Selain itu, hal ini juga karena terdapat banyak bank-bank besar luar yang tertarik membeli
saham Bank Permata karena Bank-bank luar sulit mengalami pertumbuhan di negara asal.
Ini membuat bank-bank di Indonesia banyak diminati investor luar negeri.
Karena banyak peminat ini, yang membuat Bangkok Bank mengalami persaingan panjang
dalam mewujudkan rencana akuisisi terhadap Permata Bank ini.
Rumor mengenai rencana akuisisi Bank Permata ini juga, sempat membuat bank terbesar
Singapura, DBS Bank, disebut akan meramaikan persaingan dalam mendapatkan Bank
Permata, bersama dengan Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) yang juga berasal dari
Singapura dan Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMBC) asal Jepang. DBS saat itu
disebut siap membayar akuisisi Bank Permata dengan valuasi US$ 2,3 miliar atau setara Rp
32,55 triliun. Namun pihak perwakilan dari DBS belum bersedia memberikan konfirmasi
mengenai rencana tersebut.
Sebelumnya, OCBC yang juga bank asal Singapura dikatakan akan membeli saham Bank
Permata. Namun hal tersebut tidak terealisasi. OCBC sudah lebih dulu memiliki bank
domestik yaitu PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) yang berpotensi digabungkan dengan
Bank Permata jika memenangkan persaingan, dan berpotensi menjadi bank dengan aset
terbesar kelima di Indonesia. Hal yang sama juga ingin dilakukan oleh Sumitomo,
perusahaan investasi asal Jepang, yang berminat membeli saham Bank Permata.
Sebelumnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) adalah pihak pertama yang serius ingin
membeli saham Bank Permata. Bank Mandiri terang-terangan menyampaikan minatnya
untuk membeli Bank Permata. Namun, proses negosiasi antara Bank Mandiri dengan
pemegang saham Bank Permata tidak ada kejelasan karena masalah harga menjadi
pertimbangan yang membuat rencana tersebut gagal.
Ada beberapa hal yang menjadi perhatian pelaku pasar pada saat itu yaitu apakah semua
pemegang saham bersedia melepas saham Bank Permata ini. Standard Chartered Bank yang
terlihat jelas bersedia untuk melepas saham dari Bank Permata tersebut, namun pada saat itu
Astra masih belum jelas apakah bersedia melepas atau tidak. Astra akan bersedia menjual
kepemilikannya jika harga jual kompetitif. Astra mengacu pada transaksi akuisisi bank-bank
yang terjadi sebelumnya, dimana akuisisi terjadi pada PBV [price to book value] sekitar
1,7x.
Namun jika pada harga tersebut tidak terjual, maka harga ideal penjualan saham Bank
Permata adalah dengan PBV 1,5x.
PBV adalah penilaian harga saham dengan nilai buku perusahaan. Biasanya, saham yang
memiliki rasio PBV besar, memiliki valuasi yang tinggi (overvalue) sedangkan saham yang
memiliki PBV di bawah 1 memiliki valuasi yang rendah alias undervalue.
Namun di tengah, Harga akuisisi yang masih menjadi fokus dan pertimbangan antar pihak
ini demi mencapai kesepakatan bertransaksi, Para pemegang saham Bank Permata kekeh
ingin menjual saham Bank Permata pada harga premium atau dengan PBV di atas 2x karena
banyak Bank lain yang tertarik dengan Bank Permata ini.