Anda di halaman 1dari 10

Analisis Laporan Keuangan

Nama Kelompok:
1. I Gede Aldi Mahesa Putra 35 (1602622010544)
2. Made Aditya Ambara Yasa 33 (1602622010542)
3. Pande Komang Surya Ananda 23 (1602622010531)
4. I Gusti Ayu Putu Eka Mariati 18 (1602622010526)
Analisis kredit
Analisis kredit adalah cara untuk menghitung kelayakan kredit suatu usaha atau organisasi.
Dengan perkataan lain, analisis kredit adalah penilaian kemampuan suatu perusahaan
menghargai semua kewajiban keuangannya. Laporan keuangan teraudit dari sebuah perusahaan
besar dapat dianalisis ketika perusahaan itu menerbitkan obligasi. Atau, sebuah bank dapat
menganalisis laporan keuangan suatu usaha kecil sebelum pinjaman komersial diberikan atau
diperbarui. Istilah ini mengacu pada kedua kasus, apakah bisnis itu besar atau kecil.

Tujuan analisis kredit adalah untuk meneliti calon peminjam dan fasilitas pinjaman yang
diajukan dan untuk menetapkan kadar risiko. Kadar risiko diperoleh dengan menaksir peluang
kegagalan oleh calon peminjam pada tingkat kepercayaan tertentu selama berjalannya fasilitas,
dan dengan menaksir jumlah kerugian yang akan dialami pemberi pinjaman jika kegagalan
terjadi.

Analisis kredit melibatkan beragam teknik analisis keuangan, termasuk rasio dan analisis tren
serta pembentukan proyeksi dan analisis arus kas terperinci. Analisis kredit juga mencakup
pemeriksaan terhadap jaminan dan sumber pembayaran lainnya serta riwayat kredit dan
kemampuan manajemen. Analis berupaya memperkirakan peluang kegagalan calon peminjam
atas utangnya, dan juga derita kerugian jika terjadi gagal bayar. Sebaran kredit--perbedaan dalam
suku bunga antara investasi "tanpa-risiko" secara teoretis seperti treasury di Amerika Serikat atau
LIBOR di Inggris dan investasi yang mengandung beberapa risiko gagal bayar--mencerminkan
analisis kredit oleh pelaku pasar keuangan.[1]

Sebelum pinjaman komersial disetujui, bank akan melihat semua faktor ini dengan penekanan
utama pada arus kas calon peminjam. Pengukuran kemampuan bayar yang lazim digunakan
adalah rasio cakupan layanan utang. Analis kredit pada suatu bank akan mengukur kas yang
dihasilkan oleh suatu usaha (sebelum pengeluaran bunga dan tidak termasuk penyusutan dan
biaya non-tunai atau luar biasa lainnya). Rasio cakupan layanan utang membagi jumlah arus kas
ini dengan layanan utang (pembayaran pokok maupun bunga pada semua pinjaman) yang harus
dipenuhi. Para bankir komersial biasanya menentukan cakupan layanan utang paling sedikit 120
persen. Dengan perkataan lain, rasio cakupan layanan utang hendaklah 1,2 atau lebih tinggi
untuk menunjukkan bahwa cadangan tambahan tersedia dan bahwa usaha itu bisa memenuhi
persyaratan utangnya.

Analisis kredit klasik

Biasanya sebagian besar bank bergantung pada penilaian subjektif ketika mengukur risiko kredit
dari peminjam korporat. Intinya, bankir memanfaatkan informasi pada berbagai karakteristik
peminjam - seperti karakter (reputasi), modal (kemampuan/daya angkat), kapasitas (naik-
turunnya capaian), kondisi (tujuan pinjaman), dan jaminan/agunan - ketika memutuskan apakah
pinjaman akan diberikan atau tidak. Karakteristik ini biasanya disingkat sebagai 5C.[2]
Pengembangan sistem pakar jenis ini adalah mahal dan menyita waktu. Itulah mengapa, dari
waktu ke waktu, bank telah berupaya memperbanyak proses pengambilan putusan mereka.
Meski begitu, dalam pemberian kredit kepada nasabah korporat, banyak bank masih
mengandalkan sistem pakar tradisional mereka untuk mengevaluasi calon peminjam.

