Anda di halaman 1dari 7

BAB 5

Bentuk-Bentuk Tulisan
Tulisan ilmiah maupun tulisan non-ilmiah, pada hakikatnya terdiri dari
empat bentuk, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi atau bahasan.
Bentuk tulisan lain yang juga sering dibicarakan ialah persuasi (lihat Keraf ,
1986; Finoza, 2001). Dalam tulisan ini persuasi dimasukkan sebagai bagian dari
argumentasi.

1. Narasi adalah bentuk tulisan yang sifatnya menceritakan. Bentuk narasi


biasanya digunakan dalam bentuk non-ilmiah, seperti anekdot, sketsa,
dan profil. Susunan narasi terdiri atas urutan kejadian dan urutan waktu.
Unsur narasi yang harus diperhatikan ialah:
a. kalimat pertamanya harus menarik perhatian;
b. peristiwanya diuraikan berurutan dan logis;
c. ceritanya harus membangun klimaks.

Contoh :

Tiba-tiba ia tertegun. Di sana sayup-sayup dari jauh di arah


seberang kali sebelah timur, terdengar suara jeritan orang. Tapi, selintas saja,
jeritan diputuskan oleh sebuah letusan yang sangat hebat … kemudian hening
seketika, desingan menegakkan kepala, matanya mulai liar,badannya
dihadapkannya ke timur, ke arah tempat jeritan datang, kemudian membalik
menghadap ke barat, tegak bertolak pinggang, lalu lari, lari menerutkan jalan
rel, lari kencang sambil mulutnya komat-kamit. Dari kamit mulutnya keluar
lagi perkataan seperti bisa, tiada berujung, tiada berpangkal : … si bengis lagi,
si ganas lagi… dan ia lari terus, lari lepas sebagai melancar saja, tiada kaku-
kakunya. Dan ketika ia sampai di jalan pertemuan antara jalan kereta dan
jalan raya, ia berhenti sebentar, seolah-oleh berfikir, kemudian ia membelok
menurutkan jalan raya. Dari jauh dalam pandangan kabur sambill berlari, ia
melihat benda bergerak, berderet sepanjang jalan, tetapi sebelum ia tahu benar
apa yang dilihatnya, sebuah peluru datang menyongsong, tepat menembus
tulang dadanya. Warsiah terpelanting, jatuh tersungkur di tengah jalan.
Sebentar berontak, merentak-rentak, mengerang, menyumpah-nyumpah,
terhambur pula dalam sumpah-serapahnya perkataan : si bengis lagi, si ganas
lagi, hitam, kejam …rupanya dalam ia bergulat mempertahankan hidupnya
dengan sakratulmaut, kebencian kepada si hitam kejamnya, si bengis-ganasnya,
masih sanggup mengatasi renggutan tangan malaikat pengambil nyawanya
yang akan menceraikan rohnya dengan badan kasarnya. Warsiah lama
merontak-rontak, merentang kesana-kemari, kemudian lemah tak berdaya …
warsiah yang sebentar ini masih menjadi kerangka hidup, kini sudah benar-
benar menjadi kerangka mati. Mati terhantar di tengah jalan, tiada dihiraukan
orang, tiada ada yang menangis meratapi. Ia meninggal tidak sebagai
pahlawan yang dapat dibanggakan oleh bangsa, tidak sebagai qurban pembela
kemerdekaan. Ia mati hanya sebagai qurban kebuasan, salah satu qurban dari
yang sekian banyaknya. Ia mati karena nasibnya, demikian sudah menurut
suratan tangan, ya, ia mati karena kehendak Illahi. (Gema Tanah Air, Jilid 1,
hlm.158-159)

2. Deskripsi ialah tulisan yang sifatnya menggambarkan atau melukiskan


perasaan. Deskripsi yang baik memiliki tiga syarat, yaitu:
a. penggambaran yang dominan;
b. suasana hati yang jelas;
c. pengembangan yang logis.
Deskripsi meliputi orang, tempat, dan waktu.
Contoh :

