Anda di halaman 1dari 10

Menghitung Penjualan Bersih

Penjualan Bersih = Penjualan – (Retur Penjualan + Potongan Penjualan)


Untuk catatan, ongkos angkut penjualan tidak termasuk dalam hitungan harga pokok penjualan dan
menjadi biaya umum.
Menghitung Pembelian Bersih
Pembelian Bersih = (Pembelian + Ongkos Angkut Pembelian) – (Retur Pembelian + Potongan
Pembelian)
Menghitung Persediaan Barang
Persediaan Barang = Persediaan Awal + Pembelian Bersih
Menghitung Harga Pokok Penjualan
HPP = Persediaan Barang – Persediaan Akhir
Contoh Perhitungan HPP Perusahaan Dagang
Harga Pokok Penjualan
UD. Bersama
Per 31 Maret 2017
Persediaan barang dagang (Awal) 15000000
Pembelian 75000000

Beban Angkut Pembelian 1000000


Total Pembelian 76000000

Retur Pembelian dan PH 1500000


Potongan Pembelian 2500000
Total Potongan Pembelian 4000000

Total Pembelian Bersih 72000000


Barang Tersedia untuk Dijual 87000000

Persediaan Barang Dagangan (akhir) (12500000)


Harga Pokok Penjualan 74500000
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa harga pokok penjualan pada tanggal 31 Maret 2017 dari UD.
Bersama mencapai Rp 74.500.000.

Beginning Inventory 15,000,000


Sales 75,000,000
Shipping Cost 1,000,000
Net Purchase 76,000,000
Purchase Return 1,500,000
Purchase Discount 2,500,000
Total Purchase Discount 4,000,000
Total Net Purchase 72,000,000
Cost of Goods Available for Sales 87,000,000
Ending Inventory 12,500,000
COGS 74,500,000
Komponen Penentu HPP Perusahaan Manufaktur
Perusahaan manufaktur jelas berbeda dibanding dengan perusahaan dagang. Sebab perusahaan
manufaktur membuat produk yang dijual sendiri. Maka dari itu komponen penentu HPP perusahaan ini
juga berbeda dengan perusahaan dagang. Setidaknya ada tiga komponen penentu HPP, antara lain:
Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan dasar yang dipakai untuk memproduksi suatu produk. Biaya bahan baku
meliputi harga pokok semua bahan yang dapat diidentifikasi dengan pembuatan suatu jenis produk dan
dapat dengan mudah ditelusuri atau dilihat wujudnya dalam produk selesai.
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja merupakan kegiatan fisik yang dilakukan karyawan untuk mengolah suatu produk. Biaya
ini meliputi biaya-biaya yang berkaitan dengan penghargaan dalam bentuk upah yang diberikan kepada
seluruh tenaga kerja yang ikut serta secara langsung dalam pengerjaan produk.
Biaya Overhead
Selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung, jua ada biaya produksi tidak langsung.
Biaya overhead sulit untuk ditelusuri secara langsung sebab produk atau aktivitas-aktivias pekerjaan.
Biaya tidak langsung tersebut terkumpul menjadi biaya overhead pabrik atau BOP.
Cara Menghitung HPP Perusahaan Manufaktur
Dalam perusahaan manufaktur, cara menghitung HPP sedikit lebih rumit. Ada empat tahap mengenai
cara menghitung HPP perusahan manufaktur. Anda bisa simak tahap-tahap tersebut di bawah ini.
Menghitung Bahan Baku yang Dipakai
Pada tahap pertama, kita perlu menghitung bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Rumusnya adalah:
Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan
Baku
Menghitung Biaya Produksi
Tahap selanjutnya adalah menghitung biaya produksi. Rumus menghitung biaya produksi adalah:
Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Pabrik
Menghitung Harga Pokok Produksi
Tahap ketiga adalah menghitung harga pokok produksi. Untuk tahap ini kita menggunakan rumus:
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan Barang dalam Proses Produksi
– Saldo Akhir Persediaan Barang dalam Proses Produksi
Menghitung HPP
Di tahap keempat sekaligus tahap terakhir kita menghitung harga pokok penjualan. Rumus HPP adalah
sebagai berikut:
HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Barang Awal – Persediaan Barang Akhir
Sebagai gambaran, Anda bisa menyimak gambar di bawah ini.
Contoh Perhitungan HPP Perusahaan Manufaktur
PT Bumi Raya Autoparts merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan suku
cadang motor. Di awal bulan Juli, diketahui:
Persediaan bahan baku mentah : Rp 50.000.000
Bahan setengah jadi : Rp 100.000.000
Persediaan spare part : Rp 150.000.000
Untuk proses produksi bulan Juli, PT Bumi Raya Autoparts membeli bahan baku Rp 750.000.000 plus
biaya pengiriman Rp 20.000.000. Sedangkan selama proses produksi timbul biaya pemeliharaan biaya
mesin sebesar Rp 10.000.000.
Di akhir bulan Juli diketahui :
Sisa penggunaan bahan baku mentah : Rp 80.000.000
Sisa bahan setengah jadi : Rp 10.000.000
Sisa sparepart siap jual : Rp 25.000.000
Berapa Harga Pokok Penjualan (HPP) PT Bumi Raya Autoparts?
Tahap 1 : Menghitung Bahan Baku yang Digunakan
Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan
Baku
Bahan Baku yang Digunakan = 50.000.000 + (750.000.000 + 20.000.000) – 80.000.000 = Rp
740.000.000
Tahap 2 : Menghitung Biaya Produksi
Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung +
biaya overhead produksi
Total Biaya Produksi = 740.000.000 + 10.000.000 = Rp 750.000.000
Tahap 3 : Menghitung Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + saldo awal persediaan barang dalam proses produksi –
saldo akhir persediaan barang dalam proses produksi