Jenis-Jenis Kredit Berdasarkan Jenis Pengelompokannya


Dalam mempelajari ilmu ekonomi yang berkaitan dengan perilaku manusia, maka kita sering
mendengar bahwasanya manusia itu merupakan makhluk individu dan sosial. Artinya adalah
manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang penting bagi diri pribadi masing-masing dan
disisi yang lain manusia juga membutuhkan kehidupan sosial sebagai wadah untuk membentuk
masyarakat atau kelompok tertentu. Melihat sifat yang seperti itu, tentu tidak bisa pungkiri jika
setiap manusia memiliki banyak kebutuhan yang melekat pada dirinya, bahkan bisa dikatakan
kebutuhan manusia itu tidak ada batasnya. Namun pada kenyataannya tidak semua keinginan
atau kebutuhan tersebut bisa terpenuhi karena manusia memiliki keterbatasan dalam
mewujudkannya, karena hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan manusia itu sendiri baik itu
kemampuan pribadi maupun kemampuan financial.

Bicara tentang kemampuan financial yang terbatas, maka saat ini banyak sekali solusi keuangan
yang diberikan oleh pemerintah atau lembaga lain. Bantuan keuangan dari pemerintah hadir
melalui jalur perbankan sedangkan beberapa lembaga lain hadir dalam bentuk koperasi. Semua
lembaga tersebut pada dasarnya memberikan solusi yang sama yaitu solusi berupa kredit, kredit
merupakan solusi keuangan untuk menjembatani antara kemampuan keuangan seseorang yang
terbatas dengan pemenuhan keinginan tertentu terhadap barang maupun jasa. Jenis kredit pun
juga beragam dan hal tersebut merupakan dampak dan jawaban akan beragamnya kebutuhan
manusia juga.

Berikut jenis-jenis kredit berdasarkan jenis pengelompokannya, yaitu.

1. Berdasarkan Sifat Kegunaan


Kredit pada dasarnya memiliki tujuan atau penggunaan terhadap memenuhi kebutuhan manusia.
Dilihat dari sifatnya dapat dikategorikan sebagai jenis kredit yang konsumtif maupun produktif
tergantung dari perlakuannya. Berikut jenis-jenis kredit berdasarkan kegunaannya, yaitu.

A. Kredit Modal Kerja. Adalah kredit yang tujuannya digunakan sebagai modal kerja atau
kegiatan usaha, baik untuk memulai usaha maupun memperluas usaha. Dilihat secara kegunaan
jenis kredit ini termasuk dalam kategori jenis kredit produktif, karena tujuannya untuk
menciptakan kegiatan usaha dalam rangka menghasilkan sebuah produk barang dan jasa yang
bermanfaat sehingga menghasilkan keuntungan dari penyelenggaraan kegiatan tersebut.
B. Kredit Investasi Merupakan jenis kredit yang digunakan untuk kegiatan berinvestasi. Jenis
kredit ini sifatnya produktif, yaitu memberikan keuntungan dari kegiatan berinvestasi. Jika
dilihat dari namanya yaitu investasi, dapat dikatakan secara umum jenis kredit ini berkaitan
dengan jangka waktu yang relatif lama, baik dari segi perolehan keuntungan maupun
pengembaliannya. Contoh penggunaan jenis kredit ini adalah untuk investasi perkebunan kelapa
sawit atau karet yang umumnya membutuhkan waktu lama untuk menunggu waktu panennya.

C. Kredit Konsumtif. Dibandingkan dengan dua jenis kredit lainnya, kredit ini memiliki fungsi
yang sangat bertolak belakang. Sesuai dengan namanya jenis kredit ini digunakan untuk
keperluan konsumtif atau digunakan untuk mencukupi kebutuhan yang sifatnya personal, yaitu
seperti untuk kepemilikan rumah tinggal atau kendaraan pribadi.

