Anda di halaman 1dari 66

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].

- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].
- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.
2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


1. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
2. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


1. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
2. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


3. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
4. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


3. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
4. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


5. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
6. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


5. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
6. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


7. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
8. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


7. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
8. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


9. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
10. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


9. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
10. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


11. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
12. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


11. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
12. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


13. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
14. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


13. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
14. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


15. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
16. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


15. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
16. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


17. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
18. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


17. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
18. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


19. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
20. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


19. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
20. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.
Balik lagi ke awal

Berikut adalah beberapa poin penting dari hasil penelusuran terkait kode etik akuntan publik:

- Kode Etik Akuntan Publik (KEPAP) 2019 diadopsi berdasarkan Kode Etik dari Etika Internasional.
- Kode etik akuntan publik terdiri dari prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, integritas, dan
moralitas.
- Kode etik adalah seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan pengawas akuntan publik
bersertifikat.
- Ada lima prinsip etika utama yang harus dipatuhi oleh akuntan publik profesional: integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan.
- Akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang dipegang oleh kliennya
dan tidak mengungkapkannya kepada pihak ketiga tanpa otoritas yang tepat, kecuali jika ada hak atau
kewajiban hukum untuk melakukannya.
- Kode Etik Akuntan Publik diterbitkan oleh beberapa organisasi antara lain Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

Kode etik profesi akuntan publik merupakan seperangkat aturan khusus yang ditetapkan oleh badan
pengatur akuntan publik bersertifikat. Etika profesi akuntan publik lebih mengacu pada prinsip-prinsip
umum seperti kejujuran, integritas, dan moral. Kode etik ini menjadi panduan bagi seluruh anggota
profesi akuntan publik, baik yang berprofesi sebagai auditor, bekerja di kantor akuntan publik, atau di
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa kode etik yang harus dipatuhi dan dimiliki oleh seorang
akuntan publik profesional:

- Integritas: Seorang akuntan publik harus memiliki integritas yang tinggi dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang merugikan kepentingan publik.

- Objektif: Seorang akuntan publik harus bersikap objektif dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak
boleh memihak pada pihak tertentu.

- Kompeten: Seorang akuntan publik harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melaksanakan
tugasnya, dan tidak boleh melakukan tindakan yang melampaui batas kemampuannya.

- Independen: Seorang akuntan publik harus bersikap independen dalam melaksanakan tugasnya, dan
tidak boleh terikat oleh kepentingan pihak lain.

- Kerahasiaan: Seorang akuntan publik harus menghormati kerahasiaan informasi keuangan yang
dimiliki oleh klien mereka, dan tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga
tanpa otoritas yang tepat.

Contoh penerapan kode etik profesi akuntan publik adalah ketika seorang akuntan publik menolak
untuk melakukan tindakan yang melanggar integritas, seperti memalsukan laporan keuangan atau
memberikan saran yang merugikan klien[1]. Seorang akuntan publik juga harus bersikap objektif
dalam melaksanakan tugasnya, misalnya dengan tidak memihak pada pihak tertentu dalam
melakukan audit[6]. Selain itu, seorang akuntan publik harus memegang teguh prinsip kerahasiaan,
dan tidak boleh mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia tanpa otoritas yang tepat.

Undang-undang dan kode etik profesi mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan publik dalam
menjalankan tugasnya. Berikut adalah informasi yang ditemukan dari hasil pencarian:

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik: Undang-undang ini mengatur
tentang akuntan publik dan memberikan definisi tentang akuntan publik, tanggung jawab, kewajiban,
dan sanksi yang diberikan jika melanggar aturan[1][5].
- Kode Etik Profesi Akuntan Publik: Kode etik ini mengatur perilaku dan tanggung jawab akuntan
publik dalam menjalankan tugasnya. Kode etik ini mencakup prinsip-prinsip seperti integritas,
objektivitas, kompetensi, independensi, dan kerahasiaan[2][3][6].