Harga Pokok Produksi = 750.000.000 + 100.000.000 – 10.000.000 = Rp 840.000.000


Tahap 4 : Menghitung Harga Pokok Penjualan

HPP = Harga pokok produksi + Persediaan barang awal – persediaan barang akhir

HPP = 840.000.000 + 150.000.000 – 25.000.000 = Rp 965.000.000


Maka Harga Pokok Produksi PT Bumi Raya Autoparts pada bulan Juli adalah Rp 965.000.000.
PT Sangun adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan sepatu. Pada bulan Januari 2016
PT Sangun memproduksi 200 produk dengan harga Rp 100.000/produk.

Diketahui :

 Pembelian bahan baku Rp 1.000.000


 Diskon pembelian 10% dari bahan baku
 Ongkos angkut Rp 100.000
 Bahan penolong Rp 500.000
 Biaya gaji per karyawan Rp 500.000/bulan sebanyak 10 orang
 Biaya Listrik Rp 100.000, biaya penyusutan Rp 200.000, biaya lain-lain Rp 150.000
 Biaya Administrasi dan Umum Rp 500.000
 Biaya Pemasaran Rp 500.000
 Pajak 10%
 5% dari penjualan merupakan diskon penjualan.
Data tentang nilai persediaan :
1. Persediaan Bahan Baku (Awal) Rp 1.000.000
Persediaan Bahan Baku (Akhir) Rp 800.000
2. Persediaan Barang Dalam Proses (Awal) Rp 900.000
Persediaan Barang Dalam Proses (Akhir) Rp 1.100.000
3. Persediaan Barang Jadi (Awal) Rp 1.500.000
Persediaan Barang Jadi (Akhir) Rp 1.250.000

JAWAB

1. Perhitungan biaya bahan baku :


Persediaan bahan baku awal = Rp 1.000.000
Pembelian bahan baku = 1.000.000
Ongkos angkut = 100.000

= Rp 2.100.000
Potongan pembelian = (100.000)

Pembelian bersih = Rp 2.000.000


Persediaan bahan baku akhir = (800.000)

Biaya bahan baku = Rp 1.200.000

2. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik (BOP)


Bahan penolong = Rp 1.000.000
Biaya listrik = 100.000
Biaya penyusutan = 200.000
Biaya lain-lain = 150.000