2. Berdasarkan Jangka Waktu Pengembalian


Setiap kredit yang diberikan memiliki ikatan perjanjian yang memuat tentang kesanggupan
membayar dalam jangka waktu tertentu. Jangka waktu pengembalian biasanya disesuaikan
dengan besarnya kredit yang diberikan. Berikut jenis kredit dilihat dari sisi jangka waktu
pengembaliannya, yaitu.

A. Kredit Jangka Pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu pengembalian rata-rata
dalam 1 tahun. Kredit jangka pendek umumnya diberikan untuk kegiatan yang bersifat
menghasilkan keuntungan dalam waktu yang relatif singkat, contohnya kredit untuk pertanian
yang dalam 1 musim bisa melakukan panen lebih dari 1 kali.

B. Kredit Jangka Menengah. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya maksimal 3 tahun.
Kredit ini biasanya digunakan untuk membantu permodalan kegiatan usaha UKM dengan nilai
kredit yang tidak terlalu besar, umumnya dibawah 100 juta

C. Kredit Jangka Panjang. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang lebih dalam 5
tahun, bahkan bisa lebih lama lagi. Kredit ini dikhususkan untuk membiayai kegiatan usaha yang
membutuhkan pengembalian modal yang secara perhitungan cukup lama memberikan
keuntungan, seperti industri kelapa sawit dan karet.

3. Berdasarkan Cara Pemberiannya


Kredit ini dilihat dari aliran dana yang diberikan antara pihak peminjam dan pihak pemberi
pinjaman dan mekanisme didalamnya. Berikut jenis kredit berdasarkan cara pemberiannya,
yaitu.

A. Kredit Aksep. Merupakan kredit yang paling umum ditemui dan dikenali oleh masyarakat
luas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank. Dilihat dari kegiatan perbankan, sistem inilah yang
memberikan keuntungan cukup besar dari keseluruhan pendapatan bank per tahunnya.
B. Kredit Penjual. Kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli, dimana barang diterima
terlebih dahulu dan cara pembayaran dapat dilakukan secara tertahan. Umumnya yang
melakukan kegiatan seperti ini adalah transaksi antara supplier dengan distributor atau transaksi
yang umumnya terjadi di pasar grosir.

C. Kredit Pembeli. Kredit yang pembayaran dilakukan di awal, atau umumnya disebut dengan
pemberian uang muka, sedangkan barang yang akan diterima akan diberikan kemudian hari. Jika
ingin melakukan belanja barang-barang impor umumnya cara yang demikian yang sering
digunakan oleh para penjual barang impor atau biasanya cara ini digunakan untuk menawarkan
program pre-order terhadap produk-produk langka atau produk soft launching.

4. Berdasarkan Sektor Perekonomian


Kredit yang diberikan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian di sektor tertentu untuk
meningkatkan produktivitas produksi yang biasanya bertujuan untuk kegiatan ekspor. Berikut
jenis-jenis kredit berdasarkan sektor perekonomian, yaitu.

A. Kredit Pertanian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan,
dan perikanan. Biasanya kredit ini diberikan bersamaan dengan program penyuluhan perbaikan
kualitas atau peningkatan kemampuan masyarakat dari pemerintah atau lembaga tertentu.

B. Kredit Perindustrian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan industri, baik untuk skala kecil,
menengah, atau besar. Tujuan penggunaan kredit ini biasanya memiliki dua alasan yaitu untuk
perluasan kegiatan usaha atau produksi dan untuk membuka usaha baru

C. Kredit Pertambangan. Kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan pertambangan


dengan jangka waktu yang lama, seperti batu bara, emas, dan minyak.

