Anekdot dibuat sebagai salah satu bentuk penyadaran sosial, yang menyampaikan realitas sosial
dengan cara yang unik, seperti humor. Anekdot merupakan salah satu cara untuk menunjukkan
kepeduliannya pada persoalan di sekitar dan mengingatkan orang lain akan kebenaran yang harus
dilakukannya. Anekdot dapat menyadarkan kekeliruan orang lain, tanpa harus merasa tersinggung.
Menurut Keraf (1991: 142) anekdot adalah semacam cerita pendek yang bertujuan menyampaikan
karakteristik yang menarik atau aneh mengenai seseorang atau atau suatu hal lain. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa anekdot adalah teks yang lucu, berkarakter, dan mengandung kritikan
yang membangun.
Anekdot digunakan sebagai kritik, tetapi tidak secara langsung ataupun kasar. Saat masyarakat
hanya menggunakan media massa cetak, teks anekdot menjadi salah satu bagian rubrik hiburan
pembaca. Teks anekdot ini berisikan kritik sosial mengenai kehidupan sehari-hari. Kini, teks anekdot
tidak hanya ada di media massa cetak tetapi juga media sosial. Umumnya, teks anekdot ini
berbentuk meme atau cuplikan dialog lucu dalam sebuah postingan.
Menurut Luxemburg dkk. (1984:160) teks anekdot terdiri atas tiga jenis, yaitu dalam bentuk artikel,
cerpen, dan dialog.
1. Artikel
Anekdot dalam bentuk atikel dapat berbentuk format naratif. Teks anekdot menceritakan
suatu hal atau tokoh faktual/terkenal sehingga dalam ceritanya memiliki kejelasan tokoh, alur,
peristiwa, dan latar.
2. Cerpen
Anekdot berupa cerpen menceritakan suatu hal yang lugas atau tidak berbelit-belit agar
pendengar atau pembaca lebih cepat mengerti isi lelucon cerita tersebut. Oleh sebab itu, cerpen
anekdot lebih singkat daripada cerpen pada umumnya.
3. Teks dialog
Teks anekdot dalam bentuk dialog menggunakan format drama yang mempunyai petunjuk
lakon. Teks anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog dominan menggunakan kalimat langsung.
Alur berupa rangkaian peristiwa yang benar-benar terjadi atau sudah mendapat polesan maupun
tambahan dari pengarang.
Latar berupa waktu, tempat, ataupun suasana dalam anekdot yang diharapkan bersifat faktual.
Sudut pandang, yaitu teknik yang dipilih pencerita untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Susut pandang dalam cerita yaitu sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga.
Gaya bahasa dan nada, gaya bahasa berfungsi sebagai penyapa gagasan. Nada merupakan ekspresi
pencerita.
Menurut Gerot dan Wignell (2004) struktur anekdot adalah sebagai berikut.
1. Abstraksi, bagian awal (paragraf) berfungsi memberi gambaran tentang isi teks. Umumnya
akan menunjukkan hal unik yang akan terjadi dalam teks. Abstrak disebut juga sebagai tahap
pembukaan.
2. Orientasi, bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang peristiwa
tersebut. Umumnya penulis bercerita dengan detail pada bagian ini. Orientasi juga berfungsi
untuk membangun teks.
3. Krisis, terjadinya hal atau masalah yang unik atau tidak biasa. Krisis dimaknai sebagai saat
terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan.
4. Reaksi, cara penulis atau orang yang diceritakan dalam menyelesaikan masalah yang timbul
pada bagian krisis. Reaksi berkaitan dengan tanggapan dari kejadian sebelumnya.
5. Koda, bagian akhir cerita. Terdapat kesimpulan tentang kejadian yang diceritakan oleh
penulis. Koda juga merupakan penutup.
Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot
Menurut Pardiyono (2007), teks anekdot umumnya menggunakan kalimat deklaratif dan pernyataan
kausal pada bagian abstrak. Penulisan anekdot haruslah memperhatikan kaidah penulisannya.
Berikut merupakan kaidah penulisan anekdot.
Kemudian, kaidah penulisan teks anekdot menurut Tim Kemendikbud (2013: 111) yaitu disajikan
dalam Bahasa yang lucu dan berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau konyol bagi
partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel tersebut merupakan krisis yang ditanggapi dengan
reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, tercapai dan gagal, serta puas dan
frustasi.
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4
Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas menuju
ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
Tetapi kebetulan hari itu, dagangannya sudah habis. Pembeli terakhirnya membeli kupat tahu di sisi
rel kereta. Sesuah pembeli terakhir itu selesai, tukang kupat tahu itu membersihkan piringnya yang
berwarna merah lalu mengeringkannya dengan cara dikibas-kibaskan.
Kebetulan lagi, saat itu ada kereta yang melintas. Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari
jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak rem keras-keras. Sangkanya ada hal darurat yang
membahayakan. Lalu kereta berhenti tepat di samping tukang kupat tahu tadi.
Tukang Kupat Tahu: “Gak ada apa-apa, pak, tinggal bumbunya saja.”
1. Abstraksi
Pada suatu hari, seperti biasa, dari pagi sampai siang tukang kupat tahu berdagang di SMP 4
Tasikmalaya; jam 12 siang, dia biasanya menyusuri rel kereta untuk mengambil jalan pintas
menuju ke lokasi dagang selanjutnya, yakni Pasar Pancasila.
2. Orientasi
3. Krisis
Melihat ada tanda merah dikibas-kibaskan dari jauh, masinis kereta itu kaget lalu menginjak
4. Reaksi
5. Koda
Seketika itu Masinis turun dari kereta dan memukuli tukang kupat tahu.
Di suatu hari yang sedikit mendung, tibalah seorang laki-laki kekar di sebuah rumah sakit. Tetapi ada
yang aneh, kedua telinganya melepuh seperti bekas terbakar.
Kekar: “Jadi begini, pak dokter. Kekar-kekar begini saya itu takut istri. Jadi kemarin itu istri saya
sedang ke luar rumah dan nyuruh saya nyetrika baju. Nah, ada telpon masuk. Lantaran takut itu dari
istri saya … saya spontan menempelkan setrika ke telinga kanan saya, dok.”
Dokter: “Waah, saya paham rasanya takut istri. Terus telinga kiri bapak kenapa?”
Kekar: “Itu dia, dok. Telpon yang pertama gak jadi keangkat karena saya jejeritan. Eh, ada yang
nelpon lagi. Jadi dua-duanya kena.”
Seketika itu dokter mengambil setrika lalu menempelkannya di muka lelaki kekar itu.
Mutilasi
Pada suatu hari, Tono dan Bima pulang bersama seusai sekolah. Di jalan mereka mengobrol dengan
asyik. Tono bercerita tentang kejadian yang dilihatnya semalam.
“Bim, tadi malam aku melihat ada yang dimutilasi di belakang rumah Pak Taryo”
“Kenapa begitu? Kan niat kamu baik ingin menolong orang!” jelas Bima yang tampak bingung.
“Iya, orang yang dimutilasi itu, loh” jelas Bima yang semakin bingung.
Tono tertawa terbahak-bahak, “hahah haha”, “yang dimutilasi itu bukan orang Bim”
“Ayam, Bim. Semalam aku lihat Pak Taryo yang tukang ayam potong” kata Tono masih tertawa.
“Ah kamu, bilang dong kalau Pak Taryo sedang potong ayam. Pakai kata mutilasi segala.” jelas Bima
kesal karena dikerjai.