Begitu pintu kantor Lab Bahasa kubuka, udara sejuk yang berasal
dari alat pendingin ruangan, suara mendesu bising dari alat yang sama, serta
bau asap tembakau yang menyesakkan dada menyambutku. Ruangan ini
sebenarnya cukup luas, kira-kira enam kali sebelas meter persegi, tetapi sudut
sebelah kanan dinding seberang pintu sudah dijadikan studio rekaman dengan
ukuran empat kali empat meter persegi, dengan dinding kedap suara setinggi
dua setengah meter. Ruangan yang tinggal untuk kantor jadi terasa sempit.
Dan ruangan yang sempit ini tidak pula diatur menurut citarasa yang baik.
Berbagai macam barang ditaruh seenaknya saja disana-sini, dan ini
mengingatkanku pada gudang dirumahku.
Di atas ruangan bergelantungan beberapa lampu neon model kuno
yang membuat ruangan ini cukup terang. Di langit-langit yang setinggi sekitar
empat meter, diapit dua pasang lampu neon, ada sebuah exhaust fan, kipas
pengisap, yang maksudnya tentu mengisap dan membuang bau yang kurang
sedap didalam ruangan ini.
Ketika ku arahkan pandanganku kedepan, dibalik sebuah meja
kerja terlihat sesosok tubuh, satu-satunya makhluk hidup diruangan yang
penuh sesak dengan barang-barang elektronik ini. Hampir tenggelam diantara
tumpukan buku dan map yang ada didepannya, lelaki berkaca mata itu tampak
terpukau dengan bacaannya. Begitu mataku menangkap sebuah pipa coklat tua
dimulutnya, segera aku tahu asal bau yang menyesakkan dada itu. Rupanya
exhaust fan dilangit-langit itu tidak mampu menyedot bau asap tembakau dari
pipa.
Tepat ditengah ruangan terdapat seperangkat sofa yang modelnya
sudah sangat ketinggalan zaman. Yang panjang disebelah kanan dan kedua
kursi yang pendek di kiri, diseberang meja oval yang ditutup alas meja yang
dulunya tentunya berwarna coklat indah. Jok kursi-kursi itu pun dulunya tentu
coklat indah, sekarang sudah seharusnya dibawa ketukang pearbot untuk
diganti kainnya serta diisi busanya yang sudah mengempis itu. Diatas meja
berserakan majalah luar negeri dan sebuah asbak porselen berwarna krem
yang bagian dalamnya sudah kehitam-hitaman. (Endah Widyawati dalam
Marahimin, 2001:50-51).

3. Eksposisi adalah bentuk tulisan yang sifatnya memaparkan. Bentuk


eksposisi pada umumnya untuk menulis buku panduan, resep dapur, dan
memaparkan orang meninggal.

Contoh :

DPR Bisa Beres, Pemerintah Tidak Bisa


Akhirnya Sidang Paripurna DPR yang tidak dihadiri Fraksi PDI-P
dan Fraksi PKB berhasil mengambil keputusan mengenai isu kenaikan harga
BBM lewaqt pemungutan suara hari senin lalu. Dari lima opsi yang diajukan
pimpinan DPR, siding pleno memilih opsi kelima, yakni meminta pemerintah
meninjau kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Perubahan.
Dari 550 anggota, 297 anggota dari enam Fraksi menyetujui opsi
kelima, yaitu meminta pemerintah meninjau Peraturan Presiden Nomor 22
Tahun 2005 tentang kenaikan harga BBM melalui pembahasan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2005. Empat Fraksi tetap menolak
keputusan pemerintah menaikkan harga BBM.
Pemerintah meresponnya dengan cepat. Hari Senin petang itu
juga diselenggarakan siding kabinet terbatas. Presiden akan segera bertemu
DPR sebelum lembaga itu reses kamis, 24 Maret. (Kompas, 23 Maret 2005).
4. Argumentasi adalah bentuk karangan yang sifatnya mengemukakan
pendapat seseorang. Bentuk karangan ini ilmiah.
Jenis-jenis argumentasi:
a. penalaran induktif;
b. penalaran deduktif;
c. perbandingan;
d. sebab-akibat;
e. argumentasi dengan kutipan;
f. argumentasi yang lemah.

Contoh :