D Kredit Ekspor Impor. Kredit yang digunakan untuk kegiatan ekspor impor, yaitu dengan
memberikan dana kepada eksportir maupun importir untuk menghasilkan barang yang memiliki
demand yang tinggi sehingga memberikan keuntungan maksimal.

E. Kredit Koperasi. Kredit yang diberikan untuk berbagai jenis koperasi baik dalam rangka
mengerakkan fungsi pendanaan kepada anggota atau permodalan baru sehingga menambah
pelayanan kepada anggota atau masyarakat luas.

F. Kredit Profesi. Kredit yang diberikan khusus untuk para professional, yaitu guru, dokter,
karyawan swasta. Biasanya sudah terdapat desain khusus dari pemerintah untuk pelayanan jenis
ini.

G. Kredit Perumahan. Kredit ini termasuk jenis yang paling sering diminati dan dicari oleh
keluarga baru, yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah baru atau pembiayaan
pembangunan.
5. Berdasarkan Bentuk Jaminan atau Agunan
Untuk memberikan rasa aman dalam memberikan kredit dibutuhkan sebuah jaminan agar kedua
belah pihak memiliki rasa tanggungjawab terhadap kewajiban masing-masing. Jenis kredit
berdasarkan bentuk jaminannya, yaitu.

A. Kredit Jaminan Orang. Pemberian kredit dengan jaminan seseorang, kredit yang semacam ini
biasanya bersifat kekeluargaan yang antara masing-masing pihak menaruh kepercayaan penuh.

B. Kredit Jaminan Efek. Kredit yang jaminannya berupa saham atau surat berharga tertentu.

C. Kredit Jaminan Barang. Kredit yang jaminannya berbentuk barang bergerak, barang tetap, dan
logam mulia.

D. Kredit Jaminan Dokumen. Kredit yang menggunakan jaminan berupa dokumen, seperti L/C
(Letter of Credit), sertifikat tanah, dan BPKB.

6. Berdasarkan Tingkat Golongan Ekonomi


Dengan melihat kemampuan financial atau asset seseorang akan menjadi dasar dalam
menentukan tingkat dan jenis kredit yang akan diberikan. Berikut jenis kredit berdasarkan
tingkat golongan ekonominya, yaitu.

A. Kredit Golongan Ekonomi Lemah. Kredit yang khusus diberikan untuk pengusaha yang
memiliki jumlah kekayaan total dibawah 600 juta (belum termasuk nilai kekayaan properti),
contohnya untuk usaha KUK dan KUT.

B. Kredit Golongan Ekonomi Menengah dan Konglomerat. Kredit yang diberikan untuk
pengusaha yang memiliki jumlah kekayaan diatas 600 juta, umumnya yang tergolong dalam
kelompok ini adalah para developer dan pengusaha besar.

7. Berdasarkan Cara Penarikan dan Pelunasan


Setiap kredit yang diberikan memiliki mekanisme tersendiri dalam proses penarikan dan
pelunasannya. Berikut 2 jenis kredit jika dilihat berdasarkan cara penarikan dan pelunasannya,
yaitu.

A. Kredit Rekening Koran. Kredit yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam penarikan maupun
pelunasan, sehingga pembayaran dapat dilakukan sewaktu-waktu. Cara penarikannya bisa
dengan cara cek , bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Sedangkan pelunasannya dapat dilakukan
dengan cara pembayaran secara berangsur-angsur. Perhitungan bunga disesuaikan dengan jumlah
pinjaman per harinya dan penarikannya harus mendapat persetujuan plafond kredit terlebih
dahulu
B. Kredit Berjangka. Kredit yang nilainya dapat ditarik sesuai dengan jenis plafondnya. Cara
pelunasannya diatur dalam perjanjian yang disepakati bersama, umumnya pelunasan dilakukan
setelah tenggang waktu kredit telah berakhir dan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai
atau angsuran.