- Komite Profesi Akuntan Publik: Komite ini dibentuk oleh Menteri Keuangan dan bertugas untuk
mengawasi dan mengatur praktik akuntan publik di Indonesia. Keanggotaan komite terdiri dari
berbagai unsur, seperti Kementerian Keuangan, Asosiasi Profesi Akuntan Publik, Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lain-lain.

Dalam menjalankan tugasnya, seorang akuntan publik harus mematuhi undang-undang dan kode etik
profesi yang berlaku serta menjaga integritas dan independensinya.

Audit adalah kegiatan untuk melakukan peninjauan ulang pada laporan keuangan atau informasi
lainnya yang dimiliki oleh suatu entitas ekonomi agar memperoleh informasi yang benar atau data
yang memiliki keakuratan yang tinggi. Tujuan dari audit adalah untuk memeriksa kelengkapan,
ketepatan, eksistensi, penilaian, klasifikasi, ketetapan, pisah batas (cut off), dan pengungkapan dari
perusahaan itu sendiri. Selain itu, tujuan audit juga dapat membantu menganalisa dan meneliti
perkembangan sebuah perusahaan, memberikan jaminan pihak ketiga bahwa materi bebas dari
kesalahan, dan memberikan saran dan masukan terkait kesalahan atau masalah yang ditemukan
dalam laporan audit. Jenis-jenis audit yang biasa dilakukan antara lain audit keuangan, audit
kesekretariatan dan kepatuhan, kontrol internal, manajemen kualitas, dan manajemen proyek.
Tahapan dalam proses audit meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan.

Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit. Materialitas
mengacu pada nilai informasi akuntansi yang, jika dihilangkan atau salah saji, dapat mengubah
penilaian seseorang yang bergantung pada informasi tersebut. Risiko audit, di sisi lain, adalah risiko
bahwa auditor mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Materialitas digunakan dalam merencanakan audit, menentukan
area laporan keuangan yang perlu diaudit, dan menetapkan konteks strategi audit secara
keseluruhan. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu.

Dalam merencanakan audit, auditor menentukan materialitas pada dua tingkat: materialitas pada
tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Materialitas pada tingkat laporan
keuangan digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar. Materialitas pada tingkat saldo akun digunakan untuk menentukan jumlah salah saji
yang dapat ditoleransi dalam masing-masing saldo akun. Auditor juga mempertimbangkan risiko salah
saji material, yaitu risiko bahwa laporan keuangan salah saji secara material sebelum audit dilakukan.
Auditor kemudian menilai risiko kesalahan penyajian material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Singkatnya, materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam perencanaan audit.
Materialitas digunakan untuk menentukan bidang laporan keuangan yang perlu diaudit dan untuk
merencanakan sifat, saat, dan luas prosedur audit tertentu. Risiko audit adalah risiko bahwa auditor
mungkin tanpa sadar gagal memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji material. Auditor menilai risiko salah saji material dan merancang prosedur audit untuk
mengurangi risiko tersebut ke tingkat yang dapat diterima.

Asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat oleh manajemen perusahaan tentang
pengelompokan transaksi dan akun terkait serta pengungkapannya di dalam laporan keuangan[2][3]
[4]. Asersi ini digunakan dalam proses audit untuk menunjukkan apakah kegiatan yang dilakukan oleh
manajemen telah sesuai dengan aturan yang berlaku. Berikut adalah beberapa contoh asersi
manajemen beserta penjelasannya:

1. Asersi mengenai keberadaan atau keterjadian: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-benar ada pada tanggal neraca serta
apakah pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba rugi benar-benar terjadi selama
periode akuntansi.

2. Asersi mengenai kelengkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya ada dalam laporan keuangan telah dimasukkan.

3. Asersi mengenai hak dan kewajiban: Asersi ini berhubungan dengan kebenaran bahwa aktiva
memang menjadi hak perusahaan dan hutang menjadi kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

4. Asersi mengenai penilaian dan alokasi: Asersi ini berhubungan dengan apakah aktiva, kewajiban,
ekuitas, pendapatan, atau beban telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan dengan angka-angka
yang wajar.

5. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan: Asersi ini berhubungan dengan apakah nilai
transaksi telah diklasifikasi secara tepat dalam laporan keuangan, dan apakah penjelasan tentang nilai
tersebut serta pengungkapan yang terkait dapat dipahami.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan
pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
Manajemen juga membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan, serta bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban
entitas. Selain itu, manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga
pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam.

Prosedur audit adalah serangkaian langkah yang dilakukan oleh seorang auditor untuk memastikan
hasil audit yang akurat dan tepat. Sebelum memulai prosedur utama audit, auditor dan klien
melakukan perjanjian dan kesepakatan selama proses audit. Kontrak ini berbentuk surat yang
ditandatangani oleh klien. Selanjutnya, auditor membuat perencanaan audit secara keseluruhan yang
mencakup jadwal audit, jenis pengujian yang akan dilakukan, dan dokumen serta bukti yang akan
diperlukan. Tahapan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor terdiri dari:

- Inspeksi (Inspection)
- Pengamatan (Observation)
- Konfirmasi (Confirmation)
- Pemahaman (Understanding)
- Substantif (Substantive)
- Analitis (Analytical)

Setelah auditor melakukan penyelidikan dan pengujian, auditor akan mendapatkan hasil dari proses
audit dan perlu dilakukan pengecekan ulang agar hasilnya sesuai dengan informasi yang diperoleh.
Hasil audit kemudian diberikan kepada perusahaan yang diaudit untuk mengetahui apakah ada
kecurangan (fraud), kegiatan illegal, atau kontrol internal yang kurang efektif. Terdapat beberapa
komponen prosedur audit yang diterapkan, antara lain:

- Rincian prosedur audit yang diterapkan mengenai komponen yang laporan keuangannya diaudit.
- Hasil pengujian audit atas beban penyusutan.
- Audit lingkungan pemasaran, audit strategi pemasaran, audit sistem pemasaran, audit produk, audit
harga, dan audit distribusi.
- Kertas kerja audit yang mencakup standar pekerjaan lapangan, bukti audit yang telah diperoleh,
prosedur audit yang sudah diterapkan, dan pengujian yang sudah dilakukan.

Dalam melakukan prosedur audit, seorang auditor harus bisa melakukan perencanaan dan supervisi
pada audit yang tengah dilakukan, memahami struktur pengadilan internal, dan mengumpulkan bukti-
bukti komponen yang cukup melalui berbagai prosedur audit. Selain itu, auditor juga harus
memberikan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada perusahaan yang diaudit.
Audit adalah proses memeriksa dan mengevaluasi catatan keuangan perusahaan, manajemen, atau
kinerja sumber daya manusia untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan atau kecurangan dalam
sistem perusahaan. Ada beberapa jenis audit, termasuk audit internal dan eksternal. Seorang auditor
biasanya melakukan beberapa prosedur audit untuk memudahkan proses dan hasil audit yang akurat.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang terlibat dalam proses audit:

1. Penerimaan Materi : Sebelum proses pemeriksaan dimulai, biasanya sudah ada kesepakatan yang
telah disetujui oleh kedua belah pihak.

2. Perencanaan: Tahap ini melibatkan penentuan ruang lingkup audit, menetapkan tujuan audit, dan
mengembangkan rencana audit.

3. Mengumpulkan Bukti: Tahap ini melibatkan pengumpulan data dan informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit.

4. Pengujian: Tahap ini melibatkan pengujian data dan informasi yang dikumpulkan untuk memastikan
keakuratan dan keandalannya.

5. Evaluasi: Tahap ini melibatkan evaluasi hasil audit untuk menentukan apakah laporan keuangan
perusahaan akurat dan dapat diandalkan.

6. Pelaporan: Tahap ini melibatkan penyajian temuan audit dan rekomendasi kepada manajemen
perusahaan.

Ada beberapa jenis prosedur audit yang dapat digunakan auditor untuk memperoleh informasi
tentang kinerja keuangan suatu perusahaan, antara lain:

- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen, catatan, dan aset untuk memastikan bahwa
semuanya akurat dan dapat diandalkan.