BOP = Rp 1.450.000

3. Perhitungan Biaya Produksi


Biaya Bahan Baku = Rp 1.200.000
Biaya Overhead Pabrik = Rp 1.450.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 5.000.000

Biaya Produksi = Rp 7.650.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung didapat dari (Rp 500.000 X 10)

4. Perhitungan Harga Pokok Produksi


Biaya Produksi = Rp 7.650.000
Persediaan Barang Dalam Proses Awal = 900.000
Persediaan Barang Dalam Proses Akhir = (1.100.000)

Harga Pokok Produksi = Rp 7.450.000

5. Perhitungan Harga Pokok Penjualan


Harga Pokok Produksi = Rp 7.450.000
Persediaan Barang Jadi Awal = 1.500.000

Barang Tersedia Untuk Dijual = Rp 8.950.000


Persediaan Barang Jadi Akhir = (1.250.000)

Harga Pokok Penjualan = Rp 7.700.000

6. Perhitungan Laba/Rugi
Penjualan Rp 20.000.000
HPP (7.700.000)

Laba Kotor 12.300.000


Beban :
Beban Adm & Umum 500.000
Beban Pemasaran 500.000
Total Beban (1.000.000)

Laba Sebelum Pajak 11.300.000


Pajak (1.130.000)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 10.170.000

1. Full costing

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan semua biaya yang
bersifat variabel maupun yang bersifat tetap terhadap produk. Metode full costing digambarkan sebagai
berikut:

Biaya bahan baku xxx


Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Harga pokok produksi xxx
2. Variabel Costing

Variabel costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang hanya memasukkan biaya produksi
variabel. Biaya yang bersifat tetap terhadap produk (BOP tidak tetap) dimasukkan sebagai biaya
periode. Metode variabel costing dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya bahan baku xxx


Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Harga pokok produksi xxx
Contoh Perhitungan Metode Harga Pokok Produksi
1. Metode full costing

1. Biaya bahan baku

Keterangan Jumlah Harga Satuan Total Harga

Plat stainless hairline 33 700.000 23.100.000

Hollo Stainless Star 40×40 21 250.000 5.250.000

Pipa Bulat Steinless 3/4 15 92.000 1.380.000

Pipa Bulat Steinless 1/2 6 60.000 360.000

Roda 32 50.000 1.600.000

Total Bahan Baku Langsung 31.690.000

2. Biaya tenaga kerja

Biaya tenaga kerja dihitung berdasarkan sistem upah harian, dimana para pekerja mulai bekerja dari
pukul 08.00 s/d 16.00 dengan upah Rp.75.000/hari. Perincian untuk menghitung satu tenaga kerja yaitu
75.000 x 27hari = 2.025.000,-. Usaha Kana Jaya mempekerjakan 4 orang karyawan bagian produksi
sehingga 2.025.000 x 4orang = 8.100.000/bulan.

Dalam menghitung proporsi biaya tenaga kerja terhadap pesanan pintu lipat stainless, terlebih dahulu
menghitung total pesanan pada bulan Oktober 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel Total pesanan pada bulan Oktober 2013

No Keterangan Harga jual pesanan (Rp.)

1. Pintu Lipat Stainless 43.630.500

2. Rilling Tangga 43.630.500

3. Kolom/Pilar 20.000.000

Total Nilai pesanan bulan Oktober 2013 94.630.500

Dari tabel tersebut total pesanan pada bulan Oktober adalah Rp. 94.630.500 , maka proporsi untuk pintu
lipat stainless adalah:
3. Biaya overhead pabrik

Pemerintah menetapkan aturan tentang penyusutan barang milik negara berupa asset tetap melalui
peraturan Menteri keuangan republic Indonesia nomer 1/PMK.06/2013, bahwa umur ekonomis untuk
peraltan produksi adalah selama 8 tahun dan alat angkutan darat bermotor selama 7 tahun.

Perhitungan biaya penyusutan mesin

Harga Perolehan Umur Ekonomis Nilai Sisa Total Harga


Aktiva Tetap
(Rp.) (Tahun) (Rp.) Per Tahun (Rp.) Per Bulan (Rp.)

