta

perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar

pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik”.

Kasmir (2012:10) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

oleh perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki oleh perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh

pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode tertentu.

6. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

7. Informasi keuangan lainnya.


Fahmi (2012:23) menyatakan “laporan keuangan sangat diperlukan

untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan perusahaan dari waktu ke

waktu dan untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai

tujuannya.

2.2.4. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan adalah gambaran tentang kondisi keuangan suatu

perusahaan yang dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis keuangan,

sehingga dapat diketahui baik buruknya keadaan keuangan perusahaan

tersebut yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu.

Kinerja keuangan perusahaan memberikan informasi mengenai

keberhasilan yang telah dicapai perusahaan, juga membantu perusahaan untuk

mengevaluasi kekuatan, kelemahan, serta membantu pengambilan keputusan

keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berguna untuk melihat

sejauh mana perusahaan telah menggunakan aturan-aturan pelaksanaan

keuangan secara baik dan benar.

Kinerja keuangan dapat dinilai salah satunya dengan cara melakukan

analisis rasio keuangan yang dihitung berdasarkan perbandingan data

keuangan yang terdapat pada laporan pos keuangan (laporan posisi keuangan,

laporan laba/rugi, laporan arus kas). Analisis rasio keuangan adalah analisis
yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat

pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan.

Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka

yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan

angka lainnya yang dilakukan antara satu komponen dengan komponen lain

dalam satu laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Rasio keuangan

yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan diantaranya rasio

likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Ketiga

rasio tersebut merupakan rasio keuangan yang utama digunakan untuk menilai

kinerja perusahaan.

1. Rasio likuiditas adalah rasio yang memberikan gambaran tentang

kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang-utang (liabilitas) jangka

pendeknya. Rasio likuiditas merupakan rasio yang umumnya menjadi

pertimbangan kreditor untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan.

Rasio likuiditas terdiri dari:

a. Rasio Kas (Cash Ratio)

Merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar uang kas

yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat

ditunjukkan dengan tersedianya dana kas atau setara kas. Rasio Kas

memiliki rumus sebagai berikut:


Kas dan Setara Kas
Rasio Lancar =
Liabilitas Jangka Pendek

b. Rasio Lancar (Current Ratio)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera

jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio Lancar

memiliki rumus sebagai berikut:

Aset Lancar
Rasio Lancar =
Liabilitas Jangka Pendek

c. Rasio Sangat Lancar (Quick Ratio)

Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam memenuhi atau membayar kewajiban jangka pendek dengan

aset lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Rasio

Sangat Lancar memiliki rumus sebagai berikut:

Aset Lancar=Persediaan
Rasio Sangat Lancar =
Liabilitas Jangka Pendek

2. Rasio solvabilitas (rasio coverage) adalah rasio yang mengukur tingkat

perlindungan bagi kreditor jangka panjang dan investor. Rasio solvabilitas

disebut juga rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar seluruh liabilitasnya, baik jangka pendek

maupun jangka panjang ketika perusahaan dilikuidasi. Seperti halnya rasio

likuiditas, rasio solvabilitas juga umumnya menjadi pertimbangan kreditor


untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan. Jenis- jenis rasio

solvabilitas, yaitu :

a. Rasio Debt to Equity

Rasio ini berfungsi untuk pengukuran seberapa besar

perusahaan yang dibiayai oleh para pihak kreditur dibanding dengan

ekuitasnya.

Total Liability
Rasio Debt to Equity =
Total Equity

b. Rasio Debt to Asset

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam menjamin seluruh utangnya (baik jangka pendek

maupun jangka panjang) dengan aset yang dimilikinya.

Total liability
Rasio Debt to Asset =
Total Asset

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimilikinya (Kasmir,

2019). Rasio aktivitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

perputaran total aset (TATO), yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

perputaran segala jenis aset yang dimiliki perusahaan serta mengukur

jumlah penjualan yang diperoleh tiap rupiahnya (Kasmir, 2019).

Net Sales
Turnover Ratio =
Total Asset
4. Rasio profitabilitas

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan

atau kegagalan sebuah perusahaan untuk periode waktu tertentu. Rasio

profitabilitas disebut juga sebagai rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini merupakan salah satu

rasio yang penting dan umum digunakan oleh investor maupun kreditor

dalam menilai perusahaan. Jenis-jenis rasio profitabilitas, yaitu:

a. Gross Profit Margin

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur marjin laba

kotor atas penjualan bersih.

Laba Kotor
Rasio Gross Profit Margin =
Penjualan Bersih

b. Total Asset Turn Over

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran

semua aset yang dimiliki perusahaan dan mengukur jumlah penjualan

yang diperoleh dari tiap rupiah aset.

Net Sales
Rasio Aset Turn Over =
Average Asset

c. Return on Asset

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam memperoleh laba bersih dengan seluruh aset yang

dimiliki perusahaan.
Net Income
Rasio Return on Asset =
Average Asset

d. Return on Investment

Merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang telah

dikeluarkan.

Net Income
Rasio Return on Investment =
Average longTerm Liabilities+ equity

Anda mungkin juga menyukai