- Pengamatan: Ini melibatkan pengamatan operasi perusahaan untuk memastikan bahwa mereka
sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

- Konfirmasi: Ini melibatkan perolehan konfirmasi tertulis atau lisan dari pihak ketiga untuk
memverifikasi keakuratan informasi yang diberikan oleh perusahaan.

- Penyelidikan: Ini melibatkan mengajukan pertanyaan kepada personel perusahaan untuk


mendapatkan informasi tentang operasi perusahaan dan kinerja keuangan.

- Penelusuran: Ini melibatkan mengikuti transaksi dari asalnya ke tujuan akhir untuk memastikan
bahwa itu telah dicatat dan dipertanggungjawabkan dengan benar.

- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan


keakuratannya.

- Reperformance: Ini melibatkan mengulang prosedur yang sebelumnya dilakukan untuk memastikan
bahwa hal itu dilakukan dengan benar.

- Prosedur Analitik: Ini melibatkan analisis data keuangan untuk mengidentifikasi tren, pola, dan
hubungan yang mungkin menunjukkan potensi masalah atau bidang yang menjadi perhatian.

Contoh prosedur audit meliputi:


- Pertanyaan: Ini melibatkan meminta klien untuk menjelaskan proses atau transaksi yang terkait
dengan laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor dapat meminta klien untuk menjelaskan
lingkungan bisnis dan pengendalian atau menanyakan tentang transaksi atau saldo dalam laporan
keuangan.
- Inspeksi: Ini melibatkan pemeriksaan dokumen seperti faktur, pesanan pembelian, dan dokumen
pengiriman untuk memverifikasi terjadinya transaksi. Sebagai contoh, auditor dapat menggunakan
prosedur inspeksi untuk menguji asersi keterjadian untuk pembelian.
- Penghitungan ulang: Ini melibatkan pemeriksaan ulang perhitungan untuk memastikan
keakuratannya. Sebagai contoh, auditor dapat menghitung ulang biaya penyusutan aset tetap.

Pengendalian internal dalam audit mengacu pada aturan dan aktivitas yang diterapkan oleh organisasi
untuk menjaga integritas informasi keuangan, meningkatkan akuntabilitas, dan mencegah
kecurangan. Sistem pengendalian internal memiliki empat tujuan, yaitu memelihara aset organisasi,
memastikan keakuratan dan keandalan informasi keuangan, meningkatkan efisiensi operasional, dan
memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Ada empat prinsip yang menjadi pedoman
auditor dalam menilai sistem pengendalian internal, yaitu tanggung jawab manajemen, metode
pengolahan data, batasan, dan pemantauan.

Audit internal adalah kegiatan penjaminan dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Fungsi audit internal menilai
keefektifan sistem pengendalian internal melalui audit internal, sementara komite audit dewan
menilai apakah pengendalian dirancang, diterapkan, dan berfungsi sebagaimana mestinya. Tujuan
akhir dari audit internal adalah untuk mempersiapkan audit eksternal. Auditor internal dan eksternal
secara berkala memeriksa struktur dan kinerja pengendalian akuntansi dan aktivitas pengendalian
yang terkait dengan proses bisnis lainnya.

Pengendalian internal membantu mencegah berbagai penyimpangan dan membantu audit internal
dan eksternal dalam melakukan pemeriksaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan
siklus audit penuh, termasuk manajemen risiko dan manajemen pengendalian atas efektivitas operasi,
keandalan keuangan, dan kepatuhan terhadap semua arahan dan peraturan yang berlaku. Auditor
internal juga menentukan ruang lingkup audit internal dan mengembangkan rencana tahunan,
memperoleh, menganalisis, dan mengevaluasi dokumentasi akuntansi, laporan, data, bagan alur, dan
lainnya.

Fraud auditing adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan atau fraud dalam laporan keuangan suatu perusahaan[2]. Berikut ini adalah penjelasan
lengkap mengenai fraud auditing di Indonesia:

Pengertian Fraud
- Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu.
- Fraud juga dapat diartikan sebagai tindakan curang yang dilakukan sedemikian rupa, sehingga
menguntungkan diri sendiri, kelompok, atau perusahaan.