Keinginan manusia yang tak terbatas tentu tidak akan terwujud tanpa adanya kemampuan
financial yang memadai. Pemerintah yang memahami hal tersebut dengan serius memberikan
terobosan dalam mempermudah masyarakat dalam memenuhi keinginannya, yaitu dengan
mengenalkan program kredit. Kredit merupakan pinjaman dana kepada masyarakat yang dapat
digunakan untuk tujuan tertentu, dimana masyakat nantinya memiliki kewajiban mengembalikan
dana yang dipinjamkan tersebut dalam kurun waktu tertentu dan dengan cara pembayaran yang
sangat fleksibel, apakah itu secara tunai langsung, secara bertahap atau berangsur

Jenis kredit yang diberikan pun sangat beragam dan telah disesuaikan secara sempit sesuai
dengan kebutuhan manusia. Jika dilihat lebih teliti lagi maka jenis kredit secara umum dapat
dibedakan menjadi beberapa kelompok yaitu berdasarkan fungsi dan kegunaannya, berdasarkan
jangka waktu pengembalian yang telah disepakati bersama, berdasarkan cara pemberiannya atau
aliran dananya, berdasarkan sektor perekonomian yang ingin dikembangkan, berdasarkan bentuk
jaminan atau agunan untuk memberikan rasa aman, berdasarkan jumlah keseluruhan aset
peminjam dana, dan yang terakhir dilihat berdasarkan cara penarikan dan pelunasannya. Semua
jenis-jenis tersebut merupakan jawaban atas kebutuhan manusia yang beragam dalam
mewujudkan keinginannya masing-masing

Perhitungan Kebutuhan Kredit


Cara perhitungan kebutuhan kredit tergantung pada jenis kredit yang akan diberikan.
Apabila kredit tersebut berupa kredit jangka pendek (kredit modal kerja), maka kebutuhan kredit
dapat diketahui dari budget kas, atau dengan menggunakan metode perputaran modal kerja
(gross working capital turnover) sebagai berikut :

(1) Pada tingkat penjualan sekarang :


Penjualan Bersih = Rp .................................
Perputaran Modal Kerja
(2) Untuk tambahan penjualan yang direncanakan :
Tambahan penjualan = Rp ................................. (+)
Perputaran Modal Kerja

(3) Jumlah modal kerja yang dibutuhkan Rp .................................

(4) Modal kerja yang dimiliki sekarang Rp ................................. ()


(5) Jumlah kredit yang dapat dipertimbangkan Rp .................................

Apabila jenis kredit yang diberikan adalah kredit jangka panjang (misalnya kredit investasi),
maka kebutuhan kredit dapat diketahui dari Budget Modal (capital budgeting) atau dari rencana
penggunaan kredit yang diajukan oleh pemohon kredit.

Kebijakan Kredit Perdagangan


Perbedaan antara kredit yang diberikan perbankan dengan penjualan kredit
oleh perusahaan dagang adalah sebagai berikut:
1. Bank menyalurkan kredit dalam bentuk uang maupun barang yang dibiayai
oleh bank. Artinya, calon debitur bisa memperoleh kredit dalam bentuk uang
atau dalam bentuk barang;
2. Penjualan kredit oleh perusahaan dagang adalah perusahaan menjual barang
dagangannya yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari (kredit)
dengan cara angsuran atau dicicil.

Terdapat beberapa tujuan perusahaan dagang dalam memberikan kredit antara


lain adalah untuk:
1. Meningkatkan penjualan;
2. Meningkatkan laba;
3. Menjaga loyalitas pelanggan.

