Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kerajaan Malaka sekarang termasuk wilayah negara Malaysia, tetapi karena Malaka
memainkan peranan penting dalam pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam di asia tenggara maka
kerajaan Malaka perlu dibahas dalam sejarah Islam di kawasan ini.
Pertumbuhan Kerajaan Malaka dipengaruhi oleh ramainya perdagangan internasional
Samudera Hindia. Pelabuhan Malaka sebelumnya tidak memiliki kekuasaan politik, kecuali
sebagai tempat persinggahan para pedagang dari berbagai bangsa, terutama pedagang yang
beragama Islam. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana awal berdirinya Kerajaan Malaka ini.
Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran Wilayah kekuasaan
kerajaan Malaka dari Palembang bernama Parameswarayang lari ke Malaka ketika terjadi
serangan dari Majapahit. Ia mendirikan kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya,
Parameswara adalah seorang raja yang beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti
namanya dengan nama Islam, Muhammad Syah(1400-1414) . Raja pertama ini kemudian
digantikan oleh Sultan Iskandar Syah (1414-1424).
Kota Malaka pada abad ke-15 adalah sebuah entrepot. Sebagai kota atau bandar pelabuhan,
kekuatan dan ketahanannya dapat dikekalkan sebab adanya kegiatan dan usaha-usaha
perdagangan secara besar-besaran sehingga apabila diambil kira Malaka sebagai penguasa
kelautan melayu, kegiatan dan usaha inilah yang mendasari faktor ekonominya, faktor ini juga
yang menjadikan Malaka sebagai kuasa dibagian barat laut nusantara yang cukup unggul.
Malaka sebenarnya menjadi penyambung rantai lalu lintas perdagangan dilaut diantara bagian
timur dengan bagian barat dunia. Malaka menjadi sebagian sistem perjalanan dan perdagangan
dunia yang amat penting sepanjang abad ke-15 dan beberapa abad setelah itu. Oleh karena itu,
inilah yang menyebabkan orang-orang Portugis bersungguh-sungguh mau menguasai dan
menaklukkan Malaka.
Mengenai teori kedatangan Islam di Melayu terdapat banyak pendapat dan masing-masing
pendapat diikuti dengan bukti-buktinya. Memang banyak hal yang dipermasalahkan apabila
membicarakan apabila membicarakan tentang kedatangan Islam. meskipun demikian maka teori
kedatangan Islam meliputi tiga hal pokok yakni dari mana asal kedatangan Islam waktu
kedatangan Islam dan siapa yang membawa Islam itu sendiri. Namun  terlepas dari teori tersebut
yang jelas Islam pada awalnya bertapak di kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh,
Malaka, Riau, dan kota-kota pelabuhan lainnya. Hal ini disebabkan karena Kepulauan Melayu
memang berada di persimpangan jalan laut bagi para pedagang yang akan melakukan perjalanan
perniagaan. Misalnya pedagang Arab, Persia, India, dan China dengan dua arah bolak balik.
Oleh sebab itu secara umum dikatakan bahwa Islam disebarkan oleh para pedagang muslim yang
melakukan perdagangan ke berbagai wilayah.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Melaka
2. Untuk mengetahui riwayat Kesultanan Melaka
3. Untuk mengetahui Asal Usul Penamaan Melaka
4. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Melaka
5. Untuk mengetahui masa kejayaan Kerajaan Melaka
6. Untuk mengetahui masa kemunduran Kerajaan Melaka
7. Untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

Kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan
mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti oleh pembesar-pembesar
istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai tersebar di Malaka. Parameswara (Muhammad
Iskandar Syah) memerintah selama 12 tahun. Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan
meninggalkannya sebagai sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga
orang-orang Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan segala pedagang). Kitab sejarah melayu
(The Malay Annals), turun menceritakan bahwa raja Malaka, Megat Iskandar Syah, adalah orang pertama
di kesultanan itu yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya baik
yang berkedudukan tinggi maupun rendah untuk menjadi Muslim.
A. Riwayat Kerajaan Malaka
a. Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari
Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan
diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatra runtuh diserang Majapahit. Pada saaat Malaka didirikan,
disitu terdapat penduduk asli laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang 30
keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang
jauh lebih tinggi. Karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama
penduduk asli tersebut, rombongan pendatang merubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain
menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli
menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-
rempah.
Rombongan juga telah menemukan biji-biji timah didaratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi
hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatra. Salah satu komoditas penting yang di impor
Malaka dari Sumatra saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatra dalam memenuhi
kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perdagangan tidak dapat dikembangkan di Malaka.hal ini
kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian
mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geograpis strategis yang mereka miliki. 
b. Asal Usul Nama Malaka 
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut sejarah melayu (malay
annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri ke Tumasik, karena
diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu oleh biwak yang tidak
terkira banyaknya. Kemudian ia pindah keburok dan mencoba untuk bertahan disitu, tetapi gagal.
Kemudian Parameswara berpindah ke Seming Ujong hingga kemudian sampai di sungai Bertam, sebuah
tempat yang terletak dipesisir pantai. Orang-orang sekitar yang mendiami kawasan tersebut kemudian
meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan
tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan
dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh dibawah pohon malaka. Maka,
kawasan tersebut ia namakan Malaka.
Dalam versi lain dikatakan bahwa nama Malaka dihubungkan dengan istilah Arab, malaqah (tempat
pertemuan) / malakat (perhimpunan segala dagang) / malqa (tempat bertemu). Sedangkan versi orang
pribumi mengatakan bahwa asal usul nama Malaka adalah nama sepohon kayu Melaka ditebing muara
Sungai Melaka.
B. Perkembangan Kerajaan Malaka
a. Silsilah Kesultanan Malaka
Terdapat banyak versi mengenai jumlah penguasa / raja dalam Kesultanan Malaka. Raja / Sultan yang
memerintah di Malaka menurut sebuah versi adalah sebagai berikut :
1. Parameswara yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1390-1424)
2. Sri Maharaja / Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah / Sultan Abu Syahid (1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1456)
5. Sultan Mansyur Syah (1456-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
2
8. Sultan Ahmad Syah (1511 – antara 1516 hingga 1528)

Adapun menurut versi lain silsilah penguasa Kesultanan Malaka adalah sebagai berikut :
1. Sultan Iskandar Syah / Parameswara (1400-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sultan Abu Syahid (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)