Jenis-jenis Fraud
- Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia. Korupsi biasanya
berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan informasi suatu instansi. Wujud yang dapat
terbentuk dari fraud jenis ini adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka
panjang.
- Penyimpangan data merupakan salah satu jenis kasus fraud di Indonesia yang paling umum terjadi
dalam sebuah perusahaan. Jenis penipuan ini meliputi seluruh tindakan berkaitan dengan pencurian
atau penyalahgunaan aset yang dipercayakan pada orang tersebut. Walaupun penyimpangan aset
paling banyak terjadi dalam perusahaan, namun penyimpangan ini merupakan yang paling mudah
dideteksi selama pencatatan dan pengelolaan keuangan perusahaan dikerjakan dengan baik.
- Pencurian data adalah jenis fraud yang melibatkan pencurian informasi atau data penting
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara hacking, phishing, atau dengan memanipulasi data
yang ada di dalam sistem perusahaan.
- Penggelapan uang adalah tindakan fraud yang dilakukan dengan cara mengambil uang perusahaan
secara tidak sah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memalsukan dokumen atau dengan cara
melakukan transfer uang ke rekening pribadi.

tanggung Jawab Auditor


- Tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi dan melaporkan adanya salah saji material atas
laporan keuangan sebagai akibat adanya unsur pelanggaran hukum.
- Auditor harus melakukan audit secara internal maupun eksternal untuk mengecek kebenaran
laporan keuangan perusahaan.
- Auditor juga harus melakukan pemeriksaan mendalam terhadap transaksi yang mencurigakan dan
melakukan investigasi lebih lanjut jika ditemukan adanya tindakan fraud.

Pencegahan Fraud
- Pelatihan dan sosialisasi anti-fraud harus menjadi perhatian lebih bagi perusahaan. Dengan begitu
akan lebih mudah bagi semua orang untuk memahami apa itu fraud dan bagaimana cara
mencegahnya.
- Perusahaan juga harus memiliki sistem pengendalian internal yang baik untuk mencegah terjadinya
fraud.
- Audit atau pemeriksaan juga bisa saja dilakukan mendadak untuk memastikan bahwa sistem
pengendalian internal perusahaan berjalan dengan baik.

Kita harus menghitung materialitas supaya menjadi ukuran mengantisipasi resiko, materialitas
merupakan sebuah angka yang ditetapkan auditor dalam menentukan sempling audit.

Risk assesment yaitu menentukan resiko atau menentukan pemahaman bisnis klien atau jenis
perusahaan.

Jenis jenis perusaahaan yaitu jasa, dagang, manufaktur, dan tambang. Perusahaan manufaktur
terdapat hpp.

Jika resiko tinggi maka sempling semakin banyak, namun materialitas semakin rendah.

Macam-macam materialitas ada empat yaitu :


21. Overall materialiti atau OM. Jika resiko tinggi, maka OM 0,5% keatas. Jika resiko rendah, maka OM
2% kebawah
22. Overall performance materialiti atau OPM. Jika resiko tinggi, maka OM 70% keatas. Jika resiko
rendah, maka OM 80% kebawah. Cara menghitung OPM itu menggunakan nominal OM.

Materialitas dapat dilihat dari jenis usahanya :


21. Manufaktur. Menghitung menggunakan total aset
22. Jasa. Menghitung menggunakan total revenue

Summary unadjusted different atau SUD memiliki tarif 3% dari nominal OM.

jika ada nilai yang tidak perlu di perbaiki jika salah (biasanya yang kurang dari tingkat materialitas)
namun bukan berati hilang tetapi di catat di manajemen letter.

Jika salah saji ditotalkan melebihi materialitas maka angka atau nominal selisih nya harus di koreksi.

OPM merupakan tingkat saldo akun


OM dapat mempengaruhi opini, artinya tidak hanya absolut pada nominal namun di akumulasikan.

Anda mungkin juga menyukai