Las Listrik 5.500.000 8 1.250.000 531.250 44.270,85

Gerindra 400.000 8 100.000 37.500 3.125

Cut off 2.000.000 8 800.000 150.000 12.500

Hand Bor 700.000 8 300.000 50.000 4.166,67

Bor Duduk 1.500.000 8 500.000 125.000 10.416,67

Total Biaya Penyusutan Mesin 893.750 74.479,17

Perhitungan biaya penyusutan kendaraan

Harga Perolehan Umur Ekonomis Nilai Sisa Total Harga Per


Aktiva Tetap
(Rp.) (Tahun) (Rp.) Tahun (Rp.) Bulan (Rp.)

Mobil Pick Up 30.000.000 7 10.250.000 2.821.428,571 235.119,05

Total Biaya Penyusutan Kendaraan 2.821.428,571 235.119,05

Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Pintu Lipat Stainless


Pembebanan
Keterangan Jumlah Harga Satuan (Rp.) Total (Rp.)
(%)

Biaya Bahan Pembantu

Kawat Las 1,070 Kg 65.000 69.000

Gas Argon 1 Tabung 250.000 250.000

Skrup dan Ring 200 Biji 1.000 200.000

Total Biaya Bahan Pembantu 519.000

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Pimpinan 1 Karyawan 3.500.000 46 % 1.610.000

Administrasi 1.350.000 46 % 621.000

Total Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 2.231.000

Biaya Lain-lain

Biaya Telepon 1 bulan 100.000 46 % 46.000

Biaya Internet 1 bulan 49.000 46 % 22.540

Biaya Listrik 1 bulan 250.000 46 % 115.000

Biaya Angkut – 100.000 100.000

Biaya Pemasangan 4 orang 75.000 300.000

Biaya Makan 4 orang 10.000 40.000

Total Biaya Lain-lain 623.540

Biaya Penyusutan

Biaya Penyusutan Mesin 1 bulan 74.479,17 46 % 34.260,42

Biaya Penyusutan Kendaraan 1 bulan 235.119,05 46 % 34.260,42

Total Biaya Penyusutan 142.415,18

Total Biaya Overhead Pabrik 2.915.955,18

Setelah menghitum jumlah biaya overhead pabrik sesungguhnya, langkah selanjutnya adalah
menghitung besar tarif presentase biaya overhead pabrik.

Dasarnya yang dipakai untuk membebankan overhead pabrik adalah atas dasar total biaya bahan baku
pintu lipat pada bulan oktober 2013 sehingga didapat besarnya tarif BOP sebagai berikut:
Berdasarkan tarif BOP tersebut seharusnya untuk pintu lipat yaitu:

Perkiraan BOP = Tarif BOP x Proporsi x Biaya Bahan Baku

= 9,20% x 46% x 31.690.000

= 1. 341.120,8

Selisih BOP = Perkiraan BOP – BOP sesungguhnya

= 1. 341.120,8 – 3.786.008,68

= (2.444.887,88)

Hasil selisih BOP diatas adalah selisih yang merugikan karena nilai biaya perkiraan lebih sedikit
dibandingkan dengan BOP yang sesungguhnya.

Langkah selanjutnya adalah menghitung harga pokok produksi menurut harga pokok pesanan untuk
pesan pintu lipat ukuran.

Harga Pokok Pesanan Pintu Lipat

Keterangan Total harga (Rp.)

Biaya Bahan Baku 31.690.000

Biaya Tenaga Kerja 3.276.000

Biaya Overhead Pabrik 2.915.955.18

Total Harga Pokok Pesanan 38.331.955.18

Selisih Biaya Overhead Pabrik 2.444.887.88

Hpp Disesuaikan 35.887.067,3

Perhitungan Harga Penjualan Pintu Lipat

Laba Yang Diinginkan = Hpp Disesuaikan x Ketetapan Laba

= 887.067,3 x 20%

= 7.177.413,46

Harga Jual = Hpp Disesuaikan + Laba Yang Diinginkan

= 887.067,3 + 7.177.413,

= 46.064.480,76

Anda mungkin juga menyukai