b. Sistem dan Periode Pemerintahan


Masa Awal Perkembangan Malaka
Parameswara (pendiri Kesultanan Malaka) adalah keturunan Raden Wijaya, raja pertama (1293-1309)
dan penggagas Kerajaan Majapahit yang menikahi Sri Gayatri Rajapatni, putri dari Sri Kertanegara raja
terakhir (1268-1292) Kerajaan Singasari. Kemudian memiliki Putri Tribuana Tunggadewi, pemimpin
ketiga (1326-1350) Kerajaan Majapahit. Beliau menikahi Kertawardana, kemudian memiliki Putri Iswari.
Putri itu kemudian menikahi Singhawardana, dan memiliki Putri Sarawardani. Kemudian ia menikahi
Ranamenggala, dan memiliki anak bernama Parameswara yang lahir tahun 1344 pada saat neneknya,
Ratu Tribuana Tunggadewi memerintah Majapahit.
Pada awalnya Malaka bukanlah sebuah Kerajaan beragama Islam. Hal ini berubah ketika Parameswara
menikah dengan Putri Sultan Zainal Abidin dari Pasai dan masuk Islam pada tahun 1406, ia mengubah
namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah, dan menjadi Sultan Malaka. Posisi Malaka yang sangat
strategis menyebabkannya cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai. Pemerintahan
Parameswara berkembang sangat pesat hingga menjadikan Malaka sebagai pelabuhan yang sangat
penting di Kepulauan Melayu, pada abad ke 15 (diteruskan hingga abad ke 16). Tambahan pula Malaka
merupakan tempat perdagangan rempah dengan berfungsi sebagai pintu kepada negeri-negeri rempah
untuk memasarkan rempah mereka. Hal ini digambarkan ”Duarte Barbosa” yang berkata : ”Sesiapa yang
menguasai Malaka, berarti dia dapat menguasai perdagangan dunia”. Parameswara mangkat pada 1424
dari diwarisi oleh anaknya, Sri Maharaja yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah (1424-1444).
Malaka Sebagai Pusat Penyebaran Agama Islam
Sebelum muncul dan tersebarnya Islam disemenanjung Arabia, para pedagang Arab telah lama
mengadakan hubungan dagang disepanjang jalan perdagangan antara Laut Merah dengan Negeri Cina.
Berkembangnya Agama Islam semakin memberikan dorongan pada perkembangan perniagaan Arab,
sehingga jumlah kapal maupun kegiatan perdegangan mereka dikawasan timur semakin besar.
Pada abad VIII, para pedagang Arab sudah banyak dijumpai dipelabuhan negeri Cina. Diceritakan, pada
tahun 758 M, Kanton merupakan salah satu tempat tinggal para pedagang Arab. Pada abad IX, disetiap
pelabuhan yang terdapat disepanjang rute perdagangan ke Cina, hampir dapat dipastikan ditemukan
sekelompok kecil pedagang Islam. Pada abad XI, mereka juga telah tinggal di Campa dan menikah
dengan penduduk asli, sehingga jumlah pemeluk Islam ditempat itu semakin banyak. Namun, rupanya
mereka belum aktif berasimilasi dengan kaum pribumi sehingga penyiaran agama Islam tidak mengalami
kemajuan.
Sebagai salah satu bandar ramai dikawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang
Islam. Lambat laun, agama ini mudah menyebar di Malaka. Alam perkembangannya, Raja pertama
Malaka, yaitu Parameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M. dengan masuknya Raja kedalam
agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama resmi di kerajaan Malaka, sehingga banyak
rakyatnya yang ikut masuk Islam. Selanjutnya, Malaka menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia
Tenggara, hingga mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan Sultan Mansyur Syah (1459-1477).
Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam. Negeri-negeri yang berada
dibawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran
islam, maka dilakukan perkawinan antar keluarga.
Malaka juga banyak memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para
tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak langsung, mereka telah
membantu proses penyebaran Islam ditanah Jawa. Dari Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa,
Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan Mindanau (Filifina Selatan).
Sejarah melayu juga membicarakan soal kedudukan alim ulama dalam sosio masyarakat melayu Malaka.
Dalam hal ini, golongan alim ulama mempunyai kedudukan tata taraf yang istimewa dalam kerajaan
3
melayu Malaka. Perananan mereka bukanlah setakat mengislamkan pemerintah dan rakyat, tetapi juga
menjaga institusi pemerintah dari sudut agama. Walaupun mereka tidak menjadi keluarga istana tetapi
mereka mempunyai hubungan yang rapat dengan raja-raja Malaka.
C. Sistem Pemerintahan Kerajaan Malaka
a. Sistem Undang-undang Kesultanan Malaka
Sebagaimana yang telah diketahui umum, bahwa negeri-negeri Melayu sebelum masuknya pengaruh
Kerajaan British, Undang-undang asas atau Undang-undang negeri ialah Undang-undang Islam dan Adat
Melayu. Apabila kita membicarakan tentang keadaan negeri-negeri Melayu sebelum dipengaruhi
kerajaan British disemenanjung tanah Melayu, terlebih dahulu kita perlu melihat kezaman kerajaan
melayu Malaka pada abat ke-15 dan awal abad ke-16. Malaka merupakan kerajaan melayu tua
disemenanjung tanah Melayu yang pertama mempunyai undang-undang tertulis.
Melaka menjadi sebuah negeri yang kuat kerana mempunyai undang-undang yang teratur. Terdapat 2
undang-undang yang dilaksanakan di Melaka yaitu Hukum Kanun Melaka dan Undang-undang Laut
Melaka. Kedua-duanya diaksanakan untuk melancarkan pemerintahan dan mewujudkan keamanan.
Hukum Kanun Melaka menyentuh tentang tanggungjawab pemerintah dan pembesar, larangan rakyat
menggunakan bahasa dalaman serta undang-undang Islam dan hukum adat. Namun begitu, Undang-
undang Laut Melaka pula menyentuh perkara yang berkaitan dengan laut seperti kedudukan pengawai
atas kapal, kuasa pegawai-pegawai dan hukum pembahagian hak perniagaan. Selain itu, larangan dalam
pelayaran juga dinyatakan.
Dalam konteks persejarahan Malaysia, hukum Islam sudah ada sejak zaman Malaka sudah dijadikan
pandangan terhadap undang-undang negeri yang lain. Di Malaka, pengaruh Islam dalam undang-
undangnya begitu kuat begitu juga dalam undang-undang laut Malaka, seorang maklim dalam sebuah
kapal dianalogikan sebagai imam dan anak buah kapal diibaratkan sebagai makmum.
Undang-undang Islam dalam beberapa Pasal diawal hukum Malaka terlihat jelas, terutama yang
berhubungan dengan kesalahan ”jenayah”, umpamanya membunuh orang hukum yang diberikan karena
membunuh orang berbunyi : ”Pasal yang ke-5 menyatakan seseorang membunuh tanpa setahu raja-raja
atau orang-orang besar. Jika membunuh orang tanpa dosa maka ia dibunuh juga pada hokum Allah, maka
adil namanya”.
Pada pasal-pasal yang lain undang-undang jual beli juga dibentuk berdasarkan undang-undang Islam.
Pasal 30 hukum Kanun Malaka juga menentukan barang-barang yang boleh diperniagakan serta yang
tidak boleh menurut undang-undang Islam seperti arak, babi, anjing dan tuak. Untuk yang berdasarkan
Hukum-hukum dan aqait Islam jelas terdapat dalam pasal 25 hingga pasal 30 yang berkaitan dengan
masalah lapas ijab dan kobul dalam acara nikah, saksi-saksi dalam acara nikah, hukum iddah dalam
perceraian, juga pada pasal 34 tentang hukum amanah.
Perkara yang paling menarik ialah sruktur dan sebagian dari pada kandungan hukum Kanun malaka itu
sendiri. Ada hukum dan undang-undang fikih Islam yang diserap dan digunakan terus dalam undang-
undang negerinya, seolah-olah teks tersebut menjadi sumber rujukan, hukum-hukum Islam pula.
Umpamanya tentang hukum ibadah sembahyang dituliskan pada pasal 36 ayat 2. Begitu berkesan dan
berpengaruh sekali hukum Islam terhadap hukum Kanun Malaka sehingga terdapat ekspresinya dipetik
terus dari ayat al-qur’an, contohnya pada pasal 43 ayat 2 yang berbunyi : ” Bismi’l lahi al-rahman al-
Rahim. Qala’ ilahu ta’ala : ati’u Allah wa ati’u ur-rasul wa uli’l amri minkum ”.
Walau bagaimanapun, kedatangan Islam bukan berarti penyingkiran secara total terhadap unsur-unsur
dan nilai pribumi. Malahn adat dan resam serta hukum setempat meliputi resam, norma, etika menjadi
part and parcel seluruh undang-undang tadi.
b. Sistem Lapisan Masyarakat
Teks Sejarah Melayu telah memaparkan gambaran tentang susunan lapisan masyarakat Malaka, yang
pada umumnya dapat dikelaskan pada beberapa tingkatan. Secara kasarnya, masyarakat Malaka dapat
dibagi menjadi empat golongan:
1) Golongan Diraja dan Kaum Kerabat. Golongan ini terdiri dari seorang raja yang dikelilingi oleh
kerabat diraja, permaisuri serta putra- putri raja. Kuasa pemerintahan adalah terletak dibawah
Baginda Raja.
2) Golongan Bangsawan. Golongan ini pula terdiri dari pembesar dan pegawai tadbir seperti Bendahara,
Penghulu Bendahari, Perdana Menteri, Temanggung, Bentara, Syahbandar. Terdapat pula kalangan
pendatang yang diserap kedalam golongan ini, seperti tuan-tuan sayyid, makhdum, maulana dan kadi.
3) Golongan Rakyat Biasa yang Merdeka. Golongan ini terdiri dari para pedagang, tukang-tukang mahir,
petani dan saudagar. Terserap pula kelas nahkoda yang mempunyai kedudukan istimewa dalam
masyarakat pedagang tadi.
4
4) Golongan Hamba. Golongan ini pula terdiri dari hamba raja, hamba berhutang dan hamba abdi.
Mereka mempunyai kedudukan paling bawah dalam struktur atau lapisan masyarakat Malaka.
D. Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Kegemilangan yang dicapai Kesultanan Malaka disebabkan oleh beberapa faktor penting. Faktor awal
adalah, ketika Parameswara mengambil kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan negara
Tiongkok ketika Laksmana Yin Ching mengunjungi Malaka pada tahun 1402. Hubungan erat ini
memberi banyak manfaat pada Malaka, salah satunya mereka mendapat perlindungan ketika mengelak
dari serangan Siam.
Pada tahun 1459, Sultan Mansur Shah (1459-1477) menaiki tahta. Disebabkan kedudukannya yang
strategik, Melaka menjadi sebuah pangkalan luar yang penting bagi kapal-kapal. Bagi mengeratkan
hubungan diplomatik dengan Melaka, Maharaja China telah menganugerahkan anaknya Puteri Hang Li
Po dengan tujuan untuk dikahwinkan dengan Sultan Mansur Shah. Untuk menyambut Hang Li Po, Sultan
Mansur Shah juga menghantar Tun Perpateh Puteh dengan segolongan pengiring ke negeri China untuk
mengiringnya. Hang Li Po tiba di Melaka pada tahun 1458 bersama-sama 500 orang pengiring.
a. Wilayah Kekuasaan
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai kontrol atas daerah-daerah berikut 
1. Semenanjung Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trengganu, dsb)
2. Daerah Kepulaun Riau
3. Pesisir Timur Sumatra Bagian Tengah
4. Brunai dan Serawak
5. Tanjung Pura (Kalimantan Barat)
Sedangkan daerah yang diperolah Dari Majapahit secara Diplomasi adalah :
1. Indaragiri
2. Palembang
3. Pulau Jemeja, Tambelan, Siantan dan Bunguran
b. Mempunyai Angkatan Tentera yang Kuat
Sebuah kerajaan perlu mempunyai angkatan tentara yang kuat untuk mempertahankan kerajaannya
daripada dicerobohi oleh musuh. Malaka memiliki angkatan laut yang besar. Orang laut menjadi tenaga
penting dalam angkatan laut Malaka. Selain itu, Malaka turut mempunyai pahlawan-pahlawan yang
gagah perkasa, berani dan setia kepada Sultan. Antara pahlawan-pahlawan yang terkenal ialah Hang
Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu.  Sebahagian besar kelengkapan tentera
Malaka terdiri dari pada kapal, bahtera, ghali, ghalias, jong dan lancara. Peralatan senjatanya pula terdiri
dari pada panah, keris, lembing, meriam, lela, rentakal, istinggar dan pemuras. Kekuatan tentara Malaka
terbukti semasa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah apabila Melaka dapat mematahkan serangan Siam
sebanyak 2 kali tanpa bantuan China.
c. Sistem Pemerintahan yang Cakap dan Jujur
Sejak awal pengasasan Malaka, telah wujud sistem pemerintahan yang tegas dan teratur. Kerajaan
Malaka telah diketuai oleh seorang Sultan yang akan dibantu oleh para pembesar. Para pembesar
mempunyai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Bendahara merupakan penolong Sultan dan
penasihat Baginda. Penghulu Bendahari bertanggungjawab menjaga semua harta kerajaan. Temenggung
pula ditugaskan menjaga keamanan di darat dan turut menjadi pengawal pribadi sultan. Semasa
pemerintahan Sultan Muzaffar Syah, Baginda telah memperkenalkan jawatan Laksamana. Tugas utama
Laksamana ialah menjadi ketua angkatan laut. Selain itu, pembesar-pembesar berempat ini dibantu oleh
pembesar delapan dan seterusnya. Raja yang memerintah Kesultanan Malaka disebut sebagai sumber dan
pusat kuasa secara sekuler. Dengan kedudukan raja yang istimewa dalam sistem berkerajaan, sumber
kuasa yang dimiliki oleh Raja, iaitu restu dari pada daulat yang dimiliki Raja tadi, disalurkan pula bagi
menggerakkan jentera serta tenaga pemerintahan.
d. Hubungan dengan Jajahan Taklukan
Malaka telah menjalankan hubungan yang baik dengan jajahan taklukan yang ditaklukkannya seperti
Pasai, Siak dan Kampar. Hubungan dengan Pasai wujud sejak zaman Iskandar Syah apabila beliau
memeluk agama Islam dan berkahwin dengan putri Pasai. Malaka menjalankan hubungan dengan tanah
jajahan taklukannya adalah karena kerajaan-kerajaan ini menyediakan barang-barang untuk
diperdagangkan, antaranya ialah Pasai yang membekalkan lada hitam, beras dan emas.
Hubungan Malaka dengan Pasai pula, selain untuk kepentingan politik, adalah semata-mata untuk
keperluan memperdalamkan dan bertukar-tukar pendapat tentang hukum-hukum Islam. Sultan Mansur
amat mengambil berat dalam hal-hal agama, sedangkan Pasai pada masa itu merupakan pusat Agama

5
Islam dan menjadi kerajaan Islam tertua. Sultan Mansur selalu menghantar utusan ke Pasai untuk
bertanya tentang hal-hal masalah agama dan hukum Islam yang tidak dapat diselesaikan di Malaka.
Misalnya, ada suatu persoalan dari Malaka yang meminta jawaban dari pada ulama Pasai. Masalahnya
berbunyi : “ segala isi syurga itu kekalkah didalam syurga dan segala isi neraka kekalkah ia didalam
neraka?” jawaban diberikan oleh Makhdum Muda Pasai adalah “benar” dan kebenaran itu didukung pula
dengan mengajukan bukti daripada ayat-ayat Al-qur’an. Telah ditegaskan bahwa Pasai didakwah terletak
dibawah naungan Malaka. Ini dibuktikan oleh sejarah Melayu dengan pelantikan Sultan Zainal Abidin
sebagai Raja Pasai, dilakukan oleh Bendahara Malaka. (tetapi, pelantikan ini tidak kekal sebab adiknya
yang memberontak telah merampas semula tahta kerajaan ).
e. Melaksanakan Dasar Perluasan Kuasa dan Wilayah
Melaka menjalankan hubungan persahabatan dengan kerajaan luar sejak pemerintahan Parameswara.
Pemerintah Melaka berjaya meluaskan kesultanannya hingga ke beberapa buah negeri di Tanah Melayu
dan Sumatera. Di antaranya termasuklah Pahang, Kedah dan Perak. Di Sumatera pula seperti Aru,
Kampar, Siak, Inderagiri, Rokan dan Pasai. Penguasaan Melaka terhadap Siak membolehkan Melaka
mengawal pengeluaran emas dari Siak untuk dibawa ke Melaka. Hubungan Melaka dengan Kampar
terjalin selepas Kampar ditakluki oleh Melaka. Penaklukan ini membolehkan Melaka mengawal eksport
lada hitam dan emas yang dihasilkan di daerah pedalaman seperti Minagkabau. Melaka turut
mengukuhkan kuasa di kawasan taklukan dengan menyerahkan wilayah-wilayah taklukan di bawah
pemerintahan pembesar-pembesar Melaka. Sebagai contoh, negeri Pahang dipegang oleh seorang
pembesar iaitu Seri Bija Diraja. Hubungan Melaka dengan negeri-negeri taklukannya menjadikan Melaka
sebuah kerajaan yang terkuat pada ketika itu.
f. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para Sultan menganut politik hidup
berdampingan secara damai (co-existenci policy) yang dijalankan secara efektif. Polik hidup
berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatic dan ikatan perkawinan. Politik ini
dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu
yang harus diwasadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, malaka kemudian menjalin hubungan damai
dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara
kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit.  Dimasa sultan Mansur Syah, juga terjadi
perkawinan antara Hang Lipo, putri raja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan sultan Mansur Syah. Dalam
prosesi perkawinan ini, sultan Mansur Syah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan
pengiring kenegeri Cina untuk menjemput dan membawa Hang Lipo ke Malaka, rombongan ini tiba ke
Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.dalam
melaksanakan politik bertetangga yang baik, peren laksamana Malaka hang tuah sangant besar.
Laksamana yang berkebesaran namanya, dapat disamakan dengan Gajahmada atau Aditya Warman ini
adalah tangan kanan sultan Malaka, sering dikirim keluar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia
menguasai bahasa keling, Siam dan Cina.
Dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik ini, peran Laksamana Malaka Hang Tuah sangat
besar. Hang Tuah lahir di Sungai Duyung Singkep. Ayahnya bernama Hang Machmud dan ibunya
bernama Dang Merdu. Kedua orang tuanya adalah rakyat biasa yang hidup sebagai petani dan penangkap
ikan. Keluarga Hang Tuah kemudian pindah ke Pulau Bintan. Di sinilah ia dibesarkan. Dia berguru di
Bukit Lengkuas, Bintan Timur. Pada usia yang masih muda, Hang Tuah sudah menunjukkan
kepahlawanannya di lautan. Bersama empat orang kawan seperguruannya, yaitu Hang Jebat, Hang
Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiyu, mereka berhasil menghancurkan perahu-perahu bajak laut di
sekitar perairan dan selat-selat di Kepulauan Riau, sekalipun musuh mereka jauh lebih kuat. Karena
kepahlawanan Hang Tuah dan kawan-kawannya tersebut, maka Sultan Kerajaan Malaka mengangkat
mereka sebagai prajurit kerajaan. Hang Tuah sendiri kemudian diangkat menjadi Laksamana Panglima
Angkatan Laut Kerajaan Malaka. Sedangkan empat orang kawannya tersebut di atas, kelak menjadi
prajurit Kerajaan Malaka yang tangguh. Dalam pengabdiannya demi kebesaran Malaka, Laksamana Hang
Tuah dikenal memiliki semboyan berikut.
Esa hilang dua terbilang, Tak Melayu hilang di bumi, Tuah sakti hamba negeri.
Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah
tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai
bahasa Keling, Siam dan Cina. Hingga saat ini, orang Melayu masih mengagungkan Hang Tuah, dan
keberadaanya hampir menjadi mitos. Namun demikian, Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia
meninggal di Malaka dan dimakamkan di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.

6
Semasa pemerintahan Sultan Mansur Syah, Kesultanan Malaka mencapai kemuncak kekuasaannya dan
terdiri daripada Semenanjung Malaysia, Singapura, dan sebagian besar Sumatera. Pesaing utama Malaka
adalah Siam di Utara dan Majapahit di selatan. Majapahit kemudian tumbang pada kurun ke 15. Siam
pula telah menyerang Malaka sebanyak tiga kali tetapi kesemuanya gagal.
E. Zaman Kejatuhan Kerajaan Malaka
a. Kesultanan Terakhir Malaka (Sultan Mahmud Syah)
Pada tahun 1488, Sultan Mahmud Shah mewarisi Melaka yang telah mencapai kemuncak kuasa dan
merupakan pusat dagangan yang unggul di Asia Tenggara. Bendahara Tun Perak, pencipta keunggulan
Melaka, telah tua. Begitu juga dengan Laksamana Hang Tuah. Pemerintahan Sultan Mahmud Shah juga
mengalami rancangan jahat dan pilih kasih. Beliau bukan seorang raja yang cekap, akan tetapi beliau juga
seorang mangsa keadaan. Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih
muda. Oleh itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugal pada awal abad ke-16 sedang
mengasaskan sebuah empayar luar negeri. Pada tahun 1509, Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah
kapal dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang Eropa pertama yang tiba
di Asia Tenggara dan digelar "Benggali Putih" oleh orang tempatan. Oleh kerana orang-orang Portugis
membuat kacau di Melaka seperti mengusik gadis-gadis dan mencuri, disamping perselisihan faham,
Sultan Mahmud Shah kemudiannya mengarahkan supaya orang-orang Portugis dihalau dari Melaka.
Angkatan Portugis diserang dan 20 anak kapalnya ditahan.
b. Kejatuhan Kesultanan Melaka
Pada 1510, Sultan Mahmud Shah menyerahkan kuasa sementara pada putera sulungnya, Sultan Ahmad
Shah. Selepas mengambil balik kuasa, baginda membunuh Tun Mutahir sekeluarga karena termakan
fitnah bahwa Tun Mutahir coba membunuh Baginda. Pada 10 Agustus 1511, sebuah armada laut Portugis
yang besar dari India diketuai oleh Alfonso de Albuquerque kembali ke Melaka. Albuquerque membuat
beberapa permintaan membina markas Portugis di Melaka tetapi permintaannya ditolak oleh Sultan
Mahmud Shah. Selepas 10 hari mengepung, pihak Portugis berjaya menawan Kota Melaka pada 24
Agustus. Sultan Mahmud Shah terpaksa melarikan diri ke Bertam, Batu Hampar, Pagoh and seterusnya
ke Pahang di pantai timur di mana beliau gagal dalam percobaannya mendapat pertolongan daripada
negera China.
Kemudian, Sultan Mahmud Shah berpindah ke selatan dan mengasaskan Kesultanan Johor sebagai pusat
dagangan saingan kepada Melaka. Dengan ibu kotanya di pulau Bentan yang terletaknya berdekatan
dengan Temasik (Singapura), beliau terus menerima ufti dan kesetiaan dari kawasan-kawasan sekeliling
yang diberinya sewaktu beliau masih menjadi Sultan Melaka. Sultan Mahmud Shah menjadi ketua
gabungan Melayu dan berkali-kali menyerang Melaka. Pada tahun 1525, Laksamana Hang Nadim
berhasil mengepung Kota A Famosa sehingga pihak Portugis terpaksa membuat catuan makanan dari
Goa. Di Bentan, Sultan Mahmud Shah mengumpulkan semula semua askarnya dan menyerang Melaka
beberapa kali dan membuat sekatan perdagangan. Portugis merana kerana banyak serangan dilakukan
oleh Sultan Mahmud Shah. Beberapa percobaan untuk menewaskan askar-askar Sultan Mahmud Shah
dilakukan.
Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh
negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan. Pada 1526, pihak Portugis membalas dengan
seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dan memusnahkan ibu kota Bentan. Sultan
Mahmud Shah melarikannya ke Kampar, Sumatera tetapi anaknya, Tengku Alauddin Shah tinggal dan
mengembangkan Johor sebagai sebuah Kesultanan yang berkuasa dan yang mencapai keunggulannya
pada abad ke-18 dan ke-19. Seorang lagi anaknya Sultan Mahmud Shah, Tengku Muzaffar Shah,
dijemput oleh orang-orang utara untuk menjadi sultan mereka dan beliau mengasaskan Kesultanan Perak.
Sultan Mahmud Shah mangkat dua tahun kemudian di Kampar pada tahun 1526.
c. Keadaan Pasca Kejatuhan Kesultanan Malaka
Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis, Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka
ke Kampar, Sumatra di mana beliau mangkat. Baginda meninggalkan dua orang putera iaitu Tengku
Muzaffar Shah dan Tengku Alauddin Riayat Shah Muzaffar Shah seterusnya menjadi Sultan Perak
manakala Alauddin Riayat Shah menjadi sultan Johor yang pertama. Kesultanan Johor juga dikenali
sebagai "Kesultanan Johor-Riau-Lingga".

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendiri Kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-
403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari raja Sam Agi, saat itu ia
masih menganut agama hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya runtuh diserang
Majapahit.

Malaka sebagai pusat penyebaran agama islam. Sebagai slah satu Bandar ramai dikawasan
Timur. Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang islam, oleh karena itu agama islam
mudah menyebar di Malaka. Malaka menjadi pusat perkembangan agama islam di asia hingga
mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan sultan Masyur syah. Perkembangan agama
islam dinegeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak memeluk agama islam,
untuk mempercepat proses penyebaran islam maka dilakukan perkawinan antar keluarga
kerajaan.

Sebagai wilayah yang berlokasi sangat strategis dikawasan asia tenggara, maka peran
malaka dalam penyebaran islam sangatlah penting. Dimana sebagai wilayah syahbandar yang
sangat ramai maka malaka menjadi entry point untuk masuknya islam dikawasan asia tenggara.

Kejatuhan Malaka 1511. usia Malaka cukuplah pendek, hanya satu setengah abad. Malaka
runtuh akaibat serangan Portugis pada tanggal 24 agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque. Sejak saaat itu keluarga kerajaan menyingkir kenegeri lain, jatuhnya Malaka pada
masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah.

B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam
makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik
dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima
kasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://bp2.blogger.com/
http://id.wikipedia.org/
http://www.hikmatan.wordpress.com/
Malaysian Studies (Lecture II & III) http://mral.blogdrive.com/
Yusoff Hashim Ph.D, Muhammad. Kesultanan Melayu Malaka. (1990) Kuala Lumpur : Maziza
Sdn Bhd.
Yusoff Hashim Ph.D, Muhammad. Pensejarahan Melayu. (1992) Kuala Lumpur : Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.

9
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum wr.wb

Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayahnya lah kami
dapat menyelesaikan Tugas Makalah Tentang Kerajaan Malaka.

Kami membuat makalah ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana peran yang
dimainkan oleh Kerajaan Malaka dalam perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara serta
dinamika yang ada didalamnya.

Kami mengharapkan semoga makalah ini kiranya agar berguna dan bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Selain itu, kami juga mengaharapkan kritikan
dan masukan dari semua pihak demi untuk kesempurnaan makalah ini

Sekian kata pengantar yang bisa kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf.

Wabillahi taufik wal hidayah


Wassalamu’alaikum wr.wb

Kelompok I

i
10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
A.Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B.Tujuan ................................................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 2


A.Riwayat Kerajaan Malaka ................................................................................................ 2
B.Perkembangan Kerajaan Melaka ....................................................................................... 2
C.Sistem Pemerintahan Kerajaan Malaka ............................................................................. 4
D.Masa Kejayaan Kerajaan Melaka ...................................................................................... 5
E.Zaman Kejatuhan Kerajaan Malaka .................................................................................. 7

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 8


A.Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
B.Saran .................................................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

11 ii

Anda mungkin juga menyukai