Anda di halaman 1dari 4

Jelaskan kompensasi kerugian yg di perbolehkan menurut uu pajak yg berlaku

Jawab:

Kompensasi kerugian fiskal adalah suatu skema ganti rugi yang bisa diterapkan oleh Wajib Pajak
Badan ataupun Orang Pribadi yang telah melakukan pembukuan apabila berdasarkan ketetapan
pajak yang telah diterbitkan Direktur Jenderal Pajak (DJP) atau berdasarkan SPT Tahunan PPh
(self assessment) mengalami kerugian fiskal.

Suatu perusahaan memiliki dua jenis akuntansi keuangan, yakni akuntansi komersial dan
akuntansi fiskal.

Akuntansi komersial merupakan aktivitas untuk menyediakan informasi keuangan yang


diperoleh melalui suatu proses akuntansi secara umum.

Akuntansi fiskal merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang menekankan pada
penyusunan laporan perpajakan (SPT) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap
transaksi atau kegiatan perusahaan.

Penghitungan fiskal bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan yang


ditujukan secara khusus kepada otoritas pajak sebagai salah satu pemenuhan kepatuhan pajak
(tax compliance). Dari hasil penghitungan fiskal ini, nantinya akan diketahui apakah Wajib Pajak
tersebut mengalami kerugian fiskal atau tidak.

Dasar Hukum Kompensasi Kerugian Fiskal

Dasar hukum kompensasi kerugian fiskal ada pada UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 2
tentang Pajak Penghasilan (PPh). Dalam UU tersebut disebutkan bahwa:

“Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat
kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya
berturut-turut sampai dengan 5 tahun.”

Adapun arti dari pengurangan pada ayat (1) pernyataan di atas adalah sebagai berikut:

1. Pengurangan biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha.

2. Penyusutan atas pengeluaran agar memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk mendapatkan hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari
1 tahun.

3. Iuran ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Kerugian yang terjadi akibat penjualan dan pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan terkait.

5. Kerugian yang disebabkan oleh selisih kurs mata uang asing.

6. Pengurangan atas biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di


Indonesia.

7. Biaya beasiswa, pelatihan, dan magang.

8. Piutang yang ternyata tidak dapat ditagih.

9. Bentuk sumbangan yang dialokasikan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
mana ketentuannya diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).

10. Biaya sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang mana ketentuannya juga diatur dengan PP.

11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya juga diatur dengan PP.

12. Sumbangan untuk fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dalam PP.

13. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan PP.

Kompetensi Kerugian Fiskal sesuai UU PPh

Berikut adalah penjelasannya berdasarkan UU PPh.

1. Kerugian fiskal adalah kerugian berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan DJP serta
kerugian berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self assessment) dalam hal tidak ada atau
belum diterbitkan ketetapan pajak oleh DJP.

2. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila dalam tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian
fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian fiskal).

3. Kerugian fiskal terjadi karena saat penghasilan bruto dikurangi biaya hasilnya mengalami
kerugian

4. Kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai pada tahun pajak
berikutnya secara berturut-turut sampai dengan lima tahun.

5. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun 2009
sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang no.17 Tahun
2000 tentang Pajak Penghasilan.
6. Apabila pada kemudian hari berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan menunjukkan
jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT Tahunan PPh atau hasil
pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal tersebut harus segera direvisi
sesuai dengan ketentuan dan prosedur pembetulan SPT sebagaimana yang diatur dalam
Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan.

Perlu dicatat bahwa kompensasi kerugian tersebut tidak berlaku bagi Wajib Pajak yang
keseluruhan penghasilannya bersifat Final dan atau bukan merupakan objek pajak. Selain itu,
kerugian yang diderita dari luar negeri tidak dapat diikutsertakan dalam penghitungan
kompensasi kerugian fiskal.

Contoh Perhitungan

PT Mahkota Prima pada tahun 2015 mengalami kerugian fiskal sebesar Rp250 Juta, maka kerugian
tersebut dapat dikompensasikan hingga tahun 2020, dengan rincian perhitungan sebagai berikut:

Tahun 2015 : kerugian fiskal = Rp250 Juta

Tahun 2016 : laba fiskal Rp50 Juta, maka kerugian fiskal tahun 2017 dapat dikurangkan, sehingga tersisa
Rp200 Juta.

Tahun 2017 : rugi fiskal Rp25 Juta, sehingga pada tahun ini belum perlu membayar pajak. Sedangkan sisa
kerugian fiskal tahun 2017 tetap Rp200 Juta, dan memiliki saldo rugi fiskal tambahan sebesar Rp25 Juta
pada 2019. Keduanya tidak bisa digabungkan.

Tahun 2018 : memperoleh laba fiskal Rp75 Juta, maka laba ini akan digunakan untuk mengurangi
kerugian fiskal tahun 2017, sehingga saldo rugi fiskal 2017 berkurang menjadi Rp125 Juta, dan saldo rugi
fiskal 2019 tetap Rp25 Juta.

Tahun 2019 : memperoleh laba fiskal Rp25 Juta, maka saldo rugi fiskal tahun 2017 akan dikurangkan,
sehingga menjadi Rp100 juta. Sedangkan rugi fiskal tahun 2019 jumlahnya tidak berubah.

Tahun 2020 : memperoleh laba fiskal Rp75 Juta, maka saldo rugi fiskal tahun 2017 akan dikurangkan
kembali, sehingga tersisa Rp25 Juta. Sedangkan rugi fiskal tahun 2019 tetap Rp25 Juta.

Dari contoh perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa saat tahun 2016, 2018, 2019, dan 2020
menghasilkan laba fiskal, kerugian tahun 2017 dapat dikompensasikan atau diperhitungkan. Pada tahun
kelima yaitu tahun 2020, masih terdapat sisa kompensasi kerugian sebesar Rp25 Juta. Jumlah ini tidak
dapat dikompensasikan lagi karena telah melewati batas waktu 5 tahun, sehingga sisa Rp25 Juta
tersebut dapat dikatakan hangus.

Kompensasi Kerugian Jika Terdapat Produk/Putusan Hukum


Apabila suatu perusahaan ternyata diketahui pernah dilakukan pemeriksaan dan menempuh upaya
hukum tertentu sehingga terbit suatu produk atau putusan hukum, hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap nilai kerugian fiskal dalam tahun pajak bersangkutan.

Dalam Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2011 (PP 74/2011) disebutkan bahwa wajib
pajak dapat membetulkan SPT tahunan yang telah disampaikan, dalam hal wajib pajak menerima
putusan hukum tertentu atas tahun pajak sebelumnya atau beberapa tahun pajak sebelumnya, yang
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT tahunan,
dengan menyampaikan pernyataan tertulis.

Putusan hukum tertentu tersebut adalah surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, dan Putusan Peninjauan Kembali.

Jenis Kompensasi

1. Horizontal yaitu Mengkompensasikan kerugian atas suatu unit usaha (divisi) dengan kepada unit
usaha (divisi) lainnya dalam tahun yang sama.

Kecuali kerugian atas unit usaha:

 Di luar negeri
 Dikenakan PPh yang bersifat Final
 Yang penghasilannya bukan Objek PPh

Apabila masih terdapat kerugian setelah dikompensasikan secara horizontal, sisa kerugian tersebut
dapat dikompensasikan secara Vertikal

2. Vertikal yaitu Mengkompensasikan kerugian fiskal pada suatu tahun ke tahun pajak berikutnya.

Catatan:

Kepada Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di
daerah-daerah tertentu yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional dapat diberikan fasilitas
perpajakan dalam bentuk kompensasi kerugian yang lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh)
tahun.

Anda mungkin juga menyukai