Dalam rangka meningkatkan penjualan secara kredit, perusahaan dagang


perlu menetapkan kebijakan kredit (credit policy). Kebijakan kredit ini meliputi
sebagai berikut:
1. Standar Kredit
Penjualan barang atau jasa yang diberikan ke pelanggan mengandung suatu
risiko bagi perusahaan yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan entah waktu
pembayaran atau kerugian dalam bentuk uang. Secara umum dalam praktiknya

Analisis Laporan Keuangan


risiko yang dihadapi perusahaan berkaitan dengan penjualan kredit adalah sebagai
berikut:
a. Pertama, pelanggan terlambat membayar tagihanya kepada perusahaan,
misalnya melewati batas tanggal jatuh tempoh. Namun, walaupun terlambat
atau tersendat-sendat pelanggan masih mau dan mampu untuk membayar
tagihannya;
b. Kedua, dalam perjalanan pelangan tidak memiliki kemampuan untuk
membayar sesuai kesepakatan sehingga kredit benar-benar macet, walaupun
pelanggan masih berusaha untuk membayar.
c. Ketiga, pelangan kabur sehingga tidak dapat ditagih sama sekali dan benarbenar macet.
Untuk menghindari atau meminimalkan risiko kredit yang dihadapi
perusahaan, sebelm penjualan kredit diberikan, perlu dilakukan analisis kredit
tentang kemauan dan kemampuan pelanggan untuk membayar kewajibannya.
Analisis kredit yang diberikan tidak jauh berbeda dengan pinjaman yang diberikan

bank, misalnya dengan analisis The 5 C Principles yang lazim diterapkan oleh
bank. Seperti telah dijelaskan diatas, melalui alat analisis ini paling tidak
perusahaan mampu melihat kemauan dan kemampuan calon debitur sebelum
penjualan kredit diberikan.

2. Persyaratan Kredit
Kebijakan kredit yang berkaitan erat dengan persyaratan kredit yang
diberikan. Persyaratan kredit ini berguna untuk meningkatkan penjualan kredit
dan merangsang pelanggan untuk segera membayar tagihannya. Disamping itu,
jangka waktu kredit yang diberikan juga memberikan ruang gerak pelanggan
untuk membayar kredit yang diterimanya.
Sebagai contoh perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, n/30, yang
artinya pelanggan akan diberikan discount 2% dari penjualan apabila perusahaan
membayar dalam waktu sepuluh hari. Sementara itu, jangka waktu kredit adalah
tiga puluh hari yang artinya kredit harus dibayar dalam waktu tiga puluh hari.
22 Bab IX: Analisis Kredit

Selanjutnya, perusahaan dapat memperpanjang jangka waktu kredit guna


meningkatkan penjualan. Akan tetapi, memperpanjang jangka waktu kredit
mengandung suatu risiko, yaitu tertanamnya dana dalam piutang semakin besar
dan semakin berpotensi membuat kredit tersebut macet.
Kemudian, untuk merangsang kecepatan pembayaran kredit, dapat pula
dilakukan dengan potongan kas (cash discount). Pemberian potongan ini dapat
dilakukan dengan menaikkan discount, misalnya dari 2/10 n/30 menjadi 3/10 n/30
atau sesuai denga kebijakan perusahaan.

3. Kebijakan Penagihan
Apabila pelanggan terlambat untuk membayar tagihannya, perusahaan perlu
mengambil tindakan nyata untuk menyelamatkan kredit tersebut agar tidak gagal bayar atau
macet. Tindakan atau kebijakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Teguran yang dilakukan melalui surat atau telepon. Teguran ini dapat bersifat
mngingatkan, misalnya sebelum kredit jatuh tempo, debitur/ pelanggan yang
berhutang di telepon dengan teguran halus. Kemudian, teguran dapat pula
bersifat mengajak debitur untuk segera membayar dan memastikan tanggal
kapan pelanggan terakhir membayar.
b. Apabila melalui teguran baik surat maupun telepon sudah tidak ditanggapi,
perusahaan dapat menyerahkanya ke badan penagih (collection agency),
semacam debt collector untuk menagih kredit tersebut hingga tertagih.
https://docs.google.com/document/d/1pZ201oqMFKbhBFA2ODWAnn2KvNxl9Ce9jg852RYbYhg/edit,
http://anakkeciilsangadh.blogspot.com/2012/03/analisa-kredit_31.html,
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/kredit/jenis-jenis-kredit,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Analisis_kredit,

Anda mungkin juga menyukai