Pasta Gigi Ketinggalan Zaman

Ada orang yang baru betul-betul merasa bangun sesudah dia


menyikat gigi. Tapi agaknya ada lebih banyak lagi orang yang merasa bahwa
tugas menyikat gigi pagi hari begitu bangun tidur itu sangat menyengsarakan.
Mereka memang melakukannya, tapi dengan perasaan sangat terpaksa. Semua
kita menyadari bahwa kita perlu menyikat gigi pagi-pagi guna menghalangi
kerusakan gigi. Namun, ada rasanya yang tidak maju-maju pada alat pencegah
kerusakan gigi yang kita kenal selama ini. Hal ini terutama sekali kelihatan
pada kemasan apa yang kita sebut pasta gigi itu, kemudian juga pada cara
promosinya, dan yang tak kalah pentingnya adalah pada rasa dan tekstur pasta
itu sendiri.
Kemasan pasta gigi yang kita kenal selama ini, yang sudah juga
dikenal oleh kakek bahkan kaek buyut kita dahulu, adalah tube. Dan tube ini
cara kerjanya berlawanan dengan tujuannya: tidak pernah ada satu orang pun
di dunia ini yang berhasil menggunakan seluruh pasta yang dikemas didalam
tube itu. Ketika Anda menganggap pastanya sudah habis, dan tube itu Anda
buang, di dalamnya masih tinggal pasta cukup untuk sekali duakali sikat gigi
lagi. Kalikanlah ini dengan jutaan tube yang dibuang orang setiap harinya di
dunia ini, angka yang Anda peroleh akan sangat menakjubkan. Tutup tube itu
mudah pula hilang sesudah dua tiga kali pakai, sehingga pasta didekat lubang
tube itu mengeras. Ketika Anda ingin memakainya besok pagi, Anda harus
memijit tube lebih keras dari biasa, dan tidak jarang akibatnya pasta itu akan
meloncat mengotori lantai dan tempat-tempat lain. Dan kalau memang Anda
memijitnya terlalu keras, tube itu masih akan terus mengeluarkan pasta,
walaupun kebutuhan Anda sudah terpenuhi.
Iklan-iklan yang menyesatkan turut pula menambah rasa tidak
senang kita menggunakan pasta gigi. Kenyataan menunjukkan, walaupun kita
menyikat gigi dua puluh empat jam sehari semalam, kalau gigi kita pada
dasarnya memang tidak putih, gigi itu tidak akan menjadi putih. Kemudian
perhatikan senyum model yang dipakai didalam iklan. Senyum dengan
memperlihatkan semua gigi bukanlah senyum yang terbaik, lagi pula tersenyum
seperti itu tidak mungkin dilakukan sambil menyikat gigi. Perhatikan pula cara
model itu menyikat giginya: bagaimanapun tampak indah dan berseninya, tidak
bisa kita menyikat gigi dengan benar jika kita memegang sikat gigi itu hanya
dengan ibu jari dan telunjuk saja.
Pasta gigi itu, baik rasa maupun teksturnya, adalah pasta. Hijau,
putih bergaris merah atau hijau, atau putih saja (yang menyebabkan gigi kita
justru kelihatan lebih kuning karena konstras), tetap saja pasta itu benda asing
di mulut kita, dan tidak untuk ditelan. Wangi-wangian dan rasa yang
ditambahkan kepada pasta itu, yang konon maksudnya untuk menambah enak
menyikat gigi, bukanlah jawaban yang tepat. Jika tidak dapat ditelan, apa
gunanya dibuat wangi dan terasa enak? Membuat pasta gigi yang wangi dan
terasa enak itu berbahaya, kita, terutama anak-anak kita, akan terbiasa
menelannya sedikit-sedikit. Disamping rasanya yang tajam itu, tekstur pasta
gigi sering menimbulkan campuran kental yang hangat di mulut, yang jika
disikat dengan keras akan menghasilkan busa, yang menyebakan mulut rasa
tersumbat, dan mneimbulkan rasa mau muntah.
Agaknya jelaslah bagi kita semua bahwa pasta gigi itu dalam
bentuknya yang sekaran ini sudah sangat ketinggalan zaman. Ada banyak
sekali perubahan yang sebenarnya sudah sejak dahulu kala harus dilakukan
oleh produser pasta gigi. Tube itu jelas sudah ketinggalan zaman, dia sudah
ada sejak permulaan abad ini, yang sampai sekarang tidak mengalami
perubahan mendasar. Promosinya juga rasanya lebih banyak tidak benarnya
dari benarnya. Dan mengenai tekstur dan rasa pasta gigi, kalau memang mau
dibikin enak, mengapa tidak difikirkan dan dicari alat pencegah kerusakan gigi
lain yang, selain enak dan wangi, juga dapat ditelan seperti permen coklat?
Dengan sendirinya ‘alat’ seperti ini dapat pula dibubuhi segala macam vitamin
untuk membuat gigi kita sehat dan kuat. Kalau ini bisa diciptakan, begitu
bangun tidur, setiap orang akan dengan senang hati memasukkan sepotong
‘alat’ ini ke mulutnya, mengunyahnya sebentar, lalu menelannya. Mulutnya
akan bersih dan wangi, giginya sehat dan kuat, dan orang itu akan benar-benar
merasa bangun: siap untuk melakukan tugas-tugasnya hari itu. (Jo Stralen
dalam Marahimin, 2001:203-205).

Anda mungkin juga menyukai