Anda di halaman 1dari 15

KOMUNITAS

JAWI
KELOMPOK 2
NAMA ANGGOTA:
- komang Mahardika S - Mawar Agustina
- Putu Ratna - Qoofifah Putri PS
- Shirien Hasan Bafadal - Yunisa Ayu Ramadhani
- Lara Sefiani K
PENGERTIAN
Di masa Kolonial ada istilah "ulama jawi" istilah
ini merujuk mereka yang belajar agama islam
ya ng berasa l dari Asia Tengga ra (terutama da ri
Nusantara). jadi, Komunitas Jawi adalah
sebuah perkumpulan pelajar Nusantara yang
menuntut kepada ulama termasyhur di
Haramayn ( sebutan Makkah dan Madinah).

Mereka menuntut ilmu di Kuttab ( Lembaga


pendidikan dasar) dan Hakalah (Lemabaga
Pendidikan lanjutan dan tinggi).
JARINGAN ULAMA JAWI
Terbentuknya jaringan ulama secara umum berkaitan erat
dengan perkembangan tradisi keilmuan Islam itu sendiri. Pada
awalnya dalam dunia keilmuan Islam terdapat tradisi yang sering
disebut sebagai rihlah ‘ilmiyyah “perjalanan keilmuan” atau
tepatnya “perjalanan untuk menuntut ilmu”, sesuai dengan
ajaran Islam kepada para penganutnya untuk menuntut ilmu ke
bagian dunia mana pun (thalab al-‘ilm).
JARINGAN ULAMA JAWI
Jejak Ulama Jawi dimulai pada abad ke- 17. Diawali Kedatangan Nuruddin ar-
Ranirri, Abdur Rauf Singkel, dan Syekh Yusuf dari Makassar. Syekh Yusuf
kemudian diasingkan ke afrika Selatan.
Di Haramayn, Abdur Rauf Singkel diangkat menjadi khalifah Tarekat Syatariah
dan Syekh Yusuf sebagai Khalifah Tarekat Khalawatiah. Guru mereka masing-
masinglah yang mengangkatnya setelah proses panjang, belajar bertahun-
tahun. Ilmu serta praktik keagamaan mereka pun dinilai memadai.
Di akhir abad 19, komunitas ulama Jawi
di Mekah mengukuhkan eksistensinya
dengan membentuk jaringan
internasional yang berpengaruh
signifikan dalam perkembangan Islam
di Nusantara. Juga menginspirasi jihad
melawan kolonialisme Belanda dan
pergerakan kebangsaan.
ULAMA- ULAMA JAWI TERKEMUKA DI
TIMUR TENGAH
1. Nawawi Al-Bantani,
2. Syekh Ahmad Abdul Ghani Sumbawa,
3. Syekh Akhmad Khotib,
4. Syekh Ahmad bin Zaid,
5. Yusuf Sumbulaweni,
6. Nahwrawi,
7. Abdul Hamid al-Daghestani,
8. Mahfudz Termas.
ulama Jawi dikenal punya reputasi tinggi. Seperti Syekh Nawawi
al- Jawi mendapat gelar " Syekh Hedzjaz", Ahmad khatib
Minangkabau menjadi imam besar di Masjidil Haram. Muhammd
Yassin al- Padani disebut allamah ( ulama besar). Mereka
berperan besar membentuk wacana intelektual keagamaan di
tanah melayu dan dunia. Sekembali dari tanah suci, para ulama
banyak yang menduduki berbagai posisi. Ada yang menjadi
ulama istana, Seperti Nuruddin ar- Raniri dan Abdul Rauf Singkel
di kesultanan Aceh. Ada yang tetap menjadi ulama independen.
Ada pula yang meneruskan berdakwah dan mendirikan
madrasah yang bermetamorfosis dengan berbagai pondok
pesantren dan aneka lembaga penndidikan.
Upaya pembaruan yang dilakukan Nuruddin ar-
Raniri, Abdur Rauf Singkel, dan Syekh Yusuf itu
kemudian dilanjutkan ulama Jawi berikutnya,
seperti Abdus Samad al-Palimbani yang menyadur
beberapa kitab tasawuf karya al-Ghazali (w. 1111),
dan ulama yang menjalankan fungsi pendidikan di
lembaga-lembaga pendidikan Islam di Nusantara,
termasuk tarekat, baik secara langsung maupun
tidak. Melalui lembaga-lembaga pendidikan itu,
ajaran pembaruan mereka disebarkan para murid
atau santri mereka ke seluruh pelosok Nusantara.
SEJAK AWAL PEREMPAT KEDUA ABAD KE-20, MADRASAH
JAWI MULAI MENGALAMI KEMUNDURAN SEHINGGA
MENYEBABKAN MEROSOTNYA JUMLAH MURID DAN ULAMA
JAWI, KHUSUSNYA DI MEKAH. DIBANDINGKAN DENGAN
MASA SEBELUMNYA
ADAPUN ULAMA JAWI LAIN MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN BAGI
KALANGAN MUKIMIN JAWI, YANG SEBAGIAN BESAR DARI INDONESIA DAN
SELEBIHNYA DARI MALAYSIA DAN PATTANI, DI RUMAH-RUMAH MEREKA.
TINGKAT KEILMUAN MEREKA JUGA JAUH BERADA DI BAWAH GENERASI
ULAMA SEBELUMNYA. MENURUNNYA KUANTITAS DAN KUALITAS ULAMA
DAN MUKIMIN JAWI DI MEKAH DAN MADINAH INI BANYAK DISEBABKAN OLEH
PERUBAHAN EKONOMI, POLITIK, DAN SOSIAL YANG DIALAMI ARAB SAUDI.
TUJUAN KOMUNITAS JAWI
1. Melestarikan Warisan Budaya: Komunitas Jawi sering bertujuan
untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya dan tradisi
Melayu yang terkait dengan aksara Jawi.

2. Pendidikan: Meningkatkan pemahaman dan penggunaan aksara


Jawi di kalangan anggota komunitas, terutama dalam konteks
pendidikan dan literasi.

3. Mempromosikan Bahasa Melayu: Menggunakan Jawi untuk


mempromosikan bahasa Melayu dan memperkaya khasanah
linguistik.
TUJUAN KOMUNITAS JAWI
4. Kegiatan Sosial dan Budaya: Mengadakan kegiatan sosial dan budaya
yang berkaitan dengan aksara Jawi, seperti pameran seni, festival, dan
lokakarya.

5. Identitas dan Kesadaran Budaya: Membantu anggota komunitas


memahami dan mempertahankan identitas budaya mereka yang terkait
dengan Jawi.

6. Kegiatan Keagamaan: Dalam konteks Islam, Jawi digunakan dalam teks-


teks agama, dan komunitas Jawi mungkin memiliki tujuan terkait
keagamaan, seperti mempromosikan pemahaman agama Islam.
TUJUAN KOMUNITAS JAWI
7. Toleransi dan Keanekaragaman: Menggunakan Jawi
untuk merayakan toleransi dan keanekaragaman
budaya, terutama di masyarakat multikultural.

8. Pengembangan Teknologi: Mendorong penggunaan


teknologi untuk memfasilitasi pembelajaran dan
penggunaan aksara Jawi.
KESIMPULAN
Komunitas Jawi adalah salah satu bentuk
pergerakan kebangkitan Bangsa Timur, Ulama
Jawi setelah bertahun tahun menuntut ilmu
mereka dapat mengaplikasikan ilmu mereka
dengan membuat pondok pesantren, aneka
lembaga pendidikan. ataupun secara
berdakwah.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai