PENDAHULUAN
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Melaka
2. Untuk mengetahui riwayat Kesultanan Melaka
3. Untuk mengetahui Asal Usul Penamaan Melaka
4. Untuk mengetahui sistem pemerintahan Melaka
5. Untuk mengetahui masa kejayaan Kerajaan Melaka
6. Untuk mengetahui masa kemunduran Kerajaan Melaka
7. Untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kedatangan islam ke Malaka terjadi tahun 1406 M, ketika Parameswara menganut Islam dan
mengganti nama menjadi Muhammad Iskandar Syah. Pengislamannya diikuti oleh pembesar-pembesar
istana dan rakyat jelata. Dengan demikian Islam mulai tersebar di Malaka. Parameswara (Muhammad
Iskandar Syah) memerintah selama 12 tahun. Baginda mendapati Malaka sebagai sebuah kampung dan
meninggalkannya sebagai sebuah kota serta pusat perdagangan terpenting di Selat Malaka, sehingga
orang-orang Arab menggelarinya sebagai malakat (perhimpunan segala pedagang). Kitab sejarah melayu
(The Malay Annals), turun menceritakan bahwa raja Malaka, Megat Iskandar Syah, adalah orang pertama
di kesultanan itu yang memeluk agama Islam. Selanjutnya ia memerintahkan segenap warganya baik
yang berkedudukan tinggi maupun rendah untuk menjadi Muslim.
A. Riwayat Kerajaan Malaka
a. Pendiri
Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari
Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama Hindu. Ia melarikan
diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatra runtuh diserang Majapahit. Pada saaat Malaka didirikan,
disitu terdapat penduduk asli laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang 30
keluarga. Raja dan pengikutnya adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang
jauh lebih tinggi. Karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian, bersama
penduduk asli tersebut, rombongan pendatang merubah Malaka menjadi sebuah kota yang ramai. Selain
menjadikan kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak penduduk asli
menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya, seperti tebu, pisang, dan rempah-
rempah.
Rombongan juga telah menemukan biji-biji timah didaratan. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi
hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatra. Salah satu komoditas penting yang di impor
Malaka dari Sumatra saat itu adalah beras. Malaka amat bergantung pada Sumatra dalam memenuhi
kebutuhan beras ini, karena persawahan dan perdagangan tidak dapat dikembangkan di Malaka.hal ini
kemungkinan disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena perhatian
mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi geograpis strategis yang mereka miliki.
b. Asal Usul Nama Malaka
Berkaitan dengan asal usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut sejarah melayu (malay
annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara melarikan diri ke Tumasik, karena
diserang oleh Siam. Dalam pelarian tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu oleh biwak yang tidak
terkira banyaknya. Kemudian ia pindah keburok dan mencoba untuk bertahan disitu, tetapi gagal.
Kemudian Parameswara berpindah ke Seming Ujong hingga kemudian sampai di sungai Bertam, sebuah
tempat yang terletak dipesisir pantai. Orang-orang sekitar yang mendiami kawasan tersebut kemudian
meminta Parameswara menjadi raja. Suatu ketika, ia pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan
tersebut, ia melihat salah satu anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan
dengan keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh dibawah pohon malaka. Maka,
kawasan tersebut ia namakan Malaka.
Dalam versi lain dikatakan bahwa nama Malaka dihubungkan dengan istilah Arab, malaqah (tempat
pertemuan) / malakat (perhimpunan segala dagang) / malqa (tempat bertemu). Sedangkan versi orang
pribumi mengatakan bahwa asal usul nama Malaka adalah nama sepohon kayu Melaka ditebing muara
Sungai Melaka.
B. Perkembangan Kerajaan Malaka
a. Silsilah Kesultanan Malaka
Terdapat banyak versi mengenai jumlah penguasa / raja dalam Kesultanan Malaka. Raja / Sultan yang
memerintah di Malaka menurut sebuah versi adalah sebagai berikut :
1. Parameswara yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1390-1424)
2. Sri Maharaja / Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sri Parameswara Dewa Syah / Sultan Abu Syahid (1444-1446)
4. Sultan Muzaffar Syah (1446-1456)
5. Sultan Mansyur Syah (1456-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
2
8. Sultan Ahmad Syah (1511 – antara 1516 hingga 1528)
Adapun menurut versi lain silsilah penguasa Kesultanan Malaka adalah sebagai berikut :
1. Sultan Iskandar Syah / Parameswara (1400-1424)
2. Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3. Sultan Abu Syahid (1444-1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445-1459)
5. Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488-1511)
5
Islam dan menjadi kerajaan Islam tertua. Sultan Mansur selalu menghantar utusan ke Pasai untuk
bertanya tentang hal-hal masalah agama dan hukum Islam yang tidak dapat diselesaikan di Malaka.
Misalnya, ada suatu persoalan dari Malaka yang meminta jawaban dari pada ulama Pasai. Masalahnya
berbunyi : “ segala isi syurga itu kekalkah didalam syurga dan segala isi neraka kekalkah ia didalam
neraka?” jawaban diberikan oleh Makhdum Muda Pasai adalah “benar” dan kebenaran itu didukung pula
dengan mengajukan bukti daripada ayat-ayat Al-qur’an. Telah ditegaskan bahwa Pasai didakwah terletak
dibawah naungan Malaka. Ini dibuktikan oleh sejarah Melayu dengan pelantikan Sultan Zainal Abidin
sebagai Raja Pasai, dilakukan oleh Bendahara Malaka. (tetapi, pelantikan ini tidak kekal sebab adiknya
yang memberontak telah merampas semula tahta kerajaan ).
e. Melaksanakan Dasar Perluasan Kuasa dan Wilayah
Melaka menjalankan hubungan persahabatan dengan kerajaan luar sejak pemerintahan Parameswara.
Pemerintah Melaka berjaya meluaskan kesultanannya hingga ke beberapa buah negeri di Tanah Melayu
dan Sumatera. Di antaranya termasuklah Pahang, Kedah dan Perak. Di Sumatera pula seperti Aru,
Kampar, Siak, Inderagiri, Rokan dan Pasai. Penguasaan Melaka terhadap Siak membolehkan Melaka
mengawal pengeluaran emas dari Siak untuk dibawa ke Melaka. Hubungan Melaka dengan Kampar
terjalin selepas Kampar ditakluki oleh Melaka. Penaklukan ini membolehkan Melaka mengawal eksport
lada hitam dan emas yang dihasilkan di daerah pedalaman seperti Minagkabau. Melaka turut
mengukuhkan kuasa di kawasan taklukan dengan menyerahkan wilayah-wilayah taklukan di bawah
pemerintahan pembesar-pembesar Melaka. Sebagai contoh, negeri Pahang dipegang oleh seorang
pembesar iaitu Seri Bija Diraja. Hubungan Melaka dengan negeri-negeri taklukannya menjadikan Melaka
sebuah kerajaan yang terkuat pada ketika itu.
f. Politik Negara
Dalam menjalankan dan menyelenggarakan politik negara, ternyata para Sultan menganut politik hidup
berdampingan secara damai (co-existenci policy) yang dijalankan secara efektif. Polik hidup
berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatic dan ikatan perkawinan. Politik ini
dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu
yang harus diwasadai adalah Cina dan Majapahit. Maka, malaka kemudian menjalin hubungan damai
dengan kedua kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara
kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Dimasa sultan Mansur Syah, juga terjadi
perkawinan antara Hang Lipo, putri raja Yung Lo dari dinasti Ming, dengan sultan Mansur Syah. Dalam
prosesi perkawinan ini, sultan Mansur Syah mengirim Tun Perpateh Puteh dengan serombongan
pengiring kenegeri Cina untuk menjemput dan membawa Hang Lipo ke Malaka, rombongan ini tiba ke
Malaka pada tahun 1458 dengan 500 orang pengiring.
Demikianlah, malaka terus berusaha menjalankan politik damai dengan kerajaan-kerajaan besar.dalam
melaksanakan politik bertetangga yang baik, peren laksamana Malaka hang tuah sangant besar.
Laksamana yang berkebesaran namanya, dapat disamakan dengan Gajahmada atau Aditya Warman ini
adalah tangan kanan sultan Malaka, sering dikirim keluar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia
menguasai bahasa keling, Siam dan Cina.
Dalam melaksanakan politik bertetangga yang baik ini, peran Laksamana Malaka Hang Tuah sangat
besar. Hang Tuah lahir di Sungai Duyung Singkep. Ayahnya bernama Hang Machmud dan ibunya
bernama Dang Merdu. Kedua orang tuanya adalah rakyat biasa yang hidup sebagai petani dan penangkap
ikan. Keluarga Hang Tuah kemudian pindah ke Pulau Bintan. Di sinilah ia dibesarkan. Dia berguru di
Bukit Lengkuas, Bintan Timur. Pada usia yang masih muda, Hang Tuah sudah menunjukkan
kepahlawanannya di lautan. Bersama empat orang kawan seperguruannya, yaitu Hang Jebat, Hang
Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiyu, mereka berhasil menghancurkan perahu-perahu bajak laut di
sekitar perairan dan selat-selat di Kepulauan Riau, sekalipun musuh mereka jauh lebih kuat. Karena
kepahlawanan Hang Tuah dan kawan-kawannya tersebut, maka Sultan Kerajaan Malaka mengangkat
mereka sebagai prajurit kerajaan. Hang Tuah sendiri kemudian diangkat menjadi Laksamana Panglima
Angkatan Laut Kerajaan Malaka. Sedangkan empat orang kawannya tersebut di atas, kelak menjadi
prajurit Kerajaan Malaka yang tangguh. Dalam pengabdiannya demi kebesaran Malaka, Laksamana Hang
Tuah dikenal memiliki semboyan berikut.
Esa hilang dua terbilang, Tak Melayu hilang di bumi, Tuah sakti hamba negeri.
Laksamana yang kebesaran namanya dapat disamakan dengan Gajah Mada atau Adityawarman ini adalah
tangan kanan Sultan Malaka, dan sering dikirim ke luar negeri mengemban tugas kerajaan. Ia menguasai
bahasa Keling, Siam dan Cina. Hingga saat ini, orang Melayu masih mengagungkan Hang Tuah, dan
keberadaanya hampir menjadi mitos. Namun demikian, Hang Tuah bukanlah seorang tokoh gaib. Dia
meninggal di Malaka dan dimakamkan di tempat asalnya, Sungai Duyung di Singkep.
6
Semasa pemerintahan Sultan Mansur Syah, Kesultanan Malaka mencapai kemuncak kekuasaannya dan
terdiri daripada Semenanjung Malaysia, Singapura, dan sebagian besar Sumatera. Pesaing utama Malaka
adalah Siam di Utara dan Majapahit di selatan. Majapahit kemudian tumbang pada kurun ke 15. Siam
pula telah menyerang Malaka sebanyak tiga kali tetapi kesemuanya gagal.
E. Zaman Kejatuhan Kerajaan Malaka
a. Kesultanan Terakhir Malaka (Sultan Mahmud Syah)
Pada tahun 1488, Sultan Mahmud Shah mewarisi Melaka yang telah mencapai kemuncak kuasa dan
merupakan pusat dagangan yang unggul di Asia Tenggara. Bendahara Tun Perak, pencipta keunggulan
Melaka, telah tua. Begitu juga dengan Laksamana Hang Tuah. Pemerintahan Sultan Mahmud Shah juga
mengalami rancangan jahat dan pilih kasih. Beliau bukan seorang raja yang cekap, akan tetapi beliau juga
seorang mangsa keadaan. Ayahandanya (Sultan Alaudin Riayat Shah) mangkat pada usia yang masih
muda. Oleh itu baginda menaiki takhta ketika masih kanak-kanak. Portugal pada awal abad ke-16 sedang
mengasaskan sebuah empayar luar negeri. Pada tahun 1509, Diego Lopez de Sequiera dengan 18 buah
kapal dari Angkatan diRaja Portugal tiba di Melaka. Mereka merupakan orang Eropa pertama yang tiba
di Asia Tenggara dan digelar "Benggali Putih" oleh orang tempatan. Oleh kerana orang-orang Portugis
membuat kacau di Melaka seperti mengusik gadis-gadis dan mencuri, disamping perselisihan faham,
Sultan Mahmud Shah kemudiannya mengarahkan supaya orang-orang Portugis dihalau dari Melaka.
Angkatan Portugis diserang dan 20 anak kapalnya ditahan.
b. Kejatuhan Kesultanan Melaka
Pada 1510, Sultan Mahmud Shah menyerahkan kuasa sementara pada putera sulungnya, Sultan Ahmad
Shah. Selepas mengambil balik kuasa, baginda membunuh Tun Mutahir sekeluarga karena termakan
fitnah bahwa Tun Mutahir coba membunuh Baginda. Pada 10 Agustus 1511, sebuah armada laut Portugis
yang besar dari India diketuai oleh Alfonso de Albuquerque kembali ke Melaka. Albuquerque membuat
beberapa permintaan membina markas Portugis di Melaka tetapi permintaannya ditolak oleh Sultan
Mahmud Shah. Selepas 10 hari mengepung, pihak Portugis berjaya menawan Kota Melaka pada 24
Agustus. Sultan Mahmud Shah terpaksa melarikan diri ke Bertam, Batu Hampar, Pagoh and seterusnya
ke Pahang di pantai timur di mana beliau gagal dalam percobaannya mendapat pertolongan daripada
negera China.
Kemudian, Sultan Mahmud Shah berpindah ke selatan dan mengasaskan Kesultanan Johor sebagai pusat
dagangan saingan kepada Melaka. Dengan ibu kotanya di pulau Bentan yang terletaknya berdekatan
dengan Temasik (Singapura), beliau terus menerima ufti dan kesetiaan dari kawasan-kawasan sekeliling
yang diberinya sewaktu beliau masih menjadi Sultan Melaka. Sultan Mahmud Shah menjadi ketua
gabungan Melayu dan berkali-kali menyerang Melaka. Pada tahun 1525, Laksamana Hang Nadim
berhasil mengepung Kota A Famosa sehingga pihak Portugis terpaksa membuat catuan makanan dari
Goa. Di Bentan, Sultan Mahmud Shah mengumpulkan semula semua askarnya dan menyerang Melaka
beberapa kali dan membuat sekatan perdagangan. Portugis merana kerana banyak serangan dilakukan
oleh Sultan Mahmud Shah. Beberapa percobaan untuk menewaskan askar-askar Sultan Mahmud Shah
dilakukan.
Akhirnya, pada tahun 1526, seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dihantar oleh
negeri Portugal untuk memusnahkan bandar Bentan. Pada 1526, pihak Portugis membalas dengan
seangkatan kapal yang besar di bawah Pedro Mascarenhaas dan memusnahkan ibu kota Bentan. Sultan
Mahmud Shah melarikannya ke Kampar, Sumatera tetapi anaknya, Tengku Alauddin Shah tinggal dan
mengembangkan Johor sebagai sebuah Kesultanan yang berkuasa dan yang mencapai keunggulannya
pada abad ke-18 dan ke-19. Seorang lagi anaknya Sultan Mahmud Shah, Tengku Muzaffar Shah,
dijemput oleh orang-orang utara untuk menjadi sultan mereka dan beliau mengasaskan Kesultanan Perak.
Sultan Mahmud Shah mangkat dua tahun kemudian di Kampar pada tahun 1526.
c. Keadaan Pasca Kejatuhan Kesultanan Malaka
Setelah Malaka jatuh ketangan Portugis, Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri melintasi Selat Melaka
ke Kampar, Sumatra di mana beliau mangkat. Baginda meninggalkan dua orang putera iaitu Tengku
Muzaffar Shah dan Tengku Alauddin Riayat Shah Muzaffar Shah seterusnya menjadi Sultan Perak
manakala Alauddin Riayat Shah menjadi sultan Johor yang pertama. Kesultanan Johor juga dikenali
sebagai "Kesultanan Johor-Riau-Lingga".
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendiri Kerajaan Malaka. Kerajaan Malaka didirikan oleh Parameswara antara tahun 1380-
403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya dan merupakan putra dari raja Sam Agi, saat itu ia
masih menganut agama hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya runtuh diserang
Majapahit.
Malaka sebagai pusat penyebaran agama islam. Sebagai slah satu Bandar ramai dikawasan
Timur. Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang islam, oleh karena itu agama islam
mudah menyebar di Malaka. Malaka menjadi pusat perkembangan agama islam di asia hingga
mencapai puncak kejayaan dimasa pemerintahan sultan Masyur syah. Perkembangan agama
islam dinegeri-negeri yang berada dibawah taklukan Malaka banyak memeluk agama islam,
untuk mempercepat proses penyebaran islam maka dilakukan perkawinan antar keluarga
kerajaan.
Sebagai wilayah yang berlokasi sangat strategis dikawasan asia tenggara, maka peran
malaka dalam penyebaran islam sangatlah penting. Dimana sebagai wilayah syahbandar yang
sangat ramai maka malaka menjadi entry point untuk masuknya islam dikawasan asia tenggara.
Kejatuhan Malaka 1511. usia Malaka cukuplah pendek, hanya satu setengah abad. Malaka
runtuh akaibat serangan Portugis pada tanggal 24 agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque. Sejak saaat itu keluarga kerajaan menyingkir kenegeri lain, jatuhnya Malaka pada
masa pemerintahan Sultan Mahmud Syah.
B. Saran
Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam
makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik
dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima
kasih.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://bp2.blogger.com/
http://id.wikipedia.org/
http://www.hikmatan.wordpress.com/
Malaysian Studies (Lecture II & III) http://mral.blogdrive.com/
Yusoff Hashim Ph.D, Muhammad. Kesultanan Melayu Malaka. (1990) Kuala Lumpur : Maziza
Sdn Bhd.
Yusoff Hashim Ph.D, Muhammad. Pensejarahan Melayu. (1992) Kuala Lumpur : Dewan Bahasa
dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.
9
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum wr.wb
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayahnya lah kami
dapat menyelesaikan Tugas Makalah Tentang Kerajaan Malaka.
Kami membuat makalah ini bertujuan untuk membahas tentang bagaimana peran yang
dimainkan oleh Kerajaan Malaka dalam perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara serta
dinamika yang ada didalamnya.
Kami mengharapkan semoga makalah ini kiranya agar berguna dan bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Selain itu, kami juga mengaharapkan kritikan
dan masukan dari semua pihak demi untuk kesempurnaan makalah ini
Sekian kata pengantar yang bisa kami sampaikan, lebih dan kurang kami mohon maaf.
Kelompok I
i
10
